Anda di halaman 1dari 30

Cara, Teknik, dan Prinsip Pewarnaan / Pengecatan Bakteri

Mikrobiologi

Bakteri adalah salah satu dari mikroorganisme yang memiliki ukuran yang relatif kecil dan merupakan
organisme uniselular (sel tunggal). Bakteri juga termasuk kelompok organisme prokariotik, karena materi
genetiknya tidak diselubungi oleh membran inti. Bakteri memiliki berbagai macam bentuk, umumnya terbagi
menjadi tiga, yaitu bentuk basil (seperti batang), bentuk kokus (seperti bola atau oval), dan bentuk spiral. Ada
juga bakteri yang memiliki bentuk bintang dan kotak. Individu-individu bakteri dapat hidup dengan
membentuk pasangan, rantai, kluster, dan bentuk lainnya. Bentuk-bentuk tersebut dapat menjadi dasar
karakter suatu marga pada bakteri (Tortora dkk., 2010).

Sel bakteri memiliki struktur dinding sel. Namun, struktur dinding sel pada bakteri berbeda dengan tumbuhan.
Penyusun utama dinding sel pada bakteri adalah peptidoglikan, sedangkan penyusun utama dinding sel
pada tumbuhan adalah selulosa (Tortora, 2010). Peptidoglikan adalah sebuah polisakarida yang terdiri dari dua
macam gula turunan, yaitu N-acetylglucosamine (NAG) dan N-acetylmuramic acid (NAM). Selain itu,
peptidoglikan juga disusun oleh beberapa asam amino, seperti D-alanine, L-alanine, D-glutamic acid, lysine
atau struktur mirip analog asam amino yang disebut DAP. Semua komponen tersebut dikoneksikan sehingga
membentuk struktur berulang yang disebut glycan tetrapeptide (Madigan dkk., 2011).

Baca juga: Struktur dan Fungsi Dinding Sel Bakteri

Selain dinding sel, sel bakteri mempunyai struktur lain yang juga khas, seperti kapsul, fimbriae, pili, flagela
dan endospora. Kapsul merupakan lapisan polisakarida atau protein yang terletak di bagian terluar dari sel.
Kapsul secara khas berikatan dengan kuat pada dinding sel atau berikatan secara kovalen pada peptidoglikan.
Kapsul memiliki fungsi seperti media untuk melekatkan diri pada substrat padat dan mencegah sel dari
kekeringan. Fimbriae dan pili adalah struktur filamen yang terbuat dari protein dan memanjang dari permukaan
sel. Fimbriae berfungsi untuk melekatkan pada permukaan atau membentuk biofilm pada permukaan.
Sementara itu, pili merupakan struktur mirip fimbriae, namun ukurannya lebih panjang dan jumlahnya lebih
sedikit dibadingkan fimbriae. Pili berfungsi sebagai reseptor dari virus, memfasilitasi proses konjugasi, dan
media untuk melekatkan sel pada jaringan inang (Madigan dkk., 2011).

Banyak bakteri dapat bergerak dengan “berenang”. Pergerakan tersebut dibantu oleh struktur yang disebut
flagela. Cara kerjanya adalah dengan melakukan semacam rotasi atau putaran yang menyebabkan sel dapat
ditarik dan didorong sehingga sel dapat berpindah tempat. Flagela bakteri tersusun atas protein yang
disebut flagellin. Endospora adalah struktur khas yang biasanya muncul pada saat sel bakteri berada di kondisi
yang tidak memungkinkan untuk melakukan pertumbuhan. Endospora terdehidrasi dan mengandung sejumlah
agen proteksi seperti kompleks calcium-diphicolinic acid dan acid-soluble protein, yang tidak ada pada sel
vegetatifnya. Endospora dapat tetap dorman sampai tak terbatas tetapi dapat bergerminasi dengan cepat ketika
kondisi memungkinkan (Madigan dkk., 2011).

Bakteri telah dikelompokkan oleh para ahli berdasarkan tipe morfologi, fisiologi, dan genetikanya. Sejumlah
taksa yang telah dikenal pada bakteri yaitu Proteobacteria, Actinobacteria, Spirochaetes,
dan Cyanobacteria (Hogg, 2005). Selain pengelompokkan yang telah resmi diterima dalam taksonomi,
terdapat juga jenis pengelompokkan tertentu yang didasarkan pada sifat yang khas dari sejumlah kelompok
bakteri. Salah satu jenis pembagian bakteri tersebut adalah dengan membagi bakteri menjadi bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif (Hogg, 2005; Tortora dkk., 2010).

Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif


Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dibedakan berdasarkan struktur dinding selnya. Akibat struktur
dinding sel yang berbeda, menimbulkan respon yang berbeda ketika dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram
positif memiliki beberapa lapisan peptidoglikan sehingga lapisan peptidoglikannya tebal. Umumnya, 90%
penyusun dinding sel bakteri gram positif merupakan peptidoglikan. Dinding sel bakteri gram positif
mengandung teichoic acid. Ada dua tipe teichoic acid, yaitu lipoteichoic acid, yang menjangkau lapisan
peptidoglikan dan terhubung ke membran plasma, dan wall teichoic acid, yang terhubung dengan lapisan
peptidoglikan (Tortora dkk., 2010).
Berbeda halnya dengan bakteri gram negatif, yang memiliki lapisan peptidoglikan lebih tipis. Namun, dinding
sel bakteri gram negatif mempunyai membran luar. Membran luar terdiri dari lipopolisakarida (LPS),
lipoprotein, dan fosfolipid. Peptidoglikan terikat dengan lipoprotein di membran luar dan periplasma, yaitu
struktur seperti gel yang berada di antara membran luar dan plasma membran. Selain itu, Dinding sel
bakteri gram negatif tidak mengandung teichoic acid (Tortora dkk., 2010).

Perbedaan selanjutnya antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif adalah respon yang berbeda
diantara keduanya ketika dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan tetap terwarnai kristal violet
ketika dilakukan dekolorisasi dengan alkohol dan bakteri akan menampakkan warna biru atau
ungu. Sebaliknya, bakteri gram negatif akan terdekolorisasi dengan alkohol dan terganti dengan pewarna
lawan (counterstain) seperti safranin sehingga bakteri akan berwarna merah atau pink (Tortora dkk., 2010: 88).
Macam-Macam Pewarna Bakteri
Sel bakteri tidak berwarna sehingga sulit dan sukar diamati secara langsung. Untuk mempermudah
pengamatan morfologi bakteri diperlukan pewarnaan. Proses pewarnaan bakteri lazim disebut pengecatan
(Gandjar dkk., 1992). Zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri termasuk biological dye. Zat pewarna/cat
yang digunakan untuk mewarnai bakteri mempunyai dua sifat utama, yaitu mempunyai kelompok kromofor
dan memiliki ikatan dengan sel secara ionik, kovalen, atau hidrofobik. