Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang 2
I. 2 Rumusan Masalah 3
I. 3 Manfaat 3
I. 4 Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
II. 1 Sistem Saraf pada Invertebrata 4
II. 2 Sistem Endokrin 12
II. 3 Evolusi Sistem Saraf 14
II. 4 Organisasi Sistem Saraf pada Vertebrata 15
II. 5 Impuls Saraf 18
BAB III PENUTUP
II. 1 Kesimpulan 21
II. 2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Dalam mempelajari struktur perkembangan hewan, sistem koordinasi (sistem saraf)
merupakan penyampaian informasi dengan menggunakan sinyal listrik yang tidak dapat
dipisahkan dengan sistem endokrin (Hormon). Karena hormon pada umumnya beredar di
dalam sistem peredaran dan menimbulkan respon pada reseptor yang terdapat di seluruh
bagian tubuh. Bukan saja karena sistem endokrin ada dibawah pengaruh sistem saraf,
tetapi juga karena banyak sel saraf yang mengkhususkan diri dalam mensekresikan atau
penyimpanan neuro hormon yang berperan mengaktifkan beberapa sel efektor.
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap
rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan dalam bentuk
kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler
maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan itu berorganisasi,
berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai
keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.
Sistem saraf merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak.
Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap
aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks
merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin (hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-
beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem sarafnya.

2
I. 2 Rumusan Masalah
Dengan menimbang latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan, maka
penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem saraf pada invertebrata?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin?
3. Bagaimana evolusi pada sistem saraf?
4. Bagaimana organisasi sistem saraf pada vertebrata?
5. Apa itu impuls saraf?

I. 3 Manfaat
Manfaat akan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana materi
tentang sistem koordinasi, serta untuk memahami apa-apa saja yang di terapkan dalam
materi-materi tersebut.

I. 4 Tujuan
Yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan.
2. Untuk mendapatkan pengetahuan dari materi tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1 Sistem Saraf pada Invertebrata


Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ
agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan
tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di
otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks
merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem endokrin
(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini
tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda,
semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
Sistem Koordinasi merupakan sistem saraf (pengaturan tubuh) berupa penghantaran
impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan atau sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat
bekerja secara serasi. Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera
dan sistem endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan,
karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh
hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.

a. Sistem saraf hewan bersel satu


Tidak semua Avertebrata memiliki sistem saraf. Hewan yang tergolong Protozoa dan
Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu
mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu
sel dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium
meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan segala
kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri
terhadap linngkungannya.

4
Protoza misalnya amoeba tidak mempunyai susunan saraf tetapi mempunyai
kepekaan terhadap rangsang dari luar dan mampu menanggapi rangsang tersebut,
misalnya rangsangan yang berupa cahaya dan sentuhan. Jika rangsanganya kuat, protozoa
menjauh,sebaliknya jika rangsang itu lemah akan mendekat. Pada paramecium terdapat
fibril yang peka terhadap suhu dan sinar, serta berfungsi untuk mengatur gerakan silianya.

Gambar II. 1 Sistem Koordinasi Amoeba

b. Sistem saraf pada Coelenterata


Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada Mesoglea
yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem
saraf diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan satu sama lain
menyerupai jala yang disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub
satu, berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling
berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel yang lainnya
lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai
ciri-ciri sinaps.

c. Sistem saraf pada Echinodermata


Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. Meskipun
sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai
cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala belum
ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki
pembuluh, duri dan lain-lain.

5
Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata tapi
sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf
motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Pada bintang laut terdapat cincin saraf
dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf
ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata
pada tiap penjuluran tubuh.

Gambar II. 2 Sistem Koordinasi bintang laut

d. Sistem saraf pada Platyhelminthes


Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf
pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian
muka yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala
terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga.
Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun
secara transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang
lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai
peran sebagai pusat sensoris yang menerima impuls dari titik mata dan reseptor lainnya
pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas
otot.

6
Gambar II. 3 Sistem Koordinasi Platyhelminthes

e. Sistem saraf pada Arthropoda


Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti pada cacing tanah,
dan Mollusca primitif. Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda sangat
berbeda dari spesies ke spesies tapi pada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu
protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak merupakan
stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental
yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini
merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral bersatu
dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf yang ditembus oleh esofagus
dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal itu sering disebut otak. Alat perasa
yang pokok berupa 8 buah mata sederhana. Pada udang terdapat otak disebuah dorsal,
dengan dua buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-ganglion di
sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar berhubungan dengan beberapa persatuan
ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda ventral.
Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat kuat,
dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan anterior. Ada 2 buah mata majemuk
yang tersususn dari banyak unit optik yang disebut ommatidium. Tiap mata majemuk itu
terdapat pada sebuah tangkai. Organ keseimbangan, statokis, terdapat pada dasar antenul-
antenul. Belalang mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut ganglion serebral yang
bilobus. Otak dorsal itu disatukan dengan korda ventral oleh dua penghubung
sikumesofageal. Dalam korda ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah
ganglion abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.
Antena dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf) untuk meraba,merasa,
dan membau sesuatu. Sebuah membrana tympani terdapat pada permukaan segmen

7
abdomen pertama. Membrana tympani itu terlibat atau terbawa serta dalam mendeteksi
suara. Pada sayap dan kaki belalang sering terdapat alat-alat untuk membuat suara.
Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang besar-besar, terdiri dari ommatidia. Di
samping itu ada 3 oselli atau 3 buah mata sederhana.

f. Sistem saraf Annelida


Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat
juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal
itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari
ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral. Dalam setiap
metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen
ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral. Palpus dan tentakel pada hewan
ini merupakan indera yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata
sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina
sehingga analog dengan mata pada vertebrata.

Gambar II. 4 Sistem saraf annelida

g. Sistem saraf pada Oligochaeta


Berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari
segmen ke-4. di samping it ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut otak
yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring menghubungkan otak
dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang saraf yang
berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ
sensoris yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.

8
Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju
yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion
supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay
sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada
permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap
ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap
ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari
reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar
yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.

Gambar II. 5 Sistem saraf Oligochaeta

h. Sistem saraf Mollusca


Pada tiram terdapat 3 pasang ganglion, sepasang dekat esophagus, sepasang dalam
kaki, dan sepasang dekat ujung posterior massa visceral. Ganglion-ganglion itu
dihubungkan satu dengan yang lain dengan serabut-serabut longitudinal dan yang anterior
juga oleh serabut-serabut transversal. Sel-sel sensori, mungkin peka terhadap sentuhan
dan cahaya, terdapat di sepanjang batas mantel. Organ untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan terdapat pada tiram. Organ perasa kurang berkembang dibandingkan
anggota molluska lainnya.
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai saraf serebral
(dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu
melanjut keseluruh sistem organ. Pada ujung tiap tentakel posterior (panjang) terdapat
sebuah mata dengan kornea, lensa dan retina dan mungkin juga organ pencium
(olfaktorius). Di bawah ganglia kaki terdapat sepasang statokis, yaitu organ
keseimbangan, masing-masing mengandung benda-benda berkapur, silia dan sel-sel
peraba. Dalam lapisan epidermis kepala dan kaki terdapat pula struktur peraba. Pada

9
gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol
ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh
aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral.
Pada cephalopoda (cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya
penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu
otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian suboesofagus
terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian
yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol lengan dan tentakel.
Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang
berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.

i. Sistem saraf pada Serangga


Sistem saraf serangga juga terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, berupa
sistem saraf tangga tali. pada belalang sistem saraf pusat tersusun atas kelompok-
kelompok badan sel saraf yang disebut ganglia. Tiap-tiap ganglia dihubungkan oleh satu
atau lebih tali-tali saraf. Sementara itu, saraf tepi belalang tersusun oleh akson sensorik
dan akson motorik ke dan dari ganglia. (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat
pengolah rangsang.
Ada 3 macam ganglion :
1. Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.
2. Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris
rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium).
3. Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada,
perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan. Ganglion bawah kerongkongan dan
ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran pencernaan. pada serangga terdapat
2 benang saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan
ganglion satu dengan ganglion yang lain.

Pada serangga kelenjar endokrin lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan
dan metamorfosis. Selama masa pertumbuhan, serangga akan menanggalkan
eksoskeletonnya secara berkala. Proses pergantian kulit ini disebut molting. Molting
terjadi sampai stadium dewasa. Hormon yang menyebabkan terjadinya molting adalah
hormon ekdison. Hormon ini dihasilkan dari kerja sama kelenjar protorasik yang terletak
di dalam dada dan hormon yang dihasilkan oleh otak. Otak serangga juga menghasilkan

10
hormon yang mempengaruhi proses metamorfosis, yaitu hormon juvenil. Hormon ini
berfungsi menghambat proses metamorfosis. Sekresi hormon juvenil yang cukup akan
membuat ekdison merangsang pertumbuhan larva. Namun, jika sekresi hormon ini
berkurang maka ekdison akan merangsang perkembangan pupa.

Gambar II. 6 Sistem koordinasi Serangga

Gambar II. 7 Organisme yang memiliki dan tidak memiliki sistem saraf pusat

11
II. 2 Sistem Endokrin
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dan sistem saraf secara bersama lebih dikenal
sebagai supra sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya,
sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagi fungsi fisiologis tubuh, antara lain
aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Sistem hormon (endokrin) dan saraf dahulu dianggap sebagai pengatur fisiologi yang
terpisah. Tetapi pandangan tersebut berubah setelah ditemukannya neuron-neuron
termodifikasi yang dapat mensekresi hormon. Sekresi neuron-neuron termodifikasi
tersebut dipengaruhi neuron-neuron “biasa”, dan banyak kelenjar penghasil hormon
(kelenjar endokrin) yang secara langsung diinervasi oleh neuron yang mempengaruhi
aktivitas sekretorinya.
Berdasarkan hakikat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
hormon peptida dan protein, steroid, dan turunan tirosin. Zat kimia lain yang kerjanya
menyerupai hormon antara lain bradikinin, eritropuitin, histamin, kinin, renin,
prostaglandin, dan hormon thymic.
Semua hormon umumnya memperlihatkan adanya kesamaan sifat, yakni:
1. Hormon polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk prekursor yang belum aktif
(prohormon), contohnya proinsulin.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yan sangat rendah dan
sebagian hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera bereaksi dengan sel
sasaran, sedangkan hormon yang lain (contohnya estrogen dan tiroksin) bereaksi
secara lambat.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berikatan dengan reseptornya
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua.
Organ Endokrin
1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar)
karena pituitari itu dapat mengontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari
kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari
dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.

12
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh
terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar
oleh epoprostenol.
3. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelenjar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan
fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penurunan kadar
fosfat darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
4. Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan
manusia. Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia pertumbuhan.
Kelenjar timus berfungsi untuk pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan
menderita kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan menimbulkan gigantisme
(raksasa).
5. Adrenalin
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas
ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan
yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian medula yang
menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
6. Pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok
sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormone insulin
berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
7. Gonad
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin yang memproduksi
dan mengeluarkan steroid yangmengatur pembangunan tubuh dan mengendalikan
karakteristik seksual sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin.

13
II. 3 Evolusi Sistem Saraf
Neuron berkembang sebagai sel pensinyalan listrik khusus pada hewan multiseluler,
mengadaptasi mekanisme aksi potensial. Jaring saraf sederhana yang terlihat pada hewan
seperti Cnidaria (ubur-ubur) berevolusi pertama kali, terdiri dari neuron polimodal yang
berfungsi ganda dalam fungsi motorik dan sensorik. Cnidaria dapat dibandingkan dengan
Ctenophora (sisir ubur-ubur), yang walaupun keduanya ubur-ubur, memiliki sistem saraf
yang sangat berbeda. Tidak seperti Cnidaria, Ctenophora memiliki neuron yang
menggunakan pensinyalan elektrokimia. Ini membingungkan karena filum Ctenophora
dianggap lebih kuno daripada Porifera (spons), yang tidak memiliki sistem saraf sama
sekali. Hal ini menyebabkan munculnya dua teori yang menggambarkan bagaimana
sistem saraf awal muncul. Satu teori menyatakan bahwa sistem saraf muncul di dasar
nenek moyang untuk semua filum ini, namun hilang di Porifera. Teori lain menyatakan
bahwa sistem saraf muncul secara independen dua kali, satu basal untuk Cnidaria dan satu
basal ke Ctenophores.
Sebagian besar hewan yang ada adalah bilaterian , yang berarti hewan dengan sisi kiri
dan kanan yang merupakan perkiraan gambar cermin satu sama lain. Semua bilateria
diduga berasal dari nenek moyang mirip cacing yang muncul pada zaman Ediacaran, 550-
600 juta tahun yang lalu. Bentuk tubuh bilateria yang mendasar adalah sebuah tabung
dengan rongga usus berlubang mengalir dari mulut ke anus, dan tali saraf dengan
ganglion yang sangat besar di bagian depan, yang disebut " otak ". Bahkan mamalia,
termasuk manusia, menunjukkan rencana tubuh bilaterian tersegmentasi pada tingkat
sistem saraf. Sumsum tulang belakang berisi serangkaian ganglia segmental , masing-
masing menimbulkan motor dan saraf sensorik yang menginervasi sebagian dari
permukaan tubuh dan otot-otot yang mendasarinya. Pada tungkai, tata letak pola
persarafan kompleks, tetapi pada batangnya memunculkan serangkaian pita sempit. Tiga
segmen teratas adalah milik otak, sehingga menyebabkan otak depan, otak tengah, dan
otak belakang.
Bilaterians dapat dibagi, berdasarkan peristiwa yang terjadi sangat awal dalam
perkembangan embrio, menjadi dua kelompok ( superphyla ) yang disebut protostom dan
deuterostom . [10] Deuterostom termasuk vertebrata serta echinodermata dan hemichordate
(terutama cacing biji). Protostom, kelompok yang lebih beragam, termasuk arthropoda ,
moluska , dan berbagai jenis cacing. Ada perbedaan mendasar antara kedua kelompok
dalam penempatan sistem saraf di dalam tubuh: protostom memiliki tali saraf di sisi
ventral (biasanya bagian bawah) tubuh, sedangkan di deuterostoma, tali saraf ada di

14
dorsal (biasanya atas ) sisi. Faktanya, banyak aspek tubuh terbalik antara kedua
kelompok, termasuk pola ekspresi beberapa gen yang menunjukkan gradien dorsal-ke-
ventral. Beberapa ahli anatomi sekarang menganggap bahwa tubuh-tubuh protostom dan
deuterostom "terbalik" satu sama lain, sebuah hipotesis yang pertama kali diajukan oleh
Geoffroy Saint-Hilaire untuk serangga dibandingkan dengan vertebrata. Jadi serangga,
misalnya, memiliki kabel saraf yang membentang di sepanjang garis tengah ventral
tubuh, sementara semua vertebrata memiliki kabel tulang belakang yang membentang di
sepanjang garis tengah dorsal.

II. 4 Organisasi Sistem Saraf Pada Vertebrata


a. Sistem saraf Pisces
Ikan perak mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral, dan
diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10 pasang saraf
kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan
saraf spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh. Terdapat pada ikan bertulang menulang
yaitu saku olfaktoris pada moncong dengan sel-sel yang sensitif terhadap substansi yang
larut dalam air, kuncup perasa di sekitar mulut. Mata lebar mungkin hanya jelas untuk
melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi benda-benda yang bergerak
diatas permukaan air atau di darat didekatnya. Telinga dalam dengan 3 saluran
semisirkular, dan sebuah otolit untuk keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga
tengah jadi tidak ada gendang telinga. Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan
diteruskan melalui kepala atau tubuh. Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah
kepala dan berguna untuk mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti menghindar
dari batu-batuan). Garis lateral itu diinervasi oleh saraf kranial, oleh sebab itu beberapa
ahli berpendapat bahwa telinga tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis
lateral.

Gambar II. 8 Sistem saraf Ikan

15
b. Sistem saraf Amphibi
Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada 10
saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9
membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,
dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan (membran niktitans). Mata
digerakkan oleh 6 otot, yaitu otot-otot superior, inferior, rektus internal, rektus eksternal,
oblikus interior, dan oblikus superior. Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan
yang berupa 3 saluran semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan
horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah, tetapi tidak ada telinga luar),
membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis dalam telinga tengah yang
memancarkan implus-implus melalui stapes ke koklea).

Gambar II. 9 Sistem saraf katak


c. Sistem saraf Reptil
Otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus,
serebellum, medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral
terdapat traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12
pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somit-somit tubuh.
Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ pembau pada rungga
hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga vertebrata rendah.
Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga dalam dengan
tiga saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari ruang tympani ada saluran eustachius
dan bermuara dalam faring di belakang hidung dalam.

Gambar II. 10 Otak pada Ular

16
d. Sistem saraf Aves
Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil,
serebrum besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral lobus
optikus.lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus
kemembran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi
sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung dara sangat baik. Dari telinga tengah ada
saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang.
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang berupa celah pada
dorsal paruh. Indra pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten yaitu
sebuah membran bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan
melanjut kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat yanag
disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna
sangat tajam dan cepat berakomodasi pada berbagai jarak.

Gambar II. 11 Sistem saraf pada burung


e. Sistem saraf Mamalia
Cerebrum besar jika dibandingkan dengan keseluruhan otak. Serebelum juga besar
dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah. Setiap bagian lateralnya dibagi
oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Mempunyai telinga luar.
Gelombang suara disalurkan melalui meatus auditori eksternal ke membran tympani.
Telinga tengah mengandung 3 buah osikel auditori. Koklea agak berkelok. Mata tidak
mengandung pekten (seperti yang terdapat pada burung). Di banding dengan vertebrata
yang lebih rendah, maka pada kelinci membran olfaktori lebih luas, organ pembau lebih
efektif, karena membran olfaktori itu lebih luas. Hal itu disebabkan karena papan-papan
tulang dalam rongga hidung bergulung-gulung membentuk kurva.

17
II. 5 Impuls Saraf
Tubuh kita dapat melakukan gerakan karena adanya hantaran impuls oleh sel sel
saraf. Impuls saraf adalah rangsangan/pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron atau serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut
saraf. Contoh impuls, yaitu perubahan suhu, tekanan, bau, aroma, suara, benda yang
menarik perhatian, dan berbagai rasa (asin, manis, asam, dan pahit). Impuls yang diterima
oleh reseptor dan disampaikan ke efektor, akan menyebabkan terjadinya gerakan. Gerak
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerak sadar (gerak biasa) dan gerak refleks.
Gerak sadar (gerak biasa)Merupakan gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Contohnya gerakan memegang buku saat ingin belajar, atau mengambil pensil
saat ingin menulis. Penjalaran impuls pada gerak sadar relative lama, melewati jalur
pajang melalui otak.
Hantaran impuls pada gerak biasa dimulai daari reseptor sebagai penerima rangsang.
Impuls tersebut kemudian dihantarkan menuju neuron sensorik untuk kemudian diolah di
otak. Respons dari otak kemudian oleh saraf motorik dihantarkan ke efektor sehingga
terjadilah gerakan. Urutan perjalanan impuls pada gerak biasa secara skematis sebagai
berikut.

Gambar II. 12 Skema perjalanan impuls gerak sadar


Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Penjalaran impuls
pada gerak refleks berlangsung cepat, melewati jalur pendek dan tidak melalui otak, tetapi
melalui sumsum tulang belakang. Contohnya terangkatnya kaki saat menginjak paku,
menutupnya kelopak mata ketika benda asing masuk ke mata, dan gerakan tangan saat
memegang benda panas.
Hantaran impuls pada gerak refleks mirip seperti pada gerak biasa. Bedanya, impuls
pada gerak refleks tidak melalui pengolahan oleh pusat saraf. Neuron di otak hanya
berperan sebagai konektor saja. Ada dua macam neuron konektor di otak dan di sumsum
tulang belakang. Urutan perjalanan impuls pada gerak refleks secara skematis sebagai
berikut.

18
Gambar II. 13 Skema perjalanan impuls gerak refleks
Penghantaran impuls dalam neuron terjadi secara konduksi yang melibatkan peran
pompa ion Na+ dan K+ sebagai berikut.

1. Tahap istirahat (polarisasi)


Neuron tidak menghantarkan impuls. Saluran ion Na+ dan K+ tertutup. Keadaan di
bagian luar membran bermuatan positif (+), sedangkan di bagian permukaan dalam
mebran bermuatan negatif ( ̶ ).
2. Tahap depolarisasi
Jika neuron diberikan rangsangan, saluran Na+ akan terbuka dan ion Na+ masuk ke
dalam sel. Hal tersebut menyebabkan perubahan muatan listrik (penurunan gradient
listrik), yaitu di bagian luar membrane menjadi bermuatan negatif ( ̶ )dan di bagian
dalam membrane menjadi bermuatan positif (+). Depolarisasi selanjutnya akan terjadi
jika saluran tambahan Na+ terbuka , sedangkan saluran K+ tetap tertutup. Hal tersebut
menyebabkan keadaan di bagian dalam membrane menjadi lebih positif.
3. Tahap polarisasi
Saluran Na+ tertutup dan tidak aktif, sedangkan saluran K+ terbuk sehingga ion K+
keluar dan menyebabkan bagian dalam mebran menjadi bermuatan negatif. Jika
saluran K+ tertutup relative lambat dan menyebabkan keadaan dalam membrane
menjadi bermuatan lebih negative, akan kembali ke tahap istirahat.

Prinsip Penghantaran Impuls


Ada dua prinsip penghantaran impuls

1. Penghantaran impuls melalui neuron


Penghantaran impuls dengan cara ini terjadii karena adanya perbedaan muatan
listrik antara bagian luar dan bagian dalam membrane serabut saraf. Ketika istirahat,
bagian luar membrane serabut saraf bermuatan listrik positif. Sementara itu bagian
dalam membrane serabut saraf bermuatan listrik negatif. Keadaan tersebut dinamakan
polarisasi.

19
Ketika menerima rangsang berupa impuls, permukaan luar membrane serabut
saraf bermuatan negative dan permukaan dalamnya bermuatan positif. Keadaan ini
disebut depolarisasi. Selanjutnya akan terjadi aliran listrik dari daerah bermuatan listri
megatif ke daerah bermuatan listrik positif. Impuls kemudian diteruskan ke neuron
dan akhirnya menuju sumsum tulang belakang dan otak. Pesan kemudian diolah oleh
otak dan sumsum tulang belakang shingga timbul tanggapan atau respons. Respons
diubah menjadi impuls dan diteruskan ke neuron motorik hingga ke efektor.

Gambar II. 14 Penghantaran impuls melalui neuron

2. Penghantaran impuls melalui sinapsis


Jika impuls telah sampai di membrane prasinapsis, vesikel-vesikel akan menuju
membrane prasinapsis karena pengaruh Ca2+ yang masuk ke bonggol sinapsis.
Selanjutnya, vesikel-besikel tersebut akan melepaskan zat neurotransmitter. Zat ini
berfungsi menghantarkan impuls ke jung dedrit neuron berikutnya. Ada beberapa
macam neurotransmitter, yaitu asetilkolin (terdapat pada sinapsis seluruh tubuh),
noradrenalin (yang terdapat pada saraf simpatetik), dan serotonin (yang terdapat pada
saraf pusat dan otak). Neurotransmiter menerima impuls dan akan berdifui melewati
celah sinapsis. Selanjutnya, neurotransmitter akan berikatan dengan protein khusus
atau reseptor yang berada di membrane pasca sinapsis. Ikatan antara neurotransmitter
dengan reseptor ini mengakibatkan impuls dapat diteruskan ke saraf lainnya.

Gambar II. 15 Penghantaran Impuls melalui sinapsis

20
BAB III
PENUTUP

II. 1 Kesimpulan
Sistem Koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ
agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan
tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di
otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks
merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem Koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-
beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.

II. 2 Saran
Demikian makalah ini kami susun. Dan penyusun mengucapkan banyak terima kasih
atas pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikannya.
Kami merasa cukup sekian kata penutup yang disampaikan. “Tak ada gading yang tak
retak”. Dalam makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang dapat membangun perbaikan makalah ini sedikit banyak kami
ucapkan terima kasih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi,. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Surabaya: Graha Ilmu


Sihombing, P,. (2001). Buku Pegangan Mahasiswa Struktur Hewan. Medan: Universitas
Negeri Medan (UNIMED)
Pujiyanto, Sri,. (2008). Menjelajah Dunia Biologi 2. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri (Platinum)
http://fajriharry.blogspot.com/2013/03/sistem-saraf-pada-hewan-sistem-saraf.html
http://ridwan-systemsarafhewan.blogspot.com/
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Evolution_of_nervous_systems
https://www.academia.edu/34863818/Sistem_Endokrin
https://mochiigan.wordpress.com/2017/05/13/impuls-saraf-gerak-sadar-dan-refleks-
mekanisme-penghantaran-impuls/

22

Anda mungkin juga menyukai