Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks

dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia(SDM) yang mampu bersaing

di era global. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 UU Republik Indonesia nomor

20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan Negara (Aqib, 2009).

Proses pembelajaran di dalam kelas hanya mendorong anak untuk

menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk megingat dan menimbun berbagai

informasi tanpa menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Proses ini menyebabkan anak kurang termotivasi untuk mengebangkan

kemampuan berpikir. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka

pintar secara teoritistetapi miskin aplikasi (Sanjaya 2006).

Perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), bahan ajar (handout), media powerpoint, dan Lembar Kerja

Siswa (LKS) merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus dibuat serta

harus diperhatikan oleh guru, karena perangkat pembelajaran berperan penting


2

untuk kesuksesan proses pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

siswa (Depdiknas, 2007).

Ada banyak model dan stategi pembelajaran yang dikembangkan oleh

para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah

pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu model

pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya

dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat

menerapkandalam kehidupannya (Toharudin, dkk, 2011).

Pada proses pembelajaran kontekstual ini, peneliti memadukannya dengan

berbantuan lembar kegiatan siswa (LKS). LKS merupakan panduan siswa yang

digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah.Lembar

kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif

maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk

panduan eksperimen atau demonstrasi.LKS memuat sekumpulan kegiatan

mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman

dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil

belajar yang harus ditempuh.(Aunurrahman, 2010).

Berdasarkan hasil observasi di SMPN 1 Lape kelas VIII didapatkan bahwa


3

sebagian besar siswa mengatakan mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang

relatif sulit terutama pada materi sistem pernapasan pada manusia.Adanya

karakteristik yang multi kompleks dari materi ini menjadikan siswa beranggapan

bahwa materi tersebut merupakan materi yang cukup sulit di pahami.Kendala ini

di sebabkan karena pada umumnya sebagian besar siswa belajar dengan pola

menghafal tetapi tidak memahami konsep.Hal ini berdampak pada hasil belajar

siswa dimana rata-rata nilai IPA pada ulangan pemanasan global siswa masih

tergolong rendah dari kriteria ketuntasan minimal(KKM)sebesar 75.

Hasil ulangan harian kelas VIII tahun pelajaran 2018/2019 dengan

materi sistem pernapasan pada manusia menunjukan nilai rata-rata ketiga

kelas yang masih rendah dimana, dikelas VIII A dengan jumlah siswa 32

orang yang tuntas berjumlah 8 orang dengan nilai rata-rata keseluruhan

60,59%, dan dikelas VIII B dengan jumlah siswa 32 orang yang tuntas ialah 8

orang dengan nilai rata-rata keseluruhan 63,68 %.

Rendahnya hasil belajar ini di sebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya pembelajaran sains guru masih menggunakan metode ceramah

dan tanya jawab atau berpusat pada guru,menyebabkan sebagian besar siswa

cenderung pasif dan tidak mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi

serta merekonstruksi pengetahuannya dengan baik dan hal ini menjadikan

siswa cenderung tidak cepat berkembang dan menyebabkan pencapaian

standart KKM yang di harapkan oleh sekolah.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mencoba menerapkan

yang mampu menumbuhkan minat,motivasi,serta hasil belajar siswa melalui


4

penelitian yang berjudul“Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman Konsep Sains Siswa Kelas VIII di

SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa Besar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah Ada pengaruh model pembelajaran berbasis kontekstual terhadap

pemahaman konsep sains siswa kelas VIII SMPN 1 Lape Kabupaten

Sumbawa Besar?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran berbasis konstektual terhadap

pemahaman konsep sains siswa kelas VIII SMPN 1 Lape Kabupaten

Sumbawa Besar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pembelajaran berbasis kontekstual terhadap pemahaman

konsep sains siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa

Besar.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis kontekstual

terhadap pemahaman konsep sains siswa kelas VIII Smp Negeri 1 Lape

Kabupaten Sumbawa Besar.


5

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan tambahan

pengetahuan tentang pengaruh model pembelajaran berbasis konstekstual

terhadap pemahaman konsep sains siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape

Kabupaten Sumbawa Besar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siwa

Dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dalam

belajar, lebih aktif dan merangsang kemampuan berpikir siswa dalam

memecahkan masalah.

b. Bagi Guru

Sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga upaya

peningkatan konsep siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapaii.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

meningkatkan pengetahuan peneliti tentang pembelajaran yang tepat dan

efektif dalam pembelajaran biologi. Penelitian ini juga dihrapkan dapat

menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang

pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya.

d. Bagi Sekolah
6

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk

perbaikan kondisi pembelajaran biologi kelas VIII SMP Negeri 1 Lape

sehingga dapat membantu menciptakan panduan pembelajaran bagi mata

pelajaran lainnya, serta sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model

pembelajaran yang akan diterapkan bagi perbaikan kualitas pendidikan

dimasa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Pembatasan ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk membatasi

unsur-unsur yang digunakan guna memperlancar proses pelaksanaan penelitian,

ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi:

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lape Kabupaten

Sumbawa Besar.

2. Subjek Penelitian

Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kab Sumbawa besar tahun

pelajaran 2019/2020.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengaruh pembelajaran berbasis konstekstual

berbantuan LKS terhadap pemahaman konsep sains siswa


7

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap makna judul

dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah berikut:

1. Pengaruh

Menurut Daryanto (2002) pengaruh adalah daya yang timbul dari


suatu (orang atau benda) yang ikut membentuk kepercayaan atau perbuatan
seseorang.Sedangan dalam kamus bahasa Indonesia SD, SMP , SMA ,
Mahasiswa dan umum (2001) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul
dari suatu orang , benda, dansebagainya ikut membentuk watak , kepercayaan
atau perbuata seseorang.

2. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau biasa disebut dengan CTL menurut

Nurhadi (2003 dalam Sugiyanto, 2010) adalah konsep pembelajaran yang

mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan

situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan

peserta didik sendiri.

Pembelajaran konstektual yang di maksud dalam penelitian ini adalah

untk membentuk sebuah tim dalam membantu siswa dalam mencapai

tujuannya serta bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru sesuatu

yang baru itu datang dari cara berpikir siswa tersendiri bukan dari apa kata

guru. Disini siswa diharapkan utuk membangun pengetahuannya yang akan di


8

terapkannya dengan memeadukan materi pembelajaran yang telaha di capai

di sekolah.

3. Media LKS (Lembar kerja siswa)

LKS menurut Indrianto dalam Alan (2012) adalah lembar kerja siswa

yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang

mencerminkan ketrampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan atau

ketrampilan yang perlu dikuasainya.

LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan

oleh siswa.LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar

kegiatan harus jelas kaitannya dengan kompetensi yang akan dicapai

(Depdiknas dalam Alan, 2012).

LKS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan ajar cetak yang

berisi tugas yang dapat digunakan dlam kegiatan eksperimen, demonstrasi

dan diskusi yang di dalamnya berisi petunjuk ,langkah- langkah untuk

menyelesaikan tugas dan merupakan sarana yang dapat menunjjang proses

pembejlajaran yang diharapkan.

4. Pemahaman Konsep Sains

Pemahaman konsep terdiri dua kata pemahaman dan konsep. Dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Sadiman (2008) yang menyatakan bahwa

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan

pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara makna dan filosofinya,
9

maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan

siswa memahami suatu situasi.

Mulyasa (2005) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman

kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Sejalan dengan pendapat di

atas, Rusman (2010) menyatakan bahwa pemahaman merupakan proses

individu yang menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari

pembelajaran yang didapat melalui perhatian. Pemahaman konsep terdiri dua

kata pemahaman dan konsep. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham

berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sadiman

(2008 ) yang menyatakan bahwa Pemahaman atau comprehension dapat

diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus

mengerti secara makna dan filosofinya, maksud dan implikasi sertanaplikasi-

aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.

Pemahaman konsep sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

merupakan proses individu yang menerima dan memahami informasi yang

diperoleh dari pembelajaran yang didapat melalui perhatian.


10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar belajar adalah sebuah bentuk proses perubahan perilaku yang


dihasilkan dari pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan yaitu
perubahan tingkah laku, baik itu yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau
individu(Djamarah & Zain , 2010) .Belajar uga merupakan sebuah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan hasil proses belajar bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan,
kebiasaan dan juga perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-
individu yang belajar (Sudjana 2010).
Menurut Hamalik (2010) , Belajar merupakan proses untuk mencapai

tujuan. Belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

berbagai pengalamanr. Selanjutnya Sardiman (2004) menyatakan bahwa

belajar merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan

serangkaian kegiatan misalnya: dengan membaca, mengamati, mendengar,

meniru dan lain-lain.

Hamalik (2001), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses

suatu kegiatan-kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar

bukanhanya mengingat tetapi juga mengalami. Belajar juga merupakan suatu


11

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Skinner (2002), belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responnya menurun.Dalam belajar ditemukan hal berikut :

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar,

2. Respons si pembelajar,

3. kosenkuesi yang bersifat menguatkan respon tersebut.

Berdasarkan definisi tentang belajar di atas, dapat di simpulkan bahwa

belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada individu yang belajar

mengenai segala aaspek organisme atau pribadi seseorang yang menyangkut

tentang kesanggupan mengahadapi kesulitan memecahkan masalah atau

penyesuaian diri siswa terjadi pada lingkungan edukatif yang diciptakan oleh

guru, sehingga menimbulkan perubahan prilaku pada siswa, yang dinyatakan

dalam bentuk angka (kuantitatif), maupun pernyataan (kualitatif) melalui

proses pengukuran dan penilaian terhadap tingkah laku yang dihasilkan dari

kegiatan pembelajaran.

Menurut Kimble dan Garmezi (dalam Trianto, 2008) menyatakan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah lakuyang relatif permanen terjadi

sebagai hasil dari pengalaman.Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku,


12

kecakapan,keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek- aspek yang

lain yang ada pada individu yang belajar.

2. Pembelajaran Kontekstual

WinaSanjaya(2006:127) mengemukakan bahwa pendekatan adalah

titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Istilah

pendekatan merujuk pada sebuah pandangan mengenai bagaimana suatu

proses terjadi yang bersifat umum. Oleh karenanya strategi dan metode

pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari

pendekatan tertentu.Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

pendekatan dapat mendasari dan menjadi sumber memilih penggunaan

strategi dan metode pembelajaran.

Trianto (2007) berpendapat pula mengenai CTL adalah pembelajaran

yang terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang

diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang

berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota

keluarga dan warga masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut

WinaSanjaya (2008) mengemukakan bahwa (CTL) adalah pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Sementara itu Udin Syaefudin (2012: 165) juga mengemukakan


13

bahwa pendekatan kontekstual menekankan pada aktivitas siswa secara penuh

secara fisik maupun mental yang berkaitan dengan proses

berpengalamandankehidupannyata.Haltersebutberartidalam menggunakan

pendekatan kontekstual pembelajaran selalu dikaitkan dengan peristiwa

nyata dilingkungan siswa.

Strategi pengajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan

yang holistic dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna

materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut

dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, social dan

kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan

kepermasalahan lainnya (Agus Supriyono,2010).

Pengajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagaian anggota keluarga dan

masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang

bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang

mereka pelajarai dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan

mereka sendiri dalam lingkungan sosial budaya masyarakat (Ibid).

Pembelajaran kontekstual atau biasa disebut dengan CTL menurut Nurhadi

(2003 dalam Sugiyanto, 2010) adalah konsep pembelajaran yang mendorong


14

guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia

nyata siswa dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan peserta

didik sendiri.Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika siswa

belajar.

Sedangkan menurut Sanjaya (2006 dalam Toharudin, dkk, 2011),

menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran

yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didiksecara penuh untuk

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan peserta didik.

3. Lembar Kerja Siswa(LKS)

LKS merupakan lembaran-lembaran kerja/kegiatan yang biasanya

berupa petunjuk dan langkah-langkah untu kmenyelesaikan suatu tugas

(Devi,2009). Hal senada pun diungkapkan oleh Kur dan Akdeniz

dalamYildirim (2011) yang mengataka nbahwa lembar kerja adalah bahan

dimana siswa diberikan langkah-langkah mengenai apayang seharusnya

dikerjakan siswa. LKS juga termasuk kegiatanyang memberikan siswa

tanggung jawab utama dalam pembelajaran mereka sendiri.Disimpulkan

bahwa LKS adalah lembaran kertas yang berisi informasi, petunjuk kerja serta

soal-soal yang harus dijawab oleh siswa baik itu secara individu maupun

kelompok.
15

Hasil penelitian Yildrimetal. (2011) yang menguji penggunakanLKS

kimia tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia,

menunjukkan bahwa LKS dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi

lebih terarah, selainitu LKS dapat meningkatkan aktivitas siswadalam

pembelajaran. LKS dapat membuat siswa untuk menemukan konsep-konsep

materi yang dipelajari.

Penelitian diatas didukung pula oleh hasil penelitian tentang

Pengembangan LKS Mata Pelajaran Sains Kimia SMP oleh Rohaeti (2010)

yang menunjukkan bahwa telah tersusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

IPAaspekkimia untuk SMP/MTs berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan yang memiliki skor ideal dengan kriteria sangat baik.Kespesifikan

penilaian tergantung pada ide dan kreativitas penyusun LKS tersebut.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas membuktikan bahwa LKS

merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran meskipun bukan

sebagai bahan acuan pokok guru dalam mengajar.LKS tidak hanya bermanfaat

bagi siswa tetapi juga bagi guru.Manfaat LKS bagisiswa menurut Irawan

dalam Rahayu (2011) yaitu:

a. Sebagai sarana kepastian apa yang dipelajari.

b. Sebagai alat belajar untuk petunjuk, teori maupun konsep dan evaluasi.

c. Sebagai alat yang memudahkan proses belajar, mendalami bahan dan

mengerjakan latihan-latihan.

d. Sebagaialat control untuk mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh


16

Siswa telah menguasai materi.

Sedangkan manfaat LKS bagi guru yaitu:

a. Memperoleh bahan pembelajaranyanglebih mudah.

b. Memudahkan memberi tugas-tugas baik didalamkelas maupun di luar

kelas.

c. Mengetahui teknik, metode, dan pendekatan sekaligus untuk menjalankan

proses pembelajaran.

d. Sebagai pedoman mengidentifikasi apa yang harus dipelajari oleh siswa

saat ingin mencapai kompetensi dasar.

Pengembangan LKS memerlukan persiapan yang matang dalam

perencanaan materi dan tampilan untuk mendapatkan hasil yang

optimal.Materi LKS harus diturunkan dari Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan,sedangkan desain LKS

dikembangkan untuk memudahkan siswa berinteraksi dengan materi yang

diberikan (Devi et al.,2009). Adapun langkah-langkah dalam

pengembangan LKS IPA menurut Devi et al. (2009) adalah sebagai berikut:

a. Mengkaji materi yang akan dipelajari siswa.

b. Mengidentifikasi jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan pada

saat mempelajari materi tersebut.

c. Menentukan bentuk LKSsesuai materiyang akandiajarkan.

d. Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKSsesuai dengan

keterampilan prosesyang akan dikembangkan.


17

e. Merubah rancangan menjadi LKS dengan tata letak yang menarik,

mudah dibacadan digunakan.

f. Menguji coba LKS apakah sudah dapat digunakan siswa untuk melihat

kekurangan-kekurangannya.

g. Merevisi kembaliLKS.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan LKS

menurut Devi et al. (2009) adalah sebagai berikut:

a. Dari segi penyajian materi

1. Judul LKS harus sesuai dengan materinya.

2. Materi sesuai dengan perkembangan anak.

3. Materi disajikan secarasistematis danlogis.

4. Materi disajikan secarasederhanadan jelas.

5. Menunjangketerlibatandan kemauan siswauntuk ikut aktif.

b. Dari segi tampilan

1. Penyajian sederhana, jelas danmudah dipahami.

2. Gambardangrafik sesuai dengan konsepnya.

3. Tata letakgambar, tabel,pernyataan harus tepat.

4. Judul, keterangan, instruksi dan pertanyaan harusjelas.

5. Mengembangkan minat dan mengajak siswauntukberpikir.

c. Segi materi

Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai.Materi

LKS dapat berupa informasi pendukung,yaitu gambaran umum atau ruang

lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai
18

sumber seperti buku , majalah , internet , atau jurnal hasil penelitian

(BSNPdalamDevi (2009).

Penilaian unsur-unsur dalam LKS mengacu pada deskripsi beberapa

komponen yang dikeluarkan oleh BSNP yangmeliputi:

a. Komponen kelayakan isi

1. Cakupan materi.

2. Akurasi sajian.

3. Kemutakhiran.

4. Merangsang keingintahuan.

5. Mengembangkan kecakapan hidup.

6. Mengembangkan wawasan kebinekaan.

7. Mengandung wawasan kontekstual.

b. Komponen kebahasaan

1. Sesuai tingkat perkembangan siswa.

2. Komunikatif dan interaktif.

3. Kesesuaian dengan kaidah BahasaIndonesia.

4. Penggunaan istilah dan simbol/lambang.

c. Komponen penyajian pembelajaran

1. Teknik penyajian.

2. Pendukungpenyajian materi.

3. Komponen kegrafikan

4. Kesesuaian ukuran font.

5. Layout dan tata letak.


19

6. Desain tampilan.

7. Keterbacaan.

Berdasarkan uraian diatas , LKS yang dikembangkan oleh peneliti

berupa LKS IPA yang ber Berbasis Konntekstual Terhadap Pemahaman

Konsep Sains Siswa.Sistem penilaian kelayakan LKS yang dikembangkan

oleh peneliti akan dinilai oleh beberapa ahli yang memberikan penilaian

berdasarkan instrumen penilaian kelayakan menurut BSNP yangsudah

dimodifikasi oleh peneliti.

4. Definisi Pengembangan Model 4-D

Model pengembangan yang akan di gunakan dalam penelitian

pengembangan berupa media LKS berbasis permainan kartu domino di

adaptasi dari prosedur pengembangan model Four-D yang dikemukakan oleh

Thiagarajan, dan Semmel (1974). Model Four-D secara umum dapat

dipandang sebagai model untuk pengembangan instruksional (a model for

instructional development).

Pengembangan model Four-D didasarkan pada pengembangan

instruksional oleh Twelker,Urbach, dan Buck (Thiagarajan, Semmel,dan

Semmel, 1974) dengan tahapan: analysis, design, dan evaluation. Awalnya

Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) memodifikasi model ini menjadi

empat tahap, yaitu: analysis, design, evaluation dan dissemination.

Selanjutnya desain ini setelah melalui proses revisi dan pengembangan dalam

pelatihan-pelatihan yang dilakukan disebut model Four-D yang meliputi


20

empat tahap: define, design, develop dan disseminate.

Tahap definisi (define) meliputi lima fase: (1) analisis awal-akhir

(front-end analysis); (2) analisis pebelajar (learner analysis); (3) analisis

tugas (task analysis); (4) analisis konsep (concept analysis); dan (5) tujuan-

tujuan instruktional khusus (specifying instructional objectives). Tahap desain

(design) meliputi empat fase: (1) mengkonstruksi tes beracuan-kriteria

(constructing criterion-referenced test); (2) pemilihan media (media

selection); (3) pemilihan format (format selection); dan (4) desain awal (initial

design). Tahap pengembangan (develop) meliputi dua fase: (1) penilaian ahli

(expert appraisal); dan (2) pengujian pengembangan (developmental testing).

Tahap penyebaran (dissemination) meliputi tiga fase: (1) pengujian validitas

(validating testing); (2) pengemasan (packaging); dan (3) difusi dan adopsi

(diffusion and adoption) (Rochmad, 2012).

5. Konsep Sains

Menurut Djaramah (2002 dalam Handayani, 2011) mengatakanbahwa

konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai

ciri-ciri yang sama. Konsep sangat penting bagi manusia, karena

digunakandalam berkomunikasi, berpikir ilmiah, belajar atau mengaplikasikan

pada masalah yang sedang dihadapi.Sebagian besar apa yang dipelajari di

sekolah terdiri dari konsep-konsep.

Selama menuntut ilmu, siswa dituntut untuk menguasi konsep kata-

kata tertentu.Melalui pemahaman konsep siswa diharapkan tidak sekedar


21

untuk memilikinya, tetapi siswa diharapkan dapat menggunakan konsep yang

dimilikinya untuk mengorganisasikan dan mengklasifikasikan pengalamannya

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Sebab dengan pemahaman

konsep didapatkan pengertian atas kata-kata yang dipelajari. Seseorang yang

tidak menguasai konsep kata-kata tertentu akan mengalami kesulitan

memahami suatu kalimatyang dibaca. Ini berarti belajar konsep mempunyai

arti penting bagi keberhasilan belajar.

Amien (dalam Ali Nugraha, 2005: 3), mendefinisikan sains sebagai bidang

ilmua lamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baikyang terdapat pada

makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam

(natural science) seperti fisika, kimia, dan biologi. Senada dengan Amien, Conant

dalam (Ali Nugraha, 2005: 3) mengatakan sains sebagai suatu deretan konsep

sertaskema konseptualyang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil

serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diujicobakan lebih

lanjut.

Budi (Patta bundu, 2006) mengemukakanbeberapa rincian hakikat sains

sebagai berikut:

a. Sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual yang

salingberhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi

b. Sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan metode observasi.

c. Sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui data yang

dikumpulkan melalui observasi atau eksperimen yang dikontrol.

d. Sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh
22

keingintahuan akan alam disekelilingnya dan keinginan untuk memahami,

menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sains

merupakan ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam yang didapatkan atau dilakukan melalui serangkaian proses

ilmiah dengan percobaan dan pengamatan untuk dapat memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari serta kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah untuk dipahami sebagai konsep pengetahuan.

Percobaan merupakan suatu kegiatan dimana siswa mengalami sendiri

sesuatu yang dipelajari (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 234).Di dalam percobaan ini

anak diharapkan mampu menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ingin

anak ketahui. YeniRachmawati & Euis Kurniati (2010: 59) menambahkan

percobaan yang dimaksud dalam hal ini bukanlah suatu proses rumit yang harus

dikuasai anak sebagai suatu cara untuk memahami konsep,melainkan pada

bagaimana mereka mengetahui cara atau proses terjadinya sesuatu, dan mengapa sesuatu

dapat terjadi.

Trianto(2011:199) menyatakan bahwa melalui percobaan guru dapat

mengembangkan keterlibatan fisik dan mental,serta emosional siswa.Siswa

mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil yang

maksimal. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional, diharapkan dapat

menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan percobaan sains

merupakan suatu kegiatan menemukan pengetahuan sendiri yang berasal dari


23

aktivitas yang telah dilakukan. Suatu usaha atau upaya melakukan sesuatu yang

berhubungan dengan ilmu pengetahuan baik fisika , kimia , atau biologi untuk

menemukan hubungan dan konsep ilmu pengetahuan tersebut melalui benda- benda

konkret dengan melakukannya sendiri secara langsung.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian tentang ini sebelumnya telah banyak diteliti oleh beberapa

peneliti, diantaranya sebagai berikut:

1. Dek Ngurah Laba Laksana, 2016 yang berjudul “Pembelajaran Kontekstual

Berbantuan Lks Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Ipa Dan

Aktivitas Belajar Siswa Sd” Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai

berikut. (1) Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I dengan materi

energy panas dan energy bunyi yaitu 18,92dengan kategori cukup aktif dan

standar deviasi 2,15 sedangkan rata-rata aktivitas belajar siklus II dengan

materi energi alternatif dan perubahan energi gerak adalah 21,95 dengan

kategori tinggi dan standar deviasi 1,25. 2) Rata-rata pemahaman konsep

IPA pada siklus I yaitu 48,89 dengan kategori sangat rendah dan

standardeviasi 14,93 serta ketuntasan 38% sedangkan pada siklus II

pemahaman konsep siswa yaitu 76,29 dengan kategori sangat tinggi dan

standar deviasi 7,77 serta ketuntasan 100%.

2. Aminah, 2014. Yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual

Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pai Siswa Sd Negeri Ciherang

01”Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa


24

yang signifikan dengan menerapkan strategi pengajaran kontekstual yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,

yaitu pra siklus (41,66%), siklus I (66,66%), siklus II (86,11%) dan siklus

III (97,22%) dengan nilai rata-rata pada pra siklus adalah 6,19, sikus I adalah

6,69 pada siklus II adalah 7,31 sedangkan pada siklus III adalah 9,72.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan strategi pengajaran

kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SD Negeri

Ciherang 01 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan kata

lain hipotesis penelitian ini diterima.

3. Nurahmawati, S. 2014. Yang berjudul ” Penggunaan Pendekatan Kontekstual

Untuk Meningkatkan Kerjasama Dan Keaktifan Siswa Kelas IV Dalam

Pembelajaran Ips Di Sd Negeri 2 Sentolo Tahun Ajaran 2013/2014” Hasil

penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan persentase rata-rata

variabel yang diukur pada tiap siklus. Peningkatan persentase kerjasama

siswa yang terjadi setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan II yaitu aspek

turut serta dalam kegiatan kelompok mengalami peningkatan sebesar 18%.

Selanjutnya pada aspek menjalankan perintah guru mengalami peningkatan

sebesar 10%.Pada aspek ikut serta dalam menjawab pertanyaan mengalami

peningkatan sebesar 11%. Pada aspek ikut serta dalam bertanya mengalami

peningkatan sebesar 16%. Pada aspek menyelesaikan tugas tepat waktu

mengalami peningkatan sebesar 20%.Pada aspek menyelesaikan tugas dengan

tuntas mengalami peningkatan sebesar 16%.Pada aspek berbicara/bersikap

sopan mengalami peningkatan sebesar 15%.Pada aspek jika berbeda pendapat


25

bersikap tidak memusuhi mengalami peningkatan sebesar 13%.Sementara itu

pada keaktifan terjadi peningkatanya itu pada kegiatan oral (a) terjadi

peningkatansebesar29%, kegiatan oral (b) terjadi peningkatan sebesar

25%,kegiatan oral (c)terjadi peningkatan sebesar 34%, kegiatan oral (d)

terjadi peningkatan sebesar 21%. Aspek selanjutnya adalah kegiatan visual

(a) terjadi peningkatan sebesar 18%, kegiatan visual (b) terjadi peningkatan

sebesar 19%. Pada kegiatan listening (a) terjadi peningkatan sebesar 15% ,

kegiatan listening (b) terjadi peningkatan sebesar 8%. Terakhir pada kegiatan

writing (a) terjadi peningkatan sebesar 25%, dan kegiatan writing (b) terjadi

peningkatan sebesar 16%.


26

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tindakan
Kondisi

1. Penjelasan proses
1. Proses pembelajaran
pembelajaran
masih bersifat
2. Pelatihan
konvesional
penggunaan model
2. Belum menggunakan
pembelajaran
model pembelajran
berbasis konstektual
berbasis konstektual
3. Simulasi penggunaan
3. Nilai siswa relatif
model pembelajara
rendah
berbasis konstektual

Evaluasi Awal Diskusi pemecahan Penerapan Pembelajarn


Konstekstual
masalah

Tabel 2.4 Kerangka Berpikir


27

D. Hipotesis penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan peneliti sampai terbukti melalui data terkumpul (Arikunto,2006).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada Pengaruh Pembelajaran

Berbasis KonntekstualTerhadap Pemahaman Konsep Sains Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2019/2020.”


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Eksperiment(eksperimen semu) yaitu Penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara

sengaja oleh peneliti.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan pendekatan kuantitatif.Pendekatan kualitatif adalah pendekatan

yang tidak menggunakan angka dalam pengumpulan data dan dalam memberikan

penafsiran terhadap hasilnya yaitu data yang berupa informasi dalam bentuk

uraian kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapat penjelasan

terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya sehingga memperoleh gambaran baru

ataupun menguatkan suatu gambaran yang ada seperti nilai afektif dan

psikomotorik.sedangkan Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan dari hasilnya seperti nilai kognitif.


