Anda di halaman 1dari 19

ANALISA KASUS KEJANGGALAN DALAM LAPORAN KEUANGAN YANG

MENYALAHI KODE ETIK PROFESI AKUNTAN (PT. GARUDA INDONESIA)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir

Teori Akuntansi

Pada Program Studi Akuntansi STIE Sutaatmadja (STIESA)

Disusun oleh :

IIS BADRIANI 03111170049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SUTAATMADJA

Jln. Otto Iskandardinata No.76 Subang

Telp.(0260) 411065 Fax. (0260) 411751

E-mail :info@stiesa.ac.id, www.stiesa.ac.id


Abstrak

Tulisan ini membahas mengenai etika profesi akuntansi yang terjadi pada kasus
PT.Garuda Indonesia. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui etika profesi akuntansi
yang terjadi pada kasus PT.Garuda Indonesia. Metode yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif deskriptif dengan teknik analisis data. Kasus analisis ini menunjukkan bahwa
terdeteksi adanya kejanggalan dalam penyajian laporan keuangan. PT. Garuda Indonesia
sebagai Perusahaan GO Public melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018 kepada
Bursa Efek Indonesia (BEI). Kinerja keuangan PT. Garuda Indonesia yang berhasil
membukukan laba bersih USD809 ribu pada tahun 2018, berbanding terbalik dari tahun
2017 yang terdapat merugi USD216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan
dikarenakan pada tahun 2018 perusahaan masih merugi sebesar USD114,08 juta. Sehingga
timbulanya polemik yang diantaranya pihak-pihak bersangkutan dengan laporan keuangan
tahun PT. Garuda Indonesia.
Abstract

BELUMMMMMMMMMMMMMMMM!!!!!!!!!!!!
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, penyusun panjatkan karena berkat rahmat serta
bimbingannya penulis berhasil menyelesaikan karya tulis tentang “Analisa Kasus Kejanggalan
Dalam Laporan Keuangan Yang Menyalahi Kode Etik Profesi Akuntan (PT.Garuda Indonesia)“.
Adapun karya tulis ini diajukan memenuhi tugas akhir mata kuliah teori akuntansi.

Semoga tulisan ini memberikan informasi yang berguna bagi kita serta bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kami sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih banyak kesalahan dan kekurangan
karena keterbatasan kami dalam memahami dan menelaah dan karena kurangnya referensi yang
kami dapat. Untuk itu kritik dan saran yang membangun yang bisa kami gunakan untuk
kesempurnaan tulisan-tulisan kami berikutnya sangat kami harapkan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan karya tulis ini
serta referensi dan sumber-sumber informasi yang kami peroleh.

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................1
Abstrak.......................................................................................................................................................2
Abstract......................................................................................................................................................3
KATA PENGANTAR................................................................................................................................4
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................5
BAB I..........................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN......................................................................................................................................6
1.1 Latar belakang...........................................................................................................................6
1.2 Identifikasi masalah...................................................................................................................6
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................7
1.4 Manfaat......................................................................................................................................7
1.5 Metode Penulisan.......................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................................8
2.1 Pengetian Etika..........................................................................................................................8
2.2 Etika Profesi.............................................................................................................................14
2.2.1 Fungsi Kode Etika Profesi
2.3 Kode Etik Profesi Akuntansi...................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................16
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................16
3.1 Hasil Temuan............................................................................................................................16
3.2 Analisis Kasus..........................................................................................................................18
BAB IV.....................................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................19
4.2 Saran.........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Garuda Indonesia ini merupakan salah satu maskapai penerbangan kelas tinggi dan
termasuk level berbintang lima. Sebagai penunjang kelancaran upaya PT. Garuda Indonesia
ini memberikan sebuah pelayanan kepada para penumpang terbaik yang selalu
mengutamakan sistem kenyamanan dan keamanan para penumpang agar penumpang tidak
pernah merasa kecewa terhadap fasilitas yang diberikan oleh PT. Garuda Indonesia.
Dalam menyajikan sebuah laporan keuangan manajemen berpotensi dipengaruhi oleh
kepentingan pribadi, sementara pihak prinsipl yaitu pemilik modal (investor) sebagai sebagai
pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan untuk mendapatkan laporan keuangan
yang akurat, dapat dipercaya pertanggungjawabannya atas dana yang sudah mereka
infestasikan. Banyaknya pihak yang berkepentingan atas laporan tersebut, maka diperlukan
adanya pihak ketiga yaitu akuntan publik. Akuntan publik adalah pihak independen yag
dianggap mampu untuk menjembatani benturan antara kepentingan pihak prinsipal (investor)
dengan pihak agen (manajemen), yaitu sebagai pengelola perusahaan.
Dalam hal ini peran akuntan publik adalah memberi opini terhadap kewajaran pada dua
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Dalam melaksanakan tugasnya auditor harus
mampu menghasilkan opini audit yang berkualitas yang akan berguna tidak saja bagi dunia
bisnis, akan tetapi juga masyarakat luas.
PT. Garuda Indonesia sebagai Perusahaan GO Public melaporkan kinerja keuangan tahun
buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Kinerja keuangan PT. Garuda Indonesia yang
berhasil membukukan laba bersih USD809 ribu pada tahun 2018, berbanding terbalik dari
tahun 2017 yang terdapat merugi USD216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan
dikarenakan pada tahun 2018 perusahaan masih merugi sebesar USD114,08 juta. Sehingga
timbulanya polemik yang diantaranya pihak-pihak bersangkutan dengan laporan keuangan
tahun PT. Garuda Indonesia.
Dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis membahas
mengenai “KESALAHAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DALAM LAPORAN
KEUANGAN (STUDI KASUS PT.GARUDA INDONESIA)”

1.2 Identifikasi masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana kronologi skandal keuangan PT. Garuda Indonesia?
2. Etika Profesi apa yang dilanggar oleh PT. Garuda Indonesia?
3. Bagaimana prinsip-prinsip etika?
4. Apa saja teori etika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Etika Profesi apa yang dilanggar oleh PT.Garuda Indonesia
2. Untuk mengetahui opini terhadap masalah yang terjadi dalam kasus PT.Garuda Indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimana prinsip etika
4. Untuk mengetahui apa saja teori etika

1.4 Manfaat
Analisis ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait antara lain :
1. Manfaat teoritis
Diharapkan laporan ini dapat mencegah para akuntan untuk tidak melakukan
kesalahan dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan.
2. Manfaat praktis
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan bagi pembaca
dan penulis terkait kasus yang di analisis.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, kami menggunakan metode studi pustaka sebagai
sumber utama pengumpulan data. Metode pustaka yang kami lakukan adalah membaca
artikel dan berita pada media sosial dan beberapa sumber lainnya seperti makalah dan jurnal.
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah artikel pada situs online.
Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kasus manipulasi laporan keuangan PT. Garuda
Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi dengan teknik
penelitiannya adalah kualitatif-deskriptif. Teknik penelitian kualitatif dengan format deskritif
yaitu menjelaskan kondisi, berbagai situasi atau variable yang menjadi objek penelitian
dengan menggambarkan data apa adanya kemudian menganalisisnya dengan kata-kata dan
kalimat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etika

Menurut Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika adalah Sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperi benar,salah,baik,buruk,dan tanggung jawab.

Menurut DR. James J. Spillane SJ : “etika memperhatikan suatu tingkah laku manusia
dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan moral”. Etika lebih mengarah pada
penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas guna menentukan benar atau salahnya
tingkah laku seseorang terhadap orang lain.

Etika suatu perilaku yang harus dilakukan oleh manusia, khususnya orang-orang yang
mempunyai tanggung jawab besar. Kita harus menerapkan etika tersebut dengan baik untuk
melayani masyarakat, maka dengan mempunyai etika yang baik kita dapat dipandang baik
khususnya oleh orang yang ada disekitar kita.

2.2 Etika Profesi

Secara umum pengertian Etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki oleh seorang
profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembangkan tugasnya serta
menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) dalam kehidupan
manusia.

Etika Profesi ini merupakan sikap hidup untuk memnuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rang kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang sama.

Etika profesi seorang harus bertanggungjawab atas profesinya dan mempunyai etika yang
baik bagi profesi agar para klien kita nyaman dan berhubungan baik, selaku seseorang yang
mempunyai profesi harus mempunyai sikap yang sangat etis yang harus dimiliki oleh seorang
yang professional dan bertanggungjawab atas profesinya.

Menurut Lubis (1994) : pengertian etika profesi adalah sikap hidup,yang mana berupa
kesedihan untuk dapat memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan
keterlibatan penuh serta juga keahlian ialah sebagai pelayanan didalam rangka melaksanakan
tugas.

Dengan mempunyai kode etik profesi itu artinya kita mempunyai tanggung jawab yang
sangat besar terhadap profesi yang dijalankannya dan mempunyai jiwa professional yang harus
dipatuhi sesuai dengan standar yang telah ditentukan, sebagai seorang profesi harus mempunyai
jiwa pelayanan yang sangat tinggi terhadap klien dalam suatu perusahaan, dengan begitu kita
dapat dipercaya oleh banyak masyarakat.

2.2.1. Fungsi Kode Etika Profesi

Menurut Undang-Undang RI No.8 Tahun 1974 tentang. Pokok-Pokok


Kepegawaian kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Mengacu pada hal tersebut maka
fungsi etika profesi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pedoman bagi semua anggota suatu profesi tentang prinsip


profesionalnya yang ditetapkan.
2. Sebagai alat control social bagi masyarakat umum terhadap suatu profesi tertentu.
3. Sebagai sarana untuk mencegah campur tangan dari pihak lain di luar organisasi,
terkait hubungan etika dalam keanggotaan suatu profesi.

2.2.2 Tujuan Kode Etika Profesi

Adapun tujuan dari kode etika profesi ini diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk menjungjung tinggi martabat suatu profesi seorang akuntan.


2. Untuk menjaga dan mengelola kesejahteraan anggota profesi.
3. Untuk membantu meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk membantu meningkatkan mutu suatu profesi.
5. Untuk meningkatkan pelayanan suatu profesi diatas keuntungan pribadi.
6. Untuk menentukan standar baku bagi suatu profesi.
7. Untuk mengkatkan kualitas organisasi menjadi lebih professional dan terjalin
dengan erat.
2.3 Kode Etik Profesi Akuntansi

Kode etik profesi akuntansi dapat diartikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi.
Kode etik profesi akuntansi sangat penting karena untuk mencegah terjadinya sebuah
keecurangan (faund). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah sebagai wadah organisasi profesi
akuntan indonesia yang diakui pemerintah.

Agar dapat menjadi akuntan yang baik, para akuntan tersebut harus mematuhi segala
aturan-aturan dan persyaratan yang dapat mengkualifikasikannya sebagai seorang akuntan yang
profesional. Maka dari itu dengan adanya kode etik tersebut, para akuntan ini tidak hanya
diwajibkan memiliki kemampuan hardskill terkait akuntansi.

Dengan mempunyai kode etik yang baik dapat terhindar dari segala perilaku yang bisa
mengakibatkan adanya penyimpangan,yang dapat merugikan diri sendiri ataupun perusahaan,
dan dapat terhindar dari orang-orang yang menyuruh kita untuk melakukan hal-hal yang
menyeleweng, apabila seorang akuntan mempunyai prinsip yang sangat kuat dalam diri itu dapat
menghindarai risiko ajakan orang untuk melakukan manipulasi laporan keungan.

Dengan begitu seorang akuntan akan dapat dipercaya oleh masyarakat, masyarakat akan
lebih memilih seorang akuntan yang mempunyai tanggungjawab besar terhadap tugasnya yang
secara profesional. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka sebagai seorang akuntan harus
mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap profesinya dan bersikap professional.

2.4 Prinsip Etika Profesi Akuntansi Menurut Ikatan Akuntan Indonesia

IAI dalam Exposure Draft, Kode Etik Akuntan Professional menyebutkan prinsip dasar
etika profesi akuntansi sebagai berikut:

1. Prinsip Integritas

Prinsip integritas ini mewajibkan setiap akuntan (professional bersikap lugas dan jujur
dalam semua hubungan professional dan hubungan bisnisnya. Artinya integritas adalah
berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Akuntan professional diharuskan
tidak boleh terkait dengan pernyataan resmi,laporan,komunikasi atau informasi lain
ketika akuntan meyakini bahwa terdapat informasi :
1. Kesalahan material atau pernyataan yang meyesatkan.

2. Informasi atau pernyataan yang dilengkapi secara sembarangan.

3. Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan sehingga


akan menyesatkan.

2. Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas mewajibkan seluruh anggota bersikap adil, jujur secara intelektual,
tidak memihak satu sama lain, tidak berprasangka atau bias, bebas dari benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak sepantasnya dari pihak lain. Dengan mempunyai
prinsip objektivitas maka seorang anggota tersebut akan berperilaku jujur, adil dalam
melaksanakan tugasnya.

3. Kompetensi Dan Kehati-Hatian Profesional

Kompetensi dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap anggotanya atau


karyawannya akuntan professional untuk memelihara pengetahuan dan keahlian
professional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberi kerja. Jadi seorang akuntan harus
bersikap hati-hati dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu jangan sampai ceroboh
dalam melakukan atau mengerjakan suatu hal.

4. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama


melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapka informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum
untuk mengungkapkannya.

5. Perilaku Professional

Perilaku professional mewajibkan setiap akuntan harus mematuhi ketentuan hukum yang
telah ditentukan serta peraturan-peraturan yang berlaku dan menghindari setiap prilaku
yang menyimpang dan dapat mengurangi kepercayaan pada profesi. Dalam upaya
memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaan, akuntan professional sangat tidak
dianjurkan mencemarkan nama baik profesi.

6. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai akuntan professional, setiap anggota


harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat.

7. Standar Teknis

Anggota akuntan professional dalam melaksanakan jasa profesionalnya harus sesuai


dengan standar professional yang relevan. Keahlian anggota akuntan melaksanakan tugas
yang diterima dari pemberi kerja dengan prinsip integritas dan objektivitas. Standar yang
harus ditaati setiap anggota adalan standar yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntansi
Indonesia), badan pengatur dan undang-undang yang relevan dengan profesi akuntan.
Sebagai seorang akuntan harus memiliki standar profesi tersendiri yang seseuai dengan
IAI.

8. Kepentingan Publik

Setiap anggota akuntan professional berkewajiban untuk bertindak dalam rangka


pelayanan kepada klien atau public, menghormati kepercayaan public serta menunjukan
sikap professionalisme yang seorang akuntan miliki. Satu ciri utama dari suatu profesi
adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.

2.4 Teori Kode Etik

Terdapat beberapa teori kode etik diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Teori Egoisme
Egoisme merupakan cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk
meningkatkan citra pribbadi seseorang.

2. Teori Utilitarisme
Utilitarisme berasal dari kata latin utilis yang berarti “bermanfaat”, menurut teori ini
suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
buka saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
3. Teori Deontologi
Teori Deontologi adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu
benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan.
4. Teori Hak
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan
atas martabat manusia hdan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat
cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
5. Teori Keutamaan
Teori ini memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil atau jujur atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bias
diartikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
untuk bertingkah laku baik secara moral.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kronologi Kasus Polemik Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia


Sebagai perusahaan besar PT. Garueda Indonesia melaporkan hasil kinerja keuangan tahun buku
2018 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Kinerja PT. Garuda Indonesia tersebut berhasil membukukan
sebesar USD809 ribu pada tahun 2018, terdapat kejadian terbalik dari tahun 2017 yang dimana merugi
sebesar USD216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan dikarenakan masih terdapat merugi
hingga mencapai USD114,08 juta.
Pada tanggal 24 April tahun 2019 Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan (RUPST) di Jakarta. Salah satu agenda rapat tersebut adalah menyetujui laporan keuangan tahun
pembukuan 2018. Dalam rapat tersebut, dua komisaris PT. Garuda Indonesia yaitu Chairil Tanjung &
Donny Oskaria selaku perakilan dari PT. Trans Airways menyampaikan keberatan meraka melalui surat
keberatan dalam RUPST. Chairil sempat meminta agar keberatan itu dibacakan dalam dalam RUPST,
tetapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tidak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun
akhirnya menyetuji laporan keuangan PT. Garuda Indonesia tahun 2018.
Trans Airways berpendapat bahwa angka transaksi dengan Mahata sebesar USD239,94 juta ini
terlalu signifikan, sehingga dapat mempengaruhi laporan keuangan PT. Garuda Indonesia. Jika nominal
dari kerjasama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka persuhaan tersebut sebenarnya
masih merugi sebesar USD244,96 juta. Catatan tersebut menjadikan beban yang ditanggung oleh PT.
Garuda Indonesia dan lebih menjadi besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambhan Nilai (PPN) . Padahal beban ini seharusnya belum menjadi kewajiban, karena pembayaran
dari kerjasama dengan Mahata beleum masuk ke pendapatan perusahaan.
Terjadi pada tanggal 25 April tahun 2019 yang dimana terdapat respons mengenai kisruh dalam
keuangan PT. Garuda Indonesia. Setelah sehari usai kabar masalah penolakan laporan keuangan oleh dua
komisaris beredar saham perusahaan dengan kode GIAA itu menurun tajam sehingga mencapai pada
angka 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa akan memanngil pihak manajemen PT. Garuda
Indonesia tersebut, terkait timbulnya yang mengakibatkan adanya perbedaan opini antara pihak komisaris
dengan pihak manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018. Selain manajemen perseroan,
otoritas bursa juga akan memangil kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan
Rekan selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30
WIB. Sayangnya, pertemuan dua pihak tersebut berlangsung dengan tertutup.
Otoritas Bursa menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut. “Bursa
meminta semua pihak untukn mengacu pada tanggapan perseroan yang disampaikan melalui IDXnet dan
penjelasan dapat dapat dibaca di website bursa”. Kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman
Yetna. Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyati Indrawati mengaku telah meminta Sekertaris Jenderal
Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari kisruh yang terkait pada laporan keangan PT.
Garuda Indonesia tersebut.

3.2 Analisis Kasus Pelanggaran yang dilakukan PT. Garuda Indonesia


Dalam kasus ini terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia. Dimana
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT. Garuda Indonesia melakukan tindak
kesalahan yang terkait kasus penyajian laporan keuangan Tahunan per 31 Desember 2018. Pihak
OJK yang diwakili oloeh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis,
Anto Prabowo mengungkapkan bahwa PT. Garuda Indonesia telah terbukti dengan jelas dalam
melanggar penyajian laporan keuangan tersebut.
PT. Garuda Indonesia telah terbukti melanggar :
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimanja
dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emitten dan Perusahaan Publik.
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa.
4. Penyajian Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

Terdapat Sanksi Untuk PT. Garuda Indonesia


Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal mengatakan, setelah berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan PT. Bursa Efek
Indonesia, dan pihak terkait lainnya, OJK memutuskan memberikan sebuah sanski. Yang dimana
sanksi tersebut:
1. Memberikan Perintah tertulis kepada PT. Garuda Indonesia untuk memperbaiki dan
menyajikan kembali Laporan Keuangan Tahunan PT. Garuda Indonesia per 31 Desember
2018. Serta melakukan paparan pada public (public expose) atas pebaikan dan penyajian
kembali Laporan Keuangan Tahunan tersebut. Laporan tersebut paparkan ke publik
paling lambat dalam waktu 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi atas pelanggaran
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM).
2. Selain itu juga perintah kepada KAP Tanubrata,Sutanto,Fahmi,Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited) untuk segera melakukan perbaikan atas
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran peraturan OJK Nomor
13/pojk.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM) paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.
3. Sanksi denda kepada masing-masingb anggota Direksi PT. Garuda Indonesia sebesar Rp
100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor. VIII.G. 11 tentang Tanggung
Jawab atas Laporan Keuangan.
4. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah resmi menjatuhkan sanksi kepada PT. Garuda Indonesia
atas kasus klaim laporan keuangan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkan diantaranya adalah denda senilai Rp. 250 juta dan restatement atau perbaikan
laporan keuangan perusahaan dengan jangka waktu paling lambat pada tanggal 20 Juni
2019.i akuntan dituntut harus mempunyai sifat professionalarus dijungjung tinggi.
Banyak pihak yang membutuhkan jasa seorang akuntan. Sebagai seorang akunDalam
kasus ini dikaitan dengan teori etika ada beberapa teori yang dilanggar yaitu sebgai
berikut :
1. Egoism etis, manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan demi kepentingan diri
sendiri agar terlihat bahwa dia telah berhasil dalam mengatur perusahaan. Akibat
tindakkanya tersebut tidak hanya merugikan dirinya sendiri dan mungkin saja dia akan
dipecat dari perusahaan. Bagi perusahaan berdampak pada menurunnya kepercayaan
investor dan calon investor serta merusak citra perusahaan.
2. Utilitarianisme tujuan dari laporan keuangan tidak hanya sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen tetapi sebagai alat pengambil keputusan. Dengan
manipulasi laporan keungan maka keputusan yang diambil tidak tepat dan dapat
merugikan banyak orang khususnya para investor.
3. Deontologi seharusnya seorang manajer yang memiliki kedudukan tinggi dalam
perusahaan seharusnya memberikan contoh yang baik kepada bawahannya agar
menjalankan tugas sesuai dengan etika yang diberlakukan.
4. Hak teori etika ini berkaitan dengan teori deontologi dalam kasus ini manajmen
merugikan hak dan kepentingan orang lain seperti karyawan dan para investor. Seperti
para karyawan dan investor mempunyai hak untuk mengetahui informasi-informasi
mengenai kinerja perusahaan.
5. Keutamaan. Pada kasus ini manajemen tidak bersikap jujur dalam penyusunan laporan
keuangan, manajemen melakukan manipulasi diantaranya data mengenai pendapatan,
utang dan cadangan kerugian piutang. Padahal sebagai seorang manajer harus
mempunyai sikap jujur.
Dengan begitu sebagai seorang akuntan harus menerapkan teori kode etik yang telah
ditentukan dalam perusahaan, jangan sampai melanggar teori-teori kode etik yang telah
diberlakukan dalam perusahaan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Maka dari kasus ini Kinerja PT. Garuda Indonesia telah memulai polemik karena adanya
pencatatan transaksi kerja sama penyedian layanan konektivitas dalam penerbangan dengan PT.
Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan yang seharusnya masih menjadi
piutang.
Dalam kasus ini juga PT. Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM). Peraturan Bapepm dan Laporan Keuangan
Nomor VIII.G.11 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emitten dan
Perusahaan Publik. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan
Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 30 tentang Sewa. Dan diberikan sanksi sesuai dengan Undang-Undang yang telah
dilanggar.

4.2 Saran
Seharusnya untuk menghindari kerancuan GIAA ini sebagai perusahaan seharusnya
tercatat di pasar modal. Dan seharusnya pun menjelaskan kepada public atas adannya kesalahan
dalam laporan keuangan tahunan perusahaan PT. Garuda Indonesia tersebut. Sehingga tidak
menimbulkan polemik yang berkelanjutan, yang bisa saja terjadi pada tahun-tahun yang akan
datang, yang dapat juga merugi secara tiba-tiba untuk mengantongi laba di tiga bulan terakhir.
Dalam mengerjakan laporan keuangan perusahaan seharusnya agar lebih berhati-hati lagi, agar
tidak ada kejanggalan ataupun kesalahan didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

BELUMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM!!!!!!!!!!!!

https://www.google.com/search?
q=isi+dari+pasal+69+uu+no+8+tahun+1995&oq=isi+dari+pasal+69+uu+no+8+tahun+19
95&aqs=chrome..69i57.35081j0j9&client=ms-android-vivo&sourceid=chrome-
mobile&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?
q=isi+dari+pasal+69+uu+no+8+tahun+1995&oq=isi+dari+pasal+69+uu+no+8+tahun+19
95&aqs=chrome..69i57.35081j0j9&client=ms-android-vivo&sourceid=chrome-
mobile&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai