Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II - TL 2201


MODUL 03
LONCATAN HIDROLIS

Nama Praktikan : Daffa Reyhan Aldrien Putra


NIM : 15318021
Kelompok/Shift : 3A (10.30 – 12.00)
Tanggal Praktikum : Kamis, 6 Februari 2020
Tanggal Pengumpulan : Kamis, 13 Februari 2020
PJ Modul : Putri Shafa Kamila (15317054)
Jason Junaidi (15317079)
Asisten yang Bertugas : Yusep Ramdani (15316030)
Rinaldy Jose N (15317063)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
I. TUJUAN

1. Menentukan debit aktual (Qaktual) serta pengaruhnya terhadap loncatan hidrolis

2. Menentukan nilai bilangan froude (Fr) untuk mengetahui regim aliran kritis, super
kritis, atau subkritis.

3. Menentukan nilai energi spesifik (Es) untuk mengetahui profil perubahan energi
spesifik

4. Menentukan nilai efisiensi loncatan (Es6/Es2) untuk menentukan dampak loncatan


hirdolis terhadap kehilangan energi.

II. DATA AWAL


2.1 Data yang diukur :
a. Data awal pengukuran

Tabel II.1 Data awal pengukuran

Hasil
Parameter Satuan
Pengukuran
Massa beban 2,5 kg
o
Suhu air awal 26 C
o
Suhu air akhir 28 C
Lebar saluran 0,076 m

b. Data awal pengamatan di hulu dan di hilir

Tabel II.2 Hasil pengukuran waktu pada Hydraulic Bench

Waktu (s)
Variasi
t1 t2 t3 trata-rata
1 8.02 8.64 8.36 8.34
2 8.93 9.11 9.17 9.07
3 12.18 12.07 11.57 11.94
Tabel II.3 Hasil pengukuran kedalaman di hulu dan di hilir

Kedalaman (m)
Variasi
y1 y2 y3 y4 y5 y6
1 0.0814 0.0114 0.0199 0.0237 0.0319 0.0276
2 0.0705 0.0103 0.0175 0.0216 0.0306 0.0265
3 0.0432 0.0111 0.0157 0.0221 0.0279 0.0219

Tabel II.3 Hasil pengukuran jarak antar titik pengukuran

Jarak Titik (m)


Variasi
x1 x2 x3 x4 x5 x6
1 1.1 1.325 3.225 3.29 3.335 4.4
2 1.1 1.325 2.875 2.91 2.95 4.4
3 1.1 1.325 1.9875 2 2.035 4.4

2.2 Data Suhu dan Densitas Fluida

Massa jenis air yang digunakan dapat diketahui dengan menggunakan grafik
hubungan antara suhu dan massa jenis air yang dapat dilihat pada tabel II.5
Tabel II. 5 Hubungan antara suhu dan densitas

Suhu Densitas
(oC) (kg/m3)
0 999.9
5 1000
10 999.7
15 999.1
20 998.2
30 995.7
40 992.2
50 988.1
60 983.2
70 977.8
80 971.8
90 966.3
100 958.4

(sumber : Potter, 2007)

Data yang diketahui tentang hubungan densitas air dan suhu dapat dibuat grafik seperti
pada gambar dibawah ini.

1005
1000
Massa Jenis (kg/m3)

995
990
985
980
975
970
965
y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6
960
R² = 0.9991
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)

Gambar II.1 : Grafik hubungan suhu terhadap densitas


2.3 Data Suhu dan Viskositas

Massa jenis air yang digunakan dapat diketahui dengan menggunakan grafik
hubungan antara suhu dan massa jenis air yang dapat dilihat pada tabel II.6 dan grafik
2.

Tabel II. 6 Hubungan antara suhu dan viskositas

Suhu Viskositas
o
( C) (m2/s)
0 0.000001785
5 0.000001519
10 0.000001306
15 0.000001139
20 0.000001003
25 0.000000893
30 0.0000008
40 0.000000658
50 0.000000553
60 0.000000474
70 0.000000413
80 0.000000364
90 0.000000326
100 0.000000294
(sumber : Potter, 2007)

Data yang diketahui tentang hubungan densitas air dan suhu dapat dibuat grafik seperti
pada gambar dibawah ini.
0.000002
0.0000018
0.0000016

Viskositas (m2/s)
0.0000014
0.0000012
0.000001
0.0000008
0.0000006
0.0000004
0.0000002 y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06
0
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)

Gambar II.2 : Grafik hubungan suhu terhadap viskositas

III. PENGOLAHAN DATA


3.1 Perhitungan massa jenis dan viskositas
3.1.1 Perhitungan Massa Jenis
Berdasarkan gambar II.1 tentang hubungan densitas air dengan suhu , diketahui
persamaan untuk menentukan massa jenis air yang digunakan pada percobaan adalah
y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6 dengan y merupakan massa jenis air dan x adalah
suhu air. Pada percobaan ini didapatkan suhu rata-rata 27˚C. Maka massa jenis air yang
digunakan pada percobaan adalah :
y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6
y = -0.0035(27)2 - 0.0729(27) + 1000.6
𝑦 = 996.0802 kg/m3

Sehingga dapat diketahui massa jenis air yang digunakan adalah 996.0802 𝑘𝑔/𝑚3.

3.1.2 Perhitungan Viskositas Kinematis Air


Berdasarkan gambar II.2 tentang hubungan viskositas dengan suhu , diketahui
persamaan untuk menentukan viskositas air yang digunakan pada percobaan adalah y
= 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06 dengan y merupakan viskositas air dan x adalah suhu air.
Pada percobaan ini didapatkan suhu rata-rata 27˚C. Maka viskositas air yang digunakan
pada percobaan adalah :
y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06
y = 2E-10(27)2 - 3E-08(27) + 2E-06
𝑦 = 1.30745E-06 m2/s
Sehingga dapat diketahui viskositas air yang digunakan adalah 1.3358E-06 m2/s

3.2 Perhitungan Debit Aktual Dengan Menggunakan Hydraulic Bench


Ditentukan debit aktual dengan pengukuran menggunakan hydraulic bench, berikut
perhitungannya menggunakan variasi pertama:

Diketahui :
V = 0.007529514 m3
trata-rata = 8.34 s

Didapat debit aktual :

𝑉 0.007529514
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = = = 0.000902819 𝑚3 /𝑠
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 8.34

Maka diperoleh Qaktual dengan menggunakan adalah 0.000902819 m3/s untuk variasi
percobaan pertama. Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung
menggunakan cara diatas.

3.3 Perhitungan luas permukaan basah


Dari pengambilan data saat praktikum, dapat dihitung luas permukaan pada titik 1
variasi 1 adalah :

𝐴 = 𝑏 𝑥 𝑦𝑎𝑘𝑡 = 0.0814 𝑥 0.076


𝐴 = 0.0061864 m2

Dengan :

A : Luas permukaan basah (m2)


b : Lebar saluran (m)
yakt : Kedalaman air saat percobaan (m)
Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.

3.4 Perhitungan keliling basah


Dari pengambilan data saat praktikum, dapat dihitung keliling basah pada titik 1 variasi
1 adalah :

𝑃 = 𝑏 + 2𝑦𝑎𝑘𝑡 = 0.076 + 2𝑥(0.0814)


𝑃 = 0.2388 m

Dengan :

P : Keliling permukaan basah (m)


b : Lebar saluran (m)
yakt : Kedalaman air saat percobaan (m)

Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.

3.5 Perhitungan jari-jari hidrolis (R)


Untuk nilai R pada titik 1 variasi 1 dapat dihitung dengan persamaan berikut :

𝐴 0.0061864
𝑅= =
𝑃 0.2388
𝑅 = 0.025906198 𝑚

Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.

3.6 Menentukan Debit Aktual Air


Untuk menentukan debit aktual air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑉
Q = 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Dengan menggunakan data pada tabel II.2 variasi 1 untuk nilai trata-rata dan pada tabel
II.1 untuk nilai massa beban, maka didapatkan nilai debit aktual adalah :

0.007529514
Q= 8.34

= 0.000902819 m3/s
Cara ini berlaku sama untuk setiap titik pada variasi 1 dan variasi debit lainnya.

3.7 Menentukan Kecepatan Aliran Air

Untuk menentukan kecepatan aliran dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :


𝑄
v=𝐴

Dengan menggunakan data pada titik 1 variasi 1 pada tabel II.3, dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :

0.000902819
.v = 0.0061864

v = 0.145936158 m/s

Cara ini berlaku sama untuk setiap titik pada variasi 1 dan variasi kecepatan lainnya.

3.8 Menentukan Panjang Loncatan

Untuk menentukan panjang loncatan pada variasi 1 dapat menggunakan persamaan


sebagai berikut :

L = x5 – x3

L = 3.335 – 3.225

L = 0.11 m

Cara ini berlaku sama untuk setiap titik pada variasi 1 dan variasi bilangan Reynold
lainnya.

3.9 Menentukan Bilangan Fraude (NFr dan NFr2)

Untuk menentukan bilangan Fraude dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :


𝑣
NFr = (𝑔 𝑥 𝑦−𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙1)^0.5

0.145936158
NFr = (9.81 x 0.0814)^0.5

NFr = 0.163311287
NFr2 = 0.026670577

Cara ini berlaku sama untuk setiap titik pada variasi 1 dan variasi bilangan Fraude
lainnya.