29

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu cara untuk mencari jawaban dari

rumusan masalah. Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pre-test post-tes control group desigen rancangan ini mempunyai kelas kontrol,

tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam rancangan ini sebelum dimulai

perlakuan, ke dua kelas diberi tes awal (pre-test) untuk mengukur kondisi awal

(Y1) dengan model soal pilihan ganda.Selanjutnya pada kelas eksperimen diberi

perlakuan (X1) dan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (X0).

Tabel. 3.1 Perlakuan Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen Y1 X1 Y3

Kontrol Y2 X0 Y4

Keterangan :

Y1 :Pembelajaran dengan pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick

Y2 : Pembelajaran dengan metode konvensional

Y1 : Pretest pada kelas ekperimen

Y2 : Pretest pada kelasKontrol

Y3 :Post test pada kelas eksperimen


30

Y4 : Post test pada kelas kontrol (Sugiyono, 2013).

Sedangkan rancangan untuk pengembangan atau Research and

Development, karena mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) berbasis

permainan kartu domino. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 4D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974) terdiri dari define,

design, development and dissemination. Model 4D yang diadopsi dalam

penelitian ini terbatas pada tahap define, design, and development berdasarkan

kebutuhan pengembangan, sehingga menjadi Model 3D yaitu define,designand

development.

D. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2013).Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa besar

tahun pelajaran 2020.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013).Sebagai sampel dalam penelitian ini

akan diambil 2 kelas untuk menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
31

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Sampling jenuh. Sampling

jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel sehingga yang menjadi kelas ekperimen yaitu kelas VIII A

sebanyak 24 orang dan siswa kelas VIII B sebanyak 25 orang tepilih menjadi

kelas kontrol.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati.Secara spesifik semua penomena ini

disebut variable penelitian (Sugiyono, 2013).Instrumen yang digunakan dalam

Penelitian adalah.

1. Lembar observasi

Lembar observasi yaitu lembaran yang berisikan tentang komponen-

komponen yang akan diamati di dalam tahapan pembelajaran guru. Instumen

ini dirancang oleh peneliti untuk mengumpulkan data mengenai

keterlaksanaan langkah pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Data observasi ini memuat kegiatan

pembelajaran untuk setiap sub konsep yang dikaji, yang berisi lembar

observasi keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang

benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang

membutuhkan jawaban atau sejumlah pertanyaan yang hars diberikan


32

tanggapan dengan tanggapan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau

mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Mardapi : 2008).

Tes diberikan dalam bentuk pretest dan posttest.Pretest digunakan

untuk mengetahui sama tidaknya dua kelas yang diambil sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan posttest digunakan untuk menguji

kebenaran hi.potesis penelitian.Sesuai dengan fungsinya yaitu untuk

mengukur hasil belajar siswa.Didalam penelitian ini, tes dilakukan terhadap

tes hasil belajar. Tes hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan soal

pilihan ganda yang berjumlah 30 butir soal.

3. Validasi LKS

Lembar validasi disusun oleh peneliti sendiri yang diadaptasi dari

Ni’mah (2013), dengan tujuan memperoleh data validitas LKS yang

dikembangkan akan di validasi oleh 3 dosen ahli, yaitu ahli bahasa, ahli isi,

dan ahli tampilan.

4. Angket respon siswa terhadap LKS

Angket disusun oleh peneliti yang diadaptasi dari Ni’mah (2013),

dengan tujuan memperoleh data respon siswa dan Tanggapan guru terhadap

kepraktisan LKS yang dikembangkan.


33

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah:

Berikut ini beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti,

antara lain :

a. Validasi

Validasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mengetahui

validitas LKS yang dikembangkan, data didapatkan dari penilaian para ahli

bidang pembelajaran.

b. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang biasa

diharapkan responden (Sugiyono, 2017).

c. Teknik Tes

Teknik tes merupakan teknik untuk memperoleh data hasil belajar

kognitif siswa.Penggunaan teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes yang berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 30 item yang

bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes dilaksanakan dua kali

yaitu pada awal pembelajaran (pretest) sebelum melakukan proses

pembelajaran dan setelah melakukan proses pembelajaran yaitu pada akhir

proses pembelajaran (posttest).


34

d. Observasi

Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data

dengan melakukan pengamatan langsung.Data hasil observasi digunakan

untuk mengetahui keterlaksanaan RPP Berbasis KonntekstualTerhadap

Pemahaman Konsep Sains.

G. Prosedur Penelitian

Adapun Prosedur Pelaksanaan Penelitian dalam penelitian ini yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

Berdasarkan rancangan penelitian yang digunakan yaitu model penelitian

dan pengembangan oleh Thiagarajan (1974) atau model 4D, namun dalam

penelitian ini, peneliti tidak sampai pada tahap dissemination sebab adanya

keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti hanya sampai pada tahap

development sehingga model 4D milik Thiagarajan menjadi model 3D, khusus

untuk penelitian dan pengembangan ini. Maka proses penelitian yang dilakukan

seperti pada Gambar 3.1 berikut ini:


35

Analisis Awal
D

Analisis Siswa e

f
Analisis Tugas Analisis Konsep i

n
e
Penyusunan LKS

Pemilihan Media Design

Pemilihan Format

Rancangan Awal

Validasi Ahli

Develop

Implementasi

Pembelajaran

Pretest - Postest Observasi

Pelaporan

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian dan Pengembangan Model 3D yang diadopsi


dari Model 4D (Ukhrowi, 2018).
36

Langkah yang akan ditempuh dalam prosedur penelitian ini antara lain :

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap Definemeliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Analisis Awal

Analisis awal adalah tahap merancang dasar yang dibutuhkan

dalam mengambangkan LKS. Analisis awal dapat dimulai dari aspek

kurikulum yang digunakan sekolah yakni di SMP Negeri 1Lape saat ini

telah menggunakan kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013 (K-13).

