Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penelitian Univariat

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian mengenai

Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja

Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah

Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto. Penelitian ini dilaksanakan

mulai bulan Oktober selama satu minggu di RST Wijayakusuma

Purwokerto. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang,

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Rumah
Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto

UNIVARIAT
No Karakteristik Demografi F (%)
Responden N=100
1 Jenis kelamin Laki-laki 33 33,0
Perempuan 67 67,0
2 Pendidikan SPK 7 7,0
D3, S1 93 93,0
3 Usia < 30 tahun 49 49,0
≥ 30 tahun 51 51,0
4 Lama Kerja < 5 tahun 44 44,0
≥ 5 tahun 56 56,0

55
56

Hasil uji data dari kuisioner yang telah diisi oleh seluruh

perawat pelaksana dari setiapa ruangan di RST Wijayakusuma

Purwokerto diperoleh bahwa Jenis kelamin menunjukan responden

perempuan lebih dominan dengan 67 (67,0%), kemudian responden

dengan tingkat pendidikan D3,S1/tinggi adalah 93

(93,0%)responden, dari 100 responden 51 (51,0%) responden

berusia ≥ 30 tahun, dan 56,0% responden telah bekerja ≥ 5 tahun.

b. Pelaksanaan supervisi

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan supervisi di
Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto

Pelaksanaan Frekuensi Persentase (%)


Supervisi
Kurang Baik 47 47,0
Baik 53 53,0

Hasil uji data dari kuisioner yang telah diisi oleh seluruh

perawat pelaksana dari setiapa ruangan di RST Wijayakusuma

Purwokerto diperoleh bahwa hampir seluruh supervisi

melaksanakan peran dengan baik yaitu 53,0%. Hasil distribusi

responden berdasarkan pelaksanaan supervisihal ini dapat dilihat

pada Tabel 4.2


57

c. Kinerja perawat dalam pendokumentasian

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja perawat dalam
pendokumentasian di Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma
Purwokerto

Kinerja Perawat Frekwensi Persentase (%)


Kurang Baik 39 39,0
Baik 61 61,0

Hasil uji data dari kuisioner yang telah diisi oleh seluruh

perawat pelaksana dari setiapa ruangan di RST Wijayakusuma

Purwokerto diperoleh bahwa hampir seluruh perawat melakukan

kinerja pendokumentasian dengan baik yaitu 61,0%. Hasil

distribusi responden berdasarkan kinerja dalam

pendokumentasianhal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3

2. Hasil Penelitian Bivariat

a. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kinerja Perawat dalam


pendokumentasian
Tabel 4.4
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kinerja Perawat dalam
pendokumentasian (n=100)

Jenis Kinerja Pendokumentasian Total P


Kelamin value
Baik Kurang N %
N % N %
A
Laki-laki 19 57,6 14 42,4 33 100 0,784
nPerempuan 42 62,7 25 37,3 67 100
Jumlah 61 61 39 39 100 100
58

Tabel silang (cross tabulation) diatas dari 33 responden

dengan jenis kelamin laki-laki terlihat bahwa 57% memiliki kinerja

baik. Sedangkan 42 responden perempuan (62,7%) memiliki

kinerja baik.

Analisis jenis kelamin terhadap Kinerja perawat dalam

pendokumentasian, dianalisis dengan menggunakan uji Chi

Square. Dari hasil uji statistic didapatkan nilai p value = 0,784

berarti p value> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden

dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan.

b. Hubungan Pendidikan dengan Kinerja Perawat dalam


Pendokumentasian
Tabel 4.5
Hubungan Pendidikan dengan Kinerja Perawat dalam
Pendokumentasian (n=100)

Pendidikan Kinerja Pendokumentasian Total P


Baik Kurang N % value
N % N %
SPK 2 28,6 5 71,4 7 100 0,106

S1, D3 59 63,4 34 36,6 93 100

jumlah 61 61 39 39 100 100

Terlihat dari 7 responden dengan pendidikan SPK memiliki

kinerja tidak baik sebanyak 71,4% Dan dari 93 responden dengan


59

pendidikan D3/S1 terlihat bahwa 36,6% memiliki kinerja tidak

baik sedangkan 63,4% memiliki kinerja baik.

Analisispendidikan terhadap Kinerja perawat dalam

pendokumentasian, dianalisis dengan menggunakan uji Chi

Square.Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,106

berartip value> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan responden

dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan.

c. Hubungan Usia dengan Kinerja Perawat dalam


pendokumentasian

Tabel 4.6
Hubungan Usia dengan Kinerja Perawat dalam
pendokumentasian (n=100)

Usia Kinerja Pendokumentasian Total P


Baik Kurang N % value
N % N %
B
< 30 36 73,5 13 26,5 49 100 0,0021
≥ 30 25 49 26 51 51 100
jumlah 61 61 39 39 100 100

Terdapat 49 responden dengan usia < 35 tahun terlihat

bahwa 36 responden (73,5%) memiliki kinerja baik. Itu

berkebalikan dengan responden dengan usia≥ 30 tahun terlihat

bahwa dari 26 responden (51%) memiliki kinerja tidak baik.


60

Analisisusia terhadap Kinerja perawat dalam

pendokumentasian, dianalisis dengan menggunakan uji Chi

Square. Berdasarkan hasil uji statistikdidapatkan nilai p value =

0,0021 berarti p value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan

kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan.

d. Hubungan Lama Kerja dengan Kinerja Perawat dalam


pendokumentasian

Tabel 4.7
Hubungan Lama Kerja dengan Kinerja Perawat dalam
pendokumentasian (n=100)

Lama Kinerja Pendokumentasian Total P


Kerja Baik Kurang N % value

N % N %
<5 21 47,7 23 52,3 44 100 0,027
Tahun
≥5 40 71,4 16 28,6 56 100
Tahun
jumlah 61 61 39 39 100 100

Tabel silang (cross tabulation) diatas dari 44 responden

dengan masa kerja < 5 tahun terlihat bahwa 23 responden 42,3%

memiliki kinerja tidak baik Dan dari 56 responden dengan masa

kerja ≥ 5 tahun terlihat bahwa 40 responden (71,4%) memiliki

kinerja baik.
61

Analisis usia terhadap Kinerja perawat dalam

pendokumentasian, dianalisis dengan menggunakan uji Chi

Square. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,027

berarti p value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kinerja

perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

e. Hubungan Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Perawat


dalam pendokumentasian

Tabel 4.8
Hubungan Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Perawat
dalam pendokumentasian (n=100)

Pelaksanaa Kinerja Pendokumentasian Total P


n Supervisi Baik Kurang N % value

N % N %
Kurang 22 46,8 25 53,2 44 100 0,011
baik
Baik 39 73,6 14 26,4 56 100
Jumlah 61 61 39 39 100 100

Hasil uji dengan menggunakan uji stasistik chi square dari

44 responden dengan katagori pelaksanaan supervisi kurang baik

terlihat bahwa 25 responden (53,2%) memiliki kinerja tidak baik

dan 22 responden (46,8%) memiliki kinerja baik. Dan dari 56

responden katagori pelaksanaan supervisi 39 responden 73,6%

memiliki kinerja baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value =

0,011 berarti p value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan supervisi


62

dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan masing-masing

variabel yang di teliti yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan dan

lama kerja perawat.

a. Karakteristik Responden

1) Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tentara

Wijayakusuma Purwokerto terlihat bahwa responden

perempuan lebih dominan dengan 67 (67,0%)

responden.Utama (2003), jenis kelamin merupakan identitas

responden yang dapat digunakan untuk membedakan laki-laki

atau perempuan(wiyanti,2009).

2) Pendidikan

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tentara

Wijayakusuma Purwokerto terlihat bahwa responden dengan

tingkat pendidikan D3,S1 adalah 93 (93,0%) responden.

Notoatmodjo (2003), konsep dasar pendidikan adalah suatu

proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah

yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri

individu, kelompok atau masyarakat. Dalam kegiatan belajar


63

mempunyai ciri-ciri yaitu: belajar adalah kegiatan yang

menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau

masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial.

Ciri yang kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan

tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku

untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa

perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari, dan bukan

karena kebetulan. undang-undang sistem pendidikan nasional

tahun 2003 jenjang pendidikan 2003, terdiri atas jenjang

pendidikan formal dan non formal (Wiyanti,2009).

3) Usia Responden

Hasil penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit

Tentara Wijayakusuma Purwokerto terlihat bahwa dari 100

responden yang diteliti terlihat bahwa 49 (49,0%) responden

adalah berusia < 30 tahun.Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun

yang telah dilalui sejak lahir s/d waktu tertentu. Usia juga bisa

diartikan sebagai satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup

maupun yang mati. Misalnya umur manusia dikatakan lima

belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu

dihitung. (Wiyanti,2009).
64

4) Lama Kerja

Penelitian ini masa kerja responden digolongkan

menjadi dua, yaitu masa kerja < 5 tahun dan > 5 tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit

Tentara Wijayakusuma Purwokertodapat dilihat bahwa 44

(44,0%) responden bekerja di rumah sakit < 5 tahun dan 56

(56,0%) responden telah bekerja ≥ 5 Tahun.Lama kerja adalah

lama waktu bekerja perawat yang diukur dari hari pertama

masuk kerja sampai saat ini (Wiyanti,2009).

