Edit Proposal
Edit Proposal
PROPOSAL
Oleh:
IDA NURHAMIDA
NIM : 16211004
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat
kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mampu bersaing di era global. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 UU
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Aqib,
2009).
Upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang yaitu sebagai alat
untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Salah satu
masalah pokok dalam pembelajaran formal atau sekolah dewasa ini adalah
rendahnya daya serap peserta. Pada arti yang lebih substansial, bahwa proses
pembelajaran dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
proses berpikirnya (Trianto, 2008).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dunia pendidikan juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Banyak
upaya yang telah ditempuh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
untuk meningkatkan SDM melalui peningkatan mutu pendidikan, diantaranya
meningkatkan kualitas tenaga pendidikan melalui pendidikan dan pelatihan
(PLPG), Pembentukkan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan membuka
kesempatan untuk penyetaraan jenjang pendidikan guru serta Uji Kompetensi
guru yang baru saja dilaksanakan. Seiring dengan perbaikan mutu pendidikan,
masih dirasakan guru sebagai nahkoda yang mengarahkan mutu pendidikan
belum maksimal garda utama membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Lemahnya kualitas pendidikan tidak serta merta kita justifikasi
karena kegagalan guru semata. Namun, kurang optimalya proses
pembelajaran mungkin menjadi salah satu problema yang dihadapi oleh dunia
pendidikan saat ini. Menurut Sanjaya (2006) ,Proses pembelajaran di dalam
kelas hanya mendorong anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa
untuk megingat dan menimbun berbagai informasi tanpa menghubungkannya
dengan kehidupan mereka sehari-hari. Proses ini menyebabkan anak kurang
termotivikasi untuk mengebangkan berpikir. Akibatnya ketika anak didik kita
lulus dari sekolah, mereka pintas secra teoritistetapi miskin aplikasi.
Realita ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali pada
mata pelajaran sains . Pembelajaran sains kurang mengembangkan kemmpuan
anak untuk berpikir kritis dan sistematis karena strategi pembelajaran tidak
digunakan secara baik dalam setiap pembelajaran di kelas. Gejala-gejala ini
merupakan hasil umum dari proses pembelajaran yang terjadi. Pendidikan di
sekolah terlalu menejali otak siswa dengan bahan ajar yang harus
dihafal,pendidikan tidak dikembangkan untuk mengembangkan karakter serta
potensi yang dimilki. Dengan kata lain,proses pendidikan belum
mengarahkan pembentukan manusia yang cerdas, memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari, serta belum mengarahkan
pembejaran untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Selama ini
siswa belajar sains hanya berdasarkan pada materi yang ada di buku paket saja
dan sangat jauh dari kehidupan nyata peserta didik.
Lembar kerja siswa (LKS) yang merupakan bahan ajar wajib seorang
guru belum dapat dibuat dengan baik.pemahaman siswa terkait pembelajarn
sains masih rendah.Ini tamak ketika di ontarkan pertanyaan-pertanyaan
pemahaman konsep yang berkaitan antara materi pembelajaran dn kehdupan
peserta didik mereka sangat kebingungan.
Pada proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing
dan memfasilitasi siswa agar dapat memahami kekuatan serta kemampuan
yang dimiliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong
untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki (Aunurrahman, 2010). Di Indonesia,
pemahaman tentang pembelajaran sains yang mengarah pada pembentukan
literasi sains peserta didik,tampaknya masih belum sepenuhnya dipahami
dengan baik oleh para guru pengajar sains (biologi).Akibatnya, proses
pembelajaran pun masih bersifat konvensional dan bertumpu pada penguasaan
konseptual peserta didik.Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil pengukuran
mutu hasil pembelajaran sains peserta didik yang dilakukan secara
internasional.Hasilnya menunjukan bahwa pencapaian peserta didik Indonesia
masih jauh di bawah kemampuan peserta didik negara-negara lain di dunia
(Toharudin, dkk, 2011).
Ada banyak model dan stategi pembelajaran yang dikembangkan
oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, salah satunya
adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkan dalam kehidupannya (Toharudin, dkk,
2011).
