Anda di halaman 1dari 7

Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Volume 5, Desember 2015

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT SAPI UNGGUL DENGAN


METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) PADA PETERNAKAN SAPI SRIAGUNG
PADANGRATU LAMPUNG TENGAH

Rina Wati, Evi Mayasari


STMIK Pringsewu Lampung
Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu Lampung
Telp. (0729) 22240 website: www.stmikpringsewu.ac.id
E-mail: rinawati@gmail.com, evistmik06@gmail.com

ABSTRAKSI
Berternak merupakan suatu kegiatan dalam meningkatkan ekonomi, khususnya bertenak sapi. Karena
banyaknya masyarakat yang masih belum mengerti jenis bibit sapi unggul yang bagus untuk
dikembangkan seperti apa. Dalam penelitian ini peneliti ingin membuat Sistem Pendukung Keputusan
yang digunakan untuk menentukan sapi yang berkualitas yang akan digemukkan bagi peternak yang
masih baru atau tahap belajar. Sampel penelitian ada empat jenis sapi yaitu jenis sapi Submenntal, sapi
Bali, sapi limousin, dan sapi lokal atau sapi jawa. Metode yang digunakan dalam pemilihan kualitas bibit
sapi unggul menggunakan metode Sample Additive Weighting (SAW), dan pembangunan aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) pemilihan bibit sapi unggul menggunakan program aplikasi dhelpi.

Kata kunci: System Pendukung Keputusan, Kualitas Sapi Ternak, Metode SAW

1. PENDAHULUAN Pendukung Keputusan) pemilihan bibit sapi yang


1.1 Latar Belakang Penelitian berkualitas dengan metode Simple Additive
Secara Umum Sapi adalah hewan mamalia Weighting (SAW).
atau herbivora yang sangat bermanfaat untuk Peternak sapi dikampung Sriagung
manusia dari segi daging, air susu, bahkan khususnya kecamatan Padangratu Lampung-
sampai kotorannya. Dengan adanya sapi sangat Tengah masih banyak peternak sapi yang belum
banyak berguna bagi masyarakat, dapat begitu mengenal sapi yang berkualitas dan
meningkatkan taraf hidup mereka. Ternak adalah berpotensi cepat dalam perkembangannya. Bagi
pengembangbiakan hewan dari usia dini hingga masyarakat dipedasaa, memilih bibit sapi itu
tahap penggemukan. Ada beberapa jenis sapi biasanya hanya melihat dari segi postur dan
yang akan dikembangkan saat ini yang daging. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
disilangkan dengan sapi-sapi impor. Dari melakukan penelitian dalam memilih sapi yang
beberapa jenis sapi masing-masing mempunyai ideal, lebih mudah diternakan dan lebih cepat di
sifat-sifat yang khas baik ditinjau dari bentuk kembangkan. Dalam pemilihan sapi pun harus
luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari dengan kriteria dan jenis sapi yang cepat dalam
genetiknya (laju pertumbuhan). Biasanya bagi penggemukan, tidak asal dalam pemilihan.
masyarakat dalam memilih bakalan sapi hanya Dalam System Pendukung Keputusan (SPK)
melihat dari segi postur dan harga, tidak peneliti akan mengangkat suatu kasus yaitu
memperdulikan kualitas sapi yang akan mencari alternative terbaik dalam hal ini bibit
digemukkan. Ada 3 jenis bibit sapi yang akan sapi unggul berdasarkan kriteria-kriteria yang
dikembangkan yaitu sapi bali, sapi limousin, sapi telah ditentukan dengan menggunakan metode
simenntal dan sapi jawa. Ternak sapi merupakan SAW (Simple Additive Weighting). Penelitian
suatu kebutuhan primer yang bertujuan untuk dilakukan dengan mencari nilai bobot untuk
meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian setiap atribut, kemudian dilakukan proses
masyarakat, hal ini sesuai dengan peraturan UU perangkingan yang akan menentukan alternatif
No.18 Tahun 2009 yang mengatur tentang yang optimal yaitu bibit sapi yang ideal dan
peternakan hewan sapi. berkualitas.
Banyak penelitian yang telah dilakukan .
berhubungan tentang DSS (Decision Support 2.1 Rumusan Masalah Penelitian
System) antara lain penelitian tentang pemilihan Berdasarkan Latar Belakang Penelitian di atas
daging sapi berkualiatas dan sehat untuk maka rumusan masalah yang dibahas adalah:
dikonsumsi. 1. Bagaimana merancang Sistem Pendukung
Peneliti selanjutnya yang dilakukan oleh Erma Keputusan dalam pemilihan bibit sapi
Sofa yang membahas tentang SPK (Sistem unggul?
22
Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Volume 5, Desember 2015

2. Bagaimana menentukan tingkat kualitas model-model yang tersedia (dalam jurnal Ema
bibit sapi yang akan dikembangkan? Winarti).

1.2 Batasan Masalah Penelitian 2.2 Simple Addictive Weighting (SAW)


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah Simple Additive Weighting (SAW) sering juga
yang telah diuraikan agar pembahasan dalam dikenal dengan metode penjumlahan terbobot.
penelitian ini tidak meluas dibatasi hal-hal Konsep dasar metode SAW adalah mencari
berikut: penjumlahan terbobot atau perengkingan dari
1. Meneliti tentang jenis dan kriteria bibit sapi rating kinerja pada setiap alternatif dari semua
unggul berdasarkan Sistem Pendukung atribut, dalam metode ini mampu memberikan
Keputusan. pemecahan permasalahan dengan cara memberi
2. Sistem Pendukung Keputusan ini hanya informasi ataupun usulan menuju pada keputusan
membahas kualitas sapi unggul yang akan tertentu. Jadi ini merupakan sistem pendukung
dikembangkan dengan metode Simple yang berbasis komputer untuk manajemen
Additive Weighting.. pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan masalah-masalah sesuai dengan aspek
1.3 Tujuan Penelitian dari kerja (dalam jurnal Ita Yuliana). Dalam
Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah jurnal ini memiliki suatu kelemahan metode
1. Merancang dan membuat sistem SAW yaitu bila variabel sama pasti hasilnya
dalam penentuan pembobotan atau sama. metode SAW membutuhkan proses
perengkingan bibit sapi unggul dengan normalisasi matrik keputusan (X) ke suatu skala
metode Simple Additive Weighting. yang dapat diperbandingkan dengan dengan
2. Untuk menerapkan metode SAW sebagai semua baris matrik ternormalisasi (R) dengan
salah satu metode pemecahan masalah bobot preferensi (W) yang bersesuaian eleman
dengan membuat Sistem Pendukung kolom matrik (W). Berikut rumus dari metode
Keputusan berbasis Simple Additive Simple Additive Weighting (SAW):
Weighting.

1.4 Maanfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini dapat membantu dan
memudahkan para peternak sapi yang belum
mengetahui bibit sapi unggul berkualitas dan
berpotensi lebih cepat dikembangkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan rij: Rating kinerja ternormalisasi


Konsep Sistem Pendukung Keputusan atau Maximum: Nilai maksimum dari setiap baris dan
Decision Support System (DSS) pertama kali kolom
diperkenalkan oleh Michael S. Scott Morton Minimum: Nilai minimum dari setiap baris dan
pada awal tahun 1970-an, yang selanjutnya kolom
dikenal dengan Management Decision System. Xij: Baris dan kolom dari matriks
DSS merupakan sistem informasi interaktif yang Dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi
menyediakan informasi, pemodelan dan dari alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,...,m dan
pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk j=1,2,...,n.
membantu pengambilan keputusan dalam situasi Nilai preferensi untuk setiap alternative (Vi)
yang semi terstruktur dan situasi yang tidak diberikan sebagai:
terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara
pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.
DSS lebih ditujukan untuk mendukung
manajemen dalam melakukan pekerjaan yang
bersifat analitis dalam situasi yang kurang
terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas.
DSS tidak dimaksudkan untuk
mengotomatisasikan pengambilan keputusan,
tetapi memberikan perangkat interaktif yang Vi = Nilai akhir dari alternative
memungkinkan pengambil keputusan untuk Wi = Bobot yang telah ditentukan
melakukan berbagai analisis menggunakan Rij = Normalisasi matriks
23
Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Volume 5, Desember 2015

