Anda di halaman 1dari 41

FORMAT

S M A NEGERI 2 PADANG

RPP

TAHUN AJARAN 2015/2016

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SMA N 2 Padang


Mata pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : X/ I
Materi Pokok :Corak kehidupan corak kehidupan masyarakat pada zaman
praaksara
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan (2 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dan
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
sertamenerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Kompetensi Dasar Indikator

1.2. Menghayati keteladanan para 1.2.1 Menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan
pemimpin dalam toleransi antar Yang Maha Esa atas karunianya di dunia
umat beragama dan ini.
mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

2.1.Menunjukkan sikap tanggung jawab, 2.1.1. Siswa dapat menunjukan sikap toleransi
peduli terhadap berbagai hasil budaya terhadap suku bangsa yang ada di
pada zaman praksara, Hindu –
Indonesia sebagai asal usul nenek moyang
Buddha dan Islam.
bangsa Indonesia

3.2.Memahami corak kehidupan 3.2.1. Mengetahui pola hunian masarakat pra


masyarakat pada zaman pra aksara aksara
3.2.2. Menjelaskan corak kehidupan sosial-
ekonomi masyarakat pra aksara
3.2.3. Mengetahui sistem kepercayaan
masyarakat pra aksara

4.2 Menyajikan hasil penalaran mengenai 4.2.1 Membuat laporan hasil diskusi
corak kehidupan masyarakat pada 4.2.2 Menyajikan hasil diskusi dari tugas yang
zaman praaksara dalam bentuk tulisan diberikan guru tentang corak kehidupan
masyarakat pada zaman pra aksara

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Kompetensi Sikap Spiritual
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
1.1.1.1 Menerapkan sikap berdoa yang baik sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa.
1.1.1.2 Memberi salam pada saat awal dan akhir pembelajaran dengan baik.

Kompetensi Sikap Sosial


Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
2.1.1.1. Menunjukkan sikap toleransi kepada teman yang berbeda keyakinan.
2.1.1.2. Menunjukkan sikap yang tidak membeda-bedakan sesama teman
Kompetensi Pengetahuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu:
3.2.1.1. Mengetahui pola hunian masyarakat pra aksara
3.2.2.1. Menjelaskan corak kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pra aksara
3.2.3.1. Mengetahui sistem kepercayaan masyarakat pra aksara

Kompetensi Keterampilan
4.2.1.1 Membuat hasil diskusi
4.2.1.2 Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan tepat dan sistematis.

D. MATERI PEMBELAJARAN
Corak kehidupan Masyarakat pra aksara :
1. Pola Hunian
2. Kehidupan sosial-ekonomi
3. Sistem Kepercayaan.

E. Rincian dari Kegiatan Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Model : cooperative learning tipe STAD
Metode : Pemberian Informasi, Diskusi, tanya jawab, dan penugasan

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


1. Media
- Gambar mengenai corak kehidupan masyarakat pada masa pra aksara
- Video mengenai Gambar mengenai corak kehidupan masyarakat pada masa pra
aksara

2. Alat/Bahan
- Slide, LCD, spidol, papan tulis

3. Sumber pembelajar
- Buku Sejarah untuk SMA dan MA Kelas X kementrian pendidikan dan kebudayaan.
- Buku sejarah untuk SMA dan MA Kelas X yang relefan .
- Bahan ajar
- Internet : http://id.wikipedia.org/
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Pertemuan 90 Menit
Pendahuluan a. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 10 Menit
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan
melakukan berdoa, menanyakan kehadiran peserta
didik, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku
tulis dan sumber belajar.
b. Guru melakukan apersepsi
c. Guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
d. Guru menyampaikan secara singkat model
pembelajaran tipe STAD yang akan digunakan pada
pertemuan kali imi.

Inti Sebelum kegiatan inti pembelajaran guru Membentuk 65 menit


kelompok yang anggotanya empat orang secara 5 menit
heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku)

Mengamati 10 Menit
1) Peserta didik mengamati gambar dan video
mengenai corak kehidpan masyarakat pra aksara

Menanya 5 Menit

- Peserta didik menanya tentang :


1. Bagaimana tempat tinggal manusia pada zaman
pra aksara
2. Bagaimana masyarakat pra aksara memenuhi
kebutuhan hidupnya?
3. Seperti apa sistem kepercayaan masyarakat Pra
aksara?

Mencoba/mengumpulkan data atau informasi 15 Menit

1) Peserta didik dalam kelompok mendapatkan tugas


yang sama, yakni mencari dan membuat penjelasan
mengenai topik materi pembelajaran pada hari ini
yang di berikan oleh guru.
a. Pola hunian.
b. Kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pra
aksara.
c. Sistem kepercayaan masyarakat pra aksara.

2) Peserta didik dalam kelompok mencari dan


mengumpulkan sumber informasi dari berbagai 10 Menit
sumber maupun bahan ajar untuk mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru agar.

Mengasosiasi/menalar

1) Peserta didik secara berkelompok menganalisis


berbagai sumber yang ditemukan untuk menemukan
penjelasan mengenai topik materi yang didapatkan.
2) Peserta didik dalam kelompok dilatih untuk Teliti,
15 Menit
jujur dan bertanggung jawab dengan menulis hasil
diskusi di kertas kerja sebelum dipresentasikan.

Mengkomunikasikan

1) Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil


diskusi.
2) Guru memberikan kuis kepada setiap kelompok.
3) Guru memberikan poin kepada kelompok yang
anggotanya dapat menjawab dengan tepat pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
4) Diakhir pembelajaran, kelompok yang mendapatkan
nilai tertinggi dinyatakan sebagai kelompok
pemenang.
Penutup a. Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan 15 Menit
materi pembelajaran melalui tanya jawab secara
klasikal tentang topic pembelajaran hari ini.
b. Peserta didik melakukan refleksi atas manfaat proses
pembelajaran materi yang telah dibahas.
c. Guru menyampaikan materi yang akan dilaksanakan
untuk minggu depan.
d. Guru mengingatkan siswa untuk tetap belajar.
e. Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam
penutup

H. Penilaian

1. Kompetensi Sikap Spiritual dan sosial


a. Teknik Penilaian: Observasi
b. Bentuk Instrumen: LembarObservasi
c. Kisi-kisi:
Butir Instrum
No. Sikap/nilai Indikator
Instrumen en
1. Bersyukur Menunjukkan rasa syukur kepada 3 1 (a,b), 2
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Toleransi Menggambarkan sikap toleransi 3 3, 4,5
kepada sesama makhluk ciptaan
Tuhan yang Maha Esa.
2. Kompetensi Pengetahuan
 Penilaian Hasil Diskusi Kelompok
1) Tes tertulis
a. Soal Esay

Kisi-kisi soal
No Indikator Butir
Instrumen

1 1. Pola Hunian Masyarakat Pra aksara 1, 2, dan 3

2 2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat pra aksara 4, dan 5

4 3. Sistem Kepercayaan Masyarakat pra aksara 6

Jumlah instrument 6

2) Non tes : tugas dan hasil diskusi (untuk penilaian keterampilan, lihat
lampiran dan observasi)

3. Kompetensi Keterampilan
a. Keterampilan membuat rangkuman / portofolio
Jenis/Teknik Penilaian : Observasi/Lembar Observasi
Bentuk Instrumen dan Instrumen :
No Aspek Keterampilan Skor Keterangan

1 2 3 4

1. Kesusaian tema dengan KD.

2. Ketepatan waktu pengumpulan.

3. Isi laporan.

4. Penggunaan bahasa.

5. Estetika (Keterampilan, Kretivitas dan Kerapian).


b. Keterampilan dalam berdiskusi
Jenis/Teknik Penilaian : Observasi/Lembar Observasi
Bentuk Instrumen dan Instrumen :
N Aspek Keterampilan Skor Keterangan
o
1 2 3 4 5

1. Partisipasi/ keaktifan

2. Kerjasama.

3. Antusias bertanya atau menjawab.

4. Kemampuan mengemukakan pendapat.

Mengetahui, Padang
Kepala Sekolah, Guru Mapel,

______________________ Yunika Nurdina Sari, S. Pd


NIP.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembar tugas peserta didik


2. Lembar observasi sikap spiritual dan sosial
3. Lembar penilaian keterampilan
4. Materi bahan ajar corak kehidupan masyarakat pra aksara
LAMPIRAN 1
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan tepat !

1. Coba sebutkan ciri-ciri pola hunian masyarakat pra aksara pada masa kehidupan nomaden!
2. Coba sebutkan ciri-ciri pola hunian masyarakat pra aksara pada masa kehidupan semi
nomaden!
3. Coba sebutkan ciri-ciri pola hunian masyarakat pra aksara pada masa kehidupan menetap!
4. Jelaskan bagaimana kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pra aksara pada masa berburu
dan meramu!
5. Jelaskan bagaimana kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pra aksara pada masa bercocok
tanam!
6. Bagaimana sistem kepercayaan masyrakat pra aksara?

Pedoman Penilian :

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Lampiran :2

LEMBAR PENILAIAN OBSERVASI


Kelas : ...
Tanggal Pengamatan : ...
Materi Pokok : ...

No Indikator Aspek yang Diamati Skor Jumlah


. 1 2 3 4 nilai
1 Menunjukkan 1. Menerapkan sikap berdoa yang baik sebagai
rasa syukur ungkapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa.
kepada Tuhan a. Berdoa dengan sungguh-sungguh
Yang Maha Esa. b. Berdoa dengan tertib
2. Memberi salam pada saat awal dan akhir
pembelajaran dengan baik.

2 Menggambarkan 3. Menunjukkan sikap yoleransi kepada teman yang


sikap toleransi berdeba keyakinan.
kepada sesama 4. Menunjukkan sikap yang tidak membeda-bedakan
makhluk ciptaan sesama teman.
Tuhan yang Maha
Esa.
Jumlah
Skor Penilaian:
4 = selalu, apabilaselalumelakukansesuaipernyataan
3= sering, apabilaseringmelakukansesuaipernyataandankadang-kadangtidakmelakukan
2 = kadang-kadang, apabilakadang-kadangmelakukandanseringtidakmelakukan
1 = tidakpernah, apabilatidakpernahmelakukan
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
KELAS X IPA 5

Skor aspek yang diamati Jumlah


NO Nama Siswa Nilai Ket
1a 1b 2 3 4 Nilai
1 Afdhal Cassady Heru
2 Amanullah Muhammad Farhan
3 Arrinni Qisti Adila Yuryski
4 Aulia Rahmadini Saputra
5 Bunga Astuti
6 Fadilla Amara Martias
7 Farel Miftahul Shiddiq
8 Fauziah Afrilda
9 Hafiza Ramayani
Hubert Javas Hammam
10
Hardoni
11 Karnia Munadiayuna Alhuda
12 Muhammad Hafizh Eka Putra
13 Nur Ichsan Abdillah
14 Nur Addeena Salsabiyla
15 Odma Syahdena
16 Rahayu Dwi Lestari
17 Rahmat Ferdiansyah
18 Rahmat Ikbal
19 Rakmi Hasanah Aulia
20 Rio Gautama
21 Rizki Hidayat
22 Rofi Afif Hasibuan
23 Sarah Khairunnisa Putri Elwira
24 Sharly Juhannisa Nursahara
25 Shifa Helene
26 Siti Maya Delingga
27 Syaira Chairunissa
28 Thasya Putri Andira
29 Tsani Tsamara Amnedya
30 Ulfany Luky Maisya
31 Vanessa Mairieska
32 Widya Gusmawarni
33 Yasser Rahman Yulius
34 Zul Tsatunnimah
X IPA 2
Skor aspek yang diamati Jumlah
NO Nama Siswa Nilai Ket
1a 1b 2 3 4 Nilai
1 Adenia Millenika Silalahi
2 Agung Mulia Setiawan
3 Anastasysa Siti Meuthia
4 Anggun Verenika Rahma
5 Ari Eko Prasetyo
6 Citra Dara Zulvia Kencana
7 Della Angelina
8 Dendi Fira
9 Devi Indah Sari
10 Egi Jupriandes
11 Esti Purwasih Wulandari
12 Fadel Muhammad Zacky
13 Fadhil Aditya Putra
14 Farel Feldino Putra
15 Ferdi Rahmadhan
16 Finda Frisca Nofriandi
17 Gema Rananda
18 Harrsilla Tiana Devino
19 Hazizul Hakin Akbar
20 Helenita Zube
21 Irma Febviardi
22 Lily Grenia Amanda
23 Miftahul Faiza
24 M. Akbar Hardayu
25 Naghmah Putri Dinda Toni
26 Ninda Nurkhairah
27 Priska Andini Putri
28 Rahmi Alma Nahrawi
29 Rahul Malik Fajri
30 Raihan Rizqullah Gandidi
31 Sherrien Juliani Sarvica
32 Shirly Humaira
33 Sintia Fransisca Cania
34 Siti Nabila Rustam
35 Vina Mauriza
X IPA 7
Skor aspek yang diamati Jumlah
NO Nama Siswa Nilai Ket
1a 1b 2 3 4 Nilai
1 Abdul Shomat
2 Adela Putri Salsabila
3 Ade Komala Sari
4 Afdal Luthfi
5 Aidina Milla Fitri
6 Aldi Tama Candika
7 Ananda Atalia
8 Arief Farhan Karimi
9 Aulya Elwanda Fitrie
10 Bima Fachwa
11 David Yade Hinanda Putra
12 Dio Andrian
13 Diva Afnanda Mustika
14 Diva Kamila Mustika
15 Edo Indra
16 Fauziah Ismail
Febrian Febrilium Tri
17
Putra
18 Geita Yulyan Firel
19 Ilham Praja Saputra
20 Imam Muhammad Rafifi
21 Loi Putra Ali
22 Muhammad Aminullah
23 Nabila Ulfah
Paratusty Nurkusuma
24
Dewi
25 Rahma Tiara Seilina
26 Rezky Afrada
27 Savira Dyla Oktaviani
28 Shasa Refo Trisa
29 Silvy Dwike Putri
30 Suci Wulansari
31 Tara Smana Amli
32 Triza Fadilla Fadli
33 Yuni Anggraini
34 Yola Fadila
Kelas X MIPA 3

Skor aspek yang diamati Jumlah


NO Nama Siswa Nilai Ket
1a 1b 2 3 4 Nilai
1 Afwan Febrizal
2 Arinda Camelily Zamora
3 Athaya Syahla Hanifah
4 Desri Nabila
5 Fachry Alfansury
6 Ferry Rahmat Tesa
7 Fristiandita Gemariesha
8 Ghina Nurul Arif
9 Harlin Triana Putri
10 Heru Purnomo
11 Husnul Hafifah Rizgita
Intan Swaneta Sekar
12 Pembayun
13 Jimmy Yonatan
14 Julio Fadillah Akbar
15 Loviarni Chairini
16 Maulana Malik Ibrahim
17 Melissa Merdika
18 Meriza Sulistyaningsih
19 Mufidatul Faizah
20 Muhamad Abel Ananta
21 Mutia Anggelina Putri
22 Putri Magvira
23 Putri Setia Nedi
24 Rayi Larasati
25 Rika Rahim
26 Rizki Surahman
27 Rocky Rivaldo
28 Ruth Emeraldina Ayanda
29 Sari Aulia Safitri
30 Sevyo Delano
31 Silvia Rahma Dini
32 Sonia Ryantika Rahmi
33 Vira Putri Indriani
34 Wiranda Hidayatama
35 Wulan Elza Putri
Kriteria Nilai
A= 80 – 100 : Baik Sekali
B= 70 – 79 : Baik
C= 60 – 69 : Cukup
D= ‹ 60 : Kurang

∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
LAMPIRAN 3

Lembar Observasi Keterampilan

Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok :
No Aspek Penilaian Kriteria Penilaian
1. Kesesuaian Tema dengan KD Skor 4, apabila tema sangat sesuai dengan
KD

Skor 3, apabila tema sesuai dengan KD

Skor 2, apabila tema kurang sesuai dengan


KD

Skor 1, apabila tema tidak sesuai dengan KD


2. Ketepatan waktu pengumpulan. Skor 4, apabila tepat waktu
Skor 1, apabila tidak tepat waktu
3. Isi laporan. Skor 4, apabila isi laporan memenuhi empat
kriteria, yaitu benar, rasional, runtut, dan
lengkap sistematikanya

Skor 3, apabila isi laporan memenuhi tiga


dari empat kriteria, yaitu benar, rasional,
runtut,dan lengkap sistematikanya

Skor 2, apabila isi laporan memenuhi dua


dari empat kriteria, yaitu benar, rasional,
runtut,dan lengkap sistematikanya

Skor 1, apabila isi laporan memenuhi satu


dari empat kriteria, yaitu benar, rasional,
runtut, dan lengkap sistematikanya
4. Penggunaan Bahasa. Skor 4, apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu
menggunakan bahasa baku, sesuai dengan
EYD, dan mudah dipahami

Skor 3, apabila memenuhi dua dari tiga


kriteria, yaitu menggunakan bahasa baku,
sesuai dengan EYD, dan mudah dipahami
Skor 2, apabila memenuhi satu kriteria, yaitu
menggunakan bahasa baku, sesuai dengan
EYD, dan mudah dipahami

Skor 1, apabila tidak memenuhi bahasa dan


penulisan tidak sesuai EYD dan tidak mudah
dipahami
5. Estetika (Keterampilan, Kretivitas dan Skor 4, jika memenuhi tiga kriteria yaitu
Kerapian). kreatif, rapi, dan menarik

Skor 3, jika memenuhi dua dari tiga kriteria


yaitu kreatif, rapi, dan menarik

Skor 2, jika memenuhi satu dari tiga kriteria


yaitu kreatif, rapi, dan menarik

Skor 1, jika tidak memenuhi tiga criteria


yaitu kreatif, rapi, dan menarik

Rubrik Penilaian:
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

Contoh :
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 5 x 4 pernyataan = 20, maka skor akhir :
14
𝑥 4 = 2,8
20

Peserta didik memperoleh nilai :


A = Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,34 – 4,00
B = Baik : apabila memperoleh skor 2,66 – 3,33
C = Cukup : apabila memperoleh skor 1,66 – 2,65
D= Kurang : apabila memperoleh skor kurang 1,66
Kelas : X MIA 3
Skor aspek yang diamati Jumlah
NO Nama Siswa Nilai Ket
1 2 3 4 5 Nilai
1 Afwan Febrizal
2 Arinda Camelily Zamora
3 Athaya Syahla Hanifah
4 Desri Nabila
5 Fachry Alfansury
6 Ferry Rahmat Tesa
7 Fristiandita Gemariesha
8 Ghina Nurul Arif
9 Harlin Triana Putri
10 Heru Purnomo
11 Husnul Hafifah Rizgita
Intan Swaneta Sekar
12 Pembayun
13 Jimmy Yonatan
14 Julio Fadillah Akbar
15 Loviarni Chairini
16 Maulana Malik Ibrahim
17 Melissa Merdika
18 Meriza Sulistyaningsih
19 Mufidatul Faizah
20 Muhamad Abel Ananta
21 Mutia Anggelina Putri
22 Putri Magvira
23 Putri Setia Nedi
24 Rayi Larasati
25 Rika Rahim
26 Rizki Surahman
27 Rocky Rivaldo
28 Ruth Emeraldina Ayanda
29 Sari Aulia Safitri
30 Sevyo Delano
31 Silvia Rahma Dini
32 Sonia Ryantika Rahmi
33 Vira Putri Indriani
34 Wiranda Hidayatama
35 Wulan Elza Putri
Kelas : X MIPA 7

Skor aspek yang diamati Jumlah


NO Nama Siswa Nilai Ket
1 2 3 4 5 Nilai
1 Abdul Shomat
2 Adela Putri Salsabila
3 Ade Komala Sari
4 Afdal Luthfi
5 Aidina Milla Fitri
6 Aldi Tama Candika
7 Ananda Atalia
8 Arief Farhan Karimi
9 Aulya Elwanda Fitrie
10 Bima Fachwa
11 David Yade Hinanda Putra
12 Dio Andrian
13 Diva Afnanda Mustika
14 Diva Kamila Mustika
15 Edo Indra
16 Fauziah Ismail
Febrian Febrilium Tri
17
Putra
18 Geita Yulyan Firel
19 Ilham Praja Saputra
20 Imam Muhammad Rafifi
21 Loi Putra Ali
22 Muhammad Aminullah
23 Nabila Ulfah
Paratusty Nurkusuma
24
Dewi
25 Rahma Tiara Seilina
26 Rezky Afrada
27 Savira Dyla Oktaviani
28 Shasa Refo Trisa
29 Silvy Dwike Putri
30 Suci Wulansari
31 Tara Smana Amli
32 Triza Fadilla Fadli
33 Yuni Anggraini
34 Yola Fadila
Kelas : X MIPA 2

Skor aspek yang diamati Jumlah


NO Nama Siswa Nilai Ket
1 2 3 4 5 Nilai
1 Adenia Millenika Silalahi
2 Agung Mulia Setiawan
3 Anastasysa Siti Meuthia
4 Anggun Verenika Rahma
5 Ari Eko Prasetyo
6 Citra Dara Zulvia Kencana
7 Della Angelina
8 Dendi Fira
9 Devi Indah Sari
10 Egi Jupriandes
11 Esti Purwasih Wulandari
12 Fadel Muhammad Zacky
13 Fadhil Aditya Putra
14 Farel Feldino Putra
15 Ferdi Rahmadhan
16 Finda Frisca Nofriandi
17 Gema Rananda
18 Harrsilla Tiana Devino
19 Hazizul Hakin Akbar
20 Helenita Zube
21 Irma Febviardi
22 Lily Grenia Amanda
23 Miftahul Faiza
24 M. Akbar Hardayu
25 Naghmah Putri Dinda Toni
26 Ninda Nurkhairah
27 Priska Andini Putri
28 Rahmi Alma Nahrawi
29 Rahul Malik Fajri
30 Raihan Rizqullah Gandidi
31 Sherrien Juliani Sarvica
32 Shirly Humaira
33 Sintia Fransisca Cania
34 Siti Nabila Rustam
35 Vina Mauriza
Kelas : X MIPA 5

Skor aspek yang diamati Jumlah


NO Nama Siswa Nilai Ket
1 2 3 4 5 Nilai
1 Afdhal Cassady Heru
2 Amanullah Muhammad Farhan
3 Arrinni Qisti Adila Yuryski
4 Aulia Rahmadini Saputra
5 Bunga Astuti
6 Fadilla Amara Martias
7 Farel Miftahul Shiddiq
8 Fauziah Afrilda
9 Hafiza Ramayani
Hubert Javas Hammam
10
Hardoni
11 Karnia Munadiayuna Alhuda
12 Muhammad Hafizh Eka Putra
13 Nur Ichsan Abdillah
14 Nur Addeena Salsabiyla
15 Odma Syahdena
16 Rahayu Dwi Lestari
17 Rahmat Ferdiansyah
18 Rahmat Ikbal
19 Rakmi Hasanah Aulia
20 Rio Gautama
21 Rizki Hidayat
22 Rofi Afif Hasibuan
23 Sarah Khairunnisa Putri Elwira
24 Sharly Juhannisa Nursahara
25 Shifa Helene
26 Siti Maya Delingga
27 Syaira Chairunissa
28 Thasya Putri Andira
29 Tsani Tsamara Amnedya
30 Ulfany Luky Maisya
31 Vanessa Mairieska
32 Widya Gusmawarni
33 Yasser Rahman Yulius
34 Zul Tsatunnimah
Pedoman Penilaian-keterampilan diskusi

Aspek Penilaian Jumlah

Sikap/ketermpilan Skor Nilai


No Aspek penilaian keterampilan dalam diskusi

1 2 3 4

1. Partisipasi/ keaktifan 5 5 5 5 20 10

2. Kerjasama dalam diskusi

3 Antusias bertanya/ Menjawab

4 Kemampuan mengemukakan
pendapat

Skor maksimum 20

Keterangan : 5 : sangat baik

4 : Baik

3 : Cukup

2 : Kurang

1 : Sangat Kurang
KELAS X IPA 5

Skor aspek yang


diamati Jumlah
NO Nama Siswa Nilai Ket
Nilai
1 2 3 4
1 Afdhal Cassady Heru
2 Amanullah Muhammad Farhan
3 Arrinni Qisti Adila Yuryski
4 Aulia Rahmadini Saputra
5 Bunga Astuti
6 Fadilla Amara Martias
7 Farel Miftahul Shiddiq
8 Fauziah Afrilda
9 Hafiza Ramayani
10 Hubert Javas Hammam Hardoni
11 Karnia Munadiayuna Alhuda
12 Muhammad Hafizh Eka Putra
13 Nur Ichsan Abdillah
14 Nur Addeena Salsabiyla
15 Odma Syahdena
16 Rahayu Dwi Lestari
17 Rahmat Ferdiansyah
18 Rahmat Ikbal
19 Rakmi Hasanah Aulia
20 Rio Gautama
21 Rizki Hidayat
22 Rofi Afif Hasibuan
23 Sarah Khairunnisa Putri Elwira
24 Sharly Juhannisa Nursahara
25 Shifa Helene
26 Siti Maya Delingga
27 Syaira Chairunissa
28 Thasya Putri Andira
29 Tsani Tsamara Amnedya
30 Ulfany Luky Maisya
31 Vanessa Mairieska
32 Widya Gusmawarni
33 Yasser Rahman Yulius
34 Zul Tsatunnimah
X IPA 2
Skor aspek yang diamati Jumlah
NO Nama Siswa Nilai Ket
1 2 3 4 Skor
1 Adenia Millenika Silalahi
2 Agung Mulia Setiawan
3 Anastasysa Siti Meuthia
4 Anggun Verenika Rahma
5 Ari Eko Prasetyo
6 Citra Dara Zulvia Kencana
7 Della Angelina
8 Dendi Fira
9 Devi Indah Sari
10 Egi Jupriandes
11 Esti Purwasih Wulandari
12 Fadel Muhammad Zacky
13 Fadhil Aditya Putra
14 Farel Feldino Putra
15 Ferdi Rahmadhan
16 Finda Frisca Nofriandi
17 Gema Rananda
18 Harrsilla Tiana Devino
19 Hazizul Hakin Akbar
20 Helenita Zube
21 Irma Febviardi
22 Lily Grenia Amanda
23 Miftahul Faiza
24 M. Akbar Hardayu
25 Naghmah Putri Dinda Toni
26 Ninda Nurkhairah
27 Priska Andini Putri
28 Rahmi Alma Nahrawi
29 Rahul Malik Fajri
30 Raihan Rizqullah Gandidi
31 Sherrien Juliani Sarvica
32 Shirly Humaira
33 Sintia Fransisca Cania
34 Siti Nabila Rustam
35 Vina Mauriza
X IPA 7
Skor aspek yang diamati Jumlah
NO Nama Siswa Nilai Ket
1 2 3 4 Nilai
1 Abdul Shomat
2 Adela Putri Salsabila
3 Ade Komala Sari
4 Afdal Luthfi
5 Aidina Milla Fitri
6 Aldi Tama Candika
7 Ananda Atalia
8 Arief Farhan Karimi
9 Aulya Elwanda Fitrie
10 Bima Fachwa
11 David Yade Hinanda Putra
12 Dio Andrian
13 Diva Afnanda Mustika
14 Diva Kamila Mustika
15 Edo Indra
16 Fauziah Ismail
17 Febrian Febrilium Tri Putra
18 Geita Yulyan Firel
19 Ilham Praja Saputra
20 Imam Muhammad Rafifi
21 Loi Putra Ali
22 Muhammad Aminullah
23 Nabila Ulfah
24 Paratusty Nurkusuma Dewi
25 Rahma Tiara Seilina
26 Rezky Afrada
27 Savira Dyla Oktaviani
28 Shasa Refo Trisa
29 Silvy Dwike Putri
30 Suci Wulansari
31 Tara Smana Amli
32 Triza Fadilla Fadli
33 Yuni Anggraini
34 Yola Fadila
Kelas : X MIPA 3
Skor aspek yang
diamati Jumlah
NO Nama Siswa Nilai Ket
Nilai
1 2 3 4
1 Afwan Febrizal
2 Arinda Camelily Zamora
3 Athaya Syahla Hanifah
4 Desri Nabila
5 Fachry Alfansury
6 Ferry Rahmat Tesa
7 Fristiandita Gemariesha
8 Ghina Nurul Arif
9 Harlin Triana Putri
10 Heru Purnomo
11 Husnul Hafifah Rizgita
12 Intan Swaneta Sekar Pembayun
13 Jimmy Yonatan
14 Julio Fadillah Akbar
15 Loviarni Chairini
16 Maulana Malik Ibrahim
17 Melissa Merdika
18 Meriza Sulistyaningsih
19 Mufidatul Faizah
20 Muhamad Abel Ananta
21 Mutia Anggelina Putri
22 Putri Magvira
23 Putri Setia Nedi
24 Rayi Larasati
25 Rika Rahim
26 Rizki Surahman
27 Rocky Rivaldo
28 Ruth Emeraldina Ayanda
29 Sari Aulia Safitri
30 Sevyo Delano
31 Silvia Rahma Dini
32 Sonia Ryantika Rahmi
33 Vira Putri Indriani
34 Wiranda Hidayatama
35 Wulan Elza Putri
LAMPIRAN 4 :

Materi bahan Ajar

A. Judul : Sejarah Peminatan


B. Kelas : X SMA
C. KD : corak kehidupan masyarakat pra aksara
D. Materi Pembelajaran : Kerajaan Makassar
E. Isi Materi :

POLA HUNIAN MANUSIA PRA ASKSARA

Masyarakat pra aksara adalah gambaran tentang kehidupan manusia – manusia pada masa
lampau, di mana mereka belum mengenal tulisan atau istilah lain. Untuk menamakan zaman pra
aksara yaitu zaman Nirleka. Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka
zaman tidak adanya tulisan. Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai
adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Pra aksara adalah zaman sebelum
ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya
zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama
tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir pada tahun
4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada tahun 4000 SM, bangsa Mesir
sudah memasuki zaman sejarah. Kehidupan masyarakat pra aksara dapat di bagi dalam beberapa
tahap, yaitu :

1. Kehidupan nomaden
2. Kehidupan semi nomaden
3. Kehidupan menetap
Meskipun demikian, pola kehidupan masyarakat pra aksara tidak dapat dijadikan dasar
pembagian zaman. Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan pembagian zaman, maka
masyarakat pra aksara hidup pada zaman batu dan zaman logam

Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal di
wilayah Indonesia, kita herus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun
sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami perkembangan
yang teratur seperti bangsa – bangsa di belaha dunia lain. Tahapan perkembangan kehidupan
masyarakat pra aksara di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Pola Kehidupan Nomaden


Nomaden artinya berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupan
masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka tidak seperti
kelompok hewan, karena bergantung pada apa yang disediakan alam. Apa yang mereka makan
adalah bahan makanan apa yang disediakan alam, seperti, buah – buahan, umbi – umbian, atau
dedauanan yang mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau menggali dari tanah.
Mereka tidak pernah menanam atau mengolah pertanian

Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan masyarakat pra aksara
sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu’. Jika bahan makanan
yang akan di kumpulkan telah habis, mereka akan berpindah ke tempat lain yang banyak
menyediakan bahan makanan. Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk
menangkap binatang buruannya. Kehidupan semacam itu berlangsung dalam waktu yang lama
dan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memikirkan rumah
sebagai tempat tinggal yang tetap

Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah
anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Bahkan, untuk mempermudah hidup dan
kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat – alat perlengkapan dari batu dan kayu,
meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana. Ciri – ciri kehidupan masyarakat
nomaden adalah sebagai berikut:

o Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,


o Sangat bergantung pada alam,
o Belum mengolah bahan makanan,
o Hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
o Belum memiliki tempat tinggal yang tetap,
o Peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.
2. Pola Kehidupan Semi Nomaden
Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap
manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara mulai
merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. Kehidupan semi nomaden adalah
pola kehidupan yang berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah
disertai dengan kehidupan menetap sementara. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa
mereka sudah mulai mengenal cara – cara mengolah bahan makanan.

Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri – ciri sebagai berikut:

o Mereka masih berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain;


o Mereka masih bergantung pada alam;
o Mereka mulai mengenal cara – cara mengolah bahan makanan;
o Mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
o Di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai menanam
berbagai jenis tanaman;
o Sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, mereka terlebih
dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika
musin panen tiba;
o Peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup
masyarakat nomaden;
o Di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga
lebih tajam.
Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara anjing. Pada waktu itu, anjing
merupakan binatang yang dapat membantu manusia dalam berburu binatang. Di Sulawesi
Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa – sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.

3. Pola Kehidupan Menetap


Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakatnya. Ternyata, pola kehidupan semi nomaden tidak menguntungkan karena setiap
manusia masih harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di samping itu, setiap
orang harus membangun tempat tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan
demikian, pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh karena
itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah, konsep dasar
yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara.

Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:

o Setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang
lebih lama;
o Setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan hidup dari
satu tempat ke tempat lain;
o Para wanita dan anak – anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan
merepotkan;
o Wanita dan anak – anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari satu
tempat ke tempat lain;
o Mereka dapat menyimpan sisa – sisa makanan dengan lebih baik dan aman;
o Mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan,
terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
o Mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga, sekaligus
menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
o M mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam;
o Mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.
Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau
sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan pada beberapa
kenyataan, seperti:

o Memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan
bercocok tanam;
o Memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia
o Lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah

Pola Hunian
Manusia mengenal tempat tinggal atau menetap semenjak masa Mesolithikum (batu tengah) atau
masa berburu dan meramu tingkat lanjut. Sebelumnya manusia belum mengenal tempat tinggal
dan hidupnomaden (berpindah-pindah). Setelah mengenal tempat tinggal, manusia mulai
bercocok tanam dengan menggunakan alat-alat sederhana yang terbuat dari batu, tulang binatang
ataupun kayu. Pada dasarnya hunian pada zaman praaksara terdiri atas dua macam, yaitu :

1. Nomaden

Nomaden adalah pola hidup dimana manusia purba pada saat itu hidup berpindah-pindah atau
menjelajah. Mereka hidup dalam komunitas-kuminatas kecil dengan mobilitas tinggi di suatu
tempat. Mata pencahariannya adalah berburu dan mengumpulkan makanan dari alam (Food
Gathering)

2. Sedenter

Sedenter adalah pola hidup menetap, yaitu pola kehidupan dimana manusia sudah
terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat. Mata pencahariannya bercocok
tanam serta sudah mulai mengenal norma dan adat yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan

Pola hunian manusia purba memiliki dua karakter khas, yaitu :

1. Kedekatan dengan Sumber Air

Air merupakan kebutuhan pokok mahkluk hidup terutama manusia. Keberadaan air pada suatu
lingkungan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya. Begitu pula
dengan tumbuhan. Air memberikan kesuburan pada tanaman.

2. Kehidupan di Alam Terbuka

Manusia purba mempunyai kecendrungan hidup untuk menghuni sekitar aliran sungai. Mereka
beristirahat misalnya di bawah pohon besar dan juga membuat atap dan sekat tempat istirahat itu
dari daun-daun. Kehidupan di sekitar sungai itu menunjukkan pola hidup manusia purba di alam
terbuka. Manusia purba juga memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan yang tersedia,
termasuk tinggal di gua-gua. Mobilitas manusia purba yang tinggi tidak memungkin untuk
menghuni gua secara menetap. Keberadaan gua-gua yang dekat dengan sumber air dan bahan
makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sementara.

Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografisnya situs-situs serta kondisi lingkungannya.
Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu adalah situs-situs purba disepanjang
aliran sungai bengawan solo (sangiran, sambung macan, trinil , ngawi, dan ngandon), merupakan
contoh dari adanya kecendrungan hidup dipinggir sungai. Manusia purba pada zaman berburu
dan mengumpulkan makanan selalu berpindah-pindah mencari daerah baru yang dapat
memberikan makanan yang cukup.
Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau sumber air yang lain,
karena binatang buruan biasa berkumpul di dekat sumber air. Ditempat-tempat itu kelompok
manusia praaksara menantikan binatang buruan mereka. Selain itu, sungai dan danau merupakan
sumber makanan, karena terdapat banyak ikan di dalamnya. Lagi pula di sekitar sungai biasanya
tanahnya subur dan ditumbuhi tanaman yang buah atau umbinya dapat dimakan

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, mereka telah mulai lebih lama tinggal di suatu
tempat. Ada kelompok-kelompok yang bertempat tinggal di pedalaman, ada pula yang tinggal di
daerah pantai. Mereka yang bertempat tinggal di pedalaman, biasanya bertempat tinggal di dalam
gua-gua atau ceruk peneduh (rock shelter) yang suatu saat akan ditinggalkan apabila sumber
makanan di sekitarnya habis.

Pada tahun 1928 sampai 1931, Von Stein Callenfels melakukan penelitian di Gua Lawa dekat
Sampung, Ponorogo. Di situ ditemukan kebudayaan abris sous roche, yaitu merupakan hasil dari
kebudayaan yang ditemukan di gua-gua. Beberapa hasil teknologi bebatuan yang ditemukan
adalah ujung panah, flake, batu penggiling. Selain itu juga ditemukan alat-alat dari tanduk rusa.
KebudayaanAbris sous roche ini banyak ditemukan di Besuki, Bojonegor, juga di daerah
Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.

Mereka yang tinggal di daerah pantai makanan utamanya berupa kerang, siput dan ikan. Bekas
tempat tinggal mereka dapat ditemukan kembali, karena dapat dijumpai sejumlah besar sampah
kulit-kulit kerang serta alat yang mereka gunakan.

Di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan, terdapat tumpukan
atau timbunan sampah kulit kerang dan siput yang disebut kjokkenmoddinger (kjokken = dapur
,modding = sampah) . Tahun 1925 Von Stein Callenfels melakukan penelitian di tumpukan
sampah itu. Ia menemukan jenis kapak genggam yang disebut pebble ( Kapak Sumatra) . Selain
itu, ditemukan juga berupa anak panah atau mata tombak yang diguankan untuk menangkap
ikan.

POLA HUNIAN MASYARAKAT PRAAKSARA

A. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana: Budaya Paleolithik

Sebagaimana diungkapkan The Cambridge Encyclopedia of Hunter Gatherers: berburu dan


mengumpulkan makanan (meramu) merupakan bentuk adaptasi pertama manusia yang paling
sukses, serta mencakup 90 persen dari sejarah manusia. Sampai 12.000 tahun yang lalu, semua
manusia hidup dengan cara ini.
Makanan manusia purba pada masa ini bergantung sepenuhnya pada alam dengan berburu
dan mengumpulkan makanan. Itu karena pada masa ini, hewan dan tumbuh-tumbuhan telah
hidup merata di bumi. Kala Pleistosen sampai Holosen merupakan masa puncak perkembangan
hewan menyusu (mamalia). Maka, berburu hewan menjadi aktivitas pokok untuk bertahan hidup.
Hewan-hewan yang diburu antara lain: rusa, kuda, babi hutan, kijang, kerbau, kera, gajah, kuda
nil, dan sebagainya.
Karena berburu menjadi sarana utama untuk bertahan hidup, kehidupan manusia purba
Indonesia pada masa ini, sejak Pithecanthropus sampai Homo sapiens, bersifat nomaden atau
berpindah-pindah mengikuti gerak binatang buruan serta sumber air. Kehidupan menetap
(sedenter) belum dikenal.
Migrasi (perpindahan) hewan buruan itu umumnya dipengaruhi beberapa faktor utama
sebagai berikut.
1) adanya perubahan iklim yang ekstrem, misalnya kemarau panjang yang membuat banyak
padang rumput dan sumber air menjadi kering, atau musim hujan berkepanjangan yang
membuat suhu lingkungan menjadi sangat dingin;
2) bencana alam, yang juga ikut membuat manusia bermigrasi;
3) ancaman dari sesame hewan, yaitu hewan karnivora;
4) gangguan manusia;
5) tumbuh-tumbuhan biasanya lebih mudah tumbuh dan berkembang di daerah-daerah beriklim
lebih panas, yangmembuat hewan-hewan pemakan tumbuhan (herbivora) ikut bermigrasi,
mengikuti “migrasi” tumbuh-tumbuhan itu. Migrasi hewan-hewan herbivore ini dengan
sendirinya membuat hewan-hewan karnivora ikut bermigrasi juga.

B. Masa Beburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut: Budaya Mesolithik

Corak kehidupan manusia purba pada masa ini tetap sama seperti pada masa sebelumnya, yaitu
berburu dan mengumpulkan makanan dari alam. Bedanya, selain alat-alat dari batu, pada masa
ini mereka juga mampu membuat alat-alat dari tulang dan kulit kerang.
Mereka mengenal pembagian kerja: laki-laki berburu, sedangkan perempuan mengumpulkan
makanan berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil, memasak atau memelihara api, dan
membimbing anak.
Hal itu jugalah yang membuat mereka mengenal kebiasaan bertempat tinggal secara tidak
tetap (semi-sedenter), terutama di gua-gua payung (abris sous roche). Mereka memilih gua-gua
yang tidak jauh dari sumber mata air atau sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan,
kerang, dan siput.
Selain bertempat tinggal di gua-gua, ada juga kelompok manusia lain yang bertempat tinggal
di tepi pantai, yang hidupnya lebih tergantung pada bahan-bahan makanan yang terdapat di laut.
Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kulit kerang dan siput dalam jumlah banyak selain
tulang-tulang manusia dan alat-alatnya di dalam timbunan kulit kerang (remis) dan siput yang
membukit yang disebut dengan kjokkenmoddinger. Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa
mereka telah mengenal pencarian dan pengumpulan makanan di laut.
Selama bertempat tinggal di gua-gua, selain mengerjakan alat-alat, mereka juga mulai
mengenal tradisi melukis di dinding-dinding gua atau dinding karang. Sumber inspirasi dari
lukisan ini adalah cara hidup mereka yang serba tergantung pada alam. Lukisan-lukisan itu
menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, harapan hidup, dan bahkan kepercayaan
mereka.
Selain itu, agar terhindar dari binatang buas, manusia purba memilih untuk membangun
rumah di atas pohon. Begitu juga segala aktifitas yang mereka lakukan di atas pohon. Terutama
kegiatan makan yang menyebabkan sisa makanan yang di buang ke bawah lama-lama menjadi
bukit fosil yang kemudian juga dapat disebut kjokkenmoddinger.
Pada masa ini pula, untuk pertama kalinya manusia purba menemukan api. Penemuan api
tidak terlepas dari perkembangan otak mereka sebagai akibat dari tuntutan menyesuaikan diri
dengan perkembangan alam dan lingkungan. Secara khusus, api berperan penting dalam
kehidupan gua, seperti menghangatkan tubuh, menghalau binnatang buas pada malam hari , serta
memasak makanan.
Di tahap akhir masa ini, mereka telah mengenal bercocok tanam yang sangat sederhana dan
dilakukan secara berpindah-pindah menurut kondisi kesuburan tanah. Hutan yang dijadikan
tanah pertanian dibakar terlebih dahulu dan dibersihkan (slash and burn). Di sana mereka
menanam umbi-umbian seperti keladi.

C. Masa Bercocok Tanam: Budaya Neolithik

Cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan perlahan-lahan ditinggalkan. Seiring dengan
itu, masyarakat memelihara hewan-hewan tertentu (pastoralisme). Sebagian kecil penduduk yang
tinggal di tepi pantai memproduksi garam dan mencari ikan.
Kegiatan bercocok tanam dilakukan dengan menebang dan membakar pohon-pohon dan
belukar (slash and burn) sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil-hasil
pertanian, meskipun sifatnya masih sederhana. Tanaman yang dikembangkan di antaranya
keladi, pisang, kelapa, salak, rambutan, sukun, dan duku; sedangkan jenis hewan yang
diternakkan di antaranya ayam, kerbau, anjing, dan babi.
Sebagai konsekuensi dari tradisi baru itu (bercocok tanam), mereka sudah tinggal menetap
(sedenter). Perkampungan terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara
berkelompok oleh beberapa keluarga. Bangunan tempat tinggal dibuat dari kayu atau bambu.
Gotong royong juga telah menjadi bagian dari corak kehidupan masyarakat. Menebang hutan,
membakar semak belukar, menabur benih, memetik hasil, membuat gerabah, kegiatan tukar-
menukar, berburu dan menangkap ikan dilakukan secara gotong royong.
Mereka juga mengenal pembagian kerja antara kaum wanita dengan laki-laki. Misalnya,
pekerjaan berburu yang menghabiskan tenaga banyak dilakukan oleh para lelaki. Menangkap
ikan yang dekat dengan tempat tinggal (sungai, rawa, atau tempat-tempat yang dangkal di danau-
danau) dapat dilakukan oleh kaum wanita dan anak-anak, sedangkan menangkap ikan di laut
lepas pada umumnya dikerjakan oleh laki-laki. Selain itu, ada anggota masyarakat yang
membuat beliung kasar di tempat yang disebut atelier, ada yang bertugas menghaluskan, dan
sebagainya.

D. Masa Perundagian: Budaya Megalithik dan Budaya Logam


Masa ini disebut masa perundagian yaitu dari kata undagi yang berarti terampil karena pada
masa ini muncul golongan undagi atau golongan yang terampil melakukan suatu jenis usaha
tertentu, seperti membuat alat-alat dari logam, rumah kayu, gerabah, perhiasan, dan sebagainya.
Munculnya kemampuan membuat alat-alat dari logam tersebut tidak menggantikan mata
pencarian pokok: bercocok tanam.
Dalam perkembangannya, alat-alat dari logam itu juga dipakai untuk tujuan ritual keagamaan,
seiring dengan semakin berkembangnya sistem kepercayaan mereka dalam bentuk animism dan
dinamisme.
Sementara itu, penduduk Nusantara hidup secara menetap di desa-desa di daerah pegunungan,
dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin.

CIRI-CIRI / CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT PRAAKSARA INDONESIA


Berdasarkan fosil dan artefak manusia purba yang telah diketemukan beserta benda-benda
praaksara lainnya, maka dapat diketahui ciri-ciri kehidupannya masyarakat Indonesia yang hidup
pada masa praaksara. Misalnya kita dapat mengetahui mata
pencaharian,kemasyarakatan,kepercayaan, kebudayaan dan bahasanya.

1. Ciri Ciri Kehidupan Masyarakat berburu dan Mengambil Makanan.

Dari sumber praaksara dapat diketahui bahwa masyarakat Indonesia yang hidup pada masa
praaksara pada mulanya hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan ( Footghaterings
)Hal ini sesuai dengan:
a. Cara berpikir sangat sederhana, mulutnya belum bisa berbicara dan fisiknya belum
memungkinkan bertindak seperti manusia sekarang
b. Lingkungan hidupnya masih hutan belantara dan banyak binatang buas
c. Kehidupannya sangat tergantung kepada persediaan alamnya, mereka makan dari yang
disediakan alam.
d. Hidupnya mengembara dari hutan yang satu ke hutan yang lain/ nomaden. Sebagai tempat
berlindung dari hujan dan terik matahari serta binatang buas mereka berlindung di gua-gua
sementara.
e. Pada umumnya mereka bergerak tidak jauh dari daerah sumber mata air seperti danau,
sungai dan pantai
f. Alat-alat yang digunakan untuk berburu dan mengumpulkan makanan sangat sederhana
yakni, tanduk, batu, tulang dll. Dan cara pembuatannny masih kasar dan belum diasah
g. Sudah dapat menghias diri meskipun sangat sederhana
h. Mereka belum bisa menggunakan bahasa, sebagai alat komunikasi mereka menggunakan
isyarat berupa teriakan dan pekikan dan gerakan tubuh
i. Sebagai alat tranfortasi sederhana untuk menyusuri sungai dibuat sampan dari kayu
maupun bambu
j. Mereka telah mengenal budaya rohani yaitu percaya pada arwah nenek moyang yang telah
meninggal dunia. Hal ini ditunjukkan dari peningggalan lukisan telapak tangan dan gambar
babi rusa yang bagian jantungnya tertancap panah yang ditemukan CHM
HeerenPalm 1950 di Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut simbul berburu dan pemujaan
terhadap roh nenek moyang agar berhasil dalam berburu, jadi kepercayaannya bersifat
animisme, dinamisme dan totenisme. Animisme artiny percaya pada roh nenek moyang yang
telah meningggal, Dinamisme artinya percaya kepada benda-benda yang dianggap memiliki
kekuatan gaib dan Totenisme percaya kepada binatang atau pohon yang dianggap punya
kekuatan tertentu.

2. Ciri-Ciri Kehidupan Masa Bercocok Tanam

Masa bercocok tanam ini dimasukan ke dalam zaman atau masa mesolithikum, neolithikum
dan megalithikum. Di mana peralatannya sudah dihaluskan, manusia pendukungnya adalah
homo sapien.
Adapun kehidupan manusia pada masa bercocok tanam adalah sebagai berikut:
a. Cara bercocok tanam yang mula-mula adalah dengan cara berladang dan berhuma, yakni
dengan cara membersihkan hutan lalu menanaminya dengan tanaman yang dapat dimakan.
b. Selain dapat bercocok tanam, manusia pada masa ini sudah mulai beternak dan memelihara
binatang. Para ahli berpendapat bahwa binatang yang mulai diternakan/ dijinakan adalah
anjing yang diduga sebagai teman berburu dan binatang babi dipelihara untuk dimakan.
c. Kemampuan menyediakan makanan dan mengawetkannya ditunjang dengan kemampuan
membuat gerabah/ wadah terbuat dari tanah liat yang dibakar.
d. Dengan ditemukannya gerabah yang dihias dengan pola tenunan, maka dapat
disimpulkan manusia pada waktu itu sudah mengenal cara menenun
e. Mengenal perdagangan dengan cara menukar dengan barang yang dibutuhkan atau dengan
cara barter
f. Manusia pada waktu itu sudah mengenal berhias dengan ditemukannnya gelang yang
terbuat dari batu yang indah dan manik – manic
g. Konsep kepercayaan merupakan lanjutan masa sebelumnya di mana mayat selalu diarahkan
ke gunung-gunung

3. Ciri-Ciri Kehidupan Masa Perundagian / Logam

Ciri kehidupan masyarakat praaksara masa perundagian adalah sebagai berikut:


a. Kehidupan sosial ekonomi masa perundagian adalah peningkatan bentuk kehidupan masa
sebelumnya. Kemampuan mengolah logam khususny perunggu dan besi adalah salah satu
segi yang membedakan dari masa sebelumnya yang sama sekali belum mengenal logam.
b. Masyarakatnya sudah teratur
c. Dalam masyarakat perundagian terdapat kelompok yang mempunyai keahlian khusus, satu
bukti bahwa dalam masyarakat terdapat pembagian kerja yang baik.
d. Mengingat bahan untuk membuat perunggu ( Tembaga dan timah putih ) dan bahan besi
tidak terdapat disembarang tempat maka bahan tersebut harus didatangkan dari suatu tempat
. hal ini berarti terdapat suatu perdagangan yang meliputi berbagai daerah
e. Kemakmuran pada waktu itu antar lain disebabkan perkembngan tehnik pertanian khusunya
alat-alat besi seperti cangkul dll dan merek telah mengenal bersawah.

f. Kepercayaan, tidak berbeda dengan masa bercocok tanam yang membedakannnya


hanyalah upacara-upacara lebih mewah dan lebih rumit, benda yang dipergunakanya lebih
indah karena terbuat dari perunggu

Kehidupan Masyarakat Masa Praaksara


Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu
masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari sejak Pithecanthropus
sampai dengan Homo sapiens sangat bergantung pada kondisi alam. Mereka tinggal di padang
rumput dengan semak belukar yang letaknya berdekatan dengan sungai.

Daerah itu juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet,
banteng, dan rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh
manusia. Di samping berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan
seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua
yang tidak jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan,
kerang, dan siput.

Ada dua hal yang penting dalam sistem hidup manusia Praaksara (masa berburu dan
mengumpulkan makanan) yaitu membuat alat-alat dari batu yang masih kasar, tulang, dan kayu
disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak perimbas, alat-alat serpih, dan kapak genggam.
Selain itu, manusia Praaksara juga membutuhkan api untuk memasak dan penerangan pada
malam hari.
Wawasan
Kegiatan berburu dan meramu sudah ditinggalkan, namun di beberapa masyarakat Indonesia
kegiatan tersebut masih dilakukan, seperti pada masyarakat suku-suku terasing.

Api dibuat dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung unsur besi sehingga
menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang telah disiapkan. Sesuai
dengan mata pencahariannya, manusia Praaksara tidak mempunyai tempat tinggal tetap, tetapi
selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat tempat yang banyak bahan makanan.
Tempat yang mereka pilih di sekitar padang rumput yang sering dilalui binatang buruan, di dekat
danau atau sungai, dan di tepi pantai. Dalam kehidupan sosial, manusia Praaksara hidup dalam
kelompok-kelompok dan membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya.

Kegiatan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan

b. Masa Bercocok Tanam


Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang.
Masa bercocok tanam terjadi ketika cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan
ditinggalkan. Pada masa ini, mereka mulai hidup menetap di suatu tempat. Manusia Praaksara
yang hidup pada masa bercocok tanam adalah Homo sapiens, baik itu ras Mongoloid maupun ras
Austromelanesoid. Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena
pada masa ini terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam.
Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai dipelihara. Mereka bercocok tanam dengan cara
berladang. Pembukaan lahan dilakukan dengan cara menebang dan membakar hutan. Jenis
tanaman yang ditanam adalah ubi, pisang, dan sukun. Selain berladang, kegiatan berburu dan
menangkap ikan terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani.
Kemudian, mereka secara perlahan meninggalkan cara berladang dan digantikan dengan
bersawah. Jenis tanamannya adalah padi dan umbi-umbian.

Perkembangan selanjutnya, manusia praaksara masa ini mampu membuat alat-alat dari batu yang
sudah diasah lebih halus serta mulai dikenalnya pembuatan gerabah. Alat-alatnya berupa beliung
persegi dan kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu, dan mata panah.

Pada masa bercocok tanam, manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri
atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga.
Mereka mendirikan rumah panggung untuk menghindari binatang buas.

Kebersamaan dan gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan, mereka
kerjakan secara gotong royong. Tinggal hidup menetap menimbulkan masalah berupa
penimbunan sampah dan kotoran, sehingga timbul pencemaran lingkungan dan wabah penyakit.
Pengobatan dilakukan oleh para dukun.

Pada masa bercocok tanam, bentuk perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang
dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah,
beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh penduduk pantai.

c. Masa Perundagian

Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P. Soejono, kata
perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha
tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu (Nugroho Notosusanto,
et.al, 2007).

Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan
Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran
rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin. Kehidupan
masyarakat pada masa perundagian ditandai dengan dikenalnya pengolahan logam. Alat-alat
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak yang terbuat dari logam.

Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu.
Masyarakat masa perundagian masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Penggunaan
bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. Kondisi ini
disebabkan persediaan logam masih sangat terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang
tertentu saja yang memiliki keahlian untuk mengolah logam.
Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan lahan
pertanian. Perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap kampung
memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.

Artikel belajar online lainnya: Kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan Tarumanegara


adalah pertanian dan peternakan

Pada masa ini, sudah ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian masing-
masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani, pedagang,
maupun perajin.

Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun.
Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan Nusantara mulai terjalin. Peninggalan
masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda
seni, peralatan hidup, dan upacara menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa
itu sudah memiliki kebudayaan yang tinggi
Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Praaksara
1. Masa Berburu dan Meramu
Kehidupan sosial ekonomi pada masa berburu dan meramu dicirikan dengan hal-hal
sebagai berikut:
 Aktivitas mencari dan mengumpulkan makanan. Pada masa itu, manusia purba hidup
dari berburu dan meramu. Berburu berarti mencari dan menangkap binatang buruan
seperti banteng, kerbau liar, rusa, sedangkan meramu berarti mencari dan mengumpulkan
makanan yakni mencari bahan makanan yang sekiranya enak dimakan, sepeti umbi-
umbian, keladi, dan juga daun-daunan. Cara hidup dengan cara seperti di atas disebut
sebagai food gathering.
 Hidup secara berkelompok. Hidup manusia purba pada masa itu sangat bergantung dari
alam, maka dari itu untuk menghindari bahaya dari binatang buas, mereka akan hidup
bergerombol di tempat-tempat yang menyediakan banyak bahan makanan, serta
menyediakan air, juga tempat-tempat yang banyak dilalui oleh binatang buruan. Mereka
tinggal di tempat seperti padang rumput, hutan yang berdekatan dengan sungai. Yang
berburu biasanya adalah laki-laki, sedangkan yang perempuan bertugas mengasuh anak
dan meramu makanan.
 Bertempat tinggal sementara. Manusia purba mulai belajar dari alam. Yakni mereka
menyadari bahwa bahan makanan pada suatu tempat akan habis, maka dari itu
merekaakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang masih menyediakan banyak
bahan makanan. Biasanya mereka memilih gua-gua, tepi danau, tepi sungai atau bahkan
di tepi pantai.
 Alat untuk mencari, berburu dan meramu bahan makanan. Manusia praaksara sudah
bisa menggunakan alat bantu sederhana dalam mengumpulkan makanan. Alat bantu itu
terbuat dari batu yang diasah sederhana, tulang, ataupun kayu. Pada masa berburu dan
meramu, manusia purba menggunakan peralatan sebagai berikut:
1. Kapak Genggam. Merupakan sejenis kapak yang terbuat dari batu, namun tidak
bertangkai. Digunakan untuk memukul bahan makanan, atau melempar binatang buruan
serta mengorek tanah untuk mencari umbi-umbian. Kapak genggam seperti ini banyak
ditemukan di Pacitan, Jawa Timur. Kapak genggam ini biasa juga disebut kapak penetak
atau chopper.
2. Alat serpih. Merupakan alat-alat yang terbuat dari batu pipih yang diasah dan berukuran
lebih kecil dari kapak genggam, berfungsi sebagai alat untuk penusuk ataupun sebagai
pisau.
3. Alat-alat yang terbuat dari tulang dan kayu. Alat yang terbuat dari tulang biasanya
berupa mata tombak, yang bertangkai kayu, digunakan untuk berburu ataupun
menangkap ikan.
4. Pebble merupakan alat semacam kapak genggam yang terbuat dari batu kali, ada juga
yang berupa batu penggilingan/pipisan yang digunakan untuk menghaluskan makanan.
5. Anak panah/flake. Digunakan untuk berburu dan mencari ikan. Dan dalam
perkembangannya, manusia purba jenis pithecanthropus erectus ternyata sudah mengenal
api.
2. Kehidupan pada masa bermukim dan bercocok tanam.
Memasuki zaman Neolithikum, kehidupan sosial ekonomi manusia purba sudah mencapai
tingkatan yang cukup maju, yakni ditandai dengan perkembangan Homo Sapiens Murni yaitu
manusia purba yang sudah menggunakan akal pikiran secara sempurna, yang mendorong adanya
perubahan besar dalam kehidupan manusia purba yakni manusia mulai bermukim secara
menetap, dengan ciri:
 Kehidupan bermukim dan berladang. Setelah tingggal secara menetap, manusia purba
mulai mengenal bercocok tanam, dengan menanam tumbuhan yang sekiranya
menghasilkan bahan makanan. Mereka membakar belukar dan menebang pohon untuk
ditanami padi-padian, sukun, pisang, dan bahan makanan lain. Disamping itu mereka
masih berburu dan menangkap ikan. Makin lama mereka mengenal beternak seperti
unggas, sapi, kerbau, kuda. Dengan demikian manusia pada masa itu tidak lagi
bergantung pada alam tetapi sudah memproduksi sendiri bahan makananya atau dikenal
dengan istilah food producing.
 Kegiatan bercocok tanam di persawahan. Dengan hidup dengan cara menetap, telah
mendorong populasi manusia purba meningkat secara pesat, yang mendorong juga pada
peningkatan kegiatan food producing. Pertanian meningkat dengan mulai beragamnya
jenis tanaman yang di tanam. Manusia juga mulai mengenal pembuatan pematang untuk
menahan air, yang dilengkapi dengan saluran air, ini merupakan tehnik irigasi permulaan.
Setelah itu manusia mulai mengenal padi-padian, sayur-sayuran, dan juga mulai
mengenal menanam padi di persawahan,
 Alat yang digunakan adalah jenis kapak yakni kapak persegi dan kapMerupakan alat
yang terbuat dari batu juga namun sudah dibuat dengan lebih halus.
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara Indonesia
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara di Indonesia tidak terlepas dari kepercayaan asli
masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kepercayaan asli merupakan
bentuk kerohanian yang khas dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kepercayaan asli
sering disebut dengan agama asli atau religi. Kepercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya
sendiri saja, akan tetapi pada benda-benda dan tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitarnya.
Berdasarkan keyakinan tersebut, manusia menyadari bahwa makhluk halus atau roh itu memiliki
wujud nyata dan sifat yang mendua, yaitu sifat yang membawa kebaikan dan sidat yang
mendatangkan keburukan. Jika diperhatikan, lukisan-lukisan yang terdapat di gua-gua tidak
hanya mempunyai nilai estetika, tetapi juga mengandung makna etika magis. Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah memiliki arti kekuatan
atau perlindungan dari roh-roh jahat. Seperti terdapat pada beberapa lukisan di Papua
mempunyai kaitan dengan upacara penghormatan nenek moyang, meminta hujan dan kesuburan,
serta memperingati suatu peristiwa yang sangat penting. Adanya keyakinan-keyakinan itulah
yang kemudian mendorong berkembang beberapa kepercayaan di Indonesia, diantaranya
animisme, dinamisme dan totemisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh
nenek moyang. Awal munculnya kepercayaan animisme ini didasari oleh berbagai pengalaman
dari masyarakat yang bersangkutan. Misalnya pada daerah di sekitar tempat tinggal terdapat
sebuah batu besar. Masyarakat yang melewati batu besar tersebut mendengar keganjilan seperti
suara minta tolong, memanggil namanya, dan lain-lain. Namun begitu dilihat mereka tidak
menemukan adanya orang atau apapun. Peristiwa tersebut kemudian terus berkembang hingga
masyarakat menjadi peracaya bahwa batu yang dimaksud mempunyai roh atau jiwa. Dinamisme
adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib,
misalnya gunung, batu, dan api. Bahkan benda-benda buatan manusia seperti patung, tombak,
jimat dan lain sebagainya. Totemisme merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu merupakan
nenek moyang suatu masyarakat atau orang tertentu. Binatang yang dianggap nenek moyang
antara masyarakat yang satu dengan lainnya berbeda-beda. Biasanya binatang nenek moyang
tersebut disucikan, tidak boleh diburu dan dimakan, kecuali untuk upacara tertentu. Kepercayaan
animisme dan dinamisme menjadi kepercayaan asli bangsa Indonesia sebelum agama Hindu dan
Budha masuk ke Indonesia. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kedua kepercayaan itu
sudah berakar kuat. Salah satu aspek yang dapat dikaitkan dengan kedua kepercayaan tersebut
adalah berupa peninggalan-peninggalan zaman megalitikum. Menhir atau arca, merupakan
lambang dan tahta persemayaman roh leluhur. Kedua jenis peninggalan itu digunakan sebagai
sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dolmen dan punden berundak berkaitan dengan
aktivitas upacara, karena dolmen digunakan sebagai tempat sesaji, sedangkan punden berundak
digunakan untuk tempat upacara. Praktik-praktik kepercayaan animisme dan dinamisme itu juga
terlihat dalam penyelenggaraan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian.
Penyelenggaraan upacara kematian dilandasi dengan kepercayaan bahwa kematian itu pada
hakikatnya tidak membawa perubahan dalam kedudukan, keadaan dan sifat seseorang. Dengan
landasan itu, penguburan mayat selalu disertai dengan bekal-bekal kubur dan arwah mayat yang
disesuaikan dengan kedudukannya ketika masih hidup. Keyakinan akan adanya dunia arwah
terlihat dari arah penempatan kepala mayat yang diarahkan ke tempat asal atau tempat
bersemayam roh nenek moyang mereka. Tempat yang biasanya diyakini sebagai tempat roh
nenek moyang adalah tempat matahari terbit atau terbenam, dan tempat-tempat yang tinggi,
misalnya di gunung dan bukit. Bukti mengenai hal ini terlihat dari hasil penggalian kuburan-
kuburan kuno di beberapa tempat di wilayah Indonesia, seperti Bali dan Kalimantan yang
menunjukkan arah kepala mayat selalu ke arah timur, barat atau ke puncak-puncak gunung atau
bukit.

Anda mungkin juga menyukai