Proses pembelajaran kontekstual ini, peneliti memadukannya dengan
berbantuan lembar kegiatan siswa (LKS). LKS merupakan panduan siswa
yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah.
Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek
pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS
memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa
untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Kontekstual Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman
Konsep Sains Siswa Kelas VIII di SMP NEGERI 1 LAPE Kabupaten
Sumbawa Besar”.
B. Rumusan Masalah
dapat meningkatkan pemahaman konsep sains siswa kelas viii smp negeri
a. Bagi Siwa
memecahkan masalah.
b. Bagi Guru
tercapaii.
c. Bagi Peneliti
pada khususnya.
d. Bagi Sekolah
penelitian.
1. Lokasi penelitian
Sumbawa besar.
2. Subjek Penelitian
Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kab Sumbawa besar tahun
pelajaran 2019/2020
3. Objek Penelitian
2020.
F. Definisi operasional
1. Model pembelajaran
2. Pembelajaran Kontekstual
5. Konsep sains
bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari
(Djamarah, 1994). Belajar juga merupakan suatu aktifitas mental atau psikis
sikap (Winkel,1995).
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagi hasil
lain-lain.
suatu kegiatan-kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat tetapi juga mengalami. Belajar juga merupakan suatu proses
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar
1.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
dalam bentuk uraian kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapat
gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang ada seperti nilai
penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya seperti nilai
kognitif.
C. Rancangan Penelitian
ini adalah pre-test post-tes control group desigen rancangan ini mempunyai
kelas kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
sebelum dimulai perlakuan, ke dua kelas diberi tes awal (pre-test) untuk
mengukur kondisi awal (Y1) dengan model soal pilihan ganda. Selanjutnya
pada kelas eksperimen diberi perlakuan (X1) dan pada kelas kontrol tidak
Eksperimen Y1 X1 Y3
Kontrol Y2 X0 Y4
Keterangan :
talking stick
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa besar
2. Sampel
penelitian ini akan diambil 2 kelas untuk menjadi kelas eksperimen dan
ekperimen yaitu kelas VIII A sebanyak 20 orang dan siswa kelas VIII B
E. Instrumen Penelitian
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua penomena
1. Lembar observasi
pembelajaran untuk setiap sub konsep yang dikaji, yang berisi lembar
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Mardapi : 2008).
untuk mengetahui sama tidaknya dua kelas yang diambil sebagai kelas
mengukur hasil belajar siswa. Didalam penelitian ini, tes dilakukan terhadap
tes hasil belajar. Tes hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan soal
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
biologi.
3. Hasil belajar
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berbentuk
soal pilihan ganda sebanyak 30 item yang bertujuan untuk mengukur hasil
belajar siswa. Tes dilaksanakan dua kali yaitu pada awal pembelajaran
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa uji,
∑A
𝑝= × 100%
∑N
Keterangan:
No Persentase Katergori
1 80-100 Sangat baik
2 60-79 Baik
3 40-59 Cukup Baik
4 20-39 Kurang Baik
5 0-19 Tidak Baik
Sumber: (Arikunto,2012)
2. Uji Homogenitas (Uji-F)
jenis uji t yang akan digunakan untuk uji hipotesis. Uji homogenitas dicari
2
X X
S2
n 1
Keterangan:
Data dikatakan homogen jika F hitung < F tabel dan data tidak homogen
3. Uji Normalitas
(𝑓𝑜−𝑓ℎ)2
χ2hitung = ∑𝑘𝑖=1 𝑓ℎ
Keterangan :
χ2 = Chi-kuadrat
Kaidah keputusan:
data tersebut diolah dengan menggunakan rumus uji-t (uji beda) pada uji dua
pihak dengan taraf signifikan 5%. Terdapat dua alternatif rumus uji-t yang
Polled Varians.
X1 X 2
t
S12 S 22
1
n n2
X1 X 2
t
n1 1S12 n2 1S 22 1 1
n1 n2 2 n n
1 2
Keterangan:
X1 = rata-rata sampel 1
X2 = rata-rata sampel 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
Setelah uji hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu hipotesis
Stick Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Islam Ar-
sebagai berikut:
dk = n2-1.
selisih harga ttabel dengan dk (n1-1) dan dk (n2-1) dibagi dua dan