Hasil perhitungan nilai Vi yang lebih besar Sapi Submental ini berasal dari negaea swiss
mengindikasikan bahwa alternatif Ai merupakan namun dalam perkembangannya lebih cepat di
alternatif terbaik. Langkah-langkah penelitian benua australia dan selandia baru. Jenis sapi ini
dalam menggunakan metode SAW (Simple mampu mencapai berat 1150kg merupakan sapi
Additive Weighting) adalah : besar, mempunyai isi daging yang padat,
1.Menentukan kriteria-kriteria yang akan kemampuan menambah konsumsi diluar
dijadikan acuan dalam penganbilan keputusan. kebutuhan, dan pertumbuhannya yang begitu
2.Menentukan rating kecocokan setiap alternatif cepat.
pada setiap kriteria. Sapi Bali adalah Sapi asli Indonesia hasil dari
3.Membuat matriks keputusan berdasarkan perjinakan (domestikasi) banteng liar yang
kriteria (Ci), kemudian melakukan normalisasi dilakukan sejak akhir abad ke-19 dibali, sehingga
matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan jenis sapi ini dinamakan sapi bali. Sapi ini tidak
dengan jenis atribut (atribut keuntungan ataupun memiliki punuk, badannya montok, dan dadanya
atribut biaya) sehingga diperoleh matriks dalam. Berat sapi bali jantan mencapai 350-
ternormalisasi R. 450kg dan tinggi 130-140cm. Keunggulan sapi
4.Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan ini daya tahan terhadap panas sangat tinggi,
yaitu penjumlahan dari perkalian matriks pertumbuhan tetap baik walaupun dengan pakan
ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga jelek.
diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai Sapi jawa/lokal adalah berasal dari india sapi
alternatif terbaik (Ai) sebagai solusi. persilangan antara sapi sumba ongole dan sapi
(Kusumadewi, 2006). india. Jenis sapi pekerja dan pedaging, warna
bulu sapi putih abu-abu. Bobot sapi ini mencapai
2.3 Fuzzy Multiple Attribute Decision 1600kg untuk jantan, 1400 betina. keunggulan
Making (FMADM) sapi jawa mempunyai kemampuan adaptasi
Fuzzy Multiple Attribute Decision lingkungan, tahan terhadap panas, pertumbuhan
Making(FMADM) adalah suatu metode yang cepat walaupun adaptasi terhadap pakan kurang,
digunakan untuk mencari alternatif optimal dari daging padat.
sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. Inti
dari FMADM adalah menentukan nilai bobot
untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan III. METODE PENELITIAN
dengan proses perankingan yang akan
menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada 3.1 Pengumpulan Data
dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai Metode yang digunakan dalam proses
bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pengumpulan data adalah Obsevasi, Studi
pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi Kepustakaan, dan Interview.
antara subyektif dan obyektif. Masing-masing
pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. 3.1.1 Obsevasi
Pada pendekatan subyektif, nilai bobot Metode observasi merupakan teknik
ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor pengamatan secara langsung ke objek penelitian
dalam proses perankingan alternatif bisa untuk melihat dari dekat kegiatan yang
ditentukan secara bebas. Sedangkan pada dilakukan(Ridwan 2004). Banyak hal yang
pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara dilakukan peneliti dalam metode mobsevasi ini
matematis sehingga mengabaikan subyektifitas yaitu peneliti langsung mengamati tentang jenis
dari pengambil keputusan. sapi unggul antara lain dari segi panjang tanduk,
tinggi badan, dan perkembangan bibit sapi yang
2.4 Bibit Sapi Unggul sangat cepat dalam bobot perhari bisa mencapai
Sapi Unggul yang akan dikembangkan 1-2kg, tinggi mencapai 8cm perbulan, panjang
merupakan sapi Limousin, sapi Simmental tanduk mencapai 0,3cm perbulan dan umur pun
(metal) dan sapi bali, Tipe sapi ini memiliki ciri- sangat berpengaruh dalam umur 12-18 bulan
ciri yang berbeda seperti: berat badan, tinggi, panjang tanduk harus sesuai
Sapi Limousin ini pertama kali ditemukan dengan pertumbuhan.
diprancis merukan jenis sapi pedaging yang
memiliki bentuk tubuh yang besar, panjang, 3.1.2 Studi Kepustakaan
padat, dan kompak. Keunggulan jenis sapi ini Merupakan metode yang dilakukan dengan cara
pertumbuhannya yang sangat cepat tahan mencari sumber dari buku-buku, skripsi dan
terhadap serangan berbagai penyakit harga jual journal tentang Metode Simple Additive
jenis sapi limousin jauh lebih tinggi dan mahal. Weighting (SAW). Yang digunakan dalm
24
Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Volume 5, Desember 2015

