Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

(Percobaan 4 : Stabilitas Obat)

DISUSUN OLEH KELOMPOK A1-4

Diana Sukmaning Ayu 118260039

Chandra Prayoga Saputra 118260043

Fitria Rahayu 118260051

Junia Sari 118260049

Indah Eka Putri 118260045

Novalika Putri Riandini 118260053

LABORATORIUM FARMASI FISIK

PROGRAM STUDI FARMASI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1. Menerangkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Suatu Obat.


2. Menentukan Energi Aktivasi Dari Reaksi Penguraian Suatu Zat.
3. Menentukan Waktu Paruh Dan Waktu Kadaluarsa Suatu Zat.
4. Menggunakan Data Kinetika Kimia Untuk Memperkirakan Kestabilan
Suatu Zat.

1.2 Landasan Teori

Stabilitas Obat Adalah Kemampuan Obat Atau Produk Untuk


Mempertahankan Sifat Dan Karateristiknya Agar Sama Dengan Yang
Dimilikinya Pada Saat Dibuat Atau Diproduksi, Yang Berupa Identitas, Kekuatan,
Kualitas, Dan Kemurnian Dalam Batasan Yang Ditetapkan Sepanjang Periode
Penyimpanan Dan Penggunaan (Joshita,2008:4).

Stabilitas Diartikan Bahwa Obat (Bahan Obat,Sediaan Obat), Disimpan Dalam


Kondisi Penyimpanan Dan Pengangkutannya Tidak Menunjukkan Perubahan
Sama Sekali Atau Berubah Dalam Batas-Batas Yang Diperoleh(Voigt,1995:607).

Stabilitas Dalam Bidang Farmasi Tergantung Pada Profil Sifat Fisika


Dan Kimia Pada Sediaan Yang Dibuat Termasuk Eksipien Dan Sistem Kemasan
Yang Digunakan Untuk Formulasi Sediaan Dan Fraksi Lingkungan Seperti Suhu,
Kelembapab, Dan Cahaya (Joshita,2008:5).

Beberapa Jenis Perubahan Stabilitas Obat Atau Produk Farmasi Yang


Diperlakukan Untuk Dipertimbangkan Adalah Perubhan Fisika, Kimia Dan
Mikrobiologi. Perubahan Fisika Meliputi Penampilan, Konsistensi, Warna Aroma,
Rasa, Kekerasan, Kelarutan, Pengendapan, Perubahan, Berat, Adanya Uap,
Bentuk, Dan Ukuran Partikel.Stabilitas Kimia Meliputi Degradasi Formulasi
Obat, Kehilangan Potensi (Bahan Aktif) Kehilangan Bahan-Bahan Tambahan
(Pengawet, Antioksidan, Dan Lainnya). Stabilitas Mikrobiologi Meliputi
Perkembangbiakan Mikroorganisme Pada Sediaan Steril, Sterilisasi Dan
Perubahan Efektivitas Pengawet (Jenkins,1957:73).

Adapun Efek-Efek Yang Tidak Diinginkan Yang Potensial Dari


Ketidakstabilan Produk Farmasi Yaitu Hilangnya Zat Aktif , Naiknya Konsentrasi
Zat Aktif, Bahan Obat Berubah, Hilangnya Keseragaman Kandungan,
Menurunnya Status Mikrobiologi, Hilangnya Kekedapan Kemasan, Modifikasi
Faktor Hubungan Fungsional, Serta Faktor Lingkungan Seperti Suhu,
Kelembaban, Dan Cahaya(Josita,2008:8).

Kestabilan Suatu Zat Merupakan Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam


Membuat Formulasi Suatu Sediaan Farmasi. Hsl Ini Penting Mengingat Suatu
Sediaan Biasanya Diproduksi Dalam Jumlah Besar Dan Memerlukan Waktu Yang
Lama Untuk Sampai Ke Tangan Pasien Yang Membutuhkan. Obat Yang
Disimpan Dalam Jangka Lama Dapat Mengalami Penguraian Dan Mengakibatkan
Dosis Yang Diterima Pasien Berkurang. Adanya Hasil Uraian Zat Tersebut
Bersifat Toksik Sehingga Dapat Membahayakan Jiwa Pasien. Oleh Karena Itu,
Perlu Diketahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Suatu Zat
Sehingga Dpat Dipilih Pembuatan Sediaan Yang Tepat Sehiongga Stabilan Obat
Terjaga(Anonim,2015:13).

