Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biofisika adalah studi tentang fenomena biologis dengan menggunakan metode-metode dan
konsep-konsep fisika, sedangkan di dalam Anonim (2005) dikemukakan bahwa biofisika adalah studi
interdisipliner tentang fenomena dan problem-problem biologis dengan menggunakan prinsip-prinsip
dan teknik-teknik fisika. Biofisika bergantung pada teknik-teknik yang berasal dari ilmu fisika tetapi
difokuskan pada problem-problem biologis. Mengacu pada definisi yang telah dikemukakan mengenai
biofisika, maka dalam konteks seorang pekerja yang melakukan aktivitas di alam terbuka, maka
biofisika dapat dipandang sebagai studi tentang fenomena biologis pada seorang pekerja yang
berinteraksi dengan lingkungan fisik setempat ketika sedang melakukan aktivitas kerja dengan
menggunakan prinsip, konsep, dan metode fisika.
Energi sering menjadi pokok bahasan setiap hari, namun tak banyak orang yang memahami
konsep dasar energi. Energi dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu : biologis, fisika dan kimia.
Bahasan selanjutnya dibatasi pada konsep energi ditinjau dari ilmu fisika.
Ilmu Fisika memandang energi sebagai sebuah proses perubahan dan tubuh
manusia merupakan media perubahan tersebut. Tubuh manusia berinteraksi dengan
benda lain di alam ini dalam gaining and loosing. Posisi dan gerakan tubuh mempengaruhi
keseimbangan energi tubuh. Pada posisi dan gerakan tertentu energi lebih besar dari kondisi lain.
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi,
hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan
mekanismenya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Perubahan suhu tubuh yang selalu berubah-ubah tanpa didasari
2. Sistem dan mekanisme perubahan suhu tubuh manusia
3. Mekanisme perubahan energy yang berbeda tiap proses yang terjadi pada tubuh manusia
C. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan suhu tubuh yag terjdi pada manusi?
2. Bagaimana sistem dan mekanisme purubahan suhu tubuh?
3. Bagaimana pengaruh perubahan energy yang terjadi pada tubuh manusia

1
D. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendiskripsiakan tentang:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme perubahan suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan suhu tubuh,
reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan suhu suhu tubuh.
4. Mengetahui perubahan energi yang terjadi pada tubuh manusia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu
suhu jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner,
kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua
submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas
dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system
syaraf pusat. Dengan pengukuran waktju reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa
dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan
konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik
(feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan
balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar
suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus
akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik
tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa
dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
a) Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static )
Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan dialami oleh orang
tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan kalau ia keluar dari air dan masuk
kembali maka ia akan merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi
secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral (suhu
nyaman). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa dingin
dirasakan pada suhu 17C.
b) Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik )
Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit, kecepatan
perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang

3
rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa dingin rendah. Bila suhu meninkat
ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu
berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga
berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.
c) Titik rasa dingin dan panas
Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin dan panas
terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan
titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit
wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.

B. Asal Panas Pada Tubuh Manusia


Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme
yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot yang merupakan upaya
4. Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru
lahir.
Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat
ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya
lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan
suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel
brown fat, yang kemudian akan mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil
dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena
yang juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown fat ini merupakan sumber utama diet-induced
thermogenesis. Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung
secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi ialah emisi energi panas dari permukaan tubuh dalam
bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu ruang. Konduksi ialah perpindahan panas antara
obyek yang berbeda suhunya melalui kontak langsung obyek tersebut. Konveksi ialah perpindahan
panas melalui aliran udara/ air. Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari permukaan
kulit dan saluran pernapasan saat bernapas. Keseimbangan panas (Silverthorn, 2004)
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :

4
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang
memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat
lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang
panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran
keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui
ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik
anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang
produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan
dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah,
berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi
tiroksin.

C. Reseptor Suhu

5
Setimulus dapat datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara, kelembapan,cahaya. Alat
penerima rangsang reseptor,sedangkan alat penghasil tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang
paling sederhana hanya berupa ujung dendrit dari suatu sel syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung /
selaput myelin dan dapat di temukan pada reseptor rasa nyeri (free nerve ending) atau nociresetor.
Berdasarkan Lokasi Sumber Rangsang
1. Interoreseptor adalah reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh.
2. Khemoreseptor adalah reseptor yang berfungsi memantau pH,kadar gula dalam darah dan kadar
kalsium dalam cairan tubuh atau darah.
3. Eksteroreseptor adalah reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari lingkungan di luar
tubuh Reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran) dan cahaya (dalam alat
pengelihatan).
4. Hubungan antara reseptor dengan efektor Dalam system syaraf,reseptor biasanya berhubungan
dengan syaraf sensorik (AFFERENT) sedang efektor erat dengan syaraf motorik(EFERENT).
Reseptor berfungsi sebagaipengubah energy, mengubah bentuk suatu energy menjadi bentuk
tertentu. dan di dalam reseptor semua energy di ubah menjadi energy listrik dan selanjutnya akan
membawa ke perubahan elektrolit sehingga timbul potensial aksi. Apabila suatu resektor
menerima rangsangan yang sesuaimaka membrane reseptor akan mengalami peritiwa potensial
aksi. Jika rangsangan yang diterima reseptor cukup kuat potensial reseptor yang timbul akan lebih
kuat. Makin besar rangsangan yang di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan
sehingga dapat melampoi batas ambang perangsangan pada membrane potensial generator.

D. Penjaluran Sinyal Suhu Tubuh Pada Sistem Saraf


Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah suatu kumpulan
neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu: Preoptic area. Area ini menerima impuls-impuls
syaraf dari termoreseptor dari kulit dan membran mukosa serta dalam hipotalamus. Neuron-neuron
pada area peroptic membangkitkan impuls syaraf pada frekwensi tinggi ketika suhu darah meningkat
dan frekwensi berkurang jika suhu tubuh menurun. Impuls-impuls syaraf dari area preoptic menyebar
menjadi 2 bagian dari hipotalamus diketahui sebagai pusat hilang panas dan pusat peningkatan panas,
dimana ketika distimulasi oleh area preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon operasional yang
meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh secara berturut-turut. Termoregulasi adalah proses
fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk
mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat (Myers, 1984). Pusat
pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika hipotalamus terganggu maka
mekanisme engaturan suhu tubuh juga akan terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia.

6
Mekanisme pengaturan suhu tubuh manusia erat kaitannya antara kerja sama system syaraf baik
otonom, somatic dan endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh system
persyarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja system endokrin terhadap mekanisme
pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH.

Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai factor yaitu :
1. Exercise
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat
meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
2. Hormon
(Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate.
Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme
rate 5-15%.
3. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi.
Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan
hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan
metabolisme rate dari sel tubuh.
4. Suhu tubuh
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu
tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
5. Asupan makanan
Makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi protein.
6. Berbagai macam factor seperti
Gender, iklim dan status malnutrisi.
7. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas meningkatseiring dengan
pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi suhu akannormal setelah anak mencapai
pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama
kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan,penurunan aktivitas kelenjar keringat,
penurunan metabolism
8. Olahraga

7
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat.
9. Kadar Hormon
Suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
10. Irama sirkardiansuhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama periode 24
jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari.
11. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan
12. Lingkungan
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar.
Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis yang
dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati suhu
tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C,
suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan
harus sesuai dengan panas yang hilang.
13. Demam ( peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
USIA SUHU(DERAJAT CELCIUS)
3 Bulan 37,5°C
6 Bulan 37,5°C
1 Tahun 37,7°C
3 Tahun 37,2°C
5 Tahun 37,0°C
7 Tahun 36,8°C
9 Tahun 36,7°C
11 Tahun 36,7°C
13 Tahun 36,6°C
Dewasa 36,4°C
>70 Tahun 36,0°C

Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu

8
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior
dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya
panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi
meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya
produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine
serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi
mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif
untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan
hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus,
serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon)
sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya
merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating
hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.
Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai
normal, diantaranya adalah :
1) Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang menyebabkan
pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran darah
hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan
hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic
melanjutkan untuk produksi panas.
2) Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan
epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya, menghasilkan peningkatan
metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi panas.
3) Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan
memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang yang disebut
menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat meningkat 4x dari basal rate
hanya dalam waktu beberapa menit.
4) Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid kedalam
darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan meningkatkan metabolisme rate,
dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme
feed back negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah
merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya
merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas. Impuls syaraf dari
pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan

9
kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan
peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu
yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah
merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap
melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas
dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal.

E. Konsep Energi
Energi sering menjadi pokok bahasan setiap hari, namun tak banyak orang yang memahami
konsep dasar energi. Energi dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu : biologis, fisika dan kimia.
Bahasan selanjutnya dibatasi pada konsep energi ditinjau dari ilmu fisika.
Ilmu Fisika memandang energi sebagai sebuah proses perubahan dan tubuh manusia
merupakan media perubahan tersebut. Tubuh manusia berinteraksi dengan benda lain di alam ini
dalam gaining and loosing. Posisi dan gerakan tubuh mempengaruhi keseimbangan energi tubuh. Pada
posisi dan gerakan tertentu energi lebih besar dari kondisi lain.
a. Kondisi : Static Vs Dyanamic
Pada kondisi statis sebuah benda memiliki potensi energi tersimpan yang bergantung pada
besar massa, gaya tarik gravitasi dan perbedaan ketinggian. Energi yang tersimpan pada sebuah benda
diam disebut dengan energi potensial (Ep). Pada tubuh manusia, Ep bersifat relative karena pengertian
diam dapat dikenakan pada tubuh secara utuh, sebagian anggota gerak, organ tubuh atau bahkan
molekul penyusun tubuh manusia.
Ep = m.g.h, dimana m: massa; g: gaya gravitasi; h: perbedaan ketinggian
Pada kondisi tertentu tubuh kehilangan sebagian massanya, seperti saat berenang, terutama di
air asin. Saat berenang tubuh mendapatkan gaya dorong yang arahnya berlawanan dengan gaya
gravitasi. Selain itu, kerapatan molekul air menentukan massa jenis air yang jauh lebih besar dari
udara.
Manusia yang tegak berdiri memiliki perbedaan Ep pada tiap organya. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan posisi ketinggian dari dasar, misalnya Ep otak jauh lebih
besar dibandingkan dengan Ep yang dimiliki patella. Sebaliknya bila manusia tidur terlentang, maka
Ep tiap organ adalah sama karena tidak terdapat perbedaan ketinggian (Ep = 0). Dengan demikian
manusia memiliki potensi yang lebih besar saat berdiri daripada tidur.

10
Energi potensial (Ep) juga dimiliki oleh benda yang memiliki kelenturan (elastisitas).
Semakin kaku sebuah benda, semakin besar potensi energi yang tersimpan dalam benda tersebut. Bila
kita mampu memaksimalkan regangan pada benda yang memiliki kelenturan maka semkin besar
energi potensialnya. Dengan demikian besar Ep pada benda yang lentur tergantung pada konstanta
kelenturan dan perbedaan panjang akibat regangan.
Ep = ½. k. x2, dimana k: konstanta kelenturan dan x: perbedaan panjang
Tubuh manusia memiliki beberapa jaringan yang memiliki kelenturan (elastisitas), seperti :
otot, kulit, dan tulang rawan. Sifat dari jaringan tersebut adalah memiliki gaya recoil, yaitu gaya yang
memiliki kecenderungan kembali pada kondisi awal (seperti pegas). Gaya recoil sangat bergantung
pada konstanta kelenturan dan besar regangan
Gerakan yang menyebabkan perubahan posisi menandai kondisi dinamis. Kondisi dinamis
tubuh manusia tidak hanya dipandang dari perubahan posisi tubuh, namun juga dapat dipandang dari
perubahan posisi anggota gerak, organ tubuh atau bahkan molekul tubuh. Benda yang bergerak dan
berubah posisinya memiliki energy kinetik (Ek). Ek bergantung pada besar massa dan kecepatan gerak
benda berpindah posisi.
Ek = ½ m v2 , dimana m: massa dan v: kecepatan gerakan.
Bentuk lain dari energi kinetik adalah energi alir darah dan energi termal tubuh. Ek yang
muncul dari energi termal berasal dari tumbukan molekul gas yang bergerak tak beraturan akibat
pemanasan.
b. Proses : Gaining Vs Loosing
Tubuh manusia merupakan media bagi perubahan bentuk energi. Energi kimia berupa
adenosine triphospat (ATP) dirubah menjadi energi potensial otot saat melepas salah satu ikatan
fosfatnya. Tubuh yang bergerak tidak kehilangan energy potensialnya, justru besar energinya ditambah
oleh energi kinetik yang muncul dari kecepatan gerakan tersebut.
Tubuh akan selalu memperoleh dan kehilangan energi, karena tubuh manusia kontak dengan
molekul dari benda lain di alam semesta. Dengan demikian energi di dalam tubuh manusia tidak
bersifat absolut, namun relatif dan bergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Selama proses gaining
dan loosing ini seimbang maka tubuh manusia akan selalu sehat. Keseimbangan tersebut diperlukan
untuk menjaga besaran fisiologis tubuh, seperti suhu 37 derajat celcius.

F. Hukum Kekekalan Energi


Hukum kekekalan energi tidak mengenal awal dan akhir sebuah energi, bagaimana diciptakan
dan ditiadakan. Hukum ini menjelaskan bahwa energi akan selalu berubah dalam bentuk dan

11
besaranya. Hal inilah yang menyebabkan berbagai persamaan energy selalu berakhir dengan bilangan
konstan atau nol (0).
Σ (Ep + Ek) = 0, P.V = C, ΔQ = 0
Perubahan energi dari suatu bentuk menjadi bentuk yang lain selalu sama besarnya antara
awal proses dan akhir proses. Peningkatan salah satu bentuk atau komponen energi akan selalu disertai
dengan penurunan bentuk atau komponen lain dari energy tersebut. Dengan demikian ilmu Fisika tak
pernah mengenal perubahan besar energi, karena selalu konstan setiap waktu.
G. Ukuran Energi Tubuh
Besarnya energi tubuh ditentukan dalam berbagai besaran dan ukuran variabel. Sebagian
besar buku Fisika menyatakan energi dalam satuan joule, namun ada pula yang menyatakan energi
dalam skala kalori. Kesetaraan antara joule dan kalori ditunjukkan oleh besaran 1 kalori = 4,2 joule.
Beberapa buku fisiologi dan biokimia menyatakan potensi energi tubuh dalam jumlah
adenosine triphosphat (ATP).1 ATP memiliki 2 ikatan berenergi tinggi yang bila terlepas akan
membebaskan sejumah besar energi yang diubah dalam bentuk apapun. Jumlah ATP belum dapat
diukur, namun gejala kurangnya ATP dapat diamati sebagai kelainan tubuh, seperti : muscle cramping.
Alat dan metode pengukuran energi tubuh juga belum terstandarisasi. Hal ini
menyulitkan di dalam penentuan potensi energi seorang manusia. Alat dan metode yang saat ini sering
digunakan adalah kalorimetri melalui metode pemeriksaan metabolism basal dan kerja.
H. Energi Termal
Energi termal suatu zat adalah energi kinetik total dari atom dan molekul penyusun zat yang
bergerak secara acak akibat pemanasan. Energi kinetik termal dapat berupa penambahan atom, rotasi,
resonansi & translasi. Sebagai contoh adalah saat air yang mendidih memiliki gerakan molekul yang
tak beraturan dan saling bertumbukan.
Energi kinetik termal rata-rata dari gerakan atom dan molekul penyusun zat tertentu disebut
dengan suhu. Suhu dikenal luas sebagai variabel penentu temperatur benda dan dunia medis
menggunakan suhu untuk membantu mengakan diagnosa demam. Suhu diukur dengan alat yang
disebut dengan termometer.
Prinsip kerja termometer adalah pemuaian dan penyusutan dari air raksa yang diletakan dalam
tabung kapiler tertutup. Pemuaian air raksa menunjukan peningkatan
suhu, sedangkan penyusutan menunjukan penurunan suhu. Sampai saat ini kita mengenal 4 macam
termometer, yaitu : kelvin, celcius, farenheit, dan reamur. Persamaaan dari setiap termometer adalah
kesepakatan penentuan skala maksimal dan minimal. Skala maksimal ditandai oleh perubahan air
menjadi uap, sedangkan skala minimal ditandai oleh perubahan air menjadi es.

12
Perbedaan antara satu termometer dengan yang lain terletak pada jumlah skalanya dan nilai
derajat skala maksimal dan minimal. Untuk termometer kelvin dan celcius memiliki 100 skala,
sedangkan reamur 80 skala dan farenheit 180 skala. Hanya celcius dan reamur yang memulai skala
minimal dengan nol derajat, sedangkan kelvin memiliki skala minimal 273 derajat dan farenheit 212
derajat.
Suhu ekstrim ditemukan pada nol derajat kelvin dimana tak ditemukan lagi
organisme yang mampu bertahan hidup pada suhu tersebut. Suhu nol derajat kelvin
disebut dengan nol absolut.
Tubuh manusia berupaya untuk mempertahankan suhu pada lingkungan internal. Manusia
memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang diperankan oleh
hypothalamus. Hypothalamus berfungsi sebagai thermostat dan reseptor yang sensitif
terhadap perubahan suhu. Suhu tubuh dipertahankan konstan pada 37 derajat celcius.
Saat tubuh kehilangan panas atau memperoleh panas dari lingkungan eksternal dapat
mempengaruhi reseptor panas dingin di kulit dan hypothalamus. Hal ini akan direspon dengan
perubahan aliran darah perifer (vasokontsriksi atau vasodilatasi), produksi keringat, gerakan tubuh
tertentu seperti mengigil dan frekuensi napas. Tubuh yang keliru merespon perubahan suhu sekitar
akan mengalami demam.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada beberapa tempat, seperti di dalam mulut, ketiak
dan per rektal. Pemukuran per pektal mewakili suhu inti tubuh dan memiiki perbedaan antara 0,1 s/d
0.2 derajat dengan di ketiak. Suhu inti tubuh diyakini membentuk poros antara otak dan jantung.
1) Kalor
Kalor adalah jumlah energi yang dipindahkan dari suatu benda ke benda lain akibat perbedaan
suhu antara keduanya. Pengertian ini mengandung 2 komponen dasar dari kalor yaitu adanya
perpindahan energi termal dan harus ada perbedaan suhu. Bila dua benda memiliki suhu yang sama
maka tak mungkin terjadi perpindahan energi termal (kalor) diantara kedaanya. Satuan kalor adalah
Joule dan Kalori (Kkal), 1 kal = 4,2 joule.
Q = m.c.ΔT, dimana Q: kalor, m: massa, c: kapasitas kalor, T : beda suhu
Kapasitas kalor adalah jumlah energi kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu suatu zat
sebanyak 1 C atau 1 K. Kapasitas kalor menunjukan konduktansi panas sebuah benda yang
dipengaruhi oleh kerapatan molekul penyusun benda tersebut. Sedangkan istilah Kapasitas kalor
spesifik (c) suatu zat adalah kapasitas kalor per satuan massa. Contoh : c air & es = 1 dan 0,5 kal/ gr C
Perpindahan energi termal (kalor) terjadi melalui bebrapa mekanisme, antara lain:
a) Konveksi : transfer energi memakai media zat alir (fluida) gas maupun cair, contoh : darah &
udara respirasi. Infeksi tertentu akan menghasilkan pirogen yang mempengaruhi thermostat

13
di hipothalamus. Suhu inti tubuh naik dan tubuh berupaya untuk memindahkan panas keluar
melalui aliran darah dan udara respirasi, sehingga terjadilah demam.
b) Konduksi : memakai media padat, harus ada kontak antar molekul, contoh : transfer melalui
kulit dan otot. Tindakan mengkompress adalah upaya untuk menurunkan demam melalui
konduksi. Bahan yang digunakan untuk mengkompress harus lebih dingin dari suhu tubuh.
c) Radiasi memanfaatkan media gelombang elektromagnet dalam mentransfer energy termal.
Setiap benda di dalam sebuah rungan memancarkan radiasi, termasuk tubuh manusia.
Transfer kalor melalui radiasi dapat diamati saat bermain api unggun atau siang hari saat
matahari bersinar terang.
d) Evaporasi: adalah prubahan air menjadi uap, di saat inilah terjadi pelepasan kalor. Tubuh
yang berkeringat tidak mengalami penurunan suhu sebelum keringat tersebut kering.
Evaporasi sangat bergantung kelembapan udara; semakin lembap udara, semakin tinggi
kandungan air maka semakin sulit evaporasi terjadi.
2) Termodinamika
Perpindahan kalor merupakan suatu bentuk dinamika dari energi termal yang dipindahkan
dari benda yang memiliki suhu lebih tinggi kepada benda yang memiliki suhu lebih rendah.
Perpindahan kalor antara sistem dengan lingkungan sekitar dapat terjadi bila sistem tersebut terbuka.
Sebaliknya bila sistem tersebut tertutup, maka kalor tidak dapat dipindahkan.
Keseimbangan termodinamika tercapai bila parameter fisik suatu sistem (T, P, & V) adalah
konstan sepanjang waktu. Sedangkan keseimbangan termal tercapai bila dua sistem terbuka yang
saling kontak termal tidak terjadi aliran kalor antara keduanya karena suhu (T) sama dan Q = 0. Q (+)
berarti sistem memperoleh kalor dan (T) suhu akhir > (T) suhu awal. Q (-) berarti sistem melepaskan
kalor dan (T) suhu akhir < (T) suhu awal.
Pengaruh kalor yang dipindahkan pada sebuah benda dalam fase yang sama
menyebabkan benda tersebut mengalami perubahan suhu. Hal ini dinyatakan dalam
sebuah persamaan berikut
Q = m c ΔT, ΔT adalah peruabahan suhu yang dimaksud.
Pada suatu ketika kalor yang dipindahkan tidak merubah suhu benda melainkan merubah fase
benda, misalnya : air menjadi es atau air menjadi uap. Perubahan fase benda terjadi bila suhu sistem
termodinamika telah mencapai titik perubahan fase, misalnya titik beku air 0° celcius dan titik uap air
100 ° celcius. Perubahan fase sangat bergantung pada kalor beku atau kalor uap pada tiap zat.
Q = m L, L adalah konstanta kalor lebur, kalor beku atau kalor uap tiap zat.
Pemahaman mengenai keseimbangan termodinamika dapat diaplikasikan pada

14
upaya mengukur besar energi termal di dalam tubuh manusia. Bila tubuh manusia yang berada di
dalam ruangan tertutup diibaratkan sebuah benda di dalam sistem tertutup. Kalor dipindahkan dari
tubuh pada zat alir di dalam sistem tertutup, dan tidak dipindahkan keluar. Hal ini akan merubah
tekanan (P), volume (V) dan suhu (T) zat alir yang dapat diamati. Secara tidak langsung besar kalor
yan dimiliki tubuh dapat diketahui dari besar kalor yang diterima zat alir melalui perubahan tekanan
(P), volume (V) dan suhu (T). Metode yang menggunakan konsep ini disebut dengan kalorimetri, dan
alat yang digunakan untuk menerapkan metode ini disebut kalorimeter.
Kalorimetri dapat digunakan untuk mengetahui besar metabolisme pada kondisi basal
maupun saat tubuh bekerja. Ukuran besar metabolisme basal kemudian dikenal dengan sebutan BMR.
Pemeriksaan BMR dapat membantu dalam mendiagnosis berbagai kelainan metabolik.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris.
2. Pemahaman mengenai keseimbangan termodinamika dapat diaplikasikan pada upaya
mengukur besar energi termal di dalam tubuh manusia. Bila tubuh manusia yang berada di
dalam ruangan tertutup diibaratkan sebuah benda di dalam sistem tertutup. Kalor dipindahkan
dari tubuh pada zat alir di dalam sistem tertutup, dan tidak dipindahkan keluar.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan tema yang diangkatkan dalam karya
tulis ini adalah:
1. Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat dan tidak
mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam keadaan normal dan dapat
menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar kita.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://sariindah891.blogspot.com/2012/12/suhu-tubuh.html
http://rollespalilingan.blogspot.com/search/label/Pengertian%20Biofisika%20Kerja
http://yohana-silviana.blog.ugm.ac.id/2012/06/11/biofisika-itu-apa-sih-o/
http://biologi12.wordpress.com/
http://bioenergetika2.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai