JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang 2
I. 2 Rumusan Masalah 3
I. 3 Manfaat 3
I. 4 Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
II. 1 Sistem Saraf pada Invertebrata 4
II. 2 Sistem Endokrin 12
II. 3 Evolusi Sistem Saraf 14
II. 4 Organisasi Sistem Saraf pada Vertebrata 15
II. 5 Impuls Saraf 18
BAB III PENUTUP
II. 1 Kesimpulan 21
II. 2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Dalam mempelajari struktur perkembangan hewan, sistem koordinasi (sistem saraf)
merupakan penyampaian informasi dengan menggunakan sinyal listrik yang tidak dapat
dipisahkan dengan sistem endokrin (Hormon). Karena hormon pada umumnya beredar di
dalam sistem peredaran dan menimbulkan respon pada reseptor yang terdapat di seluruh
bagian tubuh. Bukan saja karena sistem endokrin ada dibawah pengaruh sistem saraf,
tetapi juga karena banyak sel saraf yang mengkhususkan diri dalam mensekresikan atau
penyimpanan neuro hormon yang berperan mengaktifkan beberapa sel efektor.
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap
rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan dalam bentuk
kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler
maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan itu berorganisasi,
berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai
keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.
Sistem saraf merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak.
Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap
aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks
merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin (hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-
beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem sarafnya.
2
I. 2 Rumusan Masalah
Dengan menimbang latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan, maka
penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem saraf pada invertebrata?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin?
3. Bagaimana evolusi pada sistem saraf?
4. Bagaimana organisasi sistem saraf pada vertebrata?
5. Apa itu impuls saraf?
I. 3 Manfaat
Manfaat akan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana materi
tentang sistem koordinasi, serta untuk memahami apa-apa saja yang di terapkan dalam
materi-materi tersebut.
I. 4 Tujuan
Yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan.
2. Untuk mendapatkan pengetahuan dari materi tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Protoza misalnya amoeba tidak mempunyai susunan saraf tetapi mempunyai
kepekaan terhadap rangsang dari luar dan mampu menanggapi rangsang tersebut,
misalnya rangsangan yang berupa cahaya dan sentuhan. Jika rangsanganya kuat, protozoa
menjauh,sebaliknya jika rangsang itu lemah akan mendekat. Pada paramecium terdapat
fibril yang peka terhadap suhu dan sinar, serta berfungsi untuk mengatur gerakan silianya.
5
Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata tapi
sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf
motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Pada bintang laut terdapat cincin saraf
dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf
ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata
pada tiap penjuluran tubuh.
6
Gambar II. 3 Sistem Koordinasi Platyhelminthes
7
abdomen pertama. Membrana tympani itu terlibat atau terbawa serta dalam mendeteksi
suara. Pada sayap dan kaki belalang sering terdapat alat-alat untuk membuat suara.
Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang besar-besar, terdiri dari ommatidia. Di
samping itu ada 3 oselli atau 3 buah mata sederhana.
8
Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju
yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion
supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay
sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada
permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap
ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap
ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari
reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar
yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.
9
gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol
ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh
aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral.
Pada cephalopoda (cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya
penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu
otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian suboesofagus
terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian
yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol lengan dan tentakel.
Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang
berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.
Pada serangga kelenjar endokrin lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan
dan metamorfosis. Selama masa pertumbuhan, serangga akan menanggalkan
eksoskeletonnya secara berkala. Proses pergantian kulit ini disebut molting. Molting
terjadi sampai stadium dewasa. Hormon yang menyebabkan terjadinya molting adalah
hormon ekdison. Hormon ini dihasilkan dari kerja sama kelenjar protorasik yang terletak
di dalam dada dan hormon yang dihasilkan oleh otak. Otak serangga juga menghasilkan
10
hormon yang mempengaruhi proses metamorfosis, yaitu hormon juvenil. Hormon ini
berfungsi menghambat proses metamorfosis. Sekresi hormon juvenil yang cukup akan
membuat ekdison merangsang pertumbuhan larva. Namun, jika sekresi hormon ini
berkurang maka ekdison akan merangsang perkembangan pupa.
Gambar II. 7 Organisme yang memiliki dan tidak memiliki sistem saraf pusat
11
II. 2 Sistem Endokrin
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dan sistem saraf secara bersama lebih dikenal
sebagai supra sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya,
sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagi fungsi fisiologis tubuh, antara lain
aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Sistem hormon (endokrin) dan saraf dahulu dianggap sebagai pengatur fisiologi yang
terpisah. Tetapi pandangan tersebut berubah setelah ditemukannya neuron-neuron
termodifikasi yang dapat mensekresi hormon. Sekresi neuron-neuron termodifikasi
tersebut dipengaruhi neuron-neuron “biasa”, dan banyak kelenjar penghasil hormon
(kelenjar endokrin) yang secara langsung diinervasi oleh neuron yang mempengaruhi
aktivitas sekretorinya.
Berdasarkan hakikat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
hormon peptida dan protein, steroid, dan turunan tirosin. Zat kimia lain yang kerjanya
menyerupai hormon antara lain bradikinin, eritropuitin, histamin, kinin, renin,
prostaglandin, dan hormon thymic.
Semua hormon umumnya memperlihatkan adanya kesamaan sifat, yakni:
1. Hormon polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk prekursor yang belum aktif
(prohormon), contohnya proinsulin.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yan sangat rendah dan
sebagian hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera bereaksi dengan sel
sasaran, sedangkan hormon yang lain (contohnya estrogen dan tiroksin) bereaksi
secara lambat.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berikatan dengan reseptornya
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua.
Organ Endokrin
1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar)
karena pituitari itu dapat mengontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari
kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari
dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.
12
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh
terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar
oleh epoprostenol.
3. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelenjar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan
fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penurunan kadar
fosfat darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
4. Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan
manusia. Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia pertumbuhan.
Kelenjar timus berfungsi untuk pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan
menderita kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan menimbulkan gigantisme
(raksasa).
5. Adrenalin
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas
ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan
yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian medula yang
menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
6. Pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok
sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormone insulin
berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
7. Gonad
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin yang memproduksi
dan mengeluarkan steroid yangmengatur pembangunan tubuh dan mengendalikan
karakteristik seksual sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin.
13
II. 3 Evolusi Sistem Saraf
Neuron berkembang sebagai sel pensinyalan listrik khusus pada hewan multiseluler,
mengadaptasi mekanisme aksi potensial. Jaring saraf sederhana yang terlihat pada hewan
seperti Cnidaria (ubur-ubur) berevolusi pertama kali, terdiri dari neuron polimodal yang
berfungsi ganda dalam fungsi motorik dan sensorik. Cnidaria dapat dibandingkan dengan
Ctenophora (sisir ubur-ubur), yang walaupun keduanya ubur-ubur, memiliki sistem saraf
yang sangat berbeda. Tidak seperti Cnidaria, Ctenophora memiliki neuron yang
menggunakan pensinyalan elektrokimia. Ini membingungkan karena filum Ctenophora
dianggap lebih kuno daripada Porifera (spons), yang tidak memiliki sistem saraf sama
sekali. Hal ini menyebabkan munculnya dua teori yang menggambarkan bagaimana
sistem saraf awal muncul. Satu teori menyatakan bahwa sistem saraf muncul di dasar
nenek moyang untuk semua filum ini, namun hilang di Porifera. Teori lain menyatakan
bahwa sistem saraf muncul secara independen dua kali, satu basal untuk Cnidaria dan satu
basal ke Ctenophores.
Sebagian besar hewan yang ada adalah bilaterian , yang berarti hewan dengan sisi kiri
dan kanan yang merupakan perkiraan gambar cermin satu sama lain. Semua bilateria
diduga berasal dari nenek moyang mirip cacing yang muncul pada zaman Ediacaran, 550-
600 juta tahun yang lalu. Bentuk tubuh bilateria yang mendasar adalah sebuah tabung
dengan rongga usus berlubang mengalir dari mulut ke anus, dan tali saraf dengan
ganglion yang sangat besar di bagian depan, yang disebut " otak ". Bahkan mamalia,
termasuk manusia, menunjukkan rencana tubuh bilaterian tersegmentasi pada tingkat
sistem saraf. Sumsum tulang belakang berisi serangkaian ganglia segmental , masing-
masing menimbulkan motor dan saraf sensorik yang menginervasi sebagian dari
permukaan tubuh dan otot-otot yang mendasarinya. Pada tungkai, tata letak pola
persarafan kompleks, tetapi pada batangnya memunculkan serangkaian pita sempit. Tiga
segmen teratas adalah milik otak, sehingga menyebabkan otak depan, otak tengah, dan
otak belakang.
Bilaterians dapat dibagi, berdasarkan peristiwa yang terjadi sangat awal dalam
perkembangan embrio, menjadi dua kelompok ( superphyla ) yang disebut protostom dan
deuterostom . [10] Deuterostom termasuk vertebrata serta echinodermata dan hemichordate
(terutama cacing biji). Protostom, kelompok yang lebih beragam, termasuk arthropoda ,
moluska , dan berbagai jenis cacing. Ada perbedaan mendasar antara kedua kelompok
dalam penempatan sistem saraf di dalam tubuh: protostom memiliki tali saraf di sisi
ventral (biasanya bagian bawah) tubuh, sedangkan di deuterostoma, tali saraf ada di
14
dorsal (biasanya atas ) sisi. Faktanya, banyak aspek tubuh terbalik antara kedua
kelompok, termasuk pola ekspresi beberapa gen yang menunjukkan gradien dorsal-ke-
ventral. Beberapa ahli anatomi sekarang menganggap bahwa tubuh-tubuh protostom dan
deuterostom "terbalik" satu sama lain, sebuah hipotesis yang pertama kali diajukan oleh
Geoffroy Saint-Hilaire untuk serangga dibandingkan dengan vertebrata. Jadi serangga,
misalnya, memiliki kabel saraf yang membentang di sepanjang garis tengah ventral
tubuh, sementara semua vertebrata memiliki kabel tulang belakang yang membentang di
sepanjang garis tengah dorsal.
15
b. Sistem saraf Amphibi
Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada 10
saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9
membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,
dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan (membran niktitans). Mata
digerakkan oleh 6 otot, yaitu otot-otot superior, inferior, rektus internal, rektus eksternal,
oblikus interior, dan oblikus superior. Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan
yang berupa 3 saluran semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan
horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah, tetapi tidak ada telinga luar),
membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis dalam telinga tengah yang
memancarkan implus-implus melalui stapes ke koklea).
16
d. Sistem saraf Aves
Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil,
serebrum besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral lobus
optikus.lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus
kemembran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi
sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung dara sangat baik. Dari telinga tengah ada
saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang.
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang berupa celah pada
dorsal paruh. Indra pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten yaitu
sebuah membran bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan
melanjut kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat yanag
disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna
sangat tajam dan cepat berakomodasi pada berbagai jarak.
17
II. 5 Impuls Saraf
Tubuh kita dapat melakukan gerakan karena adanya hantaran impuls oleh sel sel
saraf. Impuls saraf adalah rangsangan/pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron atau serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut
saraf. Contoh impuls, yaitu perubahan suhu, tekanan, bau, aroma, suara, benda yang
menarik perhatian, dan berbagai rasa (asin, manis, asam, dan pahit). Impuls yang diterima
oleh reseptor dan disampaikan ke efektor, akan menyebabkan terjadinya gerakan. Gerak
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerak sadar (gerak biasa) dan gerak refleks.
Gerak sadar (gerak biasa)Merupakan gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Contohnya gerakan memegang buku saat ingin belajar, atau mengambil pensil
saat ingin menulis. Penjalaran impuls pada gerak sadar relative lama, melewati jalur
pajang melalui otak.
Hantaran impuls pada gerak biasa dimulai daari reseptor sebagai penerima rangsang.
Impuls tersebut kemudian dihantarkan menuju neuron sensorik untuk kemudian diolah di
otak. Respons dari otak kemudian oleh saraf motorik dihantarkan ke efektor sehingga
terjadilah gerakan. Urutan perjalanan impuls pada gerak biasa secara skematis sebagai
berikut.
18
Gambar II. 13 Skema perjalanan impuls gerak refleks
Penghantaran impuls dalam neuron terjadi secara konduksi yang melibatkan peran
pompa ion Na+ dan K+ sebagai berikut.
19
Ketika menerima rangsang berupa impuls, permukaan luar membrane serabut
saraf bermuatan negative dan permukaan dalamnya bermuatan positif. Keadaan ini
disebut depolarisasi. Selanjutnya akan terjadi aliran listrik dari daerah bermuatan listri
megatif ke daerah bermuatan listrik positif. Impuls kemudian diteruskan ke neuron
dan akhirnya menuju sumsum tulang belakang dan otak. Pesan kemudian diolah oleh
otak dan sumsum tulang belakang shingga timbul tanggapan atau respons. Respons
diubah menjadi impuls dan diteruskan ke neuron motorik hingga ke efektor.
20
BAB III
PENUTUP
II. 1 Kesimpulan
Sistem Koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ
agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan
tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di
otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks
merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem Koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-
beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
II. 2 Saran
Demikian makalah ini kami susun. Dan penyusun mengucapkan banyak terima kasih
atas pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikannya.
Kami merasa cukup sekian kata penutup yang disampaikan. “Tak ada gading yang tak
retak”. Dalam makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang dapat membangun perbaikan makalah ini sedikit banyak kami
ucapkan terima kasih.
21
DAFTAR PUSTAKA
22