Pada Pembuatan Obat Harus Diketahui Waktu Paruh Suatu Obat. Waktu
Paruh Suatu Obat Dapat Memberikan Gambaran Stabilitas Obat, Yaitu Gambaran
Kecepatan Terurainya Oobat Atau Kecepatan Degradasi Kimiawinya. Faktor
Yang Menyebabkan Rusaknya Obat Yaitu Panas, Alkali-Alkali, Oksigen,
Kelembaban, Dan Cahaya.. Mekanisme Degradasi Dapat Disebabkam Oleh
Pecahnya Suatu Ikatan, Pergantian Spesies, Atau Perpindahan Atom-Atom Dan
Ion-Ion Jika Dua Molekul Bertabrakan Dalam Tabung Reaksi(Moechtar,1998:15)

Suatu Obat Kesetabilannya Dapat Dipengaruhi Oleh Ph, Dimana Reaksi


Penguraian Dari Larutan Obat Dapat Dipercepat Dengan Penambahan Ion H+
Atau Oh Dengan Menggunakan Katalisator Yang Dapat Mempercepat Reaksi
Tanpa Ikut Bereaksi Dan Tidak Mempengaruhi Hasil Dari Reaksi(Ansel,1998:9).

Kestbalian Suatu Sediaan Farmasi Dapat Dievaluasi Dengan Test


Stabilitas Dipercepat Dengan Mengamati Perubahan Konsentrasi Pada Suhu Yang
Tinggi(Lachman,1994:2).
BAB II

METODE PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
 Neraca analitik
 Spatel
 Gelas kimia 500 mL
 Batang Pengaduk
 Hotplate
 Gelas ukur
 Botol vial
 Oven
 Penangas air
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
 Asetosal
 Natrium sitrat
 Akuades
 Larutan NaOH 0,1 N
 Indikator fenolftalein

2.2 Meode Percobaan


2.1.1 Pembuatan Larutan Asetosal
 Siapkan gelas kimia 500 mL
 Kalibrasi gelas kimia 300 mL, beri label untuk memberi batas
 Masukkan 100 mL akuades kedalam gelas kimia, panaskan di atas
hotplate hingga air menjadi panas
 Timbang seksama 2 g asetosal dan 4 g natrium sitrat
 Jika air sudah panas, larutkan asetosal ke dalamnya, sambil tetap
dipanaskan aduk hingga larut dengan batang pengaduk
 Larutkan natrium sitrat ke dalam gelas kimia, aduk hingga laarut
 Tambahkan akuades hingga batas kalibrasi, aduk hingga larut
2.1.2 Penentuan Stabilitas Larutan Asetsal
 Siapkan 5 buah botol vial kosong untung masing-masing suhu,
yaitu 50°C, 60°C,70°C, dan 80°C
 Isi masing-masing botol dengan 5mL larutan asetosal yang telah
dibuat sebelumnya, beri label 20,40,60,80, dan 100 menit
 Simpan vial-vial tersebut ke dalam oven dan penangas air, untuk
suhu 50°C dan 60°C di dalam penangas air, sedangkan untuk
suhu 70°C dan 80°C di dalam oven
 Tunggu tiap selang waktu 20 menit, ambil vial dengan label
berurutan, pindahkan ke dalam enlenmeyer, tetesi 3 tetes
indikator fenolftalein
 Titrasi untuk menghitung konsentrasi asetosal menggunakan
larutan baku NaOH 0,1 N
 Ulangi titrasi hingga menit ke 100
2.1.3 Penentuan Usia Simpan Larutan Asetosal
 Buat persamaan garis antara konsentrasi akhir (Ct) dengan waktu
pada masing-masing suhu, cari nilai regresi. Tentukan tingkat
reaksi penguraian
 Tentukan harga konstanta kecepatan reaksi (k) pada masing-
masing suhu
 Hitung energi aktivasi (Ea) dengan membuat kurva hubungan
antara log k dengan harga 1/T. T adalah suhu percobaan mutlak
dalam K. Kemiringan kurva adalah Ea/2,303
 Tentukan harga k pada temperatur kamar dengan cara ekstrapolasi
 Hitung usia usia simpan (t90) pada temperatur tertentu
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Penentuan Orde Reaksi

Suhu 50°C (Orde 2)

Waktu 1/Ct

20 25

40 17,24

60 16,67

80 14,28

100 16,67

Suhu 50°C (Orde 2)


30
25
20
1/Ct

15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu y = -0.0981x + 23.858
R² = 0.575
Suhu 60°C (Orde 2)

Waktu 1/Ct

20 11,1

40 13,51

60 12,5

80 10,64

100 12,195

Suhu 60°C (Orde 2)


15

10
1/Ct

0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu y = -0.0034x + 12.193
R² = 0.0088

Suhu 70°C (Orde 1)

waktu ln Ct

20 -2,847

40 -2,718

60 -2,631

80 -2,551

100 -2,6
Suhu 70°C (Orde 1)
-2.5
0 20 40 60 80 100 120
-2.6

ln Ct
-2.7

-2.8

-2.9
y = 0.0033x - 2.8677
Waktu
R² = 0.8059

Suhu 80°C (Orde 0)

Waktu Ct

20 0,076

40 0,072

60 0,066

80 0,058

100 0,054

Suhu 80°C (Orde 0)


0.1
0.08
0.06
Ct

0.04
0.02
0
0 50 100 150
Waktu y = -0.0003x + 0.0826
R² = 0.9871
3.1.2 Penentuan Nilai Energi Aktivasi

T (K) K

323 0,0981 1/T ln K

333 0,0088 0,00309 -2,32

343 0,0033 0,003 -4,73

353 0,0003 0,00291 -5,71

0,00283 -8,11

0
0.0028 0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315
-2

-4
ln K

-6

-8

-10
y = 21038x - 67.438
1/T
R² = 0.9723

y = 21038x - 67,438

ln K = ln A - Ea/R x 1/T
Ea = b x R
Ea = 21038 x 8,314
Ea = 174909,93 J
3.1.3 Penentuan Konstanta Kecepatan Reaksi di Suhu Ruang

 Ekstrapolasi T menjadi 25°C (298 K)

y = 21038x - 67,438

ln K = 21038 (1/298) - 67,438

ln K = 70,59 - 67,438

ln K = 3,152

K = 23,382

3.1.4 Penentuan Usia Simpan (Waktu Kadaluarsa) di Suatu Ruang

 Suhu 70°C Orde 1

y = 0,0033x - 2,8677

Mencari nilai Co dengan menghitung Ct saat t=0

y = 0,0033x - 2,8677
ln Ct = 0,0033x - 2,8677
ln Ct = 0,0033 (0) - 2,8677
ln Ct = - 2,8677
Ct = 0,056 N sebagai Co

Menghitung nilai t saat Ct = 90% Co

ln Ct = ln Co - K t
ln 90%Co = ln Co - K t
ln 0,9 x 0,056 = ln 0,056 - 0,0033 t
(- 2,987) = (- 2,882) - (0,0033 t)
0,0033 t = (-2,882) + (2,987)
0,0033 t = 0,105
t = 31,81 menit

3.1.5 Penentuan Waktu Paruh

ln Ct = ln Co - K t
ln 50%Co = Ln Co - K t
ln (0,5 x 0,056 ) = ln 0,056 - 0,0033 t
ln 0,028 = 0,916 - 0,0034 t
(-3,57) = (-2,88) - 0,0033 t
0,0033 t = (-2,88) + (3,57)
0,0033 t = 0,69
t = 209 menit

3.2 Pembahasan

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk


mempertahankan sifat dan katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas,dan kemurnian
dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan.
(joshita, 2008)

Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia
pada sediaan yang dibuat termasuk eksipien dan sistem kemasan yang digunakan
untuk formulasi sediaan dan fraksi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan
cahaya. (Joshita, 2008)
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain
adalah panas, cahaya, kelembaban, oksigen, ph, mikroorganisme, dan lain-lain
digunakan dalam formula sediaan obat tersebut. (Lachman, 1994)

faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu reaksi yaitu temperatur,


kekuatan ion dan pengaruh ph. Selain itu dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan
konstanta dielektrik dan katalisator lainnya. (Lachman, 1994)

Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro
suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan
terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. panas, asam-asam, alkali-
alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan
rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu
ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua
molekul bertabrakan dalam tabung reaksi. (Moechtar, 1989)

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu dapat menerangkan faktor faktor yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat, dapat menentukan energi aktivasi dari reaksi
penguraian suatu zat, dapat menentukan waktu paruh dan waktu kadaluarsa suatu
zat, dan dapat menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan kestabilan
suatu zat(Voigt,1995:607).

Pada percobaan stabilitas ini sampel yang digunakan adalah asetosal.


Variasi suhu yang digunakan pada praktikum ini yaitu 50°C; 60°C, 70°C; dan
80°C. Dimana maksud dari dilakukannya variasi suhu tersebut yaitu agar
diketahui pada suhu berapa suatu sediaan secara optimum dapat stabil dan untuk
mengetahu pengaruh termperatur terhadap kecepatan reaksi suatu obat. Variasi
waktu yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 20; 40; 60;80; dan 100 dimana
maksud dilakukannya variasi waktu tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada
setiap waktu, kestabilan suatu obat makin berkurang atau batas kadaluarsa obat
semakin cepat(Jenkins,1957:73).

Pertama dilakukan pembuatan larutan asetosal. Agar mudah larut asetosal


dilarutkan pada larutan garamnya yaitu natrium sitrat. Karena jika dilarutkan
dengan aquades sesuai dengan yang tertera di FI III, asetosal agak sukar larut
dengan aquades. Jadi proses pembuatan larutannya adalah dengan mengambil
jumlah asetosal dengan natrium sitrat dengan perbandingan 1 : 2, yaitu
asetosalnya sebanyak 2 g dan natrium sitrat 4 g. Natrium sitrat dilarutkan terlebih
dahulu dengan 1/3 bagian dari 200 ml menggunakan aquades bebas CO2 panas
kemudian di ad kan hingga 200 ml. Ketika sudah larut tunggu hingga dingin. Kita
perlu menunggu larutan hingga dingin karena apabila masih panas kemudian
segera dicampurkan dengan asetosal, maka dapat menyebabkan adanya peruraian
pada asetosal tersebut. Sebagaimana kita tahu bahwa asetosal dapat terurai
menjadi asam salisilat dan asam asetat. Ketika sudah dingin, baru kemudian
asetosal yang sudah ditimbang dilarutkan ke dalam larutan natrium sitrat tersebut.
Pelarutannya menggunakan alat ultrasonic, semacam alat yang memiliki sinar
yang dapat menembaki partikel-partikel agar mudah larut. Larutan asetosal 200
ml ini kemudian dibagi 20 dengan volume masing-masing 8 ml, dimasukkan ke
dalam vial yang bertutup agar ketika dipanaskan tidak terjadi penguapan

Proses selanjutnya yaitu untuk mengetahui konsentrasi dari larutan


tersebut pada suhu dan waktu tertentu. Dimasukkan vial-vial tersebut kedalam
oven dan penangas air dengan suhu 50°C; 60°C, 70°C; dan 80°C, dengan
perbedaan waktu menit ke-20; ke-40; ke-60; ke-80; dan ke-100. Setelah 20 menit
diambil 1 vial dari masing masing suhu kemudian didinginkan, diambil larutan
sebanyak 5ml dimasukan kedalam labu titrasi diteteskan dengan fenolftalein
kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Fenoftalein ini memiliki trayek pH antara
8,3-10 sesuai dengan titik ekivalen titrasi. Warna yang terjadi perubahannya
sangat jelas, yakni dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Kemudian tercapai
titik akhir titrasi dengan volume titran kelompok kami menit ke-20 3,8ml; menit
ke-40 3,6ml; menit ke-60 3,3ml; menit ke-80 2,9ml; dan menit ke-100 2,7ml.
Pada praktikum kinetika reaksi ini, orde reaksi yang kami peroleh ialah pada suhu
50°C mengikuti kinetika reaksi orde dua dengan nilai r2 0,575; pada suhu 60°C
mengikuti kinetika reaksi orde dua dengan nilai r2 0,0088; pada suhu 70°C
mengikuti orde reaksi satu dengan nilai r2 0,8059; dan yang terakhir pada suhu
80°C mengikuti orde reaksi nol dengan nilai r2 0,9871. Secara teori asetosal
mengikuti orde reaksi satu hal itu dikarenakan laju reaksi tergantung pada
konsentrasi suatu reaktan dalam formulasi. Yang sesuai dengan teori hanyalah
pada suhu 70°C. Maka dari itu, untuk mencari nilai k, t 1/2 dan t 90% kami
mengikuti teori yakni menggunakan orde satu. Dengan persamaan Arrhenius
didapatkan hasil energi aktivasi (Ea) sebesar 174909,93 J, kemudian dilakukan
penentuan konstanta kecepatan reaksi pada suhu ruang didapatkan hasil K =
23,382 . Kemudian dicari waktu paruh (t1/2) dan waktu kadaluarsanya (t90%).
Didapatkan hasil t1/2 = 209 menit dan t90% = 31,81 menit (Josita,2008:8).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang mempengaruhi stabilitas obat tergantung pada profil sifat fisika
dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya
temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme.
Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran
partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.

2. Berdasarkan persamaan Arrhenius, diperoleh energi aktivasi (Ea) sebesar


174909,93 J.

3. Waktu paruh (t1/2) yang diperoleh yaitu 209 menit dan waktu kadaluarsanya
(t90%) yaitu 31.81 menit.

4. Secara teori, asetosal mengikuti orde reaksi satu. Orde reaksi yang sesuai
dengan teori hanyalah pada suhu 70°C. Oleh karena itu, digunakan orde reaksi
dengan suhu 70°C untuk mencari nilai k, t 1/2 dan t 90%.

4.2 Saran

1. Untuk praktikum berikutnya perlu dilakukan percobaan stabilitas dengan suhu


yang lebih banyak variasinya.

2. Perlu dilakukan percobaan dengan sampel yang lebih bervariasi agar dapat
membedakan pengaruh sampel terhadap stabilitas

3. Sebaiknya selama praktikum, praktikan lebih barhati-hati agar data yang


didapatkan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar : UMI


Ansel C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Jakarta : UI Press

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI

Jenkins. 1957. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press

Joshita. 2008. Obat-Obat untuk Paramedis. Jakarta : UI Press

Lachman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3. Jakarta : UI Press

Moechtar. 1989. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

LAMPIRAN

SUHU 50

 Menit 20
M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 2 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 2𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,04 N

 Menit 40

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 2,9 ml = M2 x 5ml


0,1 𝑁 𝑥 2,9𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,06 N

 menit 60

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3𝑚𝑙
M2 =
5 𝑚𝑙

M2 = 0,07 N

 Menit 80

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,5 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 1,8𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,07 N

 Menit 100

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,06 N
SUHU 60

 Menit 20

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 4,5 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 4,5𝑚𝑙
M2 =
5 𝑚𝑙

M2 = 0,09 N

 Menit 40

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,7 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥3,7𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,074 N

 Menit 60

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 4 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥4𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,08 N

 Menit 80

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 4,7 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 4,7𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,094 N

 Menit 100
M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 4,1 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 4,1𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,082 N
SUHU 70

 Menit 20

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 2,9 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 2,9𝑚𝑙
M2 =
5 𝑚𝑙

M2 = 0,058 N

 Menit 40

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,3 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3,3𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,066 N

 Menit 60

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,6 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3,6𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,072 N

 Menit 80

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,9 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3,9𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,078 N

 Menit 100
M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,7 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3,7𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,074 N
SUHU 80

 Menit 20

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,8 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3,8𝑚𝑙
M2 =
5 𝑚𝑙

M2 = 0,076 N

 Menit 40

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,6ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3,6𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,072 N

 Menit 60

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 3,3ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 3,3𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,066 N

 Menit 80

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 2,9 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 2,9𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,058 N

 Menit 100
M1 x V1 = M2 x V2

0,1 N x 2,7 ml = M2 x 5 ml
0,1 𝑁 𝑥 2,7𝑚𝑙
M2 = 5 𝑚𝑙

M2 = 0,054N

Anda mungkin juga menyukai