Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan urin atau urinalisis merupakan pemeriksaan yang

memberikan informasi tentang ginjal, saluran urin dan mengenai faal

berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks

adrenal dan lain-lain. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dasar bagi

pemeriksaan selanjutnya, yang meliputi jumlah urin, makroskopik yaitu

warna dan kejernihan urin, berat jenis, protein, glukosa dan pemeriksaan

sedimen (Gandasoebrata, 2013).

Pemeriksaan protein dalam urin bertujuan untuk mengetahui tanda awal

penyakit ginjal atau penyakit sistemik signifikan lainnya. Pemeriksaan

proteinuria ini adalah metoda asam sulfosalisilat yang merupakan gold

standar (Zamanzad, 2009).

Metode standar yang menggunakan metode Asam Sulfosalisilat.

Pemeriksaan protein urin dengan asam Asetat 6% cukup peka, karena 0,004%

protein dapat dinyatakan dengan tes ini (Gandasoebrata, 2013).

Uji koagulasi, uji bang, dan uji asam sulfosalisilat merupakan uji – uji

yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya protein didalam urin atau yang

lebih dikenal dengan proteinuria. Pada uji koagulasi fungsi larutan

CH3COOH (larutan asam asetat) 6% sebanyak 1 - 3 tetes adalah sebagai

reagen untuk mendapat protein dari larutan sehingga terjadi perubahan dari

bening dan muncul endapan.


2

Selain itu, CH3COOH berfungsi untuk mengubah bentuk 3 dimensi dari

protein sehingga terjadi koagulasi. Fungsi dari pemanasan larutan yaitu untuk

mempercepat dan membantu proses pembentukan gumpalan pada urine yang

mengandung protein. Hasil positif ditandai dengan adanya gumpalan dalam

urine.

Uji koagulasi yang dilakukan menunjukkan hasil negatif karena tidak

adanya gumpalan atau perubahan warna yang keruh akibat protein. Urin yang

diuji dengan uji koagulasi akan menunjukkan warna bening

(Gandasoebrata, 2013).

Uji bang yang tidak menunjukkan perubahan warna apapun. Reagen pada

uji bang adalah pereaksi bang. Pereaksi bang tersebut berupa larutan bufer

dengan pH 4.7. Prinsip kerja uji ini sama dengan uji koagulasi yaitu protein

dalam urin akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena

mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan, sehingga

terbentuk kekeruhan, butiran, kepingan, atau gumpalan sesuai dengan

banyaknya kandungan protein dalam urin. Pada uji bang menunjukan hasil

yang negatif, menandakan bahwa dalam urin tersebut tidak terdapat protein

dan urin tersebut normal (Gandasoebrata, 2013).

Uji asam sulfosalisilat dilakukan dengan menambahan 25% asam

sulfosalisilat sebagai reagen. Asam dan urin akan bertemu dan menunjukkan

warna keruh pada pertemuan asam dan urin. Apabila terjadi warna yang

keruh, hasil yang ditunjukkan urin tersebut mengandung protein. Uji asam

sulfosalisilat yang dilakukan menunjukkan warna bening pada pertemuan


3

asam dan urin. Hal ini menunjukkan hasil negatif sehingga dalam urin

tersebut tidak terdapat protein (Gandasoebrata, 2013).

Asam asetat merupakan nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan

nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata latin

acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam

etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam

asetat yang tidak bercampur air (Tjokroadikoesoemo, 2004).

Asam cuka adalah senyawa berbentuk cairan, tidak berwarna, mempunyai

bau yang menyengat dan memiliki rasa asam yang tajam sekali.. Bahan ini

larut di dalam air, alkohol, gliserol dan eter, tetapi asam cuka tidak larut

dalam karbon disulfida. Kelarutannya tidak terhingga meskipun pada suhu

kamar. Cuka atau vinegar adalah suatu bahan penyedap kodimen yang

dihasilkan dengan cara fermentasi dari bahan dasar yang mengandung gula

atau pati. Bahan penyusun utama dari cuka atau vinegar adalah asam cuka

(asam asetat) (Tjokroadikoesoemo, 2004).

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu

rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana perbandingan metode pemeriksaan proteinuria yang

dimodifikasikan dengan Asam Cuka rumahan.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk melihat adanya perbandingan hasil positif (+)

dari pemeriksaan protein urin.


4

1.4. Tujuan penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbandingan hasil pemeriksaan protein urin dengan menggunakan

metode Asam Cuka rumahan.

1.4.2. Tujuan Khusus

1.4.2.1. Mengetahui Perbandingan hasil pemeriksaan protein urin

yang menggunakan Asam Cuka rumahan.

1.4.2.2. Mengetahui efek dari Asam Cuka rumahan, terhadap

pemeriksaan protein urin.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada petugas analis apakah ada

perbedaan hasil dari pemeriksaan protein urin yang menggunakan

metode Asam Cuka rumahan

1.5.2. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti, untuk menambah keterampilan, wawasan dan

pengetahuan mengenai metode Bang dan Asam Cuka rumahan.

Bagi instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi untuk mempertimbangkan pilihan metode pemeriksaan

protein urin.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proteinuria

Protein urine adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein dalam

urine dari adanya kerusakan ginjal. Ekskresi protein urine normal hingga 150

mg/hari. Oleh karena itu, jika jumlah protein dalam urine menjadi abnormal,

maka dianggap sebagai tanda awal penyakit ginjal atau penyakit sistemik

yang signifikan. Jika kadar gula darah tinggi selama beberapa tahun

kerusakan ginjal, maka kemungkinan akan terlalu banyak albumin akan

hilang dari darah. Proteinuria merupakan tanda bahwa ginjal telah menjadi

rusak (Bandiyah, 2009).

2.2. Mekanisme Protein Urine

Dinding pembuluh darah dan struktur jaringan yang ada disekitarnya

berperan penting sebagai barrier terhadap melintasnya makromolekuler

seperti globulin dan albumin. Hal ini terjadi karena peran sel endotel pada

kapiler, membrane berasal dari glomerulus dan epitel visceral.

Makromolekuler yang melintasi dinding kapiler berbanding terbalik dengan

ukurannya. Hal ini akibat heparin sulfat proteoglikans yang terdapat pada

dinding kapiler glomerulus menyebabkan pengaruh hambatan negative pada

makromolekuler seperti albumin. Adanya proses peradangan pada glomerulus

berakibat perubahan ukuran barrier dan hilangnya hambatan anionic sehingga

terjadilah protein urine. Mikroglobulin, αmikroglobulin, vasopressin, insulin

dan hormon peratiroid secara bebas melalui filter glomerulus dan selanjutnya
6

diabsorbsi serta dikatabolisme pada tubulus kontortus proksimalis. Kerusakan

pada epitel tubulus proksimalis menyebabkan kegagalan untuk merabsorbsi

protein dengan berat molekul rendah yang selanjutnya keluar melalui urine

(Jeanida, 2010).

2.3. Macam – macam Protein urin

2.3.1. Proteinuria Fisiologis

Dalam mendiagnosis adanya kelainan atau penyakit ginjal tidak

selalu adanya proteinuria. Proteinuria juga dapat ditemukan dalam

keadaan fisiologis yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan

bersifat sementara. Pada keadaan demam tinggi, gagal jantung, latihan

fisik yang kuat dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari. Proteinuria

fisiologis dapat terjadi pada masa remaja dan juga pada pasien

lordotik (Bawazier, 2009).

2.3.2. Protinuria Patologis

Indikator perburukan fungsi ginjal merupakan menifestasi dari

penyakit ginjal. Dikatakan patologis bila protein dalam urine lebih

dari 150 mg/24 jam atau 200 mg/24 jam (Bawazier, 2009).

Tiga macam proteinuria patologis:

a. Proteinuria Glomerulus

Bentuk ini hampir semua penyakit ginjal, dimana albumin

protein yang dominan pada urine (60-90%) pada urine,

sedangkan sisanya protein dengan berat molekul rendah

ditemukan hanya dalam jumlah sedikit (Bawazier, 2009).


7

b. Proteinuria Tubular

Ditemukannya protein berat molekul rendah antara 100-150

mg/hari terdiri atas β-2 mikroglobulin. Disebabkan karena

renal tubular asidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom fankoni,

pielonefritis kronis dan akibat cangkok ginjal

(Bawazier, 2009).

c. Overflow Proteinuria

Ekskresi protein dengan berat molekul < 40000 Dalton

→Light Chain Imunoglobulin, protein ini disebut dengan

protein Bences Jones. Terjadi karena kelainan filtrasi dari

glomerulus dan kemampuan reabsorbsi tubulus proksimal

(Bawazier, 2009).

2.4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Protein Urin

2.4.1. Penyakit Ginjal

Protein dalam urin dihasilkan dari kerusakan ginjal. Ketika ginjal

bekerja dengan benar, mereka menyaring produk limbah keluar dari

darah akan tetapi tetap menyimpan unsur penting termasuk albumin.

Albumin adalah protein yang membantu dalam mencegah air bocor

keluar dari darah ke jaringan lain. Protein plasma adalah komponen

penting dari setiap mahkluk hidup. Ginjal berperan sangat penting dalam

retensi protein plasma dengan tubulus ginjal yang berfungsi mereabsorpsi

protein melewati penghalang filtrasi glomerulus (Bandiyah, 2009).


8

2.4.2. Stress

Seseorang yang stress juga bisa memicu terjadinya hipertensi. Hal

tersebut dikarenakan kinerja kreatinin sebagai pengatur kadar protein

urine akan tidak stabil, sehingga mengakibatkan fungsi ginjal kesusahan

untuk menetralkan protein urine (Bandiyah, 2009).

2.4.3. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu penyakit yang sering dijumpai, di situ

ditemukan adanya kelainan berupa peningkatan tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastole berada diatas 140/90

mmHg, pengukuran sekurang - kurangnya dilakukan dua kali dengan

selang waktu pengukuran 4 jam. Kejadian hipertensi dalam kehamilan

cukup tinggi ialah 5-15%, merupakan satu diantara tiga penyebab

mortalitas (kematian) dan morbiditas (kejadian). Hal itu dikarenakan

angka kejadian yang tinggi dan penyakit ini mengenai semua lapisan

masyarakat.

2.4.3. Obat – Obatan

Obat - obatan yang dapat mengganggu fungsi ginjal seperti

toksisitas obat aminoglikosida dan toksisitas bahan kimia.


9

2.5. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Secara Laboratorium

2.5.1. Tahap pra analitik

Meliputi persiapan pasien, pengambilan sampel, dan pengiriman

sampel ke laboratorium pemeriksaan atau rujukan, serta penyimpanan

sampel. Semua faktor perlu dilakukan agar hasil pemeriksaan dapat

diiterprestasi secara baik dan berguna.

2.5.2. Analitik

Tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil

pemeriksaan. Sebelum melakukan pemeriksaan harus memperhatikan

sampel dahulu. Jika didapatkan hasil pemeriksaan positif palsu

disebabkan oleh hematuria, timgginya substansi molekuler, infus

polivinilpirolidon (pengganti darah), dan pengaruh obat. Jika

didapatkan negatif palsu disebabkan oleh urine yang sangat encer.

2.5.3. Pasca Analitik.

Tahap pencatatan dan pealaporan di labiratorium harus

dilaksanakan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian

hasil pemeriksaan.

2.6. Tanda – tanda Protein Urin

a. Urin dapat menjadi berbuih dan seseorang dapat memiliki nafsu makan

yang buruk.

b. Pembekakan pada wajah, tangan, perut, dan kaki.

c. Kelelahan dan penambahan berat badan karena retensi air.


10

d. Retensi air disekitar paru-paru dapat menyebabkan sesak nafas.

e. Proteinuria parah dapat menyebabkan gejala yang mengancam jiwa seperti

nyeri dada.

f. Tanda-tanda serius lainnya termasuk kebingungan, kehilangan kesadaran,

dan susah untuk buang air kecil.

2.7. Penyebab Protein

a. Penyakit glomerulus

Glumerulonefritis, glumeruloskerosis (diabetes dan hipertensi), deposit

amiloid glomerulus.

b. Penyakit tubulus (akibat gangguan reabsorbsi atau protein yang disaring)

Nefritis interstisialis kronis, fase poliurik pada nekrosis tubulus akut,

sindrom fanconi, toksin tubulus.

c. Penyakit non ginjal

Demam, olahraga berat, gagal jantung, proteinuria ortostatik, suatu

keadaan yang tidak berbahaya pada 2% remaja dimana terjadi proteinuria

dalam posisi tegak namun tidak saat berbaring.

d. Penyakit saluran kemih: infeksi, tumor, kalkuli.

e. Peningkatan produksi protein yang bias disaring:

rantai panjang immunoglobulin (Protein Bence Jones) pada mieloma,

mioglobinuria, hemoglobinuria. Trombosis vena renalis adalah sebab

sekaligus akibat dari proteinuria (Rubenstein, 2007)


11

2.8. Patofisiologi Protein Urin

a. Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi

dari protein plasma normal terutama albumin.

b. Kegagalan tubulus mengabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal

difiltrasi.

c. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular Weight Protein

(LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.

d. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan sekresi IgA

(Imunoglobulin A) dalam respon untuk inflamasi (Bawazier, 2009).

Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urine tergantung

mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein. Sejumlah

besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak

memasuki urine. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah

transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar

lainnya untuk menembus dinding glomerulus.

Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma dalam

urine (protein glomerulus). Protein yang lebih kecil (<20kDal) secara

bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal. Pada

individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan

albumin hanya sekitar 30 mg/hari, sisa protein pada urine akan diekskresi

oleh tubulus (Tamm Horsfall, Imunoglobulin A dan Urokinase) atau

sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan hormon peptida

(Bawazier, 2009).
12

2.9. Pemeriksaan Protein Urin

Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi

dan bermakna. Metode dipstick mendeteksi sebagian besar albumin dan

memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urine sangat pekat atau

terkontaminasi darah. Urine yang sangat encer menutupi proteinuria pada

pemeriksaan dipstick. Jika proteinuria yang tidak mengandung albumin dalam

jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu. Ini terutama sangat penting

untuk menentukan protein Bence Jones pada urine pasien dengan multiplek

myeloma. Tes untuk mengukur konsentrasi urine total secara benar sepeti

pada prespitasi dengan asam sulfosalisilat atau asam triklorasetat. Sekarang

ini, dipstick yang sangat sensitive tersedia dipasaran dengan kemampuan

mengukur mikroalbuminuria (30 - 300 mg/hari) dan merupakan petanda awal

dari penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus

pada nefropati diabetic dini (Bawazier, 2009).

2.9.1. Pemeriksaan Kualitatif

a. Pemeriksaan Protein Urine Metode Presipitasi Cuka Rumahan.

Cuka menjadi salah satu bahan yang mudah didapat di dapur

yang bisa anda gunakan untuk mengonfirmasi protein pada

urin.Bahan yang anda butuhkan ,½ gelas cuka, ½ tabung urin.

Tuang cuka ke tabung tuang urin yang dikumpulkan di pagi hari ke

atas cuka akan terjadi perubahan warna yang menandakan ada

protein pada urin, tapi bila warna tidak berubah maka berarti

hasilnya negatif.
13

Jika terjadi perubahan warna pada cuka maka, positif namun jika

tidak ada perubahan warna, maka hasilnya negatif. Untuk

melakukan uji protein urin dengan cuka, bisa menuangkan cuka ke

dalam tabung, setelah itu tuangkan urin ke dalam cuka. Tunggu 3-5

menit untuk melihat perubahan warna pada cuka. Asam asetat

merupakan nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama

yang paling dianjurkan oleh IUPAC. (Gandasoebrata,2007).

b. Pemeriksaan Protein Dengan Metode Pemanasan Asam Asetat 6%

Pada pemeriksaan protein urine dengan metode asam asetat ini

protein yang ada dalam koloid dipresipitasikan. Pemberian asam

asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektrik

protein, pemanasan selanjutnya untuk mengadakan denaturasi

sehingga terjadi presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya

garam - garam yang telah ada dalam urine atau yang sengaja

ditambahkan ke dalam urine (Gandasoebrata, 2007).

Percobaan asam asetat ini cukup peka untuk klinik, yaitu

sebanyak 0,004% protein dapat dinyatakan dengan tes ini. Asam

asetat yang dipakai tidak penting konsentrasinya tiap konsentrasi

antara 3 - 6% boleh dipakai, yang penting ialah pH yang yang

dicapai dengan pemberian asam asetat (Gandasoebrata, 2007).


14

Nilai Rujukan :

1. Metode Pemanasan Asam Asetat 6%

(-) : Tidak ada kekeruhan

(+) : Kekeruhn ringan tanpa butiran-butir (0,01 - 0,05%)

( +2 ) : Kekeruhan mudah dilihat dan Nampak butir - butir dalam

kekruhan tersebut (0,05 - 0,2%)

( +3 ) : Urine jelas keruh dan kekruhan berkeping-keping (0,2 -0,5%)

( +4 ) : Sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%)

2.9.2. Pemeriksaan Kuantitatif

Pemeriksaan urin secara kuantitatif dilakukan bila hasil dari

pemeriksaan semi kuantitatif menunjukkan +3 atau +4. Metode yang

digunakan bisa dengan cara esbach, tetapi metode ini ketepatannya dan

ketelitiannya sangat rendah, sehingga hasilnya hanya merupakan sekedar

pendekatan belaka (Gandasoebrata, 2010).


15

BAB 3

Kerangka Konseptual

3.1. Kerangka Konseptual

Pemeriksaan Protein Urin

Metode Bang Metode Asam Cuka Rumahan

Hasil (+) pemeriksaan protein urin

= Tidak diteliti

= Diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual


16

3.2. Penjelasan Kerangka Konseptual

Pemeriksaan terhadap protein urin termasuk pemeriksaan rutin.

Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan dalam urin berdasarkan kepada

timbulnya kekeruhan. Untuk mendeteksi adanya protein dalam urin dapat

dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Metode Bang yang mengandung

asam asetat dan disini saya ingin mengetahui apakah Asam cuka sendok dapat

mendeteksi protein didalam urin dengan membandingkan hasil (+) positif dari

pemeriksaan yang akan saya teliti.

3.3. Hipotesis

Hipotesis Penelitian

H1 : Ada perbedaan hasil pemeriksaan Protein Urin yang menggunakan

Metode Bang dan Asam cuka sendok.

Ho : Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan Protein Urin yang

menggunakan metode Bang dan Asam cuka sendok.


17

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimen karena tidak ada kontrol yang

memadai terhadap variabel – variabel pengganggu. Rancangan penelitian ini

menggunakan rancangan Static Group Comparation dengan menggunakan

metode pengambilan sampel Purposive Sampling.

Perlakuan Post Test

Kelompok Eksperimen

X1 1
X2 2

X1 sebagai percobaan pemeriksaan protein urin menggunakan Bang.

X2 sebagai percobaan pemeriksaan protein urin menggunakan Asam cuka

sendok.

4.2. Bahan Penelitian dan Jumlah Pengulangan

4.2.1 Bahan Penelitian

Bahan pada penelitian ini adalah urin yang mengandung (+) positif

mengandung protein sebanyak 16 sampel.


18

4.2.2 Jumlah Pengulangan

Penentuan jumlah pengulangan dilakukan berdasarkan rumus Federer

(t-1) (r-1) ≥15 :

(t-1) (r-1) ≤ 15

(2-1) (r-1) ≤ 15

(r-1) ≤ 15

r ≥ 16

Keterangan :

t : Kelompok Perlakuan

r : Jumlah replikasi atau pengulangan

Maka pada penelitian ini ada 2 perlakuan dengan jumlah sampel

sebanyak 16 kali.

4.3 Variabel dan Definisi Operasional

4.3.1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Perbandingan hasil protein urin menggunakan asam cuka

rumahan.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Pemeriksaan Protein Urin.

4.3.2. Definisi Operasional

Proteinuria adalah terdapatnya protein di dalam urin yang disebabkan

karena kerusakan membrane kapiler glomerulus, atau dikarena

gangguan mekanisme reabsorbsi tubulus.


19

Tabel 4.1. Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Nilai Skala
Operasional Normal Data

Pemeriksaan
protein Hasil (+) positif Pemeriksaan
metode Bang yang didapat Kualitatif Negatif Ordinal
pada urin Urin (-)

Pemeriksaan
protein urin Melihat
metode asam perbandingan Pemeriksaan Negatif Ordinal
cuka hasil (+) positif Kualitatif (-)
rumahan dengan metode
bang

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu beaker glass, tabung urin, reagen Bang, Asam cuka

sendok, Aquadest, lampu spiritus, rak tabung.

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1. Lokasi

Lokasi pengambilan spesimen urin dilakukan di RSUD

Idaman Banjarbaru Kalimantan Selatan sedangkan

pemeriksaan spesimen dilakukan di Laboratorium Analis

Kesehatan Borneo Lestari.

4.5.2. Waktu Penelitian


20

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019

sampai dengan 28 juni 2019.

4.6. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.6.1. Pengumpulan Data

4.6.1.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data

yang didapatkan dari hasil pemeriksaan protein

urin menggunakan Asam cuka sendok.

4.6.2. Prosedur Pengambilan

4.6.2.1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan untuk penelitian ini

adalah menentukan spesimen, mencari spesimen

urin yang (+) positif protein yang berhubungan

dengan penelitian, menyusun proposal, dan

meminta izin kepada pengelola Laboratorium

Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari untuk

melakukan penelitian perbandingan hasil protein

menggunakan Asam cuka sendok.

4.6.2.2. Pelaksanaan
21

Setelah mendapatkan izin dari penggelola

Laboratorium Analis Kesehatan Borneo Lestari dan

RSUD Idaman Banjarbaru Kalimantan Selatan,

kemudian mencari sampel urin yang mengandung

protein (+) positif.

Setelah didapat sampel segera diperiksa di

Laboratorium Analis Kesehatan Borneo Lestari.

4.6.2.3. Prosedur

a. Cara Kerja Metode Bang

1. 5ml urin dimasukkan kedalam tabung.

2. Ditambahkan reagen bang sebanyak 10 tetes.

3. Dianaskan selama 30 detik.

4. Dilihat kekeruhan apabila terjadi

kekeruhan ditambahkan 3 – 5 tetes asam

asetat 6%.

5. Apabila keruh maka (+) terdapat Protein

pada urin.

6. Apabila kekeruhan hilang maka (-) tidak

terdapat protein pada urin. (Penuntun


22

Laboratorium Klinis. Jakarta : Dian

Rakyat).

b. Cara kerja Menggunakan Asam cuka sendok

1. 5ml urin dimasukkan kedalam tabung.

2. Ditambahkan Asam cuka sendok sebanyak 10

tetes

3. Dipanaskan selama 30 detik

4. Dilihat kekeruhan apabila terjadi

kekeruhan ditambahkan 3 – 5 tetes asam

asetat 6%

5. Apabila keruh maka (+) terdapat Protein

pada urin

6. Apabila keekeruhan hilang maka(-) terdapat

protein pada urin. (Penuntun Laboratorium

Klinis. Jakarta : Dian Rakyat).

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan protein pada

spesimen urin yang didapat.

Langkah – langkah yang dilakukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan sampel Urin.


23

b. Pemeriksaan metode Bang.

c. Pemeriksaan Protein Urin menggunakan asam

cuka sendok.

d. Melihat ada atau tidaknya perbandingan

hasil Proteinuria pada Urin antara

pemeriksaan dengan menggunakan metode

Bang dan Asam cuka sendok.

4.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1. Cara Pengolahan data

4.7.1.1. Tabulasi

Membuat tabel data, tabel ini berisi data hasil

pemeriksaan Protein Urin metode Bang dan Asam

cuka sendok yang segera diperiksa yang akan

dilihat apakah ada perbandingan hasil dari

pemeriksaan tersebut.

4.7.1.2. Entry Data

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran

kemudian dimasukkan dalam program komputer.

4.7.1.3. Cleaning atau Pengecekan Data


24

Data yang sudah dimasukkan kemudian dilakukan

pengecekan kembali untuk mengetahui ada atau

tidaknya kesalahan dalam entry data.

4.7.2. Analisis Data

Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan Protein

Urin selanjutnya akan dilakukan analisa data untuk

menguji perbandingan hasil dari Protein pada Urin dari

metode Bang dan Asam cuka sendok, yang dianalisa

menggunakan uji Man Whiteney yang digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan dari 2 populasi

data yang saling independen dan berbentuk ordinal.


25

BAB 5

ANALISA HASIL PENELITIAN

5.1. Data Penelitian

5.1.2. Gambaran Umum Penelitian

Pengambilan spesimen untuk penelitian ini adalah spesimen

urin ibu hamil dilakukan dengan meminta langsung kepada pasien,

Peneliti mengumpulkan kontak dan alamat pasien yang bersedia,

kemudian mejelaskan bagaimana cara menggunakan wadah sampel

urin, berapa banyak yang diperlukan dan dilakukan pemeriksaan

Protein Urin terhadap spesimen pada Laboratorium Kimia Akademi

Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru.

5.1.3. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Karakteristik 16 responden berdasarkan jenis kelamin pada

penelitian pemeriksaan protein urin secara kualitatif, yang

memerlukan urin yang (+) mengandung protein yang diambil dari

ibu yang sedang hamil jadi jenis kelamin yang diperlukan yaitu

sebanyak 16 orang perempuan.


26

Tabel 5.1. Data Hasil Pemeriksaan

NO Kode Hasil Menggunakan Hasil Menggunakan Keterangan


Sampel Bang Asam cuka sendok
1 1U (+3) (+3)
2 2U (+4) (+4) Hasil (+3)
Didapatkan hasil
3 3U (+3) (+3) Urin jelas keruh
4 4U (+3) (+3) berkeping –
keping (0,2-0,5%)
5 5U (+4) (+4)
6 6U (+4) (+4)
7 7U (+3) (+3)
Hasil (+4)
8 8U (+3) (+3) Didapatkan hasil
Urin sangat keruh
9 9U (+3) (+3)
dan bergumpal
10 10U (+3) (+3) dan memadat
(>0,5%)
11 11U (+3) (+3)
12 12U (+3) (+3)
13 13U (+3) (+3)
14 14U (+4) (+4)
15 15U (+4) (+4)
16 16U (+4) (+4)
27

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sampel yang

diperiksa sebanyak 16 sampel urin yang positif mengandung protein yang

akan diperiksa dengan 2 metode yang berbeda yaitu dengan menggunakan

Reagen Bang dan Asam cuka sendok, pengumpulan sampel dilakukan dengan

berbicara langsung dengan responden yang akan di ambil sampel urin

tersebut, dan meminta kontak serta alamat apabila responden tersebut

bersedia, kemudian menjelaskan bagaimana cara menampung urin pada

wadah sampel, berapa banyak sampel yang diperlukan dan akan di apakan

sampel tersebut.

Urin yang didapat kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia

Akadami Analis Kesehatan Borneo Lestari untuk segera diperiksa, untuk

pemeriksaan pertama urin pada wadah penampung dimasukkan kedalam

tabung, kemudian ditambahkan dengan Reagen Bang sebanyak 10 tetes,

setelah itu dipanaskan selama 30 detik, dilihat apabila tejadi kekeruhan

ditambahkan 3 – 5 tetes asam asetat 6% jika hasil tetap keruh maka (+)

terdapat protein pada urin yang diperiksa, apabila kekeruhan hilang maka (-)

terdapat protein didalam urin, untuk pemeriksaan yang kedua cara kerja yang

digunakan sama namun menggunakan Asam cuka sendok sebagai reagen.

Dari 16 sampel diperiksa dengan menggunakan 2 metode yang berbeda, jadi

total dari hasil pemeriksaan ada 32, hasil menggunakan Reagen Bang

didapatkan 10 hasil (+3) dengan keterangan urin jelas keruh berkeping (0,2-

0,5%) dan 6 hasil (+4) dengan keterangan urin sangat keruh dan bergumpal

dan memadat (> 0,5%), pada hasil dengan menggunkanan Asam cuka sendok
28

juga didapatkan 10 hasil (+3) dengan keterangan urin jelas keruh berkeping

(0,2-0,5%) dan 6 hasil (+4) dengan keterangan urin sangat keruh dan

bergumpal dan memadat (>0,5%).

5.2. Limitasi Penelitian

5.2.1. Kesulitan

Kesulitan dalam penelitian ini yaitu mencari responden yang

sedang mengandung dan yang bersedia untuk diambil urinnya sebagai

sampel untuk penelitian karena sampel yang diambil agak banyak.

5.2.2. Kelemahan

Kelemahan dalam penelitian ini adalah faktor penglihatan yang

berbeda setiap orang yang dapat menimbulkan perbedaan pada

pembacaan hasil, faktor waktu juga dapat mempengaruhi kondisi

sampel.
29

BAB 6
PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu perbandingan

pemeriksaan protein urin yang dimodifikasikan menggunakan metode bang

dan asam cuka sendok yang menggunakan sampel urin (+) mengandung

protein karena penelitian ini adalah pre-eksperimen maka diperlukan sampel

yang positif, sehingga dapat mengetahui apakah protein pada urin dapat

bereaksi dengan reagen bang dan asam cuka rumahan, pengambilan sampel

dilakukan dengan cara berbicara langsung terhadap pasien yang sedang

hamil, penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Akademi Analis

Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru.

Pemeriksaan dilakukan menggunakan 2 metode berbeda yang

menggunakan Reagen Bang dan Asam cuka sendok, namun prosedur

pemeriksaan 2 metode tersebut sama yang membedakan hanya penambahan

reagennya saja, hasil penelitian yang didapat dari sampel yang diperiksa, hasil

menggunakan Reagen Bang didapatkan 10 hasil (+3) dengan keterangan urin

jelas keruh berkeping (0,2-0,5%) dan 6 hasil (+4) dengan keterangan urin

sangat keruh dan bergumpal dan memadat (>0,5%), pada hasil dengan
30

menggunkanan Asam cuka rumahan juga didapatkan 10 hasil (+3) dengan

keterangan urin jelas keruh berkeping (0,2-0,5%) dan 6 hasil (+4) dengan

keterangan urin sangat keruh dan bergumpal dan memadat (>0,5%).

Pemeriksaan urin atau urinalisis merupakan pemeriksaan yang

memberikan informasi tentang ginjal, saluran urin dan mengenai faal

berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks

adrenal dan lain-lain. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dasar bagi

pemeriksaan selanjutnya, yang meliputi jumlah urin, makroskopik yaitu

warna dan kejernihan urin, berat jenis, protein, glukosa dan pemeriksaan

sedimen (Gandasoebrata, 2013).


31

BAB 7
PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perbandingan pemeriksaan

protein urin yang dimodifikasikan menggunakan metode bang dan asam cuka

sendok, diperoleh hasil sebagai berikut

1. Hasil pemeriksaan menggunakan Reagen Bang didapatkan

10 hasil (+3) dan 6 hasil (+4)

2. Hasil pemeriksaan menggunakan Asam cuka rumahan didapatkan

10 hasil (+3) dan 6 hasil (+4)

3. Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa tidak ada perbedaan hasil

yang menggunakan metode bang dan asam cuka sendok

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disarankan kepada :

1. Bagi tenaga laboratorium sebaiknya mencoba penelitian ini agar dapat

mengetahui dimana Asam cuka sendok dapat digunakan untuk

pemeriksaan protein urin.


32

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengatur waktu pada saat

pengambilan sampel pemeriksaan agar sampel dapat sesegera mungkin

diteliti agar tidak tertunda terlalu lama.

LAMPIRAN
33

Anda mungkin juga menyukai