Anda di halaman 1dari 16

TEORI AKUNTANSI

ANALISIS TEORI LEGITIMASI PADA KASUS PLTU


CILACAP

Dosen Pengampu: Puji Harto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Teori Akuntansi
Magister Akuntansi Universitas Diponegoro
Kelas 41 A

Disusun oleh :

Rr. Adita Khasanah G


12030115130164

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

memberikan rahmat serta karunian-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini.

Paper yang berjudul “ANALISIS TEORI LEGITIMASI PADA

KASUS PLTU CILACAP” ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Teori Akuntansi.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada

semua pihak yang turut membantu dan menyelesaikan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 9 Januari 2020

Rr Adita Khasanah G

ii
ABSTRAK
Pada pembahasan ini saya melakukan pengamatan pada PLTU di Cilacap
yang mendapat demo dari msayarakat yang mengeluhka adanya dampak limbah udara
dari perusahaan PLTU ini. Dari persoalan tersebut perusahaan berusaha menjalin
hubungan dengan baik pada masyarakat di sekitar perusahaan. Pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan pada laporan tahunan menggunakan teori legitimasi
dikarenakan pada pelaporan mengharapkan adanya hubungan baik antara keinginan
perushaan dengan keinginan masyrakat atau stakeholder. Teori legitimasi, teori
stakeholder dan teori instituisonal semuanya berhubungan pada teori politik-ekonomi
dimana didalamnya dimana kehidupan manusia mengambil tempat dan sosial, politik
dan ekonomi isu dipertimbangkan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Kegagalan untuk memenuhi harapan sosial (kontrak sosial) ini akan
menimbulkan sangsi dari masyarakat. Harapan masyarakat tentang perubahan kinerja,
maka boleh dibilang sebuah organisasi perlu menunjukkan bahwa apa yang
dilakukannya juga berubah (atau mungkin perlu secara eksplisit mengkomunikasikan
dan membenarkan mengapa operasinya tidak berubah). Sehubungan dengan dinamika
yang terkait dengan perubahan ekspektasi di nyatakan Lindblom (1994, hal 3). Seperti
kasus PLTU Cilacap ini perusahaan kurang menegrtahui dampak yang akan timbul
pada kemudian hari dari akibat aktifitas perusahaan sehingga masyarakat sekitar
memberikan sanksi kepada perusahaan berupa demo dan munculnya gugatan kepada
perushaaan. Kegagalan harapan sosial perusahaan terhadap masyarakat timbul
menyebabkan ketidak percayaan para stakeholder terhadap perusahaan tersebut. Oleh
karena itu disini saya menganalisi pengungkapan perusahaan dengan dasar teori
legitimasi

iii
DAFTAR ISI

Halaman
TEORI AKUNTANSI ...................................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
ABSTRAK .................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I ............................................................................................................................. 1
LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
Latar Belakang Kasus PLTU CILACAP ...................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................... 3
ANALISIS KASUS ...................................................................................................... 3
Landasan Teori ................................................................................................................ 3
Teori Legitimasi................................................................................................................ 3
Legitimasi, harapan publik dan kontrak sosial. ................................................................ 5
Menggunakan pelaporan Akuntansi dalam Strategi Legitimasi ....................................... 7
Legitimasi Dan Reputasi Manajemen Risiko. .................................................................. 9
BAB III........................................................................................................................ 11
KESIMPULAN .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

iv
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Kasus PLTU CILACAP


PLTU CILACAP telah berawal dibangun di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

sejak 29 Desemeber 2003 dengan investasi sebesar $ USD 510 juta. Kapasitas

yang dihasilkan oleh PLTU ini mencapai 6.000 megawat. PLTU 2 Jawa Tengah

berdiri pada tanah yang dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat

yang berlokasi di Karangdari. Pembangkit listrik ini memiliki memiliki kapasitas

sebesar 2 x 300 (600) megawatt dengan bahan bakar berupa batubara yang masuk

ke dalam interkoneksi Jawa-Bali yang penyalurannyaa dilakukan oleh pusat

penyaluran beban gandul, Cinere, Jawa Barat. Adapun kontraktor yang kali

pertama membangun adalah PT Sumber Segara Primadaya (S2P) bersama Chenda

Enginering dari China.

PLTU Karangdari mulai beroperasi sejak Februari 2006 untuk unit pertama

yang diresmikan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono paa bulan November

2006. PLTU Karang dari merupakan perusahaan sawasta yaitu PT Sumber Segara

Primadaya yang merupakan perusahaan bersama dari PT Pembangkit Listrik Jawa

Bali (anak perusahaan PLN) dengan saham 49% dan PT Sumberenergi Sakti Prima

dengan saham sebesar 51%. PLTU Cilacap berada dekat dengan salah satu dusun

Winong di Desa Slarang dengan jumlah penduduk 290 kepala keluarga dengan

perkiraan terdapat 977 jiwa hidup dekat dengan industri PKTU Batu Bara. Selang

berjalannya waktu PLTU telah beroprasi masyarakat sekira mendapat berbagai

permasalahan lingkungan yang didapat dari aktivitas industri perusahaan tersebut.

1
Sejumlah permasalahan tersebut mulai di rasakan masyarakat dusun winong

sejak tahun 2006 saat pertama kali berdirinya PLTU unit 2 x 300 MW. PT Sumber

Segara Primadaya (S2P) merupakan pembangkit listrik tenaga uap dengan

menggunakan bahan bakar batubara, dan saat ini memiliki beberapa pembangkit

listrik yang sudah beroprasi dengan kapasitas 2 x 300 MW dan kapasitas 1 x 660

MW serta ekspansi 1 x 1000 MW. PLTU juga menghasilkan limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) yaitu Fly Ash dan Bottom Ash dari hasil

pengolahan batu bara menjadi tenaga listrik. Berdasarkan dokumen AMDAL

PLTU Cilacap Unit 1 dan 2 menyatakan bahwa PLTU Cilacap menghasilkan

limbah abu terbang dan abu dasar sebesar 4500 ton/bulan.

Menurut Riyanto dari perwakilan Forum Masyarakat Winong Peduli

Lingkungan (FMWPL) “ akibat adanya pembuangan limbah B3 (fly ash dan

bottom ash) yang berada di sebelah pemukiman kami, menimbulkan dampak debu

yang sangat menggangu dan terutama lingkungan jadi sehat. Penimbunan debu di

lahan sawah produktif warga seluas 18 hektar menyebabkan PLTU harus membeli

lahan sawah warga. Dampak dari limbah PLTU juga menyebabkan munculnya air

panas dari lahan swah warga sehingga swah tidak produktif.

Masyarakat juga meminta pihak PLTU untuk memberikan bantuan

pengembangan pertanian bagi wagara sekitar. Keluhan warga banyak juga yang

mengeluh mengenai air tanah yang tidak keluar sehingga warga menegelukan

kekerungan sumur banyak yang kering.

2
BAB II

ANALISIS KASUS
Landasan Teori
2.1 Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan teori yang menawarkan pengungkapan secara

teoritis untuk pengungkapan informasi non keuangan secara sukarela. Teori legitimasi

menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka

beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan

dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa

aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang sah

(Deegan, 2004). Menurut (Dowling & Pfeffer, 1975). Legitimasi adalah hal yang

penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan

nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis

perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.

(Ghozali & Chariri, 2007) menyatakan bahwa hal yang melandasi teori

legitimacy adalah kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat

dimana perusahaan beroperasi. Shocker dan Sethi dalam (Ghozali & Chariri, 2007)

memberikan penjelasan tentang konsep kontrak sosial, bahwa semua organisasi

memiliki kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit, dimana kelangsungan hidup

dan pertumbuhan organisasi tergantung pada apa yang dapat dikontribusikan oleh

organisasi kepada masyarakat luas. Apabila organisasi memberikan kontribusi sosial,

maka keberadaan perusahaan dan aktivitas yang dilakukan mendapat “status” atau

“restu” dari masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Teori legitimasi mendorong perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan

kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Laporan aktivitas tanggungjawab sosial

3
dan lingkungan perusahan yang dituangkan dalam sustainability report dapat

digunakan oleh perusahaan untuk membuktikan bahwa perusahaan telah menjalankan

tanggung jawab sosial. Hal ini sebagai upaya agar keberadaan organisasi dapat

diterima oleh masyarakat. Legitimasi dari masyarakat merupakan salah satu sumber

daya operasional yang penting bagi perusahaan. (Deegan, 2002) menyatakan bahwa

legitimasi perusahaan akan diperoleh, jika terdapat kesamaan antara hasil dengan

yang diharapkan oleh masyarakat dari perusahaan, sehingga tidak ada tuntutan dari

masyarakat.

Menurut (Anggraini, 2006) pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di

dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting, yaitu pelaporan mengenai

kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan

produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Perushaan dianggap terlibat dalam kegiatan dan pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) dikarenakan 2 jenis motivasi yang berbeda. Beberapa perusahaan

beranggapan bahwa memiliki hubungan yang baik dengan para mengaku kepentingan

perusahaan akan mengarah pada peningkatan pengembalian keuangan dengan

membantu mengembangkan aset tidak berwujud yang bernilai berharga bagi

perusahaan. Aset ini dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif karena dapat

membedakan suatu perusahaan dari para pesaingnya.

Perusahaan dapat melakukan pengorbanan sosial sebagai refleksi dari perhatian

perusahaan terhadap masyarakat. Dalam kasus ini PLTU menyelaraskan kepentingan

keberlangsungan perusahaan dengan keinginan masyarakat adar dampak dari limbah

perusahaan tidak merugikan warga di lingkungan sekitar perusahaan.

Salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk minimalisir dampak dari

limbah perushaaan dengan memebli lahan waega dekat dengan perushaan seluas 4

4
hektar agar dampak abu tersebut tidak merugikan warga dan memebrikan lahan baru

untuk warga, melakukan pengasapan rumah warga agar dampak dari limbah tersebut.

Semua kegiatan tersebut di informasikan perusahaan dalam laporantahunan atau

dengan web resmi perusahaan. Sehingga para pemangku kepentingan dapat melihat

secara langsung apakah perushaaan ini juga melihat keseimbangan natara provit

perusahaan dengan keingunan warga.

2.2 Legitimasi, harapan publik dan kontrak sosial.

Menurut (Dowling & Pfeffer, 1975). Legitimasi adalah hal yang penting bagi

organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial,

dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku

organisasi dengan memperhatikan lingkungan.

Teori legitimasi didasarkan pada ide bahwa ada kontrak sosial antara perusahaan

dengan masyarakat. Masyarakat sekarang mengharapkan perusahaan untuk

melakukan pencegahan kerusakan lingkungan, menjamin adanya keamanan bagi

konsumen, karyawan. Karena itu, perusahaan dengan lingkungan sosial yang jelek

akan sulit meneruskan operasinya. Teori legitimasi menekankan perusahaan untuk

mempertimbangkan hak-hak publik. Teori legitimasi mendorong perusahaan untuk

meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Laporan

aktivitas tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahan yang dituangkan dalam

sustainability report dapat digunakan oleh perusahaan untuk membuktikan bahwa

perusahaan telah menjalankan tanggung jawab sosial.

Hal ini sebagai upaya agar keberadaan organisasi dapat diterima oleh masyarakat.

Legitimasi dari masyarakat merupakan salah satu sumber daya operasional yang

penting bagi perusahaan. (Deegan, 2002) menyatakan bahwa legitimasi perusahaan

akan diperoleh, jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh

5
masyarakat dari perusahaan, sehingga tidak ada tuntutan dari masyarakat. Perusahaan

dapat melakukan pengorbanan sosial sebagai refleksi dari perhatian perusahaan

terhadap masyarakat.

Kegagalan untuk memenuhi harapan sosial (kontrak sosial) ini akan menimbulkan

sangsi dari masyarakat. Harapan masyarakat tentang perubahan kinerja, maka boleh

dibilang sebuah organisasi perlu menunjukkan bahwa apa yang dilakukannya juga

berubah (atau mungkin perlu secara eksplisit mengkomunikasikan dan membenarkan

mengapa operasinya tidak berubah). Sehubungan dengan dinamika yang terkait

dengan perubahan ekspektasi di nyatakan (Lindblom, 1994). Seperti kasus PLTU

Cilacap ini perusahaan kurang menegrtahui dampak yang akan timbul pada kemudian

hari dari akibat aktifitas perusahaan sehingga masyarakat sekitar memberikan sanksi

kepada perusahaan berupa demo dan munculnya gugatan kepada perushaaan.

Kegagalan harapan sosial perusahaan terhadap masyarakat timbul menyebabkan

ketidak percayaan para stakeholder terhadap perusahaan tersebut.

Proses mempertahankan kesesuaian antara harapan masyarakat dan persepsi tentang

bagaimana kinerja organisasi mengarah pada apa yang dikenal sebagai legitimasi

organisasi (Dowling and Pfeffer, 1975). Diasumsikan bahwa manajer yang efektif

bereaksi dengan cepat terhadap perubahan dalam masalah dan prioritas masyarakat.

Hal yang dilakukan perusahaan agar dapat meneylaraskan keinginan perusahaan dan

masyarakat dengan cara

1. Perusahaan meneysuaikan outpout yang diharapkan untuk membantu tenaga

listrik jawa bali agar masyarakat jawa dapat menggunakan listrik dengan cukup

daya.

6
2. Perusahaan berkomunikasi dengan warga dan dengan stakeholder dengan cara

membuat laporan pemanfaatan limbah yang disebabkan oleh kegiatan

perusahaan.

3. Perusahaan membuat laporan menegenai kegiatan perusahaan tidak hanya

melihat provit semata tetapi juga melihat dari kualitas kehidupan warga sekitar ,

komunitas, edukasi, ekonomi, teknologi sehingga warga sekitar maju dengan

adaya perusahaan tersebuat.

Sesuai dengan strategi "komunikasi" Dowling dan Pfeffer, Lindblom (1994)

mengusulkan bahwa sebuah organisasi dapat menerapkan sejumlah strategi yang

menganggap bahwa legitimasinya dipertanyakan karena tindakan atau operasinya

berbeda dengan harapan dan nilai masyarakat, Lindblom (1994) mengidentifikasi

empat tindakan (ada beberapa tumpang tindih dengan Dowling dan Pfeffer) yang

dapat diambil oleh organisasi untuk memperoleh, atau mempertahankan,

legitimasi dalam keadaan ini. Hal yang dilakukan perusahaan untuk

menginformasikan setiap kegiatannya dengan:

a. Menginformasikan kegiatan di laporan keuangan

b. Berusaha merubah persepsi

c. Berusaha untuk meminimalisisr persepsi dengan mengalihkan perhatian dari

masalah yang menjadi perhatian terhadap isu-isu terkait lainnya

d. Berusahalah untuk mengubah ekspektasi eksternal terhadap kinerja perusahaan.

2.3 Menggunakan pelaporan Akuntansi dalam Strategi Legitimasi

Dowling dan Pfeffer dan oleh Lindblom Hurst (1970) mengemukakan bahwa

salah satu fungsi akuntansi, dan kemudian laporan akuntansi, adalah untuk

melegitimasi keberadaan perusahaan. Pandangan semacam itu menyoroti sifat

strategis dari laporan keuangan dan pengungkapan terkait pada hal lainnya. Dari

7
laporan akuntansi tersebut maka pihak eksternal tidak hanya menerka nerka apa yang

dilakukan perusahaan. Perusahaan tidak hanya menginfrmasikan kegitan dalam hal

angka akuntansinya saja tetapi juga menginformasikan hal diluar perhitungan

akuntansi. Hal yang dilakukan diluar akuntansi seperti kegiatan perusahaan dalam

rangka menghijaukan lingkungan sekitar, membenarkan jalan di dekat pemukiman

warga, membantu warga yang kurang mampu untuk membenarkan rumah.

Sehingga laporan diluar perhitungan akuntansi juga memberikan

pertimbangan bagi investor apakah perusahaan ini juga memperhatikan lingkungan

baik sosial maupun alamnya. Dikarenakan jaman sekarang ekploitasi sumber daya

yang dilakukan perusahaan menyebabkan menipisnya sumber daya disini juga salah

satu bagaimana perusahaan tetap mempertahankan sumber daya yang digunakan. Hal

tersebuat merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan kegiatan

perusahaan.

2.4 Pandangan Perusahaan Terhadap Pentingnya Kontrak Sosial.

Pandangan dalam teori legitimasi bahwa organisasi akan dikenakan sanksi jika

tidak beroperasi dengan cara yang sesuai dengan harapan masyarakat (yaitu, sesuai

dengan kontrak sosial) adalah pandangan yang dianut secara bebas oleh hampir

seluruh manajer perusahaan di banyak negara Eropa dan negara-negara lain. Sehingga

tujuan keberlanjutan sosial adalah untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik

bagi semua anggota masyarakat. Untuk membuat kontribusi kami terhadap tujuan ini,

kita perlu memahami harapan masyarakat yang terus berubah. Sasaran sosial kami

dapat diidentifikasi dengan lebih jelas dengan mempertimbangkan semua pemangku

kepentingan kami - karyawan, pelanggan, pemegang saham dan masyarakat serta

dampaknya, baik positif maupun negatif, yang dapat dilakukan oleh operasi kami

terhadap mereka.

8
Visi misi dari perusahaan PLTU PT Sumber Segara membangun energi listrik

yang efisien agar dapat berjalan dengan jangka waktu yang lama dan membantu

keberlangsungan kegiatan manusia. Perusahaan membantu kelangsungan kegiatan

pada pulai jawa dan bali dengan menggunakan teknologi mesin yang lebih efisien dan

ramah lingkungan. Perushaan telah menetapkan mesin baru di perushaan PLTU yang

ke 3 dengan mesin yang ramah lingkungan agar perusahaan tidak mendapat desakan

lagi dari masyarakat yang mengeluhkan dampak dari limbah perushaan. Disni dapat

dilihat bahwa perusahaan mempertimbangkan keinginan masyarakat dengan tujuan

dari perusahaan sehingga dapat dikatakan perusahaan ini memegang nilai pentingnya

niali kontrak sosail antara perushaan dengan masyarakat.

2.5 Legitimasi Dan Reputasi Manajemen Risiko.

Reputasi perusahaan merupahakn hal terpenting dari kinerja perusahaan

tersebut. Fungsi dari Sustainability Report adalah untuk menginformasikan

bagaimana kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan. Sustainability

Report ditujukan sebagai bentuk bukti pertanggung jawaban perusahaan

terhadap stakeholder dan bukti bahwa perusahaan berada dalam batasan

peraturan yang ada. Perusahaan perlu melakukan pengungkapan Sustainability

Report untuk memperoleh kepercayaan stakeholder, karena kepercayaan

stakeholder dibutuhkan untuk kelangsungan bisnis perusahaan. Kepercayaan

stakeholder tersebut dapat berupa investasi maupun kerjasama yang berpotensi

meningkatkan produktivitas dan penjualan perusahaan.

Para manajer baru mulai menggunakan konsep manajemen risiko reputasi

untuk mengartikulasikan kebutuhan perusahaan agar dilihat memenuhi harapan

masyarakat. Hal ini mengurangi masalah tanggung jawab sosial dan lingkungan

terhadap masalah keuangan, di mana reputasi perusahaan dianggap sebagai nilai yang

9
cukup besar (jika biasanya tidak pasti) dalam menghasilkan keuntungan di masa

depan, dan kerusakan pada reputasi ini karenanya akan mempengaruhi profitabilitas

masa depan. Perspektif manajemen risiko reputasi mengenai pengungkapan sosial dan

lingkungan sukarela dalam laporan tahunan mengasumsikan bahwa ancaman terhadap

legitimasi perusahaan dapat mengakibatkan kerusakan pada nilai reputasi perusahaan,

dan risiko reputasi semacam itu perlu diminimalkan melalui manajemen yang bersifat

aktif.