3.10 Menentukan Energi Spesifik

Untuk menentukan nilai energi slope dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

ES = yaktual2 + (v2/2g)

ES = 0.0814 + (0.1459361582/2 x 9.81)

ES = 0.082485492 m

Cara ini berlaku sama untuk setiap titik pada variasi 1 dan variasi ES lainnya.

3.11 Menentukan Efisiensi Energi

Untuk menentukan efisiensi energi pada variasi 1 dapat menggunakan persamaan


sebagai berikut :

𝐸𝑆6 0.037041858
= 0.066743411
𝐸𝑆2

𝐸𝑆6
= 0.554988986
𝐸𝑆2

Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.

3.12 Menentukan Efektivitas Loncatan

Untuk menentukan koefisien kekasaran manning dapat menggunakan persamaan


sebagai berikut :

𝑦6 1
teoritis = 2 (√1 − 8𝐹𝑟22 − 1)
𝑦2

𝑦6 1
teoritis = 2 (√1 − 8 𝑥 3.11598624922 − 1)
𝑦2

𝑦6
teoritis = 3.93494539
𝑦2
Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.

3.13 Menentukan Kedalaman Kritis

Untuk menentukan nilai kedalaman kritis teoritis variasi 1 dapat menggunakan


persamaan sebagai berikut:

3 𝑄2
yc = √𝑏2 𝑔

3 0.0009028192
yc = √ 0.0762 𝑥 9.81

yc = 0.024320278

Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.

3.14 Menentukan Kehilangan Energi

Untuk menentukan nilai kehilangan energi pada variasi 1 dapat menggunakan


persamaan sebagai berikut :
∆ES = 𝐸𝑆2 − 𝐸𝑆6
∆ES = 0.066743411 − 0.037041858
∆ES = 0.029701553

Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.
3.15 Menentukan Tinggi Loncatan

Untuk menentukan nilai tinggi loncatan pada variasi 1 dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
H = 𝑦6 − 𝑦2
H = 0.0276 − 0.0114
H = 0.0162
Untuk variasi percobaan yang lainnya juga dapat dihitung menggunakan cara diatas.

IV. DATA AKHIR


Setelah dilakukan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka didapatkan hasil
perhitungannya sebagai berikut :

Tabel IV.1 Hasil Perhitungan Data Akhir Variasi 1

Variasi Titik A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2 ES (m)


1 0.0061864 0.145936 0.2388 0.025906198 0.163311287 0.026671 0.082485
2 0.0008664 1.042035 0.0988 0.008769231 3.115986249 9.70937 0.066743
3 0.0015124 0.596945 0.1158 0.013060449 1.351055516 1.825351 0.038062
1
4 0.0018012 0.501232 0.1234 0.014596434 1.039513875 1.080589 0.036505
5 0.0024244 0.372389 0.1398 0.017341917 0.665681956 0.443132 0.038968
6 0.0020976 0.430406 0.1312 0.015987805 0.827159356 0.684193 0.037042

Dibawah ini merupakan hasil pengolahan data untuk variasi 2 sebagai berikut :

Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Data Akhir Variasi 2

Variasi Titik A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2 ES (m)


1 0.005358 0.154938 0.217 0.024691 0.186306 0.03471 0.071724
2 0.000783 1.060496 0.0966 0.008104 3.336228 11.13042 0.067622
3 0.00133 0.624177 0.111 0.011982 1.506449 2.269389 0.037357
2
4 0.001642 0.505699 0.1192 0.013772 1.098578 1.206874 0.034634
5 0.002326 0.356964 0.1372 0.01695 0.651523 0.424482 0.037095
6 0.002014 0.412193 0.129 0.015612 0.808431 0.65356 0.03516
Serta hasil pengolahan data variasi 3, dihasilkan sebagai berikut :

Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Data Akhir Variasi 3

Variasi Titik A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2 ES (m)


1 0.0032832 0.192073 0.1624 0.020216749 0.295045444 0.087052 0.04508
2 0.0008436 0.747526 0.0982 0.008590631 2.265322639 5.131687 0.039581
3 0.0011932 0.528505 0.1074 0.01110987 1.346681998 1.813552 0.029936
3
4 0.0016796 0.375454 0.1202 0.013973378 0.806354702 0.650208 0.029285
5 0.0021204 0.297403 0.1318 0.016088012 0.568470887 0.323159 0.032408
6 0.0016644 0.378883 0.1198 0.013893155 0.817425838 0.668185 0.029217

Untuk kelengkapan data lainnya, yaitu volume, debit, kehilangan energi, efisiensi
energi, panjang loncatan, tinggi loncatan, kedalaman kritis, dan efektifitas lonvatan
dapat diliat pada tabel berikut :

Tabel. IV.4 Hasil perhitungan V, Q, Kehilangan Energi, ES6/ES2, L. Hi, y kritis


teoritis, y6/y2 aktual, y6/y2 teoritis

Kehilangan Energi
Variasi V (m3) Q (m3/s) ES6/ES2 L (m)
(m)
1 0.000902819 0.029701553 0.554988986 0.11
2 0.007529514 0.000830156 0.032461981 0.51994694 0.075
3 0.000630613 0.010364235 0.738150335 0.0475
y kritis teoretis
Variasi Hi (m) y6/y2 aktual y6/y2 teoritis
(m)
1 0.0162 0.024320278 2.421052632 3.93494539
2 0.0162 0.019145925 2.572815534 0.069381233
3 0.0108 0.019145925 1.972972973 2.74243324
V. ANALISIS A
5.1 Analisis Cara Kerja

Dalam praktikum ini pertama kali adalah mengukur lebar saluran, panjang, tinggi
ambang yang akan digunakan, yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan.
Selanjutnya mengoperasikan hydraulic bench dan mengukur temperature awal. Hal ini
bertujuan untuk menentukan massa jenis dari fluida tersebut, dilihat dari data tabel
massa jenis fluida terhadap suhunya. Serta mempengaruhi perhitungan karena adanya
kemungkinan untuk terjadinya proses penguapan pada fluida tersebut. Kemudian
dilakukan kalibrasi pada alat agar pengukuran ketinggian permukaan aliran lebih
akurat. Kemudian, menempatkan pintu air dengan jarak kurang lebih 90 cm dari inlet
untuk membentuk loncatan hidrolis. Setelahnya, diukur panjang loncatan dan
kedalaman aliran pada 6 titik di sepanjang saluran dan mencatat jarak antar titik
pengukuran tersebut agar didapat nilai jari-jari hidrolis saluran. Setelah itu, melakukan
pengukuran sebanyak 3 variasi waktu dengan menggunakan hydraulic bench pada satu
titik kedalaman yang sama dengan 3 variasi debit setiap pengukuran. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh data yang presisi dengan beberapa hasil rata – rata data dari
berbagai variasi. Terakhir, jika pengukuran telah selesai, mematikan hydraulic bench
dan mengukur temperature akhir untuk di interpolasikan untuk digunakan pada
perhitungan densitas air.
5.2 Analisis Grafik

a) Grafik Yaktual terhadap Jarak Antar Titik


0.09

0.08

0.07

0.06
Kedalaman (m)

0.05
y - x (1)
0.04
y - x (2)
0.03
y - x (3)
0.02

0.01

0
0 1 2 3 4 5
Jarak Antartitik (m)

Gambar V.1 Grafik Yaktual terhadap Jarak Antar Titik

Berdasarkan gambar V.1, dapat dilihat hasil plot kedalaman dan jarak antartitik bahwa
ada perubahan kedalaman, dari grafik tersebut kita dapat melihat profil aliran, yang
jika di bentuk skema sesuai dengan skema loncatan hidrolis
b) Grafik efektifitas loncatan terhadap nilai kuadrat dari bilangan Froude
3

2.5 y = 1.1372x0.336
R² = 0.997
2
y6/y2
1.5

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12
Fr^2

Gambar V.2 Grafik efektifitas loncatan terhadap nilai kuadrat dari bilangan
Froude

Dapat dilihat gambar V.2 Grafik y6/y2 terhadap Fr22, plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar V.2 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.997 , didapat nilai pengaruh 99.7%,
yang artinya keduanya berhubungan kuat, sesuai dengan rumus yang ada.

Pada gambar V.2 tersebut juga dapat dicari nilai galat dengan persamaan sebagai
berikut :

𝑦6
= 0.5 𝑥 (√1 + 8𝐹𝑟22 − 1)
𝑦2

Maka dilihat dari rumus diatas, dapat disimpulkan :

𝑦6
≈ (𝐹𝑟22 )0.5, bahwa y6/y2 berbanding lurus dengan Fr22
𝑦2

Sehingga, untuk mencari nilai galatnya, dapat membandingkan nilai pangkat dari
bilangan Froude dengan nilai pangkat persamaan garis yaitu y = 1.1372x0.336 yang
terdapat pada grafik sebagai berikut :
0.5 − 0.336
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0.5
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 32.8%
Dengan hasil galat adalah 32.8%, ada kesalahan saat melakukan praktikum sehingga
perlu dievaluasi.

c) Grafik Efisiensi Energi terhadap nilai kuadrat dari bilangan Froude di titik 2
0.8 y = 1.5437x-0.451
R² = 0.9999
0.7

0.6

0.5
Es6/Es2

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12
Fr^2 di titik 2

Gambar V.3 Grafik Efisiensi Energi terhadap nilai kuadrat dari bilangan
Froude di titik 2

Dapat dilihat gambar V.3 Grafik Es6/Es2 terhadap Fr2, plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier menurun. Berdasarkan gambar V.3 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.9999 , dengan nilai pengarun antar
variabel yang mencapai 99.99%, maka dua variabel saling berkaitan.
Pada gambar V.3 tersebut juga dapat dicari nilai galat dengan persamaan sebagai
berikut :
3
𝐸𝑠6 ( 8𝐹𝑟 2 +1 )2 −4𝐹𝑟 2 −1
=
𝐸𝑠2 8𝐹𝑟 2 ( 2+𝐹𝑟 2 )

Maka dilihat dari rumus diatas, dapat dilakukan penyederhanaan dengan dibagi
bilangan Froude pangkat terendah asumsi Fr2 = x
3 1 1
𝐸𝑆6 𝑥2+ 𝑥 𝑥2+ 1 𝑥2
~ 𝑥+ 𝑥 2 ~ dibagi x = 1+ 𝑥 1 = = 𝑥 −0,5
𝐸𝑆2 𝑥1

Sehingga, untuk mencari nilai galatnya, dapat membandingkan nilai pangkat dari 𝐹𝑟 2
adalah -0,5 dan nilai pangkat persamaan garis yaitu y = 1.5437x-0.451yang terdapat pada
grafik sebagai berikut :

−0.5 − (−0.451)
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
−0.5

%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 9.8%
d) Grafik tinggi loncatan terhadap nilai kuadrat bilangan Froude di titik 2
0.018
0.016
0.014
y = 0.0044x0.5587
0.012 R² = 0.9727

0.01
Hi (m)

0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 2 4 6 8 10 12
Fr^2 di titik 2

Gambar V.4 Grafik tinggi loncatan terhadap nilai kuadrat bilangan Froude di
titik 2

Dapat dilihat gambar V.4 Grafik Hi terhadap 𝐹𝑟 2 , plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar V.4 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.9727 , dengan nilai pengaruh 97.27%
maka kedua variabel saling berhubungan kuat sesuai dengan rumus yang ada.
Pada gambar V.4 juga didapatkan nilai dari pangkat persamaan garis adalah y =
0.0044x0.5587. Ini merupakan nilai pangkat dari variable 𝐹𝑟2 2 berdasarkan grafik.
Maka, secara aktual hubungan antara Hi dengan 𝐹𝑟2 2 sebagai berikut :

𝐻𝑖 = 𝑦6 - 𝑦2
𝑦2 = 𝑦6 - Hi
𝑉22
𝐹𝑟2 2 = 𝑔(𝑦
6 − Hi )

𝑉22
(𝑦6 − Hi ) = 𝑔( 𝐹𝑟 2
2 )

𝑉22
Hi = 𝑦6 -
𝑔( 𝐹𝑟2 2 )
1
Hi ~ ( 𝐹𝑟 2
2 )

Sehingga didapatkan persamaan dari nilai pangkat dari 𝐹𝑟 2 adalah -1 sehingga galat
nilai pangkat secara aktual dan teoritis dapat ditentukan sebagai berikut :

−1 − (0.5587)
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
−1

%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 155.87%
Dengan hasil galat adalah 155.87%, maka faktor kesalahan saat melakukan praktikum
sangat besar.
e) Grafik panjang loncatan terhadap efektifitas loncatan
0.12

0.1 y = 0.0105x2.3251
R² = 0.5916
0.08
L (m)

0.06

0.04

0.02

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
y6/y2 aktual

Gambar V.5 Grafik panjang loncatan terhadap efektifitas loncatan

Dapat dilihat gambar V.5 Grafik L terhadap y6/y2, plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar V.5 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.5916, pengaruh L terhadap y6/y2
adalah 59.16%, sehingga L dan y6/y2 dapat disimpulkan tidak saling memiliki
keterkaitan.
f) Grafik Panjang Loncatan terhadap Debit Aktual
0.12

y = 411892x2.1716
0.1
R² = 0.94

L (m) 0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001
Qaktual (m^3/s)

Gambar V.6 Grafik Panjang Loncatan terhadap Debit Aktual

Dapat dilihat gambar V.6 Grafik L terhadap Q, plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar V.6 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.94, sehingga L mempengaruhi Qaktual
sebesar 94 %

Pada dasarnya, hubungan antara debit ( Q ) dan Panjang loncatan (L) bisa dikaitkan
dengan daerah superkritis. Jika debitnya besar, daerah superkritis juga akan membesar
karena energi potensial semakin menurun dapat dilihat pada titik 5 dan titik 3, titik 5
dan 3 merupakan titik dimana aliran bersifat superkritis. Jika daerah superkritis
membesar maka otomatis jarak antara titik dan 3 semakin membesar pula. Hal ini
menyebabkan nilai L juga akan membesar karena secara matematis nilai L = X5 – X3
dan juga berdampak memperbesar nilai bilangan Froude aliran. Hal tersebut dapat
diamati dari hubungan debit dan kecepatan dimana debit memiliki hubungan yang
sebanding dengan kecepatan (v). Maka dapat disimpulkan jika debit semakin besar
maka bilangan froude akan semakin membesar dan semakin besar bilangan Froude
akan semakin kritis suatu aliran yang terbentuk.
g) Grafik Kedalaman terhadap Energi Spesifik Variasi 1

Gambar V.7 Grafik Kedalaman terhadap Energi Spesifik variasi 1

Pada grafik tersebut dapat dilihat hubungan kedalaman dengan energi spesifik pada
variasi debit 1 yaitu 0.0009 m3/s. Setelah ditinjau, dapat disimpulkan bahwa titik kritis
terjadi saat nilai energi spesifik minimum yaitu pada titik 4. Pada titik tersebut,
kedalamannya adalah 0.023 m dan energi spesifiknya 0.036 m. Berdasarkan data pada
tabel IV.4, nilai y kritis teoritis adalah 0.024320278 m. Maka didapat galat :

0.023 − 0.024320278
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0.024320278

%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 5.42%
Berdasarkan grafik, dapat ditinjau titik-titik subkritis pada aliran yaitu yang berada
diatas garis y = 2/3 ES yaitu titik 1, 5, dan 6, sedangkan titik-titik superkritis pada aliran
yang berada dibawah garis y = 2/3 ES yaitu titik 2 dan 3.

h) Grafik Kedalaman terhadap Energi Spesifik Variasi 2

Gambar V.8 Grafik Kedalaman terhadap Energi Spesifik variasi 2

Pada grafik tersebut dapat dilihat hubungan kedalaman dengan energi spesifik pada
variasi debit 1 yaitu 0.00083 m3/s. Setelah ditinjau, dapat disimpulkan bahwa titik kritis
terjadi saat nilai energi spesifik minimum yaitu pada titik 4. Pada titik tersebut,
kedalamannya adalah 0.021 m dan energi spesifiknya 0.034 m. Berdasarkan data pada
tabel IV.4, nilai y kritis teoritis adalah 0.024320278 m. Maka didapat galat :

0.021 − 0.022997169
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0.022997169
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 8.68%
Berdasarkan grafik, dapat ditinjau titik-titik subkritis pada aliran yaitu yang berada
diatas garis y = 2/3 ES yaitu titik 1, 5, dan 6, sedangkan titik-titik superkritis pada aliran
yang berada dibawah garis y = 2/3 ES yaitu titik 2 dan 3.

i) Grafik Kedalaman terhadap Energi Spesifik Variasi 3

Gambar V.9 Grafik Kedalaman terhadap Energi Spesifik variasi 3

Pada grafik tersebut dapat dilihat hubungan kedalaman dengan energi spesifik pada
variasi debit 1 yaitu 0.00063 m3/s. Setelah ditinjau, dapat disimpulkan bahwa titik kritis
terjadi saat nilai energi spesifik minimum yaitu pada kedalaman 0.017 m dan energi
spesifiknya 0.029 m (tidak pada titik terukur, disesuaikan dengan grafik). Berdasarkan
data pada tabel IV.4, nilai y kritis teoritis adalah 0.019145925 m. Maka didapat galat
:

0.017 − 0.019145925
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0.019145925

%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 11.2%
Berdasarkan grafik, dapat ditinjau titik-titik subkritis pada aliran yaitu yang berada
diatas garis y = 2/3 ES yaitu titik 1, 4, 5, dan 6, sedangkan titik-titik superkritis pada
aliran yang berada dibawah garis y = 2/3 ES yaitu titik 2 dan 3.

5.3 Jenis-Jenis Loncatan

Terdapat lima jenis lompatan hidraulik dalam saluran terbuka yang diklasifikasikan
berdasarkan bilangan Froude aliran.

1. Loncatan berombak, saat Fr = 1 - 1.7

Pada aliran ini, dapat diamati ombak pada permukaan air

2. Loncatan lemah, saat Fr = 1.7 – 2.5

Pada aliran ini, dapat diamati rangkaian gulungan ombak pada permukaan loncatan
yang secara keseluruhan kecepatannya seragam sehingga ada sedikit kehilangan energi

3. Loncatan berisolasi, saat Fr = 2.5 – 4.5

Pada aliran ini, dapat diamati semburan berisolasi, setiap isolasi menghasilkan
gelombang tak teratur yang besar, seringkali menjalar sampai jauh sehingga
menyebabkan kerusakan pada tanggul yang ada di danau atau panta

4. Loncatan tetap, saat Fr = 4.5 - 9

Pada aliran ini, keadaan ujung-ujungnya bergulung dan titik dimana kecepatan
semburannya tinggi cenderung memisahkan diri dari aliran,
5. Loncatan kuat, saat Fr > 9

Pada aliran ini, terdapat kecepatan semburan yang tinggi sehingga memisahkan
hempasan gelombang gulung dari permukaan loncatan, dan menimbulkan gulungan
gelombang hilir

Gambar V.10 Ilustrasi loncatan hidrolis


5.4 Penurunan Rumus y6/y2

Lj

garis energi
EL

Vb 2
2g
Va 2
2g
Ea Eb

Wsin  yb
Pb
Wcos  W
Pa ya
Fs

aliran superkritis loncatan air aliran subkritis


a b

Gambar V.11 Loncatan air.

Berdasarkan gambar V.11, dapat dilihat daerah dibatasi oleh penampang (a) dan
penampang (b). Dengan menerapkan persamaan momentum pada kedua penampang
tersebut, maka

 Fx  M b  M a
Pa  Pb  FS  W sin   M b  M a

dimana :

Pa  1
2  b ya 2  gaya hidrostatis pada penampang (a)
Pb  1
2  b yb 2  gaya hidrostatis pada penampang (b)
Fs  gaya geser antara badan saluran dengan air yang mengalir
W  berat air pada control volume yang dibatasi oleh penampang (a) dan (b)
M a  flux momentum aliran pada penampang (a)   a  Q Va
M b  flux momentum aliran pada penampang (b)  b  Q Vb
Sedangkan dasar saluran horizontal ,   0, maka W sin   0 dan Fs  0 sehingga
persamaan momentum di atas menjadi sebagai berikut :

1
2  b y a 2  1 2  b yb 2   a  Q Va   b  Q Vb

Diasumsikan distribusi kecepatan merata di penampang (a) maupun penampang (b),


maka  a   b  1 , dan dengan menggunakan prinsip persamaan kontinuitas bahwa

debit persatuan lebar saluran q  Va y a  Vb yb , sehingga :

1
2  y a 2  1 2  yb 2   q Va   q Vb
2 q2  1 1 
( yb 2  y a 2 )    
g  y a yb 
2 q2
y a yb ( y a  yb )   2 yc
3
g
yb  y  2 q2
1  b   3
 2 Fra
2
ya  y a  g ya

Va
dimana Fra = bilangan Froude pada penampang (a) sama dengan Fra 
g ya

sehingga didapat hubungan antara ya (kedaman awal loncatan) dan yb (kedalaman akhir
loncatan), sebagai berikut :

yb
 1   1  1  8Fra 2  atau :
ya
2
 
y𝑦6
a   1  1  8Fr 2 
=1 20.5(
 √1 + 8𝐹𝑟2 −
2 b 1
y𝑦2
b 

5.5 Analisis Kesalahan

Dalam praktikum dan perhitungan kali ini, adanya kemungkinan kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan contohnya seperti memulai dan mengakhiri stopwatch.
Adanya kesalahan dalam memulai dan mengakhiri stopwatch seperti tidak sigapnya
seseorang yang menggunakan stopwatchnya, sehingga dapat mengubah hasil
perhitungan Qaktual . Hal ini tentu jelas memberi dampak pada perhitungan dan
perbandingan lainnya. Selanjutnya terdapat juga kesalahan saat peletakan beban.
Peletakan beban harus dilakukan tepat pada saat beban mulai terangkat. Hal inilah yang
sering kali menimbulkan ketidakakuratan, sebab kesigapan dan kecepatan praktikan
sangat berpengaruh dalam memperhitungkan waktu ketika lengan hydraulic bench
mulai terangkat. Kesalahan pembacaan alat sangat mungkin terjadi dan biasanya
disebabkan oleh skala alat yang terlalu kecil untuk dilihat mata atau saat mengalibrasi
alat yang tidak tepat, sehingga menimbulkan kebingungan bagi praktikan saat
membaca alat dan menyebabkan hasil percobaan menjadi kurang akurat.
Faktor kesalahan lainnya adalah saat menentukan skala antar titik panjang loncatan dan
kedalaman aliran yang terbagi menjadi 6 titik di sepanjang saluran

VI. ANALISIS B
Prinsip kerja dari praktikum ini yaitu loncatan hidrolis, yang pada bidang teknik
lingkungan dapat diaplikasikan saat pembangunan saluran sewerage dan saat
perhitungan faktor asimilasi sungai :

a. Pembangunan Saluran Sewerage


Saluran sewerage adalah saluran open flow yang memanfaatkan turbulensi dari aliran,
adanya turbulensi diperlukan untuk menjaga limbah yang dialirkan tidak membentuk
sedimentasi dan menimbulkan resiko peluapan. Perubahan profil aliran dari superkritis
ke subkritis dan sebaliknya memungkinkan untuk terjadinya turbilensi. Maka
seringkali pemanfaatan pintu air dilakukan untuk menjaga turbulensi aliran
Gambar VI.1 : Ilustrasi saluran sewerage
(sumber: Bhutto, 2019)

b. Perhitungan Faktor Asimilasi Sungai


Perhitungan faktor asimilasi pada sungai diperlukan untuk mereduksi konsentrasi
limbah yang dialirkan pada sungai tersebut, dibangunnya pintu air pada sungai adalah
salah satu faktor yang dapat memperbesar decay rate pada limbah

Gambar VI.2 : Ilustrai ambang pada sungai


(sumber : Wijaya, 2019)
VII. KESIMPULAN

1. Berikut tabel debit aktual (Qaktual) dan variasinya

Variasi Q (m3/s)

1 0.000902819
2 0.000830156
3 0.000630613

Debit memengaruhi panjang loncatan hidrolis dengan pengaruh hingga 94% sesuai
dengan gambar V.6

2. Bilangan Froude dan regim aliran dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel VII.1 Bilangan Froude dan Regim Aliran Variasi 1

Variasi Titik Fr Regim aliran


1 0.163311 Subkritis
2 3.115986 Superkritis
3 1.351056 Superkritis
1
4 1.039514 Mendekati kritis
5 0.665682 Subkritis
6 0.827159 Subkritis

Tabel VII.2 Bilangan Froude dan Regim Aliran Variasi 2


Variasi Titik Fr Regim aliran
1 0.186306 Subkritis
2 3.336228 Superkritis
3 1.506449 Superkritis
2
4 1.098578 Mendekati kritis
5 0.651523 Subkritis
6 0.808431 Subkritis
Tabel VII.3 Bilangan Froude dan Regim Aliran Variasi 3
Variasi Titik Fr Regim aliran
1 0.295045 Subkritis
2 2.265323 Superkritis
3 1.346682 Superkritis
3
4 0.806355 Subkritis
5 0.568471 Subkritis
6 0.817426 Subkritis

3. Berikut nilai energi spesifik aliran pada tiap variasi dan tiap titik

Tabel VII.4 Energi Spesifik Variasi 1


Variasi Titik ES (m)
1 0.082485492
2 0.066743411
3 0.038062243
1
4 0.036504981
5 0.038967963
6 0.037041858

Tabel VII.5 Energi Spesifik Variasi 2


Variasi Titik ES (m)
1 0.071724
2 0.067622
3 0.037357
2
4 0.034634
5 0.037095
6 0.03516
Tabel VII.6 Energi Spesifik Variasi 3
Variasi Titik ES (m)
1 0.045080319
2 0.039580861
3 0.029936386
3
4 0.029284797
5 0.03240807
6 0.029216626

4. Berikut nilai efisiensi loncatan (Es6/Es2) tiap variasi aliran

Tabel VII.7 Efisiensi Loncatan Tiap Variasi

Variasi ES6/ES2

1 0.554988986
2 0.51994694
3 0.738150335
DAFTAR PUSTAKA
Akan, Osman. 2006. Open Channel Hydraulics. Burlington : Elsevier
Companies.
Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with
Engineering Application. California : The McGraw
Companies.
Fondriest Environmental, Inc. “Streamflow Measurements.” Fundamentals
of Environmental Measurements. 17 Sept. 2015. Web. <
https://www.fondriest.com/environmental-
measurements/measurements/hydrological-
measurements/streamflow-measurements/ >. Diakses pada 12
Februai 2020 pukul 20.07
Satria, Yullus. 2019. Pintu Air Depok Siaga 1, Jakarta Terancam Banjir
Kiriman. http://www.cnnindonesia.com. Diakses pada 12
Februari 2020 pukul 20.01
LAMPIRAN
1. Mahmudi, Muhammad Jauharil dan Findi Rahardian. Makalah Aliran Kritis,
Subkritis, dan Superkritis. Universitas Islam Malang, 2015. Diakses pada 12
Februari 2020 pukul 20.52.

Anda mungkin juga menyukai