Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radioterapi atau disebut juga sebagai terapi radiasi adalah terapi yang
menggunakan radiasi yang bersumber dari radioaktif. Terapi ini bertujuan untuk
menghancurkan sel kanker, paling tidak untuk mengurangi ukurannya atau
menghilangkan gejala dan gangguan yang menyertainya. radiasi yang diberikan akan
menghancurkan material sel genetik sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh
lagi.
Tidak hanya sel kanker yang hancur oleh radiasi. Sel sehat juga, karena itu
dalam terapi radiasi, dokter selalu berusaha untuk menghancurkan sel kanker sebanyak
mungkin dan sebisa mungkin menghindari sel sehat di sekitarnya. Tetapi meskipun
terkena radiasi, biasanya sel normal dapat memulihkan diri sendiri dari efek radiasi.
Radiasi dapat digunakan untuk mengobati semua tumor padat termasuk kanker otak,
payudara, leher rahim, tenggorokan, paru-paru, pankreas, prostat, kulit, dan
sebagainya. Besarnya dosis yang diberikan tergantung pada banyak hal, antara lain
jenis kanker, lokasinya, apakah jaringan disekitarnya rawan untuk rusak, kesehatan
umum, riwayat medis penderita, apakah penderita sedang dalam pengobatan lain dan
lain sebagainya.
Mengetahui bahwa radiasi yang diberikan perlu untuk memperhatikan banyak
hal, maka seorang radioterapis sebagai orang yang bertugas memberikan radiasi maka
harus berhati-hati dalam melalukan treatment pengobatan, karena penggunaan radiasi
menggunakan radionuklida tidaklah mudah dan akan berbahaya jika tidak sesuai
dengan dosis yang disarankan oleh dokter. Selain itu perlunya pengetahuan yang
banyak untuk mngetahui alat-alat yang digunakan sebagai radioterapi seperti LINAC
dan Brakiterapi. Pengetahuan ini mencangkup kepada bagaimana prinsip kerja dari
alat, kegunaan dari setiap alat, dll.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kuliah lapangan ini adalah untuk mengetahui apa saja alat yang
digunakan untuk radioterapi pasien di RS Universitas Andalas, sekaligus mengetahui
bagaimana prinsip kerja dari alat yang digunakan. Serta mengetahui bagaimana
proteksi yang diberikan terhadap pasien, ruangan dan radioterapisnya.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan
mahasiswa dalam mengetahui alat yang digunakan untuk radioterapi di RS Universitas

1
Andalas dan bagaimana prinsip kerja dari alat tersebut, serta proteksi yang diberikan
terhadap pasien, ruangan dan radioterapis.

1.4 Ruang Lingkup


Kuliah lapangan dilakukan di instalasi radioterapi Rumah Sakit Universitas
Andalas pada hari Sabtu 4 Mei 2019 pukul 09.00-12.00. Kuliah lapangan yang
dilakukan menyangkut pada alat radioterapi yaitu LINAC, Brakiterapi dan CT-
Simulator, untuk mengetahui fungsi alat dan prinsip kerjanya. Serta Treatment
Planning System (TPS) yang dilakukan sebelum treatment dilaksanakan. Kuliah
lapangan yang dilakukan juga memberikan informasi bagaimana ruangan di design
agar tidah berbahaya untuk orang sekitar, dan alat yang digunakan oleh pasien sebagai
alat bantu proses treatment.

2
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Radioterapi
Radioterapi adalah suatu jenis pengobatan yang menggunakan atau
memanfaatkan radiasi pengion (sinar-X, dan sinar Gamma) dan partikel lainnya untuk
mematikan sel-sel kanker tanpa akibat fatal pada jaringan sehat disekitarnya. Prinsip
radioterapi adalah memberikan dosis radiasi yang mematikan tumor pada daerah yang
telah ditentukan (volume target) sedangkan jaringan normal sekitarnya mendapat dosis
seminimal mungkin. Hal ini sangat ditunjang dengan kemajuan teknologi dari alat-alat
radioterapi dan kemajuan dari komputer. Perkembangan teknologi di dunia kedokteran
tidak dapat dipungkiri telah membantu penderita penyakit untuk sembuh dari sakit
yang dideritanya dan meningkatkan kualitas hidup penderita tersebut.
Radiasi dapat digunakan dengan tujuan sebagai berikut yaitu:
a. Kuratif

Tujuannya untuk memusnahkan semua sel ganas yakni menghilangkan atau


eradikasi tumor pada daerah lokal dan kelenjar getah bening regional. tujuan ini dapat
dicapai pada perluasan tumor minimal atau dini tanpa ditemukan metastasis, misalnya
pada karsinoma nasofaring, kanker mulut rahim.

b. Paliatif

Tujuannya untuk menghilangkan atau mengurangi gejala sehingga dapat


meningkatkan kualitas hidup pasien. Diberikan pada kanker dalam stadium lanjut, baik
lokal maupun dengan metastasis misalnya pada kasus keganasan keluhan nyeri karena
metastasis tulang dengan ancaman fraktur dan kasus pendarahan akibat keganasan (R.
Susworo, 2007).

A. Teknik- Teknik Radioterapi


1. Radiasi eksterna atau teleterapi
Sumber sinar berupa aparat sinar-X atau radioisotop yang ditempatkan di luar
tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi. Besar energi yang diserap
oleh suatu tumor tergantung dari :
a. Besarnya energi yang dipancarkan oleh sumber energi
b. Jarak antara sumber energi dan tumor
c. Kepadatan massa tumor.

3
Teleterapi umumnya diberikan secara fraksional dengan dosis 150-250
rad per kali, dalam 2-3 seri. Diantara seri 1-2 atau 2-3 diberi istirahat 1-2
minggu untuk pemulihan keadaan penderita sehingga radioterapi memerlukan
waktu 4-6 minggu.

2. Radiasi internal atau brakiterapi


Sumber energi ditaruh di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di dalam
rongga tubuh. Ada beberapa jenis radiasi interna :
a. Interstitial
Radioisotop yang berupa jarum ditusukkan ke dalam tumor, misalnya jarum
radium atau jarum irridium.
b. Intracavitair
Pemberian radiasi dapat dilakukan dengan :
 After loading
Suatu aplikator kosong dimasukkan ke dalam rongga tubuh ke tempat tumor.
Setelah aplikator letaknya tepat, baru dimasukkan radioisotop ke dalam
aplikator itu.
 Instalasi
Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam rongga tubuh, misal : pleura atau
peritoneum.

3. Intravena
Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam vena. Misalnya I131 yang disuntikkan
IV akan diserap oleh tubuh untuk mengobati kanker.

Efek samping umum dari radioterapi antara lain:


 Lemah
 Mual atau hilang nafsu makan
 Perubahan pada kulit - kering, merah, gatal, melepuh, mengelupas,
menyamak dan ulserasi superfisial (yang akan sembuh dalam 2-6 minggu).
Cuaca yang panas, sinar matahari, sabun yang keras, dan bahan kimia dapat
memperburuk gejala pada kulit. Jika efek samping ini terjadi, biasanya
dokter akan meresepkan gel khusus untuk kulit.
 Rambut rontok (alopecia) - biasanya hanya terjadi pada area yang
diradioterapi. Bisa terjadi di kepala, rambut pada wajah, rambut ketiak dan
kemaluan.

4
 Gangguan mulut, termasuk mulut kering, kesulitan mengunyah atau
menelan, dan pembusukan gigi. Disarankan berkonsultasi ke dokter gigi
demi mencegah masalah kerusakan gigi di kemudian hari.
 Masalah pada dada, seperti batuk, sesak napas dan sakit saat menelan.
 Masalah perut, seperti diare, pendarahan (jarang terjadi), sensasi terbakar
atau panas saat buang air kecil, keinginan untuk buang air kecil lebih sering,
dan vagina kering.

2.2 Landasan Hukum Radioterapi


Penggunaan radioterapi diatur dalam PERATURAN KEPALA BADAN
PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG
KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI. Dalam
peraturan tersebut terdapat VI BAB dan 72 pasal yang mengatur segala ketentuan
dalam penggunaan radiasi dalam radioterapi.
2.3 CT-Simulator

Simulator merupakan alat yang digunakan untuk membantu proses radioterapi


. Proses simulasi penyinaran pada radioterapi menghasilkan salah satu output yang
berupa citra radiografi (fototerapi) yang dihasilkan oleh pesawat simulator radioterapi.
Karena keluaran simulator ini merupakan acuan untuk terapi radiasi, maka
diperlukan faktor persisi yang tinggi. Semua faktor yang digunakan di sini harus sama
dengan yang berlaku pada alat terapi, termasuk sinar laser sebagai pemandu
keselarasan posisi tubuh.guna memperoleh tingkat akurasi yang lebih tinggi maka
diperlukan pula bantuan scanning komputer tomografi terutama untuk daerah yang
sulit dan sempit seperti pada kanker prostat, kanker sinus paranasal atau nasoparing
dan untuk mengurangi kemungkinan terkenanya organ kritis terhadap radiasi.
Tujuan dari penggunaan CT Simulator ini agar dapat ditentukannya lapangan
radiasi dengan melindungi organ atau jaringan sehat sekitarnya.
Simulasi penyinaran radioterapi pada dasarnya adalah proses pencitraan sinar-x
secara fluoroskopi yang seolah-olah melakukan tehnik penyinaran seperti dengan
pesawat treatment radioterapi yang sesungguhnya. Hal ini diperlukan agar tekhnik
penyinaran yang akan diberikan pada pasien benar-benar mencapai sasaran secara
optimal dan akurat.
Pesawat simulator sama seperti fluoroskopi di radiodiagnostik, yaitu dengan
menembakkan sinar-x dalam rentang waktu tertentu. Ada pula pesawat lainnya, yaitu
CT-Simulator sama seperti CT-Scan hanya saja dikhuskan untuk radioterapi. Pesawat
ini digunakan untuk mengambil potongan-potongan gambar dari tubuh pasien dan

5
direkonstruksi secara 3 dimensi sehingga membentuk gambar bagian dalam tubuh
pasien.
Prinsip dasar CT-Simulator:
Prinsip dasar dari proses pencitraan dalam simulasi adalah; set-up posisi
simulasi (posisi pasien), lalu dilakukan fluoroskopi terhadap pasien pada perkiraan
lokasi penyinaran. Gambaran fluoroskopi diteruskan ke Image Intensifier, lalu
keperangkat sirkuit elektronik dan ditampilkan dimonitor fluoroscopy (cctv).
Kemudian akuisisi posisi simulasi, dan selanjutnya dilakukan eksposi radiografi yang
menghasilkan foto simulator ( foto terapi ).

1. Alat dan Bahan Simulasi


a. Pesawat simulator dan perlengkapannya.
b. Alat Immobolisasi ( fiksasi / penyangga bagian tubuh pasien )
c. Marker-marker radioopak ( berbentuk : kawat kaku, kawat fleksibel,
mistar/rantai skala Pb, kontras media, marker R/L/ proyeksi
AP/PA/Lat,dsb.).
d. Separator.
e. Bahan penanda kulit ( spidol permanen,dsb)
f. Alat dan bahan proteksi infektius ( sarung tangan karet, alkohol, dlsb ).
g. Bahan steril disposibel.
h. Alat proteksi radiasi
2. Persyaratan Standar Pesawat Simulator
a. Memiliki perangkat imejing
b. Memiliki gantry yang dapat digerakkan layaknya pesawat penyinaran
c. Memiliki displai indikator parameter simulasi
d. Memiliki perangkat laser alignment (positioning) untuk tiga arah/ bidang
(axial, coronal, sagital )
e. Memiliki fungsi emergency.

6
Gambar 2.1 : Profil Pesawat Simulator Radioterapi
(Sumber : http://puskaradim.blogspot.com/2007/12/ )

Gambar 2.2 : CT-Simulator


(Sumber : http://puskaradim.blogspot.com/2007/12/ )

f. memiliki meja pemeriksaan yang rata, dapat diatur naik-turun (vertikal),


maju-mundur (longitudinal), digeser kiri-kanan (lateral) dan dapat diputar
dari axis sejauh 360 derajat .
g. memiliki kolimator yang dapat diputar 360 derajat terhadap axis sentrasi,
memiliki indikator penunjuk jarak Source Axis Distance (SAD),
3. Prosedur Tindakan dalam Ruangan Simulasi
a. Persiapan simulasi
1) Perhatikan rencana penyinaran pada status pasien.
2) Persiapkan alat bantu yang diperlukan.
3) Masukkan data pasien ke dalam varis sistem

7
4) Pasang marker pada bagian tubuh yang perlu diberi tanda.
5) Atur posisi pasien dan lasr beam
6) Siap lakukan proses simulasi.
b. Proses simulasi dan pengolahan data
1) Set-up posisi simulasi (posisi pasien),
2) Melakukan fluoroskopi terhadap pasien pada perkiraan lokasi
penyinaran..
3) Lakukan penyimpanan data gambar dan data posisi simulasi.
4) Gambaran fluoroskopi diteruskan ke image intensifier, kemudian
keperangkat sirkuit elektronik dan ditampilkan di monitor fluoroskopi
(cctv).
5) Buatlah gambar lapangan simulasi pada kulit pasien serta garis laser
beam yang akan menjadi patokan pada saat penyinaran, kemudian
diberi nitras agar tidak mudah hilang.
6) Atur kembali peralatan dan pesawat kemudian pasien diturunkan,
sebelumnya dilepaskan dulu marker yang masih menempel dan
arahkan pasien untuk menuju ruangan lain yang terkait.
7) Dari proses simulasi didapatkan beberapa parameter untuk
penyinaran, yaitu :
- Luas lapangan penyinaran.
- Sudut dan arah sumber penyinaran.
- Blokade daerah yang harus dilindungi.
- Tehnik penyinaran (SSD/SAD).
- Jarak sentrasi.
- Sudut kolimasi.

Proses pencitraan sinar-x pada pesawat simulator radioterapi, baik dalam


bentuk fluroskopi maupun radiografi saat ini telah mulai dilengkapi dengan teknologi
digital yang disebut Digital Theraphy Imaging (DTI).

8
Gambar 2.3: Contoh Foto Terapi Rongga Dada
(Sumber : http://puskaradim.blogspot.com/2007/12/ )

2.4 Brakiterapi
Brakiterapi adalah metode terapi dalam bidang medis dengan menempatkan
sumber radioaktif secara implantasi sementara atau tetap pada atau dekat jaringan sakit
di dalam organ. Brakiterapi telah diterapkan terhadap kasus artritis dan kanker antara
lain: payudara, otak, hati, ovarium dan prostat.
Cara–cara penempatan sumber radiasi dalam brakhiterapi meliputi :
1. Implantasi interstitial
Diberikan secara temporer dengan menanamkan sumber radiasi baik
secara langsung (Implantasi jarum radium/cesium pada tumor lidah) atau
secara interstitial dengan menanamkan aplikator terlebih dahulu, baru
kemudian dimasukkan sumber radiasinya (Radiasi interstitial pada tumor
lidah/dasar mulut).

Gambar 2.4 Penempatan Sumber Radiasi Interestisial


(Sumber : Budiana, 2014)

9
2. Intrakaviter
Sumber radiasi dimasukkan kedalam rongga tubuh, misalnya pada kanker
serviks dan nasofaring. Radionuklida yang digunakn diantaranya 137Cs, 226Ra,
atau 192Ir.

Gambar 2.5 Penempatan Sumber Radiasi Intrakaviter


(Sumber: Budiana, 2014)

3. Intraluminal
Sumber radiasi ditempatkan didalam saluran, misalnya pada kanker
esofagus dan bronkus.

Gambar 2.6 Penempatan Sumber Radiasi Intraluminal


(Sumber; Budiana, 2014)

4. Intravaskuler
Sumber radiasi ditempatkan didalam pembuluh darah, seperti pada arteri
koroner jantung untuk mengatasi penyempitan. Radioaktif yang dipakai
adalah 192Ir.

10
Gambar 2.7 Penempatan Sumber Radiasi Intravaskuler
(Sumber: Budiana, 2014)

Jenis Brakhiterapi berdasarkan laju dosis radiasi (dose rate) yaitu :


1. Low Dose Rate ( LDR ) : 0.4 – 2 Gy / jam
Radioaktif temporary yang digunakan : Radium, Cesium, Iridium.
Radioaktif permanent yang digunakan : Radon, Iodium 125.
Contoh : radiasi jarum radium pada pengobatan kanker serviks.

2. Medium Dose Rate (MDR) : 2–12 Gy/jam


Radioaktif yang digunakan : Cesium, Cobalt, Iridium.

3. High Dose Rate (HDR) : >12 Gy/jam


Saat ini HDR paling banyak digunakan.
Radioaktif yang digunakan : Cobalt dan Iridium.

Berdasarkan pengisian sumber radiasi :


1. Hot Loading
Saat pemasangan aplikator ke target tumor atau tubuh pasien, sumber radiasi
telah dimasukkan ke dalam aplikator.
2. After Loading
Aplikator dipasang pada target tumor terlebih dahulu, baru kemudian sumber
dimasukkan ke dalam aplikator.

Keuntungan Brakhiterapi dibandingkan radiasi eksternal :


1. Dosis yang diberikan pada brakhiterapi lebih tertuju pada tumor/target saja,
sehingga akan memberikan lokal kontrol yang baik.
2. Akan terjadi penurunan dosis pada jaringan sehat dengan menggunakan
brakhiterapi sehingga efek samping akan berkurang.

11
2.5 LINAC
Pesawat linac menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi
tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan seperti elektron sehingga menghasilkan
energi yang diarahkan pada sebuah tabung linear. Elektron energi tinggi yang
dihasilkan dapat digunakan langsung untuk terapi tumor dekat permukaan, atau
diarahkan ke suatu target untuk menghasilkan sinar-X Megavolt yang digunakan untuk
terapi tumor pada kedalaman tinggi.

Untuk menghasilkan berkas foton (sinar-X) maka berkas elektron berenergi


tinggi tersebut dilewatkan pada sebuah target yang terbuat dari logam berat yang tipis
sehingga terjadi interaksi Bremstrahlung. Bremstrahlung adalah sinar–X yang
terpancar bilamana suatu elektron dengan kecepatan tinggi melintas dekat dengan suatu
nukleus (inti atom), maka gaya tarik Coulomb yang kuat menyebabkan elektron
menyimpang secara tajam dari lintasan awalnya.

Gambar 2.8 Gambar Linac Medik


(Sumber : Podgorsak, 2005)
Bagian kepala linac terdiri dari beberapa komponen yang mempengaruhi
produksi, pembentukan, lokalisir dan pemantauan berkas elektron. Elektron yang
berasal dari electron gun dipercepat dalam accelerating waveguide dengan energi

12
kinetik yang diinginkan dan kemudian dibawa dalam bentuk berkas sempit melalui
sistem transportasi berkas kedalam kepala linac.

Gambar 2.9 A, Komponen untuk Menghasilkan Sinar-x. B, Komponen untuk


Menghasilkan Elektron
(Sumber : Khan, 2003)

Prinsip Kerja Linier Accelerator (Linac)


Pesawat akselerator medik dapat menghasilkan berkas elektron dan foton
berenergi tinggi. Tingkat energi tersebut dapat dihasilkan melalui proses percepatan
elektron secara linier di dalam tabung pemandu gelombang pemercepat (accelerating
waveguide) yang hampa.

Tabung ini merupakan tabung penghantar yang terdiri dari : susunan sel-sel
berupa rongga-rongga yang terbuat dari tembaga.

13
Gambar 2.10 Rongga-rongga dari Tabung Penghantar Linac
(Sumber : Khan, 2003)
Ke dalam tabung disalurkan gelombang mikro yg dibangkitkan oleh
magnetron/klystron dengan panjang gelombang 10 cm, yang ber frekuensi sesuai
dengan frekuensi resonansi tabung (3000MHz). Gelombang mikro disalurkan melalui
sirkulator dan tabung pemandu gelombang pemercepat elektron. Ada 2 jenis pemandu
gelombang yaitu: travelling & standing waveguide. Bila daya frekuensi gelombang
mikro melintasi rongga-rongga sel dari pemercepat mengakibatkan terjadi medan
elektromagnetik di dalam tabung pemercepat dan terjadi kuat medan listrik dinamis
dan mengakibatkan setiap sel yang berubah-ubah periodenya sesuai perubahan
amplitudo gelombang mikro. Hal ini akan mengakibatkan setiap sel berubah-ubah
muatannya. Perubahan periode muatan listrik tersebut dimanfaatkan untuk pemercepat
lintasan elektron. Elektron dihasilkan oleh elektron gun yang berupa tabung trioda,
kemudian ditembakkan dengan energi awal 15 keV secara sinkron. Kecepatan elektron
tersebut secara berantai dipacu lintasannya dari satu sel ke sel berikutnya sampai energi
elektron tersebut sesuai dengan energi yang dikehendaki. Semakin besar energi yang
dihasilkan,semakin banyak jumlah rongga dan semakin bertambah panjang tabung
pemercepat.

Elektron dengan energi sedikit lebih tinggi atau lebih rendah dari yang
dikehendaki akan dibelokkan sedemikian rupa sehingga energi dan lintasannya dapat
sesuai dengan yang dikehendaki dan elektron dengan penyimpangan energi agak besar
akan dieleminir oleh sebuah filter. Dengan demikian dapat dicapai pemfokusan berkas
elektron yang sangat baik dengan energi yang monokromatik. Bila dikehendaki
pemakaian elektron, dimana elektron energi tinggi tersebut dapat digunakan secara
langsung. Bila dikehendaki adalah sinar-x, maka elektron-elektron berenergi tinggi
tersebut ditumbukkan ke bidang target penerus (transmision target). Kemudian

14
diarahkan pada tumor, pasien berada diatas meja pemeriksaan dan laser digunakan
untuk memastikan pasien dalam posisi yang tepat.

Gambar 2.11 Blok Diagram Type Pesawat Linac


(Sumber : Khan, 2003)
Sebuah power suplay akan diberikan arus DC, untuk menghidupkan
modulatordengan sendirinya akan mendapatkan tegangan dan tube switch yang dikenal
sebagai hidrogen Thyradtron, tegangan tinggi dari modulator toped flat tegangan DC
dengan waktu yang sangat singkat. Tegangan ini akan disalurkan ke Magnetron atau
Klystron dan bersamaan oleh elektron Gun, tegangan yang dihasilkkan oleh magnetron
atau klystron dimasukkan ke akselerator tube atau melalui system wave guide.
Elektron itu sendiri diproduksi oleh elektron gun sehingga tegangan akan
dimasukkan ke akcelerator struktur. Akselerator struktur (akcelerator waveguide),
susunan akselerator tersebut terdiri dari tabung tembaga dan bagian bawahnya terdiri
dari tembaga atau diafragma, sekat daripada lubang fariang dan berjarak. Bagian ini
akan ditempatkan pada ruang vakum. Kemudian elektron akan dimasukkan ke
akseleratorstruktur dengan energi sekitar 50 kV. Elektron ini akan berinteraksi dengan
elektromagnetik dengan panjang gelombang yang pendek. Energi elektron berasal dari
medan listrik sinusoidal oleh akselerator, proses analog bahwa sebuah gelombang
elektromagnetik, dengan elektron energi tinggi berasal dari luar jendela
Akcelerator struktur, yang berasal dari sebuah pencil beam dengan diameter 3
mm. Dalam energi rendah linac (6 MV) dengan relatif tabung akselerator yang pendek.
Elektron mengikuti proses yang kuat dan sebuah target dari penghasil sinar-X. Linac
energitinggi dimana akcelerator struktur adalah lebih panjang dan horizontal atau sudut
dengan respec horizontal. Elektron melalui sebuah swittc kabel (umumnya 90 atau270
persen) antara akcelerator sruktur dan target (Khan, 2003).

15
2.6 Proteksi Radiasi di Bagian Radioterapi
Proteksi radiasi di bagian radioterapi menyangkut bagaimana proteksi yang
diberikan terhadap pasien dan radioterapis maupun masyarakat yang berada di instalasi
radioterapi.
Ruangan Radioterapi

Gambar 2.12 Blok Diagram Ruangan Pesawat Linac


(Sumber : IAEA)

Dalam pengaturan ruangan radioterapi, ruangan tersebut harus di design


sehingga radiasi yang ada pada alat tidak sampai ke luar ruangan, hal ini dilakukan
dengan cara memberikan shielding pada dinding dan rungan dibuat dalam bentuk
labirin sehingga radiasi yang dipancarkan ke luar ruangan akan semakin sedikit. Tidak
hanya dindingnya saja ruangan radioterapi juga dilengkapi dengan pintu yang
dilengkapi shielding, untuk mengetahui keadaan pasien ketika treatment dilakukan,
ruangan ontrol harus disediakan dan biasanya ada di sebelah ruangan raditerapi. Pada
pinti ruangan dipasang tanda bahaya radiasi dan lampu sebagai penanda ada atau
tidaknya treatment di ruangan tersebut.
Pasien
Pasien radioterapi harus diberikan proteksi radiasi terhadap bagian tubuh yang
tidak membutuhkan penyinaran. Hal ini termasuk dalam upaya meminimkan radiasi
yang akan mengenai jaringan sehat pada pasien.
Radioterapis

16
Radioterapis selama masa treatment akan berada di ruangan kontrol, dimana
pada ruangan radioterapi sudah disediakan kamera yang dapat dilihat oleh radioterapis
di ruanga kontrol untuk mamantau sehingga radioterapis tidak akan menerima radiasi
yang sia-sia ke tubuhnya.
Proteksi radiasi pada ruangan radioterapi termasuk pada pasien dan radioterapis
telah diatur oleh Perka BAPETEN dan IAEA.

17
BAB III PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum RS Universitas Andalas

Gambar 3.1 Rumah Sakit Universitas Andalas


(Sumber : Sumbarpost.com)

Rumah Sakit Unand merupakan Rumah sakit Perguruan tinggi Negeri (RSPTN)
yang berada dibawah pengelolaan Universitas Andalas. Rumah sakit yang berada di
kompleks kampus Unand Limau Manis, kecamatan Pauh, kota Padang, Sumatera Barat.
Rumah sakit ini berdiri di atas tanah seluas 3.5 Ha dengan luas bangunan 21.306 m2
didirikan dengan dana dari Islamic Development Bank (IDB).
Perencanaan rumah sakit ini telah dimulai sejak tahun 2006 yang berkaitan
dengan adanya kebijakan untuk pendirian rumah sakit perguruan tinggi dan terbatasnya
fasilitas pendidikan di rumah sakit pendidikan utama di RS. M. Djamil, Padang.
Melalui berbagai proses dan tahapan, peletakan batu pertama rumah sakit dilakukan 29
Maret 2014 oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr.Ir. Musliar Kasim, MS
yang juga mantan Rektor Universitas Andalas.
Rumah sakit ini dibangun dengan 200 tempat tidur serta difasilitasi dengan
sarana dan prasana yang cukup lengkap yang telah disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Fasilitas yang ada di rumah sakit ini sangat
lengkap, dengan program unggulan pada penyakit keganasan dan gastrointestinal.
Pelayanan meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan kamar
operasi, pelayanan UGD, instalasi farmasi, pelayanan pasien rujukan, pelayanan ICU,

18
ambulance, pelayanan penunjang (radiologi, laboratorium dan gizi) serta dilengkapi
fasilitas radioterapi yang sangat modern.

3.2 Gambaran Umum Instalasi Radioterapi RS Universitas Andalas

Gambar 3.2 Instalasi Radioterapi RS Universitas Andalas

Instalasi radioterapi Universitas Andalas berada di tempat yang terpisan dengan


RS UNAND hal ini dikarenakan instalasi ini menggunakan zat-zat radioaktif, sehingga
dibangun pada tempat yang jarang masyarakat melewatinya.
Instalagi radioterapi dilengkapi dengan alat-alat pengobatan meliputi CT-
Simulator digunakan untuk simulasi serta mengambil image (citra) pasien. Image
pasien tersebut kemudian di-export ke Treatment Planning System (TPS) Eclipse
maupun TPS Oncentra. C-ARM Technix TCA 6S digunakan untuk mengambil image
pasien yang akan ditreatment dengan unit brakhiterapi. , Brakiterapi untuk radioterapi
jarak dekat , dan Linear Accelerator multienergi yaitu 2 energi foton (6MV dan 10MV)
dan 6 energi elektron (4 MeV, 6 MeV, 9 MeV, 12 MeV, 15 MeV, dan 18 MeV).

3.3 CT- Simulator


CT-Simulator digunakan sebagai penunjang sebelum pasien di treatment
menggunakan Linac. Semua CT-Simulator yang ada akan sama dengan yang ada di
ruangan Linac, hal ini bertujuan agar semua simulasi yang dilakukan sama dengan
treatment-nya. CT- Simulator ini bermerek TOSHIBA .

19
Gambar 3.3 Ruangan CT-Simulator

Disamping ruangan ini terdapat ruangan kontrol tempat radioterapis melakukan


pemantauan pasien yang akan disimulasi. Disini radioterapis akan memberikan radiasi
kemudian akan disimpan ke komputer dan didapatkan citra pasien yang akan dikirim
ke TPS.

Gambar 3.4 Ruangan kontrol CT-Simulator

20
Terdapat 3 perbedaan CT-Simulator dengan CT-Scan yang ada di rumah sakit ini
yaitu:
1. Pada CT-Scan tidak terapat laser, sedangkan pada CT-Simulator terdapat laser
sebagai penentu isocenter target.
2. Pada CT-Scan meja pasien berbentuk agak melengkung, sedangkan pada CT-
Simulator meja pasien berbentuk datar.
3. Lebih besarnya diameter lubar pada CT-Simulator, hal ini berfungsi agar
mudahnya pasien dalam melakukan simulasi dengan letak target yang berbeda-
beda, sedangkan CT-Scan diameter nya lebih kecil.

Pelaksaan simulasi dilengkapi dengan beberapa alat penunjang berupa masker


(gambar 3.5a). Masker yang akan diberikan kepada pasien sebelumnya akan
dipanaskan menggunakan alat bernama waterbat (gambar 3.5b), hal ini bertujuan agar
masker melunak, setelah itu baru di pasangkan ke wajah pasien, sehingga masker akan
sama bentuknya dengan wajah pasien. Masker akan dipasang ke wajah pasien dan akan
disambungkan ke meja pasien, sehingga pasien tidak akan banyak melakukan gerakan.
Selain itu juga terdapat alat fiksasi untuk bagian tubuh lainnya yang digunakan
untuk membantu pasien agar tidak banyak bergerak (gambar 3.5c), alat fiksasi ini
terlebih dahulu diisi dengan angin kemudian bagian tubuh pasien yang akan disinar
diletakkan diatasnya, setelah itu angin pada alat fiksasi akan dibuang, sehingga bagian
tubuh pasien akan tertahan pada alat fiksasi ini.

(a) (b) (c)


Gambar 3.5 a. Masker, b. Waterbat, c. Body Fit

Pada meja pasien untuk pasien kanker payudara disediakan suatu alat yang
berfungsi membantu pasien dalam menposisikan badan dan tangannya (gambar
3.6a).Pada CT juga dilengkapi dengan injektor (gambar 3.6b) yang berfungsi agar hasil
citra yang didapatkan lebih baik. Injektor ini akan dipasang ke tubuh pasien.

21
(a) (b)
Gambar 3.6 a.Meja untuk Pasien Kanker Payudara , b. Injektor

Selelah simulasi dilakukan maka semua data dan citra pasien akan tersimpan
pada komputer yang ada di ruang kontrol, setelah itu citra pasien akan dikirimkan
melalui komputer ke Treatment Planning System (TPS) untuk laksanakan proses lebih
lanjut. Di TPS maka akan diperkirakan berapa dosis yang akan diberikan dengan
mempertimbangkan geometri dari target sehingga penyinaran pada Linac sesuai
dengan yang diinginkan.

3.4 Brakiterapi
Brakiterapi yang ada di ruangan instalasi radioterapi Universitas Andalas baru
digunakan untuk terapi kanker serviks, hal ini karena alat yang ada mendukung untuk
pengobatan tersebut. Brakiterapi yang ada memiliki merek microSelectron, dengan 6
unit sambungan ke aplikator.

Gambar 3.7 Alat Brakiterapi

22
Sebelum melakukan brakiterapi terdapat beberapa proses yang harus dilakukan,
untuk pasien kanker sekviks sebelum melakukan penyinaran maka akan dilakukan
pemasangan aplikator menggunakan C-ARM terlebih dahulu, pemasangan ini
dilakukan 30 menit sebelum treatment dilakukan. Sumber radiasi yang digunakan
adalah Iridium-192 berbentuk jarum. Pada aplikator sudah terdapat tanda, tanda ini
berfungsi untuk mengatur berapa lama sumber radiasi ada pada target dan berapa dosis
yang akan diberikan.

Gambar 3.8 C-ARM

Setelah data yang diinginkan didapatkan, maka data tersebut akan dikirim ke
TPS (gambar 3.9a) dan akan di proses disana, Setelah pemasangan aplikator dan data
pada computer (gambar 3.9b) yang ada diruangan persiapan telah dikirim ke TPS, maka
selanjutnya pasien akan dimasukkan ke ruangan Brakiterapi, pada ruangan ini sumber
radiasi akan diberikan dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan. Seorang
fisikawan medis akan melakukan kerjanya pada ruang kontrol (gambar 3.9c) yang
berada di sebelah ruang Brakiterapi.

(a) (b)

23
(c)
Gambar 3.9 (a) TPS, (b) Komputer di Ruang Persiapan Brakiterapi,
(c) Ruang Kontrol Radioterapis

3.5 LINAC
Ruangan Linac dibuat dengan bentuk labirin, design ruangan Linac sama
dengan ruangan Brakiterapi. Pada ruangan ini isinya sama dengan CT-Simulator yaitu
terdapat laser (gambar 3.10a), water bat (gambar 3.10b), lemari yang berisi bolus dan
masker (gambar 3.11), serta alat Linac (gambar 3.12).

(a) (b)
Gambar 3.10 a. Laser, b. Water bat

24
Gambar 3.11 Lemari Tempat Masker dan Bolus

Setelah dilakukan simulasi data akan dikirim ke TPS maka selanjutnya akan
dilaksanakan treatment penyinaran. Penyinaran yang dilakukan dengan dosis dan
waktu yang telah ditetapkan oleh TPS.
Linac yang dimiliki oleh RS UNAND memiliki varian Clinac CX yang
dilengkapi dengan MLC (MultiLeaf Collimator, 80 leaf) dan EPID (Electronic Portal
Imaging Devices) yang digunakan untuk lokalisasi dan verifikasi treatment. Linac
tersebut adalah Linac multienergi yaitu 2 energi foton (6MV dan 10MV) dan 6 energi
elektron (4 MeV, 6 MeV, 9 MeV, 12 MeV, 15 MeV, dan 18 MeV). Laju dosis foton :
100 MU/menit, 200 MU/menit, 300 MU/menit, 400 MU/menit, 500 MU/menit, dan
600 MU/menit. Laju dosis elektron : 100 MU/menit, 200 MU/menit, 300 MU/menit,
400 MU/menit. Teknik penyinaran yang dapat dilakukan adalah 3D-CRT (Three-
Dimensional Conformal Radiation Therapy) dan IMRT (Intensity-Modulated
Radiation Therapy). Linac biasanya digunakan untuk penanganan Ca. Breast,
Ca.Serviks, Ca.Paru, Ca. Nasofaring, Ca.Brain. Linac dilengkapi dengan Treatment
Planning System (TPS) Eclipse (1 unit Eclipse Calculation Workstation dan 2 unit
Eclipse Non-CalculationWorkstations) dan Oncology Information System (OIS) ARIA
sebanyak 3 unit.

25
Gambar 3.12 LINAC di RS UNAND

Ruangan Linac diberi beberspi stiker yang berfungsi agar pasien dapat
merasakan ketenangan selama masa treatment. Selama proses Treatment berlansung
maka radioterapis akan melakukan kontrol pada runagn kontrol yang terdapat disebelah
ruangan Linac.

Gambar 3.13 Design Ruangan LINAC di RS UNAND

26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
bahwa:

1. Sebelum melakukan treatment penyinaran terdapat banyak prosedur yang


harus dilakukan oleh pasien, prosedur yang dilakukan berfungsi untuk
meminimalisir terkenanya jaringan normal dari radiasi.
2. Treatment Planning System berfungsi untuk memberikan geometri dan
dosis yang pas terhadap pasien.
3. Pengobatan menggunakan Brakiterapi di RS UNAND masih terbatas pada
pengobatan kanker serviks.
4. Energi yang dimiliki oleh alat LINAC di RS UNAND yaitu 6 MV dan 10
MV.
5. Alat-alat yang terdapat pada CT-Simulator juga harus terdapat pada
LINAC.

4.2 Saran
Saran untuk kuliah lapangan berikutnya agar menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan, sehingga di waktu kuliah lapangan dilaksanakan semua informasi
didapatkan.

27
DAFTAR PUSTAKA
Budiana, I.N.G, 2014, Peranan Brakhiteraphy pada Kanker Payudara. Jurnal FK,
UNUD.
Khan, F. M., 2003, the physics of radiation theraphy, USA.
Susworo, R. 2007. Radioterapi. Jakarta: Universitas Indonesia (UIPress).
Podgorsak, E. B., 2005, Radiation Oncology Physics: A Handbook For Teachers And
Students, International Atomic Energy Agency, Vienna.

http://sharingasriradiology.blogspot.co.id/2014/02/radioterapi.html

https://prezi.com/ext56uhmsbdx/mould-room/

http://puskaradim.blogspot.com/2007/12/

https://indonesian.alibaba.com/g/radiotherapy-immobilization-mask.html

http://rsp.unand.ac.id/artikel/instalasi-radioterapi

https://arxiv.org/abs/0903.1935

28

Anda mungkin juga menyukai