Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH GERAKAN FESYEN BERKELANJUTAN TERHADAP

INDUSTRI FAST FASHION

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

Feri Andrian

NPM : 19440014

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMEN KONSENTASI FASHION

DESIGN

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya

dengan rahmat-Nya Saya akhirnya bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul

“Pengaruh Gerakan Fesyen Berkelanjutan Terhadap Industri Industri Fast Fashion”

ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Mata

Kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan mengarahkan serta memberi

masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Rasa terima

kasih juga hendak Saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah

memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga

karya ilmiah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Saya menyadari bahwa di dalam karya ilmiah yang telah Saya susun ini

masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga Saya mengharapkan

saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya karya ilmiah lain yang

lebih lagi. Akhir kata, Saya berharap agar karya ilmiah ini bisa memberikan banyak

manfaat kepada masyarakat luas agar sadar akan dampak industri fast fashion dan

mulai menerapkan gerakan fesyen berkelanjutan dalam kehidupan sehari – hari.

Bandung, 08 Desember 2019

Feri Andrian

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 6
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 6
1.4.1.Bagi pembaca........................................................................................ 6
1.4.2.Bagi Penulis .......................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Cara kerja industri fast fashion dalam membuat koleksi ......................... 8
2.1.1.Harga..................................................................................................... 8
2.1.2.Ketersediaan dan jangka waktu produksi ............................................. 9
2.1.3.Tren ....................................................................................................... 9
2.1.4.Pemakaian produk .............................................................................. 10
2.2. Cara gerakan fesyen berkelanjutan menekan industri fast fashion ........ 10
2.3. Awal mulanya muncul gerakan fesyen berkelanjutan ............................ 13
2.4. Bahaya industri fast fashion terhadap kelestarian lingkungan ............... 13
2.5. Dampak positif gerakan fesyen berkelanjutan ....................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fast fasion merupakan bagian dari industri tekstil yang biasanya mereplika

busana – busana yang sedang tren pada saat itu, kemudian dalam melakukan proses

produksinya industri fast fasion lebih menekankan pada tingkat produksi yang cepat

dan masif serta menggunakan bahan berkulitas rendah untuk menekan biaya

produksi sehingga produk yang dihasilkan memiliki harga jual yang murah.

Industri fast fashion memiliki dampak buruk bagi lingkungan, hal ini

disebabkan tekanan untuk mengurangi biaya dan waktu produksi sehingga

mengabaikan aspek – aspek lingkungan. Proses produksi kain dan pakaian di

industri fast fahion sering menggunakan bahan kimia dan juga bahan pewarna yang

berbahaya. Selain penggunaan bahan berbahaya, pencemaran dan penggunaan air

menjadi masalah lain yang ditimbulkan oleh industri fast fashion. Selain masalah

lingkungan yang di sebabkan oleh proses produksi, masalah lingkungan juga

muncul dari pihak konsumen yaitu melalui pembelanjaan yang terus meningkat

maka semakin naik pula sampah yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa

industri fesyen sangat mempengaruhi dalam kerusakan bumi, terlebih lagi industri

fast fashion yang lebih tidak memperhatikan dampak lingkungan.

Indusrti fast fashion banyak mengabaikan aspek aspek lingkungan yang

dapat membahayakan kelangsungan hidup di bumi. Atas keresahan – kersahan

tersebut kemudian muncul gerakan fesyen berkelanjutan yang merupaka antithesis

dari industri fast fashion. Gerakan fesyen berkelanjutan ini memiliki misi

1
mejadikan industri fesyen lebih beretika terhadap lingkungan, aksi ini muncul

karena banyaknya limbah industri fesyen yang jumlahnya tidak sedikit dan menjadi

salah satu industri penghasil limbah terbesar di bumi.

Gerakan fesyen berkelanjutan merupakan gerakan yang memiliki tujuan

untuk mengurangi limbah yang dihasilkan oleh industri fast fashion dengan

menggati bahan yang dapat merusak lingkungan menjadi bahan yang ramah

lingkungan tetapi memiliki kualitas yang baik serta menjadikan industri fesyen

lebih beretika terhadap lingkung. salah satu bahan yang tergolong sebagai bahan

ramah lingkungan adalah rayon.

Gerakan fesyen berkelanjutan juga turut mengajak konsumen untuk bijak

dalam pembelian pakaian dan mempertimbangkan untuk merawat, memperbaiki,

dan melakukan pembelian pakain bekas layak pakai dengan tujuan mengurangi

limbah pakaian yang dihasilkan. Maka dari itu, konsumen juga harus memiliki

pengetahuan tentang cara merawat pakaian agar tetap tahan lama dan tidak mudah

rusak. Sselain itu cara yang mungkin dapat dilakukan untuk mendukung gerakan

fesyen berkelanjutan adalah dengan membeli pakain bekas layak pakai atau sering

disebut sebagai thrift shoping.

Banyak merk fesyen ternama yang mulai peduli dan menerapkan geraakan

fesyen berkelanjutan dan koleksi mereka. Dengan semakin gencarnya kampanye

gerakan fesyen berkelanjutan membuat merek – merek fesyen di dunia mulai

memasukan istilah “Sustainable” dalam produk yang dihasilkan. Merek – merek

fesyen ternama yang menerapkan fesyen bereklanjutan diantaranya Stella

2
McCartney, Vivienne Westwood, dan Edun yang telah lebih dulu menerapkan

geraka fesyen berkelanjutan. Merk retail ternama seperti H&M juga turut andil

dalam penerapan gerakan fesyen berkelanjutan ini.

Masyarakat perlu mengetahui bahaya dari industri fast fashion. Dengan

menegtahui bahaya dari industri fast fashion dapat membantu dalam mengurangi

dampak degatif yang dihasilkan oleh industri fast fashion yang membahayakan

kelangsungan kehidupan di bumi.

Apabila masyarakat tidak mengetahui dan pedulia akan dampak - dampak

yang dihasikan oleh industri fast fashion akan sangat menerugikan masyarakat itu

sendiri dan merusak lingkungan. Sedangkan dampak yang dihaasilakan dari

industri fast fashion sendiri cukup signifikan dan sangat berpengaruh terhadap

lingkungan.

Akibat dari pergerakan industri fast fashion yang semakin masif dan

dampak lingkungan yang nyata maka munculah gerakan antitesisnya yaitu gerakan

fesyen berkelanjutan. Masyarakat perlu menyadari akan adanya gerakan fesyen

berkelanjutan ini. Dengan menegetahui dan memahami tentang konsep dari gerakan

fesyen berelanjutan ini menjadikan masyarakat lebih peduli lagi tentang lingkungan

Gerakan fesyen berkelanutan ini perlu untuk disosialisasikan ke masyarakat

luas. Gerakan fesyen berkelanjutan ini punya misi untuk menjaga lingkungan dan

kelestarian di bumi dari praktek industri fast fashion yang kurang beretika terhadap

lingkungan. Gerakan ini perlu di lakukan bukan hanya oleh penggiat dari gerkanan

ini saja tetapi seluruh elemen masyarak di dunia agar terciptanya kelestarian di bumi.

3
langkah – langkah yang dapat ditempuh oleh masyarakat di seluruh dunia

untuk ikut dalam gerakan fesyen berkelanjutan sangat beragam. Hal yang dapat

dliakukan bisa dimulai dari hal kecil yang kadang tanpa sadar kita mengabaikannya.

Ada juga cara dengan mengganti kebiasan untuk membeli barang barang khususnya

produk fesyen yang tidak dibutuhkan agar mengurangi limbah yang dihasilkan.

Bentuk nyata dari sikap yang medukung gerakan fesyen berkelanjutan ini

adalah dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Penerpan langkah

ini tentu hanya dapat berjalan atas dasar kesadaran masyarakat sendiri. Selain

kesadaran masyarakat tentang penerapan gerakan ini, perlu juga adanya langkah

nyata yand di lakukan bukan hanya sekedar sadar akan pentingnya gerakan fesyen

berekanjutan.

Langkah nyata yang dapat dilakukan dengan mulai mencari tahu asal – usul

suatu produk fesyen yang kita beli. Asal – usul suatu produk sangat penting karena

dengan mengetahui hal tersebut dapat dijadikan acuan agar konsumen dapat

mengetahui mana merek – merek yang perlu dihindari karena menerapkan konsep

fast fesyen di produksinya.

Setelah mengetahui asal–usul produk yang dibeli dan dapat

mengidentifikasi produk yang dibeli termasuk dalam fast fashion atau bukan.

Sebagai konsumen harus bijak dengan menghindari pembelian dari produk dengan

merek yang menerapkan konsep fast fashion. Tentu dengan tidak membeli produk

– produk fast fashion akan mendukung gerakan fesyen berkelanjutan terus

berkembang. Gerakan fesyen berkelanjutan sendiri semakin berkembang akan

semakin besar kesempatan lingkungan dapat terselamatkan.

4
Salah satu bentuk pemahaman tentang merek – merek dagang yang

menerapkan konsep fast fashion adalah konsumen dapat mengidentifikasi merek –

merek yang termasuk dalam fast fashion. Beberapa contoh merek dagang yang

termasuk dalam industri fast fashion adalah Uniqlo, H&M, Forever 21. Berdasarkan

merek – merek tersebut terdapat kesamaan yang dengan jelas dapat diidentifikasi

yaitu harga yang cenderung murah dan pengeluaran kolesi yang terbilang cepat.

Selain dari masyarakat atau konsumen yang membeli produk - produk

fesyen, pihak produsen juga perlu untuk menerapkan gerakan fesyen berkelanjutan

di proses prduksi mereka. Salah satu bentuk penerapan gerakan ini dapat dilakukan

dengan mengganti bahan – bahan yang dapat merusak lingkungan dengan bahan

yang ramah lingkungan. Apabila bahan – banah yang dapat merusak lingkungan

terus di gunakan maka akan semakin besar kerusakan yang dihasilakan olh idnustri

fesyen terhadap bumi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penyusun merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana awal mulanya muncul gerakan fesyen berkelanjutan?

2. Bagaimana gerakan fesyen berkelanjutan mampu memberikan dampak positif

dalam industri fesyen?

3. Bagaimana cara kerja industri fast fashion dalam membuat koleksi mereka?

4. Apa saja bahaya yang ditimbulkan industri fast fashion terhadap kelestarian

lingkungan?

5
5. Bagaimana cara gerakan fesyen berkelanjutan menekan industri fast fashion?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulis dalam membuat makalah ini antara lain:

1. Menjelaskan awal mula muncul gerakan fesyen berkelanjutan

2. Mendeskripsikan gerakan fesyen berkelanjutan yang mampu memberikan

dampak positif dalam industri fesyen.

3. Mendeskripsikan cara kerja industri fast fashion dalam membuat koleksi

mereka

4. Menjelaskan bahaya – bahaya yang ditimbulkan industri fast fashion terhadap

kelestarian lingkungan.

5. Mendeskripsikan cara gerakan fesyen berkelanjutan menekan industri fast

fashion

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari karya tulis ilmiah ini antara lain :

1.4.1. Bagi pembaca

1. Sebagai bahan referensi pembaca mengenai gerakan fesyen

berkelanjutan

2. Memberikan pengetahuan tentang bahaya industri faast fashion

3. Sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk menerapkan gerakan

fesyen berkelanjutan dalam kehidupan sehari – hari.

6
4. Memberikan wawasan kepada pembaca tentang hal yang terjadi jika

industri fast fashion terus berkembang

5. Memberikan refrensi kepada pembaca tentang apa saja kegiatan yang

bias dilakukan untuk menerapkan gerakan fesyen berkelanjutan.

6. Sebagai sumber pengetahuan mengenai hubungan gerakan fesyen

berkelanjutan dengan industri fast fashion.

1.4.2. Bagi Penulis

1. Memnatu penulis untuk lebih mendalami tentang gerkan fesyen

berkelanjutan

2. Sebagai bahan masukkan kepada penulis untuk menerapakan gerakan

fesyen berkelanjutan dalam kehidupan sehari – hari.

3. Sebagai bahan pertimbangan kepada penulis untuk tidak menggunakan

produk fesyen yang termasuk dalam fast fashion

4. Memberikan wawasan yang lebih dalam tentang dampak yang

ditimbulkan oleh industri fast fashion

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Cara kerja industri fast fashion dalam membuat koleksi

Dalam proses produksi industri fast fashion mempunyai beberapa perbedaan

dengan insutri non-fast fashion. Beberapa perbedaan tersebut diantaranya mulai

dari harga jual, ketersediaan dan jangka waktu produksi, tren, dan penggunaannya.

2.1.1. Harga

Pakaian yang murah tentu saja menjadi pembeda dengan insutri non

– fast fashion. Beberapa contoh dari merek fesyen ternama yang merupakan

fast fashion adalah Zara, H&M, Forever 21.

“…Spain-based Zara, the world’s largest fast fashion retailer, has prices
similar to those of the Gap: coats for $200, sweaters for $70, T-shirts for $30,
and denim for $69. This is markedly more expensive than H&M, the Swedish-
based company, which offers most coats for $69 (though some go for as low
as $29), sweaters for between $29 and $34, t-shirts for $5.99, and denim for
$19.99. Forever 21, the Los Angeles-based brand, is priced comparatively to
H&M. It’s new concept store, Forever 21 Red, however, offers even lower
prices, such as camisoles starting at $1.80, jeans at $7.80, tees at $3.80, and
leggings at $5.80.” (The Fashion Law, 2016)

Sebagian besar dari biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

di tekan sedemikian rupa sehingga diperoleh harga yang sangat murah, salah

satu cara yang dilakukan adalah dengan menempatkan proses produksi di

negara berkembang seperti India, Vietnam, dan Indonesia.

8
2.1.2. Ketersediaan dan jangka waktu produksi

Salah satu poin pembeda dengan industry non – fast fashion adalah

proses produksinya, industri fast fashion mampu mengeluarkan koleksi

mereka setiap empat sampai enam minggu sekali, sementara industry non-

fast fashion mengeluarkan koleksi mereka berdasarkan kalender

musiman.”In 2012, Inditex, for instance, was making “840 million garments

a year with around 5,900 stores in 85 countries, though that number is

always changing – Inditex has in recent years opened more than a store a

day, or about 500 stores a year” (The Fashion Law, 2016). Seperti Zara dan

beberapa merek lain yang menerapkan konsep fast fashion, produk – produk

mereka dibuat di daerah yang tidak teralalu jauh dari perusahaan mereka

sehingga dari mulai proses produksi sampai pengiriman barang hanya

membutuhkan waktu dua sampai tingga minggu. Sedangkan merek merek

– merk yang berpusat di Spanyol, dan Los Angeles mempunyai waktu

pengiriman yang cukup lama memngingat proses produksi mereka

bertempat di negara – negara berkembang seperti Bangladesh dan Kamoja

dimana di negara negara tersebut menawarkan upah kerja yang lebih murah.

2.1.3. Tren

Merek – merek fast fashion sendiri mengeluarkan koleksi mereka

mengikuti tren fesyen yang ada dan mengacu pada busana – busana runway

pada saat itu. Dengan proses produksi yang cepat merek – merek fast

fashion ini mampu memperoleh produk produk yang umumnya merupakan

replika dari produk produk yang ada di runway pada saat itu, bahkan ada

kemungkinan produk tersbut lebih dulu tersebar ke konsumen sebelum

9
merek – merek fesyen kelas atas mendistribuskiannya. Dengan pengeluaran

koleski yang terbilang cepat serta gaya yang mengacu pada tren busasa

runway saat itu tidak jarang hal tersebut menibulkan kerugian bagi industri

non – fast fashion.

2.1.4. Pemakaian produk

Pemakaian produk memiliki peran penting dalam industri fast

fashion. Hal ini dikarenakan harga yang sangat murah konsumen mampu

membeli produk tersebut dengan harga yang tergolong sangat murah serta

kualitas yang di hasilkan terbilang kurang baik sehingga tidak jarang orang

hanya memakai sekai atau dua kali pakaian tersebut sebelum membuangnya.

Hal ini tetntu menjadi nilai tambah bagi industri fast fashion karena dalam

hal penggunaan hanya satu atau dua kali pakai orang akan cenderung

membeli lagi setelah selesai memakai produk yang sebelumnya dibeli.

2.2. Cara gerakan fesyen berkelanjutan menekan industri fast fashion

Banyak sekali informasi yang beredar mengenai dampak dari limbah tekstil

dalam beberapa waktu terakhir. Oleh karena itu pemilihan bahan untuk pakaian

adalah salah satu hal paling penting dalam proses desain industri yang menerapkan

konsep fesyen berkelanjutan. Selain itu dengan penggantian bahan baku dengan

bahan yang ramah lingungan merupakan salah satu cara gerakan fesyen

berkelanjutan menekan industri fast fashion. Meskipun bahan-bahan baru mulai

memasuki industri fesyen, beberapa jenis serat yang paling banyak digunakan

dalam industri fesyen adalah katun dan polyester. Kedua bahan tersebut berperan

sekirat 80% dari semua serat yang digunakan dan penggunaan poliester setiap

tahunnya semakin meningkat. Semakin berkembangnya gerakan fesyen

10
berkelanjutan di indusrti fesyen penggunaan bahan yang ramah lingkungan semakin

banyak digunakan contohnya serat rayon. Rayon sendiri menempati posisi ketiga

bahan yang sering dipakai setelah polyester dan kapas. “ Pada 2018, jumlah

produksi rayon global mencapai 5,8 juta ton” (Advertorial, 2019). Angka tersebut

diprediksi akan terus meingkat seiring dengan perkembangan gerakan fesyen

berkelanjutan yang semakin menjadi tren. Rayon sendiri berasal dari kayu yang

termasuk dalam sumber terbarukan, rayon juga memiliki sifat yang mudah terurai

dalam jangka Panjang dan dalam kurun waktu yang relatif cepat. Karena sifat ini,

rayon cocok dijadikan sebagai bahan untuk mewujudkan fesyen yang berkelanjutan.

Selain dari pihak produsen, konsumen juga turut andil dalam penerapan

gerakan fesyen berkelanjutan salah satunya dengan melakukan pembelian pakain

bekas layak pakai, konsumen secara tidak langsung mengurangi limbah fesyen yang

ada di bumi, mengingat di beberapa negara seperti Amerika Utara menjadi salah

satu penyumbang sampah pakaian dengan jumlah yang tidak sedikit “Every year,

North Americans send 12 million tons of textiles into the landfills. 95% of which

could be reused or recycled.” (Value Village, 2019). Hal ini tentu sangat

memperihatinkan karena dari sekian banyak limbah yang dibuang sebagian besar

masih layak pakai.

Dengan semakin buruknya masalah lingkungan yang diakibatkan oleh

industri fast fashion, ada beberapa cara yang ditempuh oleh para penggiat gerakan

fesyen berkelanjutan untuk menekan industri fast fashion diantaranya adalah

penerapakn prinsip cradle-to-cradle. Prinsip ini muncul pada 1970 – an oleh

Stahel, ”The cradle-to-cradle principle counsels that after the use phase the product

11
will continue in technical or biological life cycles, meaning it will be recycled into

a new material or it will be composted” (Niinimäki, 2013:18) . Maka dari itu, dalam

penerapan prinsip ini penggunaan bahan baku, pewarna, dan bahan bahan lainnya

harus mampu didaur ulang atau mampu untuk diuraikan oleh tanah.

Selain prinsip cradle-to-cradle terdapat juga gerakan yang disebut Redesign

atau desain ulang yang mulai populer pada abad 21. “…redesign has begun to be a

popular and trendy fashion design approach. In the redesign approach it is

beneficial to remember that all textile materials are not designed for clothing

purposes, which might make them feel uncomfortable in use and even unsuitable to

wear against the skin.” (Niinimäki, 2013 :18).

Kegiatan yang ketiga disebut daur ulang, daut ulang disini berarti

melakukan daur ulang limbah tekstil dan pakaian menjadi bahan baru atau serat.

Dalam proses duar ulang material yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih

rendah dibandingkan dengan bahan aslinya. Dalam hal ini daur ulang dibagi

menjadi dua yaitu downcycled maupun upcycling. “downcycled material is mainly

used for filling purposes. Upcycling, in contrast, aims to keep the product’s quality

high and it can even mean increasing the value of the material through design.”

(Niinimäki, 2013:18). Dari kedua jenis daur ulang tersebut keduanya mempunyai

tujuan yang berbeda beda.

12
2.3. Awal mulanya muncul gerakan fesyen berkelanjutan

Awal mula dari gerakan fesyen berkelanjutan dimulai dari perang dunia II,

dimana pada saat itu terjadi kelangkaan sumberdaya yang ekstrim dan memaksa

orang – orang pada masa itu untuk menggunakan bahan daur ulang untuk membuat

pakain mereka. “Masuk era tahun 70an, beberapa persoalan yang menyangkut

kesejahteraan para pekerja mencuat ke permukaan” (Yapeka, 2019).Sejak saat itu

beberapa merek mulai melakukan pembenahan dan pabrik pakaian yang “ramah

lingkungan” mulai di suarakan sebagai salah satu strategi marketing untuk menarik

konsumen. Sementara eco fashion pun mulai di pertimbangkan untuk diterapkan di

lingkungan industri pakaian. Sedangkan aada era 80 – an, istilah gerakan fesyen

berkelanjutan muncul kembali yang digagas oleh merek ternama seperti ESPIRIT

dan Patagonia dimana mereka memasukkan istilah “sustainability” ke dalam bisnis

mereka. Hal ini didasari atas perilaku masyarakat Amerika yang rata – rata mampu

membuang pakaian bekas dengan total berat mencapai 30 kilogram. Kejadian ini

mendapat kritik dari pengamat lingkungan dan menempatkan fashion sebagai

penyumbang kedua terbesar polusi di dunia. Sedangkan pada era 2000 – an dan

2010 – an penggiat lingkungan mulai mlakukan kampanye mengenai gerakan

fesyen berkelanjutan melalu media social, serta munculnya tagar #zerowaste yang

mencakup penggunaan pakaian yang ramah lingkungan.

2.4. Bahaya industri fast fashion terhadap kelestarian lingkungan

Industri fast fashion berperan cukup besar dalam pencemaran lingkungan.

Salah satu contoh pencemaran dan penggunaan air yang dilakukan industri ini

menurut Aprina Murwanti (2019) mengatakan “Sebuah kaus katun, misalnya,

memerlukan kurang lebih 2.700 liter air untuk proses pembuatannya. Pembuatan

13
setengah kilogram benang sendiri membutuhkan lebih dari 50 liter air”. Selain

masalah lingkungan yang di sebabkan oleh proses produksi, masalah lingkungan

juga muncul dari pihak konsumen. “Consumers in the United Kingdom have an

estimated $46.7 billion worth of unworn clothes in their closets” (BusinessVibes,

2015). Kebanyakan dari mereka membeli barang tanpa memperhatikan dampak

lingkungannya dan melalui pembelanjaan yang terus meningkat maka semakin

naik pula sampah yang dihasilkan “The apparel industry accounts for 10% of global

carbon emissions and remains the second largest industrial polluter, second only

to oil.” (Conca, 2015) Hal ini membuktikan bahwa industri fesyen sangat

berpengaruh dalam kerusakan bumi, terlebih lagi industri fast fashion yang lebih

tidak memperhatikan dampak lingkungan.

2.5. Dampak positif gerakan fesyen berkelanjutan

Semakin berkembangya gerakan fesyen berkelanjutan membuat semakin

banyak pula masyarakat dan industri khususnya fesyen mulai sadar akan

pentingnya menjaga kelastarian lingkungan dan juga sadar akan dampak lingkunga

yang ditimbulkan oleh industri fast fashion yang sangat besar. Hal ini dibuktikan

dengan semakin populernya kegiatan thrifting dikalangan anak muda. Selain itu,

semakin banyak pula yang mulai menyuarakan pandangan merek tentang gerakan

fesyen berkelanjutan di berbagai media khusunya media daring yang mana

penggunannya sebagian besar anak muda juga. Selain dari pihakan konsumen

gerakan fesyen berkelanjutan juga mulai diterapkan oleh industri industri fesyen

dengan memperhatikan aspek – aspek produksi mereka yang sekiranya dapat

menekan dampak negatif terhadap lingkungan. Beberapa hal yang mereka lakukan

antara lain dengan penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan. Selain dari

14
pemilihan bahan baku yang digunakan beberapa produsen fast fashion juga mulai

memikirkan dalam hal pengelolaan limbah yang mana menjadi salah satu masalah

terbesar dalam industri fast fashion

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

gerakan fesyen berkelanjutan sangat erat hubungannya dengan industri fast

fashion. Hal ini dikarenakan gerakan fesyen berkelanjutan muncul karena

keresahan – keresahan yang timbul akibat dampak buruk yang dihasilkan oleh

industri fast fashion khususnya dampak ingkungan. Industri fast fashion sendiri

menimbulkan banyak masalah lingkungan yang apabila tidak segera diatasi

kemungkinan besar mampu merusak kelestarian bumi. Sedangkan gerakan fesyen

berkelanjutan hadir dengan memberikan berbagai solusi yang mampu mengurangi

dampak buruk industri fast fashion. Gerakan ini tidak hanya fokus terhadap

produsennya saja tetapi konsumen juga turut andil dalam pelaksanaan gerakan

fesyen berkelanjutan ini.

3.2 Saran

Gerakan fesyen berkelanjutan ini perlu diterapkan di kehidupan sehari hari

dan dijadikan sebuah gaya hidup, agar terciptanya dunia fesyen yang lebih beretika

khususnya dalam lingkungan. dari sudut pandang konsumen, gerakan fesyen

berkelanjutan ini dapat dimulai dari hal – hal kecil dalam kehidupan. Sedangkan

dari sudut pandang produsen Gerakan ini perlu di terapkan khususnya dalam

pemilihan bahan baku dan pengelolaan limbah produksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Advertorial. (2019, September 18 ). Dari Hutan ke Fesyen yang Berkelanjutan.


Retrieved Desember 8, 2019, from Tirto : https://tirto.id/dari-hutan-ke-
fesyen-yang-berkelanjutan-eike
BusinessVibes. (2015). Business 2 Community. Retrieved Desember 8, 2019, from
https://www.business2community.com/fashion-beauty/30-shocking-
figures-facts-global-textile-apparel-industry-
01222057#hBWEEKFemo8cCM9Q.97
Conca, J. (2015). Making Climate Change Fashionable - The Garment Industry
Takes On Global Warming. Retrieved Desember 8, 2019, from
https://www.forbes.com/sites/jamesconca/2015/12/03/making-climate-
change-fashionable-the-garment-industry-takes-on-global-
warming/#48b7763e79e4
Murwanti, A. (2019). Slow Fashion Lab. Retrieved Desember 8, 2019, from
https://www.goethe.de/ins/id/id/kul/pkt/icu/sla.html
Niinimäki, K. (2013). Sustainable Fashion : New Approaches. Helsinki: Aalto
University.
The Fashion Law. (2016, Oktober 3). Fast Fashion. Retrieved from The Fashion
Law: https://www.thefashionlaw.com/learn/fast-fashions-green-initiatives-
dont-believe-the-hype
Value Village. (2019, April 2). Sustainable Fashion Doesn't Have to be a Pipe
Dream. Retrieved Desember 8, 2019, from Value Village:
https://www.valuevillage.com/rethinkreuse
Yapeka, R. (2019, Desember 4). Eco Fashion: Sebuah Perlawanan Terhadap
Fashion Konvensional. Retrieved Desember 8, 2019, from Yapeka :
https://yapeka.or.id/eco-fashion-sebuah-perlawanan-terhadap-fashion-
konvensional/

17

Anda mungkin juga menyukai