Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PROFIL KONDISI EKSISTING SISTEM

4.1 Umum
Kota Enviro merupakan kota yang memiliki luas 200,48 km2 dengan jumlah penduduk
mencapai 156.770 jiwa dan merupakan daerah yang cukup padat. Akibatnya, timbulan
sampah yang dihasilkan pun juga cukup banyak terutama dari area komersil dan domestik.
Oleh karena itu, sangat diperlukan pelaksanaan pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi
kriteria ideal dalam mengelola sampah yang dihasilkan sehingga diperlukan evaluasi lebih
lanjut agar terbentuk sistem pengelolaan sampah yang lebih baik.
Pewadahan sampah di kota ini terdiri atas pewadahan secara komunal dan individual.
Pewadahan komunal dengan menggunakan bak bata dan container, sedangkan pewadahan
secara individual dengan menggunakan kantong plastik ukuran 10 liter. Pengumpulan secara
komunal dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota dengan menyediakan
kontainer di tempat-tempat tertentu dan mengambil sampah yang diletakkan di depan rumah
masing-masing. Sedangkan pengumpulan secara individual dilakukan oleh Dinas Pertamanan
dan Kebersihan Kota menggunakan becak motor.
Setelah melihat kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kota Enviro ini, banyak yang
harus dievaluasi kembali agar pengelolaan sampah di kota ini dapat berjalan dengan baik. Hal
yang akan dievaluasi dilihat dari aspek teknis operasional dan aspek non teknis.

4.2 Timbulan dan Komposisi Sampah


4.2.1 Timbulan
Timbulan sampah yang dihasilkan di Kota Enviro bersumber dari pemukiman/ domestik,
kawasan komersil, institusi dan industri. Sampah domestik yaitu sampah yang dihasilkan
rumah tangga. Jenis sampahnya biasanya bercampur yaitu ada yang organik maupun
anorganik. Sampah organik merupakan sampah basah seperti sampah hasil sisa makanan,
daun-daun, kayu dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik, kertas, kain
(tekstil) dan lain-lain. Data timbulan sampah Kota Enviro dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Data Timbulan Sampah Kota Enviro


No sumber Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jum’at sabtu minggu Senin 2
Domestik (l/o/h)
1 HI 3,44 4,05 3,19 2,95 3,93 3,32 4,79 2,68
2 LI 3,44 4,05 3,93 3,56 2,82 1,72 3,32 2,58
3 MI 2,33 2,08 1,47 3,56 2,58 3,32 1,84 2,08
No sumber Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jum’at sabtu minggu Senin 2
Komersil (l/m2/h)
1 Hotel 1,575 1,775 1,810 1,675 1,640 1,670 1,625 1,610
2 Pasar 1,914 2,057 2,163 1,934 2,010 1,997 2,010 1,894
3 Toko 1,485 1,610 1,650 1,610 1,625 1,640 1,510 1,530
No sumber Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jum’at sabtu minggu Senin 2
Institusi (l/m2/h)
1 Kantor 1,169 1,256 1,241 1,175 1,174 0,00 0,00 1,173
2 Sekolah 1,129 1,130 1,121 1,125 1,128 1,130 1,132 1,138
No sumber Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jum’at sabtu minggu Senin 2
Industri (l/m2/h)
1 Industri 1,123 1,131 1,121 1,125 1,128 1,130 1,132 1,138
Sumber: Data Tugas Besar Pengelolaan Sampah, 2015

Data Perhitungan timbulan Kota Enviro dapat dilihat pada Lampiran E. Sementara data hasil
perhitungan timbulan sampah Kota Enviro dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Hasil Perhitungan Timbulan Sampah Kota Enviro
No. Penghasil Sampah Total Sampah (l/o/h) Timbulan Sampah rata-rata
(l/o/h)
Domestik
1. High Income 22,848 3,264
2. Low Income 20,100 2,871
3. Medium Income 16,324 2,332
Komersil
1. Hotel 11,898 1,699
2. Pasar 12,075 1,725
3. Toko 11,318 1,616
Institusi
1. Kantor 6,026 0,859
2. Sekolah 5,662 0,809
Industri
1. Industri 7,967 1,14
Sumber: Data perhitungan Tugas Besar Pengelolaan Sampah, 2015

Berdasarkan pengambilan sampel yang dilakukan di Kota Enviro, didapat hasil perhitungan
berat jenis sampah, timbulan sampah dan komposisi sampah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
1. Volume timbulan = πr 2 t
massa sampah
2. Berat jenis sampah =
volume timbulan
volume timbulan
3. Timbulan sampah domestik =
jumlah orang tiap rumah
volume timbulan
4. Timbulan sampah komersil dan institusi =
luas bangunan
berat komponen sampah
5. Komposisi sampah = berat total
×100%
Perhitungan timbulan sampah di Kota Enviro dapat dilihat di lampiran E.

4.2.2 Komposisi Sampah


Tabel 4.7 Komposisi Sampah Kota Enviro
Komposisi Domestik (%) Komersil (%) Institusi (%) Industri (%)
Sampah makanan
70,8 70,16 68,09 66,9
dan Halaman

Kelompok VIII IV-2


Kertas 6,1 8,46 11,11 6,67
Plastik 12,4 10,12 13,33 23,53
Logam 2,4 4,26 - 0,67
Kain 4,0 0,23 - 2,22
Lain-lain 4,3 6,77 7,98 -
Sumber: Data Tugas Besar Pengelolan Sampah, 2015

Sampah di kota Enviro yang bersumber dari kegiatan domestik, komersil, institusi dan
industri dibagi komposisinya menjadi sampah makanan dan halaman, kertas, plastik, logam,
kain dan lain-lain. Komposisi sampah terbesar adalah sampah makanan dan halaman yang
bersumber dari kegiatan komersil, sedangkan komposisi terendah adalah sampah jenis kain
yang bersumber dari kegiatan komersil.

4.3 Sistem Pengelolaan Sampah


4.3.1 Aspek Teknis Operasional
4.3.1.1 Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan di Kota Enviro masih belum memuaskan. Hal ini disebabkan oleh belum
terlayaninya semua kecamatan di Kota Enviro ini oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Sehingga masih didapati masyarakat yang mengolah sampahnya dengan cara yang salah,
contohnya dengan cara dibakar ataupun dibuang ke sungai atau selokan. Penduduk yang
dilayani hanya pada Kecamatan Moonrose dan kecamatan Dandelion dengan sampah yang
diangkut 25 m3/hari. Jika dilihat dari perbandingan rasio jumlah penduduk terlayani dengan
total penduduk seluruhnya, diketahui bahwa tingkat pelayanan Kota Enviro ini sebesar 40 %.

4.3.1.2 Daerah Pelayanan


Daerah pelayanan persampahan di Kota Enviro belum sesuai dengan yang diharapkan. Kota
Enviro memiliki luas 200,48 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 156.770 jiwa dan terdiri
dari tujuh kecamatan, dengan ketinggian wilayah daratan yang bervariasi. Daerah yang
terlayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan baru 2 kecamatan yaitu Kecamatan
Moonrose dan Dandellion dari tujuh kecamatan dengan presentase luas daerah yang sudah
terlayani adalah sebesar 40 %. Persentase ini didapatkan dari pebandingan rasio daerah
pelayan dengan total daerah seluruhnya. Daerah pelayanan Kota Enviro dapat dilihat lebih
jelas pada Lampiran F.4.

4.3.1.3 Pewadahan
Jenis pewadahan yang digunakan di Kota Enviro ini tergantung pada sumber sampah, yaitu
pewadahan individual menggunakan kantong plastik ( 10 liter) serta pewadahan komunal
menggunakan bak bata dan kontainer. Bak bata dengan tahun pengadaan 2010 ini berjumlah 4
buah yang kapasitas masing-masingnya 3 m3 dan frekuensi pengangkutannya sekali dalam 2
Kelompok VIII IV-3
hari. Selain bak bata, Kota Enviro juga menggunakan wadah berupa kontainer berjumlah 3
buah berkapasitas 6 m3. Kontainer yang telah diadakan sejak tahun 2012 ini diangkut satu kali
dalam sehari. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran F.5..

4.3.1.4 Pengumpulan
Sistem pengumpulan di kota Enviro dilakukan dengan menggunakan becak motor. Becak
motor yang sudah diadakan sejak tahun 2010 berjumlah 4 buah dengan ritasi per hari yaitu 2
kali dan kapasitas pengangkutan 1,5 m3. Pengumpulan sampah di Kota Enviro ini dilakukan
secara individual tidak langsung, hal ini dikarenakan kurangnya partisipasi masyarakat dalam
melakukan pembuangan sampah pada tempatnya, sehingga petugas Dinas Kebersihan dan
Pertamanan sebagai institusi pengelolaan sampah kota menyediakan sarana berupa Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (TPST) dimana sebelumnya akan ada petugas becak motor
yang mengambil sampah di setiap rumah. Kemudian sampah dari TPST ini akan diangkut
menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

4.3.1.5 Transfer dan Transportasi


Pengumpulan sampah ke TPS dilakukan oleh becak motor yang menjemput sampah setiap
harinya dari sumber. Sampah yang telah berada di TPS akan diangkut ke Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) setiap hari oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Enviro.
Jenis truk yang digunakan dalam pengangkutan sampah adalah dump truck berjumlah 2
dengan volume 6 m3. Dump truck dengan tahun pengadaan sejak 2012 ini melakukan ritasi 2
kali per hari. Selain penggunaan dump truck, Kota Enviro juga menggunakan armroll truck
yang diadakan sejak tahun 2012 berjumlah 1 buah dengan volume 6 m3 dan ritasi 3 kali per
hari.

4.3.1.6 Pembuangan Akhir


Sampah-sampah yang dihasilkan di Kota Enviro baik itu domestik, komersil, maupun
institusi, pada akhirnya dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem open
dumping. Luas TPA 16,8 km2 dengan sarana pendukung berupa jembatan timbang dan
bulldozer. Sistem open dumping adalah sistem dimana sampah dibiarkan menumpuk di
tempat terbuka tanpa ditimbun dengan tanah.

4.3.2 Aspek Non Teknis


4.3.2.1 Peraturan
Belum terdapat peraturan mengenai pengelolaan sampah di Kota Enviro.

4.3.2.2 Aspek Pembiayaan


Biaya operasional Kota Enviro berasal dari pemerintah daerah dan restribusi dari masyarakat
pelayanan.

4.3.2.3 Aspek Institusi


Kelompok VIII IV-4
Masalah persampahan Kota Enviro merupakan tugas pokok Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) yang harusnya dibantu oleh masyarakat. Kegiatan pengumpulan dari
rumah-rumah dan lokasi-lokasi sumber ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) serta
pembersihan jalan-jalan kota pun menjadi tanggung jawab DKP yang akhirnya dibuang ke
TPA.

4.3.2.4 Aspek Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat Kota Enviro dapat dikatakan kurang aktif. Pengumpulan dilakukan
sepenuhnya oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Sampah yang diangkut tersebut
sama sekali tidak diolah sehingga timbulan sampah kota ini bisa dikatakan cukup tinggi.

Kelompok VIII IV-5

Anda mungkin juga menyukai