Dalam tahap analisis awal ini peneliti mengamati permasalahan

yang sering muncul di saat proses pembelajaran berlangsung, hasil yang

di dapat dari analisis awal ini adalah proses pembelajaran yang cukup

monoton khususnya di bidang mata pelajaran IPA yakni, maka dari itu

peneliti memiliki suatu gagasan yakni memunculkan suatu pembelajaran

dengan Media LKS yang akan membantu premasalahan dalam kegiatan

belajar mengajar yang masih kurang variatif.

b. Analisis Siswa

Analisis siswa adalah tela’ah perkembangan kemampuan serta latar

belakang siswa. Subyek yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII A dan B SMP Negeri 1Lape .Masalah yang sering

muncul pada siswa ialah seringkali siswa kehilangan minat untuk belajar

maka dari itu dibutuhkan suatu media belajar yang menarik agar hasil

belajar siswa tidak turun.


37

c. Analisis Tugas

Analisis tugas dilakukan dengan merinci isi mata pelajaran secara

garis besar, Analisis ini mencakup analisis struktur isi. Berdasarkan

kurikulum K-13 SMP/MTS materi Sistem Peredaran Darah dianalisis

dan diperoleh hasil yaitu :

1) Kompetensi Inti (KI) :

KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang

dianutnya.

KI 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),

santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya.

KI 3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah

konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah


38

dan sumber lain yang sama dalam sudut

pandang/teori.

2) Kompetensi Dasar (KD) : 1.1 Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi,

kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam

lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran

agama yang dianutnya, 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah

(memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun,

hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif dan

peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan,

dan berdiskusi, 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok

dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi

melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan,

2.3Mendeskripsikan sistem pernafasan pada manusia dan

hubungannya dengan kesehatan, 2.4 Membandingkan proses

inspirasi dan ekspirasi pada sistem pernapasan,3.9 Menganalisis

sistem pernapasan pada manusia dan memahami gangguan pada

sistem pernapsan serta upaya menjaga kesehatan sistem

pernapasan, 4.9 Menyajikan karya tentang upaya menjaga sistem

pernapasan. Namun pada penelitian kali ini peneliti

menggunakan Kompetensi Dasar 2.3 Mendeskripsikan sistem

pernafasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan


39

3) Materi Pokok : Sistem pernapasan pada manusia

d. Analisis Konsep

Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep

utama yang diajarkan, yang mengacu pada silabus dengan kompetensi

dasar yang akan diajarkan sehingga perumusan tujuan pembelajaran

dapat diidentifikasi. Konsep utama yang akan diajarkan seperti terdapat

pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2.Peta Konsep Materi Sistem pernapasa pada manusia (Buku IPA
SMP/MTs Kelas VIII Semester 2, 2016).
40

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap Designmeliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pemilihan Media

Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media LKS

b. Penyusunan LKS

Penyusunan LKS merupakan tahap awal yang akan

menghubungkan antara tahap definedan tahap design. Didalam LKS

terdapat Beberapa Tes soal latihan yang membantu pemahaman siswa

akan materi yang ada, berdasarkan tujuan pembelajaran.

c. Pemilihan Format

Pemilihan format dilakukan dengan mendeskripsikan spesifikasi

hasil pengembangan yang akan dihasilkan yaitu lembar kerja siswa

(LKS) berbasis permainan yang berdasar pada silabus. Tahap ini

dimaksudkan agar bahan ajar yang dibuat sesuai dengan materi yang

akan diambil yaitu Pemanasan Global dan Ekosistem.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap Developadalah kegiatan memvalidasi produk oleh masing-

masing ahli yakni tahap uji kelayakan hasil pengembangan. Validasi ahli

dilakukan melalui kajian kritis oleh para ahli bidang isi/materi dan oleh ahli

bidang pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap hasil

pengembangan. Lingkup penilaian hanya sebataspada ahli bidang bahan ajar

pembelajaran.
41

Hasil penilaian oleh para ahli, maka akan didapatkan data kuantitatif

dan kualitatif. Hasil analisis data kuantitatif dimaksudkan sebagai dasar

untuk mendeskripsiikan tingkat kelayakan hasil pengembangan berdasarkan

kriteria kelayakan yang telah ditentukan.Data kualitatif berisi tanggapan dan

saran dari ahli bidang isi/materi dan ahli bidang pembelajaran. Dari hasil

analisis data kuantitatif dan data kualitatif penialaian dari para ahli akan

dijadikan sebagai dasar untuk melakukan revisi.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa uji,

yaitu sebagai berikut:

1. Data Keterlaksanaan RPP

Kriteria penskoran pada setiap fase pembelajaran yang dinilai dengan

memberikan checklist pada kolom keterlaksanaannya.Analisis hasil

pengamatan keterlaksanaan RPP menggunakan rumus sebagai berikut:

∑A
𝑝= × 100%
∑N

Keterangan:

P = persentase keterlaksanaan RPP

∑A = jumlah aspek yang teramati

∑N = jumlah keseluruhan aspek yang diamati


42

Tabel 3.2 Kriteria Keterlaksanaan RPP


No Persentase Katergori
1 80-100 Sangat baik
2 60-79 Baik
3 40-59 Cukup Baik
4 20-39 Kurang Baik
5 0-19 Tidak Baik
Sumber: (Arikunto,2012)

2. Uji Homogenitas (Uji-F)

Tujuan dilakukan uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah

pasangan yang akan diuji perbedaannya memiliki varians homogen atau

heterogen yang lebih lanjut digunakan sebagai dasar dalam menentukan jenis

uji t yang akan digunakan untuk uji hipotesis. Uji homogenitas dicari dengan

menggunakan rumus uji F yaitu : (Sugiyono:2007) :

var ians terbesar


F
var ians terkecil

Varians masing-masing kelas diperoleh dengan rumus:

2
 

 X  X
S2   
n 1

Keterangan:

F= indeks homogenitas yang dicari


S2= varians
X= nilai siswa
43


X = Nilai rata-rata kelas
n= jumlah sampel

Data dikatakan homogen jika F hitung < F tabel dan data tidak homogen

jika F hitung ≥ F tabel pada taraf signifikan 5 %.

3. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data prestasi belajar dalam penelitian ini

terdistribusi normal, maka dilakukan uji normalitas data.Normalitas data

dapat dihitung dengan menggunakan rumus Chi kuadrat (Sugiyono, 2007) :

(𝑓𝑜−𝑓ℎ)2
χ2hitung = ∑𝑘𝑖=1 𝑓ℎ

Keterangan :

χ2 = Chi-kuadrat

fo = Frekuensi/ jumlah data observasi

fh = Frekuensi/ jumlah yang diharapkan

fo-fh = Selisih data fo dengan fh

Kaidah keputusan:

Data akan terdistribusi normal apabila χ2hitung ≤ χ2tabel pada taraf

signifikan yang digunakansebesar 5%.

4. Uji Beda (Uji-t)


44

Data hasil belajar siswa dianalisis dengan statistik deskriptif, yaitu

melihat persentase ketuntasan kelas dan rata-rata kelas. Untuk melihat

pengaruh perlakuan atau untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, maka

data tersebut diolah dengan menggunakan rumus uji-t (uji beda) pada uji dua

pihak dengan taraf signifikan 5%. Terdapat dua alternatif rumus uji-t yang

akan digunakan dalam menguji hipotesis, yaitu Separated Varians dan Polled

Varians.

Rumus Separated Varians:

X1  X 2
t
 S12 S 22 
  
 1
n n2 

Rumus Polled Varians:

X1  X 2
t
n1  1S12  n2  1S 22  1 1 

n 
n1  n2  2  1 n2 

Keterangan:

X1 = rata-rata sampel 1

X2 = rata-rata sampel 2

S12 = varians sampel 1

S 22 = varians sampel 2

n1 = jumlah sampel 1
45

n2 = jumlah sampel 2
Setelah uji hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu hipotesis

penelitian dinyatakan dalam analisis statistik yaitu:

Ho :Tidak Ada Pengaruh Pembelajaran Berbasis KonntekstualTerhadap

Pemahaman Konsep Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten

Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2019/2020.

Ha :Ada Pengaruh Pembelajaran Berbasis KonntekstualTerhadap

Pemahaman Konsep Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten

Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kriteria pengujian jika thitung < ttabel dengan taraf signifikan 5% maka

Ho diterima, untuk thitung> ttabel maka Ho ditolak.Nilai t dapat diperoleh dari

tabel distributif (Sugiyono, 2007).

Kriteria pengujian hipotesis alternatif diterima jika t hitung> t tabel.

Penggunaan rumus uji-t yang akan digunakan didasarkan pada pedoman

sebagai berikut:

1. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen maka dapat

digunakan rumus Separated Varians atau Polled Varians. Untuk melihat

harga ttabel digunakan dk = n1+n2-2,

2. Bila n1≠n2 dan varians homogen maka dapat digunakan rumus Polled

Varians. Untuk melihat harga ttabel digunakan dk = n1+n2-2


46

3. Bila n1 = n2 dan varians tidak homogen maka dapat menggunakan rumus

Separated Varians atau Polled Varians dengan dk = n1-1 atau dk = n2-1.

4. Bila n1≠n2 dan varians tidak homogen maka digunakan rumus Separated

Varians, harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga ttabel

dengan dk (n1-1) dan dk (n2-1) dibagi dua dan ditambahkan dengan harga t

yang kecil (Sugiyono, 2007).


47

DAFTAR PUSTAKA

Agus supriyanto 2010

Amien (dalam Ali Nugraha, 2005)

Aqib. 2009., Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung: Yrama Widya

Alan (2012)

Aunurrahman.,2010. BelajardanPembelajaran. Pontianak: Alfabeta.

Daryanto (2002)

Depdiknas( dalam Alan, 2012).

Djaramah,2002 .Psikologi Belajar .Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik ,2001.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: bumi aksara

JhonsonE.B ,2002 Contextual Teaching & Learning.What It S And Why It’s Here To
Stay.California : Corwin Press,Inc.

Kimble dan garmesi 2008

Nurhadi, (2003 dalam Sugiyanto, 2010 )Model – model pembelajaran


inovatif.Surakarta : Yuma Pustaka

Nurhadi,dkk.2003.PembelajaranKontekstual(CTL)danPenerapannya dalam KBK.


Malang:Universitas Negeri Malang

Sanjaya (2006)., GagasanKurikulumMasaDepan.DepdiknasBadanPenelitiandan


Pengembangan Pusat Kurikulum

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugihartono dkk, 2007.Psikologi pendidikan.Yogyakarta : UNY pers

Sugiyanto., 2010. Model-Model PembelajaranInovatif.Surakarta: YumaPustaka.


48

Sugiyono., 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta..

Syaiful bahri , Djamarah., 2002: 234). Psikologi Belajar . Pt. Rhineka Cipta : Jakarta.2005.
Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis
Psikologis. Rhineka Cipta : Jakarta

Trianto.,2011 Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi Dan Implementasnya


Dalam Kurikulum Tingkatsatuan Pendidikan(Ktsp), Jakarta : Bumi Aksara

Trianto., 2008. MendesainPembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and


Learning) di Kelas. Jakarta: CerdasPustaka Publisher.

Trianto., 2008. MendesainPembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and


Learning) di Kelas. Jakarta: CerdasPustaka Publisher.

Udin saefudin., 2012 metode penelitian Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Wina sanjaya., 2006 strategi pembelajaran . Jakarta .Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai