Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ETIKA DALAM BERPACARAN

OLEH :

JUAN GERALDY TENGA

(NIM. 711335119033)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO

PROGRAM STUDI D4 KESEHATAN LINGKUNGAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul

dari makalah kami ini adalah “Etika Dalam Berpacaran”. Etika pergaulan adalah bagian dari

hidup kita dalam bermasyarakat. Sehingga seakan-akan hidup kita dibatasi oleh suatu

jaringan norma berupa larangan, ketentuan, kewajiban, dan sebagainya. Sekarang yang

menjadi bahan pertanyaan dengan norma apakah kita memikirkan etika pergaulan kita,

karena etika sendiri merupakan penyelidikan filsafat tentang bidang moral, mengenai

kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk.

Namun kami menyadari bahwa di dalam makalah kami ini masih banyak terdapat

kelemahan-kelemahan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari segenap

pembaca,agar dilain kesempatan kami dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Atas perhatian nya kami mengucapkan terima kasih. Sekian.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………… 1

1.2 Tujuan Makalah ………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etika ……………………………………………………………………………… 3

2.2 Etika Dalam Berpacara …………………………………………………………... 9

2.3 Keuntungan dan Kerugian Dari Berpacaran …………………………………….. 14

2.4 Etika Pacaran Yang Baik dan Benar …………………………………………….. 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 17

3.2 Saran ……………………………………………………………………………... 18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika merupakan falsafah moral yang dilandasi agama, budaya, perilaku mana

yang baik dan buruk. Etiket itu penjabarannya berdasarkan etika. Etiket adalah aturan

sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. “Etiket bisa

disebut sebagai golden rules yang menyatakan perlakukan orang lain sebagaimana

kamu yang ingin diperlakukan. Karena itu, orang yang memahami etiket

memperlakukan orang lain dengan baik dan respek, sehingga akan lebih diterima

dalam pergaulan.

Etiket bisa diartikan sebagai rambu-rambu yang membantu mengetahui apa

yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu. Hal

utama yang juga menjadi dasar dari etiket adalah adat-istiadat atau tradisi dari daerah

dan negara tertentu. Prinsip-prinsip dalam etiket selalu tetap, tidak berubah, bersifat

universal, dan tak terbatas waktu dan tempat. Terdapat tiga prinsip dalam etiket, yaitu

respek, empati dan kejujuran. Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan

kepada setiap orang dengan kelebihan, kekurangan, kesamaan dan perbedaan yang

ada.

Pacaran merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau

pernikahan, atau pacaran dapat juga sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar

mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah

dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelesaikan masalah itu.

Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi satu,

tentu akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian. dan apabila

1
terjadi ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan tidak akan

menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru, maka sifat pengertian

sangat diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap kejujuran dan keterbukaan, dan

kepercayaan.

1.2 Tujuan Makalah

Adapun tujuan makalah kami ini adalah sebagai berikut.

a. Menjelaskan Arti Atika

b. Menjelaskan Jenis – jenis Etika

c. Menjelaskan Arti Etika dalam Berpacaran

d. Menjelaskan Dampak Positif dan Negatif dalam Pacaran

e. Menjelaskan Bagaimana Berpacaran Sesuai Etika yang Baik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika

2.1.1 Pengertian Etika

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang

berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan

berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk

menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau

benar, buruk atau baik. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai

“the discipline which can act as the performance index or reference for our

control system“.

Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control“,

karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan

kelompok social (profesi) itu sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan

perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini

jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di

sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan

maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).

Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,

bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat

untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa

keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara

tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan

3
manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus

bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam

norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral,

norma agama dan norma sopan santun.

Norma hukum berasal dari hukum dan perundangundangan, norma

agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin.

Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari, sedangkan norma

moral berasal dari etika. Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket

(etiquette)berarti sopan santu

2.1.2 Jenis-jenis Etika

Etika dapat ditinjau dari beberapa pandangan. Dalam sejarah lazimnya

pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis,

ditinjau dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari

pandangan sosiologis yang melahirkan etika sosiologis.

a. Etika filosofis

Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata

filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa

Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti

kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang

menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat.

Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-

kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau

hubungan antara moral dan kemanusiaan secara mendalam dengan

menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.

4
b. Etika teologis

Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan

buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua

perbuatan moral sebagai:

1. Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai

dengan kehendak Tuhan.

2. Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan

3. Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.

Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin

moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran

Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran

etika ini adalah kitab suci.

2.1.3 Etika sosiologis

Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini

menitik beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup

bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai

keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi etika

sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang bagaimana

seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan

masyarakat.

5
2.1.4 Etika Diskriptif dan Etika Normatif

Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika

ditemukan dua macam etika, yaitu :

a. Etika Diskriptif

Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan

perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan

sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan

sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu

fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian

etika ini berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai.

Etika ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.

b. Etika Normatif

Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang

ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika

ini berbicara tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta

memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk bertindak

sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan

petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan

menghindari diri dari yang jelek.

Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika

normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak. Norma-

norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau

buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

6
c. Norma khusus

Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan

tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis,

etika kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan

main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus

dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya

bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur

permainan bola.

d. Norma Umum

Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat

universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau

situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi

menjadi tiga (3) bagian, yaitu :

 Norma sopan santun.Norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku

dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara

duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam

pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya kurang mendalam karena

hanya dilihat sekedar yang lahiriah.

 Norma hukum.Norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat.

Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama.

Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan

mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan

norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih

tegasdan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman

terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga

7
kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah

saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.

 Norma moral. Norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai

manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan

seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih

tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari

satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan

kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari

seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih

mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi

tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya

sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini

memiliki ciri-ciri yaitu :

1) Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena

langsung mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.

2) Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam

bentuk perintah atau larangan.

3) Norma moral merupakan norma yang berlaku umum

4) Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan

kepenuhan hidupnya sebgai manusia.

8
2.1.5 Guna Etika:

a) Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai

pandangan moral yang kita hadapi.

b) Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi

budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia

kita.

c) Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang

merebak di dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.

d) Etika membantu agamawan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman

kepercayaan sehingga tidak tertutup dengan perubahan jaman.

2.2 Etika dalam berpacaran

2.2.1 Arti Pacaran

Pacaran merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau

pernikahan, atau pacaran dapat juga sebagai tahap membentuk pribadi, atau

belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam

menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita

menyelesaikan masalah itu. Dalam berpacaran juga sangat diperlukan restu

orang tua, karena orang tua merupakan wali Tuhan di dunia dan orang tua

pasti menginginkan yang terbaik bagi kita

Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi

satu, tentu akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian.

dan apabila terjadi ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan

tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru,

9
maka sifat pengertian sangat diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap

kejujuran dan keterbuakaan, dan kepercayaan.

Pacaran itu pasti akan timbul hal-hal yang baik maupun tidak, artinya

kalau pacaran itu dijalankan sesuai dengan aturannya, kemudian tidak macam-

macam yang artinya tidak melanggar jalur yang ditetapkan Tuhan, maka

sebagian besar akan menjalankannya dengan penuh kebahagiaan. Namun

sebaliknya, apabila pacaran itu dijalankan dengan semau saya, kemudian tidak

takut pada Tuhan, maka jangan harap berkibat baik. Di dunia bebas apalagi di

Negara kita yang sudah 60 tahun merdeka, Anda bebas berpacaran, tetapi

bebas dalam pengertian bukan sembarangan. Tetap saja ada batas-batasnya,

ada batas etika, moral ,sopan santun. Kalau anda berani melanggarnya, maka

resiko akan ditanggung sendiri. Lalu sekarang apa yang dimaksud dengan

berpacaran yangwajar?

a. Pacar itu jumlahnya Satu

Yang wajar tentunya seseorang itu berpacaran dengan satu orang,

jadi tidak ada istilah ban serep. Pacaran akan menjadi tidak wajar bila sang

cowok atau cewek mempunyai niat dalam waktu bersamaan berpacaran

lebih dari satu orang. Teman, sahabat biasa saja boleh lebih dari satu dan

sebanyak-banyaknya, namun yang dipilih menjadi pacar harus satu;

kecuali kalau memang tidak cocok, maka kemudian berpisah dan cari

pacar yang lain lagi.

b. Tidak Mengikat

Pacaran berbeda dengan menikah, jadi sifatnya masih belum

mengikat, jadi sangat wajar kalau mereka yang sedang pacaran kalau

masih memiliki banyak teman, masalahnya memang tidak mengikat. Kalau

10
seandainya masih pacaran saja sudah terikat seperti ?terpenjara? , tidak

dapat dibayangkan seandainya sudah menikah. Kira-kira belasan tahun

lalu ketika saya masih menjadi guru, ada seorang rekan kerja saya yang

wanita, pacarnya itu pencemburu sekali. Pernah terjadi karena pacarnya

tidak dapat menjemputnya hari itu, lalu ada seorang rekan lain guru Fisika

mengantarnya ke stasiun bis, maka keesokan harinya timbul masalah.

Cowoknya itu datang mencarinya, dan timbul perkelahian, sungguh

memalukan.

c. Dewasa

Dalam hal berpacaran juga diperlukan kedewasaan, di depan kita

sudah sebutkan bahwa pacaran yang hanya hura-hura, makan-makan,

jalan-jalan, nampaknya hanya menghambur-hamburkan uang dan waktu.

Tidak ada waktu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Setiap

orang itu unik, latar belakang berbeda, sifat dan cara didik dari orang tua

juga berbeda. Semua perbedaan ini akan coba dipersatukan dalam jangka

waktu yang tidak diketahui namun singkat. Ada orang yang hanya pacaran

setengah tahun sudah menikah, ada yang lebih dari itu. Diperkirakan tidak

cukup waktu untuk mengenal lebih dalam, oleh sebab itu pacaran

merupakan kesempatan yang ada untuk kedewasaan kita mengenal satu

dengan lainnya. Perbedaan pendapat dan konsep ada kemungkian terjadi,

namaun mereka yang dewasa memiki sikap hormat dan menghargai

pendapat orang lain.

d. Seimbang

Seimbang di dalam arti yang luas, ekonomi, pendidikan, umur dan

iman kepercayaannya. Terlalu banyak ditemuakn persoalan kalau merka

11
yang berpacaran dan tidak memperhatikan keseimbangan ini. Memang

tidak semua, tetapi umumnya, mereka yang dari keluarga kaya akan

menganggap remeh yang miskin, mereka yang berpendidikan akan merasa

lebih hebat. Demikian juga umur, memang cukup mengagetkan kalau kita

melihat ternyata ada pasangan yang perbedaan umurnya menyolok.

Beberapa pasangan menjalani hubungan dengan penuh kesetiaan, namun

tidak jarang juga mereka menjalaninya dengan berbagai motivasi, ada

yang karena melihat harta kekayaan sehingga si cewek bersedia menikah

dengan yang beruban, walaupun yang ganteng dan muda banyak menanti.

e. Kasih

Saling mengasihi adalah kunci utama di dalam berpacaran yang

wajar. Mengasih juga bukan di dalam pengertian merasa kasihan kepada

pacar kita. Tetapi kasih yang muncul dari hati yang terdalam, yang dimulai

dengan pandangan pertama, kemudian diteruskan dengan saling mengenal

satu dengan yang lain. Pacaran yang wajar seharusnya terjlain saling

kasih-mengasihi, sebab ini merupakan pondasi pentingnya. Tanpa cinta

kasih namanya bukan pacaran , itu hanya teman atau sahabat karib.

f. Sabar & Menguasai diri

Cinta kasih itu menghasilkan kesabaran, dan pacaran yang wajar

juga perlu kesabaran, tidak boleh mendahului apabila belum saatnya.

Mereka yang berpacaran mesti menahan diri, tidak boleh melanggar

wilayah dan batas etika serta moral, terutama di dalam keeratan hubungan.

Berpacaran bukan patokan mati untuk menikah, itu sebabnya kalau suatu

saat memang tidak cocok, maka tatkala kedua insan itu mengambil

keputusan untuk pisah, maka perpisahannya juga merupakan perpisahan

12
yang baik-baik, artinya mereka bukan menjadi musuh, tetapi terjadi

perubahan dari teman istimewa menjadi teman biasa.

2.2.2 Pacaran atau Pendidikan

Jika disuruh memilih antara pacaran atau pendidikan, dapat dipastikan

jawaban para remaja dan mahasiswa akan memilih pacaran dengan tanpa

melalaikan pendidikan. Akan tetapi, sering kita dapati pelajar atau mahasiswa

yang terkadang anjlok nilainya secara drastic, karena kebanyakan para pelajar

ataupun pelajar melalaikan atau menomor duakan pendidikan. Kalaupun ada

yang bisa mengimbangi antara keduanya merupakan hal yang langka bagi

kalangan remaja dan mahasiswa.

Masalah tersebut sangat dekat dengan jiwa para remaja baik taat

maupun yang tidak, dalam ajaran Islam pacaran dan ikhtilat dengan

perempuan yang bukan mahramnya itu sangat diharamkan. Namun

problemanya dalam pendidikan kita terjadi ikhtilat juga. Kedua permasalahan

ini ibarat seperti mata uang. Jika salah satunya hilang maka bukan mata uang.

Begitu juga dengan para remaja, jika tidak pernah merasakan tertarik pada

lawan jenis. Pada kondisi seperti ini maka jiwa psikologis perlu dipertanyakan.

Untuk menghadapi problema semacam ini, ada obat penawarnya;

a. dalam pacaran hendaknya tolong menolong dalam berbuat kebaikan.

Sehingga hubungan yang kalian bisa berjalan dengan manis dan romantis.

b. pacar kalian hendaknya kalian jadikan sebagai teman curhat

c. khusus pria jangan serakah untuk menikmati tubuh pacar kalian. Karena

itu bukan hak kalian

13
2.3 Keuntungan dan Kerugian dari Pacaran

Keuntungan selalu dinilai dari hasil yang didapat.Tampa hasil berarti bukan

berarti keuntungan.Sedangkan kerugian adalah hasil yang buruk yang ditimbulkan

dalam melakukan suatu usaha maupun tindakan inilah kerugian.Kalau baik dapat

berarti keuntungan ,Kalau buruk tentunya bermakna kerugian.

Pacaran yang dibahas di sini adalah hubungan sebelum menikah. Pacaran

sebelum menikah bermakna sebuah hubungan coba – coba yang belum jelas

arahnya,dengan tujuan mengenal pribadi lawan jenisnya.Kadang bukan sekadar

mengenal tapi lebih kedalam. Adapun keuntungan serta kerugian dari pacarn yang

dapat kami simpulkan adalah sebagai berikut.

2.3.1 Keuntungan Pacaran antara lain :

a. Mendapatkan perhatian lebih dari orang lain alias pacar yang kita pacari.

b. Mudah membuang keluhan,unek-unek,alias berbagai curhat permasalahan

yang terjadi dalam hidup kepada pacar kita.

c. Ada pendengar setia di saat senang maupun duka.

d. Ada yang mentraktir baik makan,pulsa,dsb disaat kantong kosong.

e. Tidak akan kesepian diri kita,karena ada yang setia menemani everytime

everywhere.

2.3.2 Kerugian Pacaran antara lain :

a. Mengurangi waktu kita,waktu kita 24 jam.Untuk berkomunikasi dengan

pacar membutuhkan waktu -/+ 5 – 10 jam perhari.

b. Menghambat kerja otak,karena memikirkan satu obyek saja [pacar] akan

membuat otak kita semakin sempit dan dangkal.Belum lagi si pria Playboy

c. Membuat berbohong,jelas sudah daripada aib kita ketahuan ,lebih baik

berbohong.

14
d. Menghabiskan uang,apalagi zaman modern seperti ini.Habis uang

pulsa,uang bensin,dan uang – uang lainnya

e. Menghambat cita- cita.Cita-cita di dapat dari suatu imajinasi dalam pikiran

kita,jika pikiran kita sudah berimajinasi kepada pacar,tentunya akan

menghambat.

f. Menambah dosa,karena dapat menimbulkan nafsu birahi.

g. Memunculkan fitnah,nanti kalau berduan di dalam rumah.Bisa Digerebek

warga..

h. Menambah aib keluarga,jika tidak dapat menjaga nafsu tentunya bisa

married accident.

i. Mengulur – ulur pernikahan.Sudah tidak heran lagi,karena keasikan

pacaran,sehingga mengulur – ulur pernikahan.

j. Dapat menimbulkan efek sakit hati,apabila putus sehingga menimbulkan

Mantan Pacar.Mantan Pacar ini berbahaya ,karena bisa main hati setelah

sudah beristri besok.

k. Mengurangi kewibawaan lelaki,memang hanya wanita yang dapat

membuat lelaki luluh.Tapi kalau tidak tepat waktunya,akan

menghancurkan lelaki itu sendiri.

2.4 Etika Berpacaran Yang Baik Dan Benar

1) Kasihnya bersifat obyektif, dengan memberi apa yang baik dan dibutuhkan

dengan tidak memanipulatif

2) Ubah rasa cemburu buta menjadi cemburu yang obyektif yang menuntut sesuatu

yang memang sudah menjadi haknya

15
3) Pahami cinta romantis menjadi cinta yang realistis, sehingga tidak hanya berkisar

pada hal-hal yang indah dan romantis saja, melainkan realistis sesuai keadaan

4) Fokus utama pada kegiatan-kegiatan menjadi berpusat pada komunikasi dan

dialog, sehingga dapat lebih mengenal secara pribadi

5) Pemusatan perhatian dialihkan dari orientasi seksual menjadi orientasi masa depan

6) Menerapkan dan menjujung tinggi nilai moral, budaya dan agama dalam seluruh

aktifitas berpacaran

7) Buat kesepakatan dengan pasangan untuk tidak berbuat lebih jauh yang

menyimpang dari agama dan budaya

8) Menjadikan pacaran menjadi kesempatan yang menarik, kreatif dan menjadi

persekutuan yang baik dalam Tuhan

9) Hindari situasi dan kondisi yang merangsang dorongan seks seperti tempat gelap

dan sepi, tempat tertutup dan terkunci

10) Batasi waktu dan frekuensi berpacaran agar tidak terlalu sering

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti

karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan

dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai

apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau

baik. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act

as the performance index or reference for our control system“. Contoh pemahaman

tentang etika yang dapat kami berikan adalah salah satu nya mengenai Etika Dalam

Berpacaran.

Pacaran merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau

pernikahan, atau pacaran dapat juga sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar

mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah

dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelesaikan masalah itu.

Dalam berpacaran juga sangat diperlukan restu orang tua, karena orang tua

merupakan wali Tuhan di dunia dan orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi

kita. Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi satu, tentu

akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian. dan apabila terjadi

ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan tidak akan menyelesaikan

masalah, tetapi malah menambah masalah baru, maka sifat pengertian sangat

diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap kejujuran dan keterbukaan, dan

kepercayaan. Pacaran memang tidak dilarang. Semua agama mengijinkan umatnya

17
melakukan pacaran.Namun apabila tidak sesuai aturan nilai dan norma yang

berlaku,maka wajar bila ada yang mengatakan bahwa pacaran itu dilarang.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut.

1) Mahasiswa disarankan untuk memahami mengenai etika dan melaksanakan nya

dalam kehidupan sehari – hari.

2) Mahasiswa disarankan memahami arti dari pacaran yang sesuai dengan etika

3) Mahasiswa disarankan menjalani masa pacaran masing-masing sesuai nilai dan

norma.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.studiokita.net/2010/06/tips-berpacaran-yang-sesuai-etika-dan.html

http://www.gii-usa.org/viewArticle.php?articleId=24

http://proyekaly.wordpress.com/2010/06/16/pengertian-etika-jenis-jenis-etika/

19

Anda mungkin juga menyukai