Penelitian yang dilakukan oleh (Susanto & Tarigan, 2013), (Berliani,

2013) serta (Aggarwal, 2013) menyimpulkan bahwa pengungkapan

Sustainability Report memiliki hubungan signifikan dan berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa Sustainability Report

dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, dimana

semakin terpenuhinya indeks pengungkapan maka kinerja perusahaan juga

meningkat. PLTU disini sangant memperhatikan reputasi perusahaannya karena dari

reputasi tersebut dapat mencerminkan kegiatan sebenarnya perushaan. Oleh karena itu

setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan juga harus melihat dampak dari informasi

yang dihasilkan, apakah ada reputasi dari pihak ekternal yang mempengaruhi kinerja

perushaan. Informasi pihak ekternal ini yang menimbulkan manajemen resiko.

Manajemen disini hamemperkirakan semua hal hal yang akan dilalui oleh perushaaan

sehingga perushaan membuat laporan tahunan guna meminimalisirkan resiko yang

timbul dari pihak ekstenal.

10
BAB III

KESIMPULAN

Pada pembahasan ini saya melakukan pengamatan pada PLTU di Cilacap

yang mendapat demo dari msayarakat yang mengeluhka adanya dampak limbah udara

dari perusahaan PLTU ini. Dari persoalan tersebut perusahaan berusaha menjalin

hubungan dengan baik pada masyarakat di sekitar perusahaan. Pengungkapan yang

dilakukan oleh perusahaan pada laporan tahunan menggunakan teori legitimasi

dikarenakan pada pelaporan mengharapkan adanya hubungan baik antara keinginan

perushaan dengan keinginan masyrakat atau stakeholder. Teori legitimasi, teori

stakeholder dan teori instituisonal semuanya berhubungan pada teori politik-ekonomi

dimana didalamnya dimana kehidupan manusia mengambil tempat dan sosial, politik

dan ekonomi isu dipertimbangkan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.

Teori legitimasi bergantung pada gagasan kontrak sosial, dimana kontrak

menyiratkan penggambaran norma dan ekspektasi dati komunitas dimana organisasi

beroperasi. Sebuah organisasi mempertimbangkan untuk menjadi sah untuk

menyampaikan bahwa hal tersbut memnuhi syrat dari kontrak sosial. Legitimacy dan

hak untuk beroperasi. Pengungkapan akuntansi mematuhi perwakilan dimana

menggambarkan satu cara dimana organisasi dapat mengesahkan dan keberlanjutan

operasi. Dimana legitimasi terancam, pengungkapan adalah salah satu cara

mengembalikkan legitimasi, dalam prakteknya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa suatu organissasi apabila ingin melakukan kegiatan keberlanjutan harus

mempertimbangkan keadaan kontrak sosial antara stakeholder dengan perusahaan.

Kontrak sosial ini muncul dari kinginan lingkungan yang mengamati segala kegiatan

yang dilakukan oleh perusahaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, Priyanka. 2013. Impact of Corporate Governance on Corporate


Financial Performance. IOSR Journal of Business and Management
(IOSR-JBM). Vol 13 PP 01-05

Anggraini. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan (Studi
Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta).

Deegan, C. (2002). Introduction: The legitimising effect of social and environmental


disclosures – a theoretical foundation .

Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill, Sydney .

Dowling, J., & Pfeffer, J. (1975). Organizational legitimacy: Social values and
organizational behavior. Pacific sociological review, 18(1), 122-136.

Ghozali, & Chariri. (2007). Teori Akuntansi

Hurst, J. W. (2004). The legitimacy of the business corporation in the law of the
United States, 1780-1970. The Lawbook Exchange, Ltd.

Susanto, Y. K. (2013). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap


Profitabilitas Perusahaan. Business Accounting Review, 1(2), 319-328.

https://ssprimadaya.co.id/about-vision.php

https://www.mongabay.co.id/2018/09/18/keluhkan-polusi-pltu-warga-
cilacap-lapor-ke-kementerian-lingkungan/

https://id.wikipedia.org/wiki/PLTU_2_Jawa_Tengah

https://regional.kompas.com/read/2019/11/14/13211911/manajemen-pltu-
cilacap-klaim-persoalan-limbah-b3-telah-tertangani

12

Anda mungkin juga menyukai