b. Pelaksanaan Supervisi

Hasil penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit Tentara

Wijayakusuma Purwokerto terlihat bahwa (53,0%) responden

menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi baik. Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala

ruangan yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang terencana seorang

kepala ruangan melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,

motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan

atau tugas sehari-hari sudah terlaksana dengan baik. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Suarli & Bachtiar, (2009) bahwa

Supervisi seharusnya memberikan bekal kepada bawahan, dengan

bekal tersebut bawahan seharusnya dapat melaksanakan tugas dan

pekerjaannya dengan baik . Supervisi menggunakan proses

manajemen termasuk menerapkan misi, falsafah, tujuan dan


65

rencana yang spesifik untuk mencapai tujuan. Supervisi

menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif,

merangsang kreativitas dan motivasi. (Supratman dan Sudaryanto,

2008).

c. Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan

Hasil penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit Tentara

Wijayakusuma Purwokerto terlihat bahwa dari 100 responden

terdapat 39 (39,0%) responden menyatakan bahwa kinerja perawat

dalam pendokumentasian tidak baik sedangkan 61 (61,0%)

responden menyatakan bahwa kinerja perawat dalam

pendokumentasian tergolong baik

Kinerja perawat merupakan aktivitas perawat dalam

mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan

tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok

profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Faizin

A dan Winarsih, (2008). Secara keseluruhan kinerja perawat

pelaksana pada setiap aspek yang dinilai dengan standard asuhan

keperawatan sudah baik. Penilaian kinerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dilihat berasarkan uraian

tugas dalam standar asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.


66

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kinerja Perawat dalam

pendokumentasian

Uji jenis kelamin terhadap Kinerja perawat dalam

pendokumentasian, dianalisis dengan menggunakan uji Chi

Square. Dari hasil uji statistic didapatkan nilai p value = 0,784

berarti p value> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden

dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan. ini sesuai dengan penelitian dari Robbins (2003)

yang menyatakan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin wanita

dan pria dalam meningkatkan pengetahuan, namun dalam hal

analisa kemampuan pria lebih baik dibandingkan wanita (Slameto,

2003). menegaskan pengertian mendasar atas perbedaan gender

dan jenis kelamin. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian;

kita dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan.

Tetapi, selanjutnya dijelaskan oleh Robbins, bahwa jalan yang

menjadikan kita maskulin atau feminin adalah gabungan blokblok

bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur kita.

Tetapi tidak ada perbedaan yang mendasar antara laki-laki dan

perempuan dalam segi kinerja Robbins (2003)


67

b. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kinerja Perawat dalam

Pendokumentasian

Pendidikan adalah proses penyampaian informasi kepada

seseorang untuk mendapatkan perubahan perilaku

(Notoatmojo,2005). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

akan semakin kritis, logis dan sistematis cara berfikirnya sehingga

meningkat pula kualitas kerjanya, sesuai dengan pernyataan Gillies

tetapi berdasarkan tabel silang (cross tabulation) pendidikan D3/S1

terlihat bahwa 59 responden (63,4%) memiliki kinerja baik. Dari

hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,106 berartip value>

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara pendidikan responden dengan kinerja

perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

Hal ini cukup beralasan kaerna ada faktor lain yang

mengganggu di antaranya adalah usia, responden dengan

pendidikan SPK rata-rata usianya diatas 39 tahun. Ini sesuai

dengan hasil analisis, di ketahui bahwa semakin bertambah usia

maka semakin menurun kinerja perawat dalam pendokumentasian.

Data yang tidak berimbang juga merupakan salah satu faktor

penyebab.
68

c. Hubungan Usiadengan Kinerja Perawat dalam

Pendokumentasian

Umur produktif Dessler (2002) adalah pada usia 25 tahun

yang merupakan awal individu berkarir, dan usia 25 – 30 tahun

merupakan tahap penentu seseorang untuk memilih bidang

pekerjaan yang sesuai bagi karir individu tersebut. Usia 30 – 40

tahun merupakan tahap pemantapan pilihan karir untuk mencapai

tujuan sedangkan puncak karir terjadi pada usia 40 tahun. Pada usia

diatas 40 tahun sudah terjadi penurunan karir. Berdasarkan tabel

silang (cross tabulation) dari 49 responden dengan usia < 30 tahun

terlihat bahwa 36 responden (73,5%) memiliki kinerja baik. Hasil

uji statistik didapatkan nilai p value = 0,0021 berarti p value< 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara usia responden dengan kinerja perawat pelaksana

dalam pendokumentasian asuhan keperawatanHal ini sesuai

denganpendapat Siagian (2003) yang menyatakan bahwa umur

mempunyai kaitan eratdengan berbagai segi kinerja, kaitan umur

dengan tingkat kedewasaanpsikologis menunjukkan kematangan

dalam arti individu menjadi semakinbijaksana dalam mengambil

keputusan bagi kepentingan organisasi.

Kematangan individu dengan pertambahan usia

berhubungan erat dengankemampuan analitis terhadap

permasalahan atau fenomena yang ditemukansesuai dengan

pendapat Slameto (2003) yang menyatakan bahwa


69

kemampuananalitis akan berjalan sesuai dengan pertambahan usia,

seorang individudiharapkan dapat belajar untuk memperoleh

pengetahuan dan keterampilantertentu sesuai dengan kematangan

usia.

d. Hubungan Lama Kerja dengan Kinerja Perawat dalam

Pendokumentasian

Lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi atau

institusi. Sebagai seorang Perawat Pelaksana di rumah sakit lama

bekerja ditentukan sejak diangkat sebagaipegawai berdasarkan

surat keputusan Direktur Rumah Sakit. Arichman(2005)

pengalaman kerja seseorang menentukan bagaimana seorang

perawatmenjalankan fungsinya sehari-hari, karena semakin lama

perawat bekerja makaakan semakin terampil dan berpengalaman

dalam menghadapi masalah dalampekerjaannya. Masa kerja belum

cukup lama akan menimbulkan hal kurang baikterhadap pekerjaan

karena karyawan belum mengenal dan menghayatipekerjaannya,

namun masa kerja yang terlalu lama dapat pula menimbulkan

kebosanan. Berdasarkan tabel silang (cross tabulation) 44

responden dengan masa kerja < 5 tahun terlihat bahwa 23

responden 42,3% memiliki kinerja tidak baik dari hasil uji statistic

mengunakan analisis Chi squaredidapatkan nilai p value = 0,027

berarti p value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat


70

hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kinerja

perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

e. Hubungan Pelaksanaan dengan Kinerja Perawat dalam

Pendokumentasian

Supervisi keperawatan merupakan dorongan, bimbingan

dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para

perawat. Hasil analisis dengan menggunakan uji stasistik chi

square dari 56 responden katagori pelaksanaan supervisi baik

terlihat hasil uji statistic didapatkan nilai p value = 0,011 berarti p

value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara pelaksanaan supervisi dengan kinerja

perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

Faizin dan Winarsih, (2008). Kegiatan supervisi harus dapat

meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan

kualitas asuahan keperawatan (Arwani, 2006). Pengaruh supervisi

kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana dibuktikan oleh

penelitian Hasniati (2002) yang mengatakan bahwa ada pengaruh

antara pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan

terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD

Sidoarjo.Peran supervisi Kepala ruangan sebagai penilai adalah

seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat memberikan

penilaian yang baik dalam melakukan supervisi. penilaian akan berarti

dan dapat dikerjakan apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat

standar penilaian kerja dan observasiniya akurat. Dalam

melaksanakan supervisi kepala ruangan seringmelaksanakan penilaian


71

terhadap hasil kerja perawat pelaksana saat melaksanakan asuhan

keperawatan selama periode tertentu seperti selama masa pengkajian,

hal ini dilaksanakan secara terus menerus selama supervisi

berlangsung dan tidak memerlukan tempat khusus.

Hasil interview mendalam dari beberapa supervisi dapat di

simpulkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan perlu di

lakukan, karna asuhan keperawatan merupakan catatan

pertanggungjawaban perawat untuk kegiatan yangakan dan telah di

lakukan. Dengan melakukan supervisi secara rutin yang di lakukan

selama pergantian shift, maka di harapkan pedokumentasian akan

berjalan baik mulai dari pengkajian sampai implementasi. Selama

ini belum ada kegiatan khusus yang memotivasi kecuali memang

dari kesadaran perawat itu sendiri, karna RST Wijayakusuma

Purwokerto adalah rumah sakit tentara maka apa yang di lakukan

harus berdasarkan instruksi dari Letnan satu atau pangkat tertinggi

di institusi. Dalam pengisian asuhan keperawatan perawat tidak di

berikan insentif atau upah tambahan. salah satu kepala ruang

Sersan mayor agus mengatakan pemecahan masalah yang harus

dilaklukan untuk mendukung kelengkapan dokumentasi, perlu

diadakan pelatiahan pendokumentasian asuhan keperawatan agar

sesuai dengan audit yang di tetapkan oleh pemerintah. diadakan

pelatiahan pendokumentasian asuhan keperawatan agar sesuai

dengan audit yang di tetapkan oleh pemerintah.


72

C. Keterbatasan Penelitian

Jalannya pelaksanaan penelitian, peneliti tidak mempunyai banyak

waktu untuk menunggu kuisioner pada saat diisi oleh responden karena

kesibukan responden atau perawat yang bekerja.Dalam pembagian

kuisioner peneliti melakukan pengarahan sendiri tanpa bantuan asisten.

Anda mungkin juga menyukai