metode ini peneliti mengambil dari sumber


skripsi Erman Sofa tentang “SPK Menentukan
Sapi Bibit Sapi Berkualitas Dengan Metode
SAW”(2014). Dalam buku Novrian tentang Keterangan:
“Seleksi Penerimaan Duta Wisata Naga Vi= rangking untuk semua alternatif
Banjarbaru Menggunakan Metode SAW” (2009). Wj= nilai bobot dari setiap kriteria
Dalam jurnal Iman Tahyudin tentang “SPK Rij= nilai rating kinerja ternormalisasi
Seleksi Beasiswa Pendidikan dengan Metode Nilai Vi yang lebih besar mengidentifikasi
SAW” (2014) dan dalam junal Christin De bahwa alternatif Ai lebih terpilih.
Herlinda tentang “Sistem Pendukung Keputusan
Penerimaan Pegawai Baru PT.PLN (Persero) 3.3 Kebutuhan Kriteria
Kantor Pusat Dengan Menggunakan Metode Berikut kriteria yang dibutuhkan untuk
Simple Additive Weighting”(2014). pengambilan keputusan, berdasarkan syarat yang
telah ditentukan:
3.1.3 Interview Kriteria
Merupakan teknik pengumpulan data yang C1= Berat (kg)
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab C2= Umur (thn)
langsung antara peneliti terhadap narasumber C3= Tinggi (cm)
atau sumber data.interview terbagi atas interview C4= Panjang Tanduk (cm)
terstruktur dan tidak terstruktur. Terstruktur
artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti Alternatif
apa informasi yang digali dari daftar pertanyaan A1= Sapi Bali
yang sudah dibuat secara sistematis. Tidak A2= Sapi Limousin
terstruktur artinya wawancara bebas peneliti A3= Sapi Submenntal
tidak menggunakan pedoman wawancara yang A4= Sapi Jawa
berisi pertanyaan yang akan diajukan secara
spesifik dan hanya membuat poin-poin penting Tabel 1. Ketentuan penilaian
masalah yang ingin digali responden. Interniew nilai kondisi
yang dilakukan antara peneliti dengan Bapak 1 Buruk sekali
Dakun tentang bagaimana cara menentukan sapi 2 Buruk
unggul untuk dikembangkan dengan baik yaitu 3 Baik
harus bisa mengethui dari segi umur, berat, 4 Baik sekali
tinggi dan panjang tanduk dalam hal ini
perkembangan sapi sangat berpengaruh. Tabel1. Kriteria Sapi Bali
Berat Umur Tinggi Panjanng Kondisi
3.2 Metode Simple Addictive Weighting (kg) (bln) (cm) Tanduk
Metode ini sering juga dikenal dengan istilah (cm)
-199 -7 -99 -1 Buruk
metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar Sekali
metode SAW adalah mencari penjumlahan 200- 8-10 100-119 2 Buruk
terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif 299
pada semua atribut, metode SAW membuatkan 300- 11-13 120-129 3 Baik
349
proses normalisasi matriks keputusan(X) 350- 12-18 130-140 4 Baik
kesuatu skala yang dapat diperbandingkan 450 Sekali
dengan semua rating alternatif yang ada.
Tabel2. Kriteria Sapi Limousin
Berat Umur Tinggi Panjanng Kondisi
(kg) (bln) (cm) Tanduk
(cm)
-299 -14 -100 -1 Buruk
Sekali
Dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi 300- 15-17 120-129 2 Buruk
399
dari Alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,..,m dan 400- 18-19 130-139 3 Baik
j=1,2,...n. Nilai prefensi untuk setiap alternatif 449
(Vi) diberikan sebagai: 550- 20-21 140-150 4 Baik
1100 Sekali

25
Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Volume 5, Desember 2015

Tabel3. Kriteria Sapi Submenntal Pertama dilakukan normalisasi matriks dengan


Berat Umur Tinggi Panjanng Kondisi cara menghitung nilai rating kinerja
(kg) (thn) (cm) Tanduk ternormalisasi dari altenatif pada atribut
(cm)
-499 -6 -119 -1 Buruk berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan
Sekali jenis atribut sebagai berikut:
500- 7-8 120-129 2 Buruk
599
600- 9-10 130-139 3 Baik
699
700- 11-12 140-150 4 Baik
1150 Sekali

Tabel4. Kriteria Sapi Jawa


Berat Umur Tinggi Panjanng Kondisi
(kg) (thn) (cm) Tanduk (cm)
-229 -9 -199 -1 Buruk
Sekali
300- 10-11 120-129 2 Buruk
399
400- 12-14 130-139 3 Baik
499
500- 15-18 140-150 4 Baik
600 Sekali

Tabel 2.Data alternatif dari setiap kriteria


Alternatif Kriteria
C1 C2 C3 C4

A1 3 2 2 3
A2 2 1 2 2
A3 3 3 1 1
A4 2 1 1 3

IV. PEMBAHASAN DAN


IMPLEMENTASI

4.1 Perhitungan Matriks Pembobotan


Pengambil keputusan memberikann bobot
berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing
kriteria yang dibutuhkan sebagai berikut:
Vektor Bobot : W= [60%, 30%, 10%].
Membuat Matriks X, dibuat dari tabel kecocokan
sebagai berikut:

3 2 2 3

2 1 2 2
X=
3 3 1 1

2 1 1 3

26
Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Volume 5, Desember 2015

V3=(0.9)(1)+(0.6)(1)+(0.3)(0.5)+(0.2)(0.5)=
1.75

V4=(0.9)(1)+(0.6)(0.67)+(0.3)(0.33)+(0.2)(1)=
1.7

Hasil perengkingan diperoleh: V1=1.73,


V2=1.17, V3=1.75, V4=1.6
Nilai terbesar ada pada V3 dengan alternatif A3
dengan jenis sapi Submenntal lebih
diprioritaskan dari pada alternatif yang lainnya.

4.2 Implementasi
dari hasil pembahsan sebelumnya, dimana sistem
siap dioperasikan pada tahap sebenernya
sehingga akan diketahui apakah sistem telah
dibuat dengan benar dan sesuai. Implementasi
aplikasi sistem pendukung keputusan
menentukan kualitas bibit sapi unggul
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan terdiri dari beberapa halaman.
Halaman tersebut akan tampil secara berurutan
sesuai dengan yang telah terprogram. Tampilan
menu utama adalah bentuk halaman depan yang
berisi beberapa menu diantaranya:

Kedua membuat normalisasi R yang diperoleh


dari hasil normalissi matriks X. Sehingga
diperoleh matriks ternormalisasi R sebagai
berikut:
Gambar1. Form Login
1 0.67 1 1

R= 0.67 0.33 1 0.67

1 1 0.5 0.33

0.67 0.33 0.5 1

Selanjutnya akan dibuat perkalian matriks W*R


dan penjumlahan hasil perkalian untuk
memperoleh alternatif terbaik dengan melakukan Gambar2. Menu utama
perengkingan nilai terbesar dengan persamaan
sebagai berikut:

V1=(0.9)(1)+(0.6)(0.67)+(0.3)(1)+(0.2)(0.67)=
1.73

V2=(0.9)(0.67)+(0.6)(0.33)+(0.3)(1)+(0.2)(0.33)
= 1.17
Gambar3. Menu data sapi
27
Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Volume 5, Desember 2015

kualitas sapi unggul langsung melalui media


internet.

DAFTAR PUSTAKA

Christin De Herlinda, Djamain Yasni “Sistem


Pendukung Keputusan Penerimaan
Gambar4. Menu kriteria pembobotan
Pegawai Baru PT.PLN (Persero) Kantor
Pusat Dengan Menggunakan Metode
Simple Additive Weighting”. VOL. 8 NO. 1
APRIL 2015

Erma Sofa “SPK(Sistem Pendukung Keputusan)


Pemilihan Bibit Sapi yang
Berkualitas”(2014).
Gambar5. Menu Hasil
Faqih Husni “Implementasi DSS Metode Simple
Additive Weighting untuk Menentukan
4.1 Analisa Hasil Prioritas Pekerjaan Operasi dan
Dari analisa perhitungan metode Simple Pemeliharaan Sistem Irigasi DPU”.
Addictive Weighting diatas maka diperoleh hasil VOL.II No.1 2014.
perengkingan nilai terbesar adalah
Jenis sapi submenntal dengan nilai bobot= 1.75 Ningrum Kusuma Anggraini “Aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan Kesesuaian Lokasi
Ternak Ruminasia”. VOL 5 No.2 2013.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Pamuji Agus “Sistem Pendukung Keputusan
Adapun kesimpulan yang diperoleh penulis untuk Menentukan A Word di Agen Tiket
sebagai berikut: ON-LINE Menggunakan Metode Simple
1. Penentuan tingkat kualitas jenis sapi unggul Additive Weighting”. Faktor Exacta 8(1): 1-
dengan cara mempertimbangkan aspek-aspek 13, 2015
terpenting dalam pemilihan kualitas sapi
unggul. Winarti Ema “Sistem Pendukung Keputusan
2. Penerapan metode SAW (Simple Addictive Menentukan Kualitas Buah Naga Dengan
Weighting) pada Sistem Pendukung Metode Simple Additive Weighting”. VOL.5
Keputusan dalam menetukan kualitas sapi No.2 2015.
unggul dapat dilakukan dengan cara
menentukan kriteria yang akan dijadikan Yulianti Ita “Sistem Pendukung Keputusan
acuan dalam pengambilan keputusan. Beasiswa Pendidikan Menggunakan Simple
Additive Weighting”. VOL 7 No. 1 2014.
5.2 Saran
Aplikasi sistem pendukung keputusan ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu agar aplikasi sistem
pendukung keputusan semakin baik maka saran
untuk penelitian berikutnya adalah
1. Diharapkan aplikasi Sistem Pendukung
Keputusan dibuat fleksibel, agar pada saat
penambahan kriteria penilaian sistem
penilaian dapat menyesuaikan dengan kriteria
yang diinputkan.
2. Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan perlu
dikembangkan lagi menjadi aplikasi SPK
yang berbasis WEB agar masyarakat dapat
memperoleh informasi tentang keunggulan
sapi dan bisa mengakses info hasil seleksi
28

Anda mungkin juga menyukai