Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PROGRAM KIA-KB( UKM KIA-KB)


PUSKESMAS BAE
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan Program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Untuk mengukur keberhasilan
suatu kegiatan dilakukan evaluasi.Salah satu tujuan dari evaluasi Program KIA adalah
untuk memantau perkembangan pelayanan KIA ditempat pelayanan.
Evaluasi hasil program KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan
bulanan KIA, kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per
desa,penemuan kasus tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register
kematianperinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal,
PemantauanWilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA indikator anak
sertalaporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan
KIAuntuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah
Puskesmas,Laporan kelahiran dan kematian per desa untuk memantau perkembangan
kelahiran dan kematian neonatal dimasing-masing desa dalam suatu wilayah.Laporan
penemuan kasus BBLR dan laporan penemuan kasus tetanus neonaturum per desa
digunakan memantau kasus BBLR dan tetanus neonatorum di wilayahdesa.
Kesulitan evaluasi Program KIA sangat berkaitan dengan fungsi manajemen
dalam hal monitoring dan evaluasi. Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat
fasilitas pelayanan memerlukan informasi yang adekuat sehingga bisa melakukan fungsi
manajemennya, dimana salah satu fungsi tersebut adalah monitoring dan
evaluasi.Kegiatan ini bergantung pada sistem informasi yang berjalan dimana salah satu
aktifitas sistem tersebut adalah pencatatan dan pelaporan.Sistem monitoring dan evaluasi
adalah factor yang sangat pentingdalam pelaksanaan fungsi manajemen untuk memantau
jalannya pelayanan kesehatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut diketahui bahwa data dan informasiyang di
himpun dan dicatat oleh bidan masih manual yang berakibat laporan yang dibuat
terlambat dan tidak akurat serta belum adanya basis data mengakibatkansulitnya mencari
data yang dibutuhkan terutama untuk kebutuhan evaluasi kegiatan program di Puskesmas
meliputi ketersediaan data dan informasi yangrelevan sesuai kebutuhan organisasi.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak agar tercapai kemampuan hidup sehat melaluipeningkatan derajat kesehatan
yang optimal, bagi ibu dan keluarganyauntuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
2. Tujuan khusus
a. Sebagai pedoman dalam Meningkatkan kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan
perilaku),dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakanteknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatankeluarga, dasa
wisma, Posyandu dan sebagainya.
b. Sebagai pedoman dalam Meningkatkan upaya pembinaan kesehatan balita dan
anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, dasa wisma ,
Posyandu, serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
c. Sebagai pedoman dalam Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan bayi,
anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
d. Sebagai pedoman dalam Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
e. Sebagai pedoman dalam Meningkatkankemampuan dan peran serta masyarakat ,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
C. Ruang Lingkup
Pengelolaan Program Kia Bertujuan Memantapkan Dan Meningkatkan Jangkauan
Serta Mutu Pelayanan KIA-KB Secara Efektif Dan Efisien.
Pematapan Pelayanan Kia Dewasa Ini Diutamakan Pada Kegiatan Pokok Sebagai
Berikut:
1. Pelayanan peningkatan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di seluruh
fasilitas kesehatan
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua fasilitas
kesehatan
4. Peningkatan palayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar disemua fasilitas
kesehatan
5. Peningkatan deteksi dini factor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar disemua fasilitas
kesehatan
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar disemua
fasilitas kesehatan
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar

D. Batasan Operasional
1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).
2) Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang
aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
3) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan.
4) Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,
selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir,
5) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. Deteksi dini kehamilan dengan faktor
risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai
faktor risiko dan komplikasi kebidanan.
6) Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi
kebidanan untuk mendapat penanganan definitif 13 sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
7) Pelayanan neonatus dengan komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian
oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED,
rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
8) Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai
dengan 11 bulan setelah lahir.
9) Pelayanan kesehatan anak balita
Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini
menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah
gangguan ke arah yang lebih berat .
10) Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar denganmenghormati
hak individu dalam merencanakan kehamilan
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009
2. PERMENKES No 75 tahun 2014
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dokter, Bidan Puskesmas, Bidan Desa, Analis, Petugas gizi, Petugas Penyuluh kesehatan

B. Distribusi Ketenagaan
No. SDM Distribusi Keterangan
1. Dokter  Kelas ibu hamil, Pelaksanaan kegiatan sesuai
 Kunjungan ibu hamil dengan jadwal yang ada
RESTI (TIM)
 Pembinaan Dukun Bayi,
 Monev hasil kegiatan
 Kajian Kasus Kematian
maternal dan Neonatal
 Penyampaian / sosialisasi
kegiatan bulanan dan
Evaluasi kegiatan bulan lalu
2. Bidan  Kelas ibu hamil Pelaksanaan kegiatan sesuai
 Kelas ibu balita dengan jadwal yang ada
 Kunjungan PKD (TIM)
 Kunjungan ibu hamil
RESTI
 Pembinaan Dukun Bayi
 Monev hasil kegiatan
 Pelacakan Kasus
kematian Maternal dan
Neonatal
 Kajian Kasus Kematian
maternal dan Neonatal
 Penyampaian / sosialisasi
kegiatan bulanan dan
Evaluasi kegiatan bulan lalu
3. Petugas gizi  Kelas ibu hamil Pelaksanaan kegiatan sesuai
 Kelas ibu balita dengan jadwal yang ada (TIM)
4. Petugas  Kelas ibu hamil Pelaksanaan kegiatan sesuai
Promkes  Kelas ibu balita dengan jadwal yang ada (TIM)
C. Jadwal Kegiatan Upaya KIA KB
Kegiatan Upaya KIA-KB

NO JENIS KEGIATAN LOKASI WAKTU PELAKSANA

Kelas Ibu Hamil Mei,juni,juli,agust, TIM KELAS IBU


1. 5 Desa
Oktober,November,desember

2. Kunjungan Rumah Ibu Penanggung jawab


5 Desa Mei,agust,oktober
Hamil Upaya KIA

Juni,juli,
4. Kunjungan Ibu Nifas 5 Desa Penanggung jawab
Upaya KIA
Penyuluhan ibu hamil di Penanggung jawab
5. Puskesmas Bae Juli
Puskesmas Upaya KIA
Penanggung Jawab
6. Pertemuan Tim Bumil Puskesmas Bae Mei s.d Desember
Upaya KIA

Penanggung Jawab
7. Konsultasi Dokter SpOG Puskesmas Bae Oktober
Upaya KIA

Pelacakan Kasus kematian Penanggung Jawab


8. 2 Desa Juni , November,Desember
Maternal dan Neonatal Upaya KIA
Penanggung Jawab
9. Penjaringan PUS ALKI 5 Desa Juni,Juli
Upaya KIA
Penyuluhan MKJP
Penanggung Jawab
10. 5 Desa Agustus
Upaya KIA

Penyuluhan Kelas Ibu Balita Penanggung Jawab


11. 5 Desa Mei,juli,agustus,september
Upaya KIA
Kunjungan Bayi Mei,Juni,Agustus,Oktober Penanggung Jawab
12. 5 Desa
Desember Upaya KIA
Penyuluhan dan Periksaan di Penanggung Jawab
13. PAUD,KB,TK,RA 37 sekolah Oktober
Upaya KIA
Konsultasi Dokter SPA Penanggung Jawab
14. Puskesmas Bae Oktober
Upaya KIA
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Peta Sasaran

B. Standart Fasilitas
No Kriteria Perlengkapan

1. Ada ruang untuk Verifikasi apakah ada:


pendidikan/penyul • Ventilasi yang baik (jendela terbuka, kipas angin)
uhan kesehatan • Penerangan yang baik
untuk kelompok • Tersedia kursi
kecil klien • Meja
• Lembar balik/materi penyuluhan
• Buku catatan ibu-ibu/keluarga yang hadir pada
penyuluhan

2. Tersedia semua Poster pendidikan kesehatan / brosur/leaflet berikut tersedia:


materi • Tentang gizi ibu hamil, bayi balita
penyuluhan yang • Immunisasi WUS
dibutuhkan • Keluarga Berencana
• Menyusui bayi dan ASI eksklusif
• Asuhan Antenatal dan Postnatal
• Kebersihan diri/Cuci tangan dan kebersihan lingkungan rumah/ air
bersih dan jamban keluarga
• HIV/AIDS, Hepatitis pada ibu hamil
3. Dokumen di • Kohort ibu hamil
Puskesmas • Catatan vaksinasi ibu hamil
• Formulir Laporan ke Dinas kesehatan
• Catatan persalinan
• Buku catatan kunjungan KIA (ANC, PNC, Bayi dan anak)
• Catatan rujukan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi balita
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, Dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan.
Pelayanan ANC standar meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan laborat rutin dan khusus serta interfesnsi umum dan khusus
(sesuai resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid apabila
diperlukan
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tata laksana kasus
10. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K), KB pasca persalinan.

B. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan yang aman yang
dilakukan tenaga kesehatan yang kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pada prinsipnya pertolongan persalinan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke fasilitas yang lebih tinggi
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini(IMD)
5. Memberikan injeksi vitamin K I mg dan salep mata pada bayi baru lahir
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah: Dokter spesialis kebidanan, dokter, dan bidan

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
2. Kunjungan nifas kedua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari)
3. Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari)
Pelayanan yang diberikan adalah:
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus )
3. Pemeriksaan lokea dan pengeluaran pervaginam lain nya
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI eksklusif
5. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali
6. Pelayanan KB pasca bersalin
Tenaga yang dapat memberikan pelayanan ibu nifas adalah dokter spesialis
kebidanan, dokter, bidan, dan perawat

D. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonates adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh petugas kesehatan yang kompeten kepada neonates sedikitnya 3 kali
selama periode 0-28 hari setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kujungan rumah
Pelaksanaan Pelayanan kesehatan neonates:
1. Kunjungan neonatal pertama (KN 1) : kurun waktu 6-48 jam setelah lahir
2. Kunjungan neonatal kedua (KN 2) : kurun waktu 3-7 hari setelah lahir
3. Kunjungan neonatal ketiga (KN 3) : kurun waktu 8-28 hari setelah lahir

Pelayanan kesehatan neonatusdasar dilakukan secara komprehensif dengan


melakukan pemeriksaaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan
pendekatan Menejemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam
keadaan sehat, yang meliputi:
1. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir:
a. Perawatan tali pusat
b. ASI eksklusif
c. Injeksi vitamin K 1mg
d. Salep mata antibiotic
e. Imunisasi HB0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi, ikterus, diare, berat
badan rendah dan masalahpemberian ASI.
b. Pemberian imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan
bayi baru lahir
c. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan dan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan Buku KIA
d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonates adalah:


dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

E. Deteksi Dini Factor Dan Komplikasi Kebidanan Dan Neonatus Oleh Tenaga Kesehatan
Maupun Masyarakat
Deteksi dini kehamilan dengan factor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai factor risiko dan komlikasi kebidanan.
F. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan Komplikasi Kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi
untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi:
1. Pelayanan obstetri:
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas
b. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan
c. Pencegahan dan penanganan infeksi
d. Penanganan partus lama
e. Penanganan abortus
f. Stabilisasi komplikasi obstetric untuk dirujuk dan transportasi rujukan
2. Pelayanan neonates:
a. Pencegahan dan penanganan asfiksi
b. Pencegahan dan penanganan hipotermi
c. Penanganan bayi BBLR
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonates, kejang, neonates, ikterus
ringan-sedang
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum
g. Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan

G. Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi


Pelayanan neonates dengan komplikasi adalah penanganan neonates dengan penyakit
dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RS.
Dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi neonates tersebut antara
lain penyediaan puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmasrawat inap yang memiliki kemampuan serta
fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin
dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir.
H. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai 11 bulan
setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
1. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan
2. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3 – 5 bulan
3. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6 - 8 bulan
4. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9 - 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi:
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU 96-11 bulan)
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI,
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi: dokter
spesialis anak, dokter, bidan dan perawat

I. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang
pesat.Masa ini merupakan masa keemasan atau golden perioddimana terbentuk dasar-
dasar kemampuan keindahan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual
yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu
Negara.
J. Pelayanan Kb Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati
hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi
dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas bagi pasangan
yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi
pasangan yang ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi PUS yang
ingin menjarangkan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi:
1. KB alamiah (system kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus)
2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk)
3. Metode KB non hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi da tubektomi)
Disamping itu pengelola KB juga perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS
dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering, dan banyak).
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada masyarakat
adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
BAB V
LOGISTIK

Perlengkapan yang harus ada di ruang UKM KIA-KB:


A. Di Puskesmas
1. Ruang untuk lemari atau rak untuk menyimpan dokumen KIA-KB
2. Kursi
3. Meja
4. Kohort ibu hamil, bayi, balita
5. Formulir Laporan ke Dinas kesehatan
6. Buku catatan persalinan
7. Buku rujukan

B. Di Desa
1. Kohort ibu hamil, bayi, balita
2. Kursi
3. Meja
4. Formulir laporan ke Puskesmas
5. Buku catatan persalinan
6. Buku rujukan

Kebutuhan Logistik Terlampir


BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan UKM KIA-KB perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinana yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan:
A. Posyandu
Resiko yang mungkin terjadi pada sasaran pada saat menimbang bayi balita yaitu
jatuhnya atau terbenturnya bayi balita dari tempat timbangan, maka harus
diantisipasi supaya tempat untuk menimbang lebih kuat dan representative
B. Kelas ibu hamil
Resiko yang mungkin terjadi pada saat senam hamil terjadi cedera tulang
belakang pada ibu hamil jika tidak dilakukan dengan teknik yang tepat. Antisipasi
saat senam hamil adalah pemberitahuan dahulu sebelum senam hamil dan
dilakukan dengan teknik yang benar
C. Sweeping KI-K4
Resiko yang mungkin terjadi yaitu terganggunya psikis ibu hamil karena malu
dikunjungi oleh petugas.Antisipasi yang dapat dilakukan adalah pendekatan psikis
secara perlahan dengan menjelaskan pada ibu hamil bahwa kunjungan ini sangat
bermanfaat untuk ibu dan bayi dalam kandungan.
D. Pembinaan dukun bayi
Resiko yang terjadi adalah kemungkinan terjadinya kesalahpahaman informasi
antara petugas dengan dukun bayi dikarenakan factor usia dukun bayi. Antisipasi
yang dilakukan adalah petugas secara perlahan menyampaikan informasi kepada
dukun bayi dengan jelas dan diadakan sesi tanya jawab

E. Kunjungan rumah ibu hamil resiko tinggi


Resiko yang mungkin terjadi adalah terganggunya psikis ibu hamil karena malu
dikunjungi oleh petugas.Antisipasi yang dapat dilakukan adalah pendekatan psikis
secara perlahan dengan menjelaskan pada ibu hamil bahwa kunjungan ini sangat
bermanfaat untuk ibu dan bayi dalam kandungan sehingga dapat meminimalkan
resiko yang mungkin terjadi.
F. Pelacakan ke rumah kasus kematian maternal/neonatal
Resiko yang mungkin terjadi adalah terganggunya psikis keluarga karena dengan
kedatangan petugas akan mengingatkan kembali kejadian kematian ibu/bayi.
Antisipasi yang dapat dilakukan adalah menjelaskan kepada keluarga bahwa
kunjungan ini sangat bermanfaat untuk data kesehatan sehingga bisa untuk
mengantisipasi tidak terulangnya kejadian yang sama pada keluarga yang lain.
G. Kajian kasus kematian maternal/neonatal di Puskesmas
Resiko yang mungkin terjadi adalah terjadinya kesalahpahaman antar petugas
atau bidan desa Karena harus menjelaskan kronologi kematian ibu/bayi.
Antisipasi yang dapat dilakukan adalah sebelum pelaksanaan kegiatan dibacakan
maksud dan tujuan kegiatan tersebut yang intinya untuk mengkaji penyebab
kematian supaya tidak terulang kembali oleh petugas yang lain jika kasus tersebut
bisa diatasi dengan cepat dan tepat.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan UKM KIA-KB perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinana yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan resiko terhadap karyawan puskesmas dan lintas sector terkait
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan:
A. Posyandu
Resiko yang mungkin terjadi pada karyawan puskesmas dan lintas sector terkait
adalah kemungkinan jatuhnya karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dalam
perjalanan menuju posyandu maka harus diantisipasi supaya savety dalam
berkendara.
B. Kelas ibu hamil
Resiko yang mungkin terjadi pada karyawan puskesmas dan lintas sector terkait
saat senam hamil terjadi cedera tulang belakang pada petugas saat melatih senam
hamil. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah agar lebih memahami teknik yang
benar pada senam hamil.
C. P4K
Resiko yang mungkin terjadi yaitu terganggunya psikiskaryawan puskesmas dan
lintas sector terkait karena tidak berkenan nya keluarga ibu untuk dikunjungi oleh
karyawan puskesmas dan lintas sector terkai.
D. Pembinaan dukun bayi
Resiko yang terjadi adalah kemungkinan terjadinya kesalahpahaman informasi
antarakaryawan puskesmas dan lintas sector terkait dengan dukun bayi
dikarenakan factor usia dukun bayi, sehingga petugas bisa terkena dampak yang
dilakukan oleh dukun bayi. Antisipasi yang dilakukan adalah petugas secara
perlahan menyampaikan informasi kepada dukun bayi dengan jelas dan diadakan
sesi tanya jawab
E. Kunjungan rumah ibu hamil resiko tinggi
Resiko yang mungkin terjadi adalah terganggunya psikiskaryawan puskesmas dan
lintas sector terkait akibat tidak berkenan nya ibu hamil atas kunjungan yang
dilakukan petugas. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah pendekatan psikis
secara perlahan dengan menjelaskan pada ibu hamil bahwa kunjungan ini sangat
bermanfaat untuk ibu dan bayi dalam kandungan sehingga dapat meminimalkan
resiko yang mungkin terjadi.
F. Pelacakan ke rumah kasus kematian maternal/neonatal
Resiko yang mungkin terjadi adalah terganggunya psikis terganggunya
psikiskaryawan puskesmas dan lintas sector terkait akibat tidak berkenan nya
keluarga/ibu itu sendiri atas kunjungan yang dilakukan petugas yang bisa saja
mengingatkan kejadian kronologi kematian ibu/bayi.
Antisipasi yang dapat dilakukan adalah menjelaskan kepada keluarga bahwa
kunjungan ini sangat bermanfaat untuk data kesehatan sehingga bisa untuk
mengantisipasi tidak terulangnya kejadian yang sama pada keluarga yang lain.
G. Kajian kasus kematian maternal/neonatal di Puskesmas
Resiko yang mungkin terjadi adalah terjadinya kesalahpahaman antar petugas
atau bidan desa, karena harus menjelaskan kronologi kematian ibu/bayi.
Antisipasi yang dapat dilakukan adalah sebelum pelaksanaan kegiatan dibacakan
maksud dan tujuan kegiatan tersebut kepada sasaran yang intinya untuk mengkaji
penyebab kematian supaya tidak terulang kembali oleh petugas yang lain jika
kasus tersebut bisa diatasi dengan cepat dan tepat.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah proses deteksi atau koreksi adanya penyimpangan atau
perubahan segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan.
Kinerja pelaksanaan pemberdayaan KIA-KB dimonitor dan evaluasi dengan
menggunakan indicator sebagai berikut:
A. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
B. Ketepatan metoda yang digunakan
C. Tercapainya indicator KIA-KB
D. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan

Indicator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi:
1. Indikator Pemantauan
Indicator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indicator
yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.
Sasaran yang digunakan PWS KIA berdasarkan kurun waktu sati tahun dengan
prinsip konsep wilayah.
a. Akses pelayanan antenatal (cakupan KI)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Rumus yang
dipakai untuk penghitungaan nya adalah:
Rumus yang digunakan:
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan ANC oleh tenaga kesehatan
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X100
Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu hail dalam satu tahun dapat diperoleh melalui proyeksi
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah iu hamil dengan menggunakan rumus :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X Jumlah penduduk
b. Cakupan Pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai
standar, paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1 kali dalam trimester satu, 1
kali dalam trimester dua, dan 2 kali dalam trimester tiga disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ANC minimal 4Xsesuai standar oleh
tenaga kesehatan oleh suatu wilayah tertentu X100
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun

c. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn)


Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan tiga disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah pesalinan yang ditolong oleh petugas kesehatan kompeten disuatu wilayah
kerja tertentu X100
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam satu tahun dihitung dengan menggunakan rumus :
1,05 X angkaangka kelahiran kasar (CBR) X Jumlah penduduk

d. Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan (Kf 3)


Adalah cakupan pelayanan ibu pada masa 6 jam - 42 hari pasca bersalin sesuai
standar, peling sedikit 3 X dengan distribusi waktu 6 jam - 3 hari, 8 – 14 hari,
dan 36 – 42 hari setelah bersalin disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Rumus yang digunakan adalah :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 X pelayanan nifas sesuai standar oleh
petugas kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100
jumlah sasaran ibu nifas disuatu wilayah dalam kurun 1 tahun
e. Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama ( Kn 1)
Adalah cakupan Neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 –
48 jam setelah lahir di suatu wilaya kerja pada kurun waktu tertentu
Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah
lahir di suatu wilaya kerja pada kurun waktu tertentu X 100
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran bayi bisa diperoleh dari perhitungan berdasar jumlah perkiraan (angka
proyeksi) bayi dalam suatu wilayah tertentu dengan rumus:
Jumlah sasaran bayi = Crude birth rate (CBR) X jumlah penduduk

f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 Hari (Kn Lengkap)


Adalah cakupan neonates yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke
3-7, 1 kali pada hari ke 8-28 setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah neontaus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonates sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100
Jumlah seluruh sasaran bayi disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

g. Deteksi Faktor Resiko Dan Komplikasi Oleh Masyarakat


Adalah cakupan ib hamil dengan factor risiko tau komplikasi yang ditemukan
oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di
suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disii bisa keluarga
ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau
masyarakat disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X100
20% X jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

h. Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (Pk)


Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah tertentu
pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitive sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitive disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100
20% X jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

i. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus


Adalah cakupan neonatusdengan komplikasi yang ditangani secara definitive
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di
suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah neonates dengan komplikasi yang mendapatkan penanganan definitive disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100
15% X jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

j. Cakupan Pelayanan Bayi 29 hari – 12 bulan (Kunjungan Bayi)


Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 2 kali
yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3-5bulan, dan 1 kali
pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100
jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

k. Cakupan Pelayana Anak Balita (12-59 Bulan)


Adalah cakupan anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan standar,
meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah anak balita yang telah memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100
jumlah seluruh anak balita di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

l. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit Yang Dlayani Dengan


MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12-59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatuwilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah anak balita sakit yang telah memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100
jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun

m. Cakupan Peserta KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate)


Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alkon) dibandingkan dengan jumlah
pasangan usia subur di suatuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah peserta KB aktif disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
BAB IX
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pedoman Pemberdayaan UKM KIA-KB dapat digunakan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak agar tercapai kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya, sebagai pedoman
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.serta sebagai pedoman dalam meningkatkan kemampuan
dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah
kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan
keluarganya.

E. Saran
Untuk mencapai tujuan Pedoman Pemberdayaan UKM KIA-KB harus
melaksanakan kegiatan sesuai pedoman yang ada. Selain dengan menggunakan pedoman
pelayanan kia, petugas kesehatan juga harus memberdayakan masyarakat agar
masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan.

Kudus, 2019

Mengetahui
Kepala Puskesmas Bae Upaya KIA-KB

dr. Novita Indras Sari Supartini


NIP. 19821028 201406 2 001 NIP. 19710317 199103 2 006

Anda mungkin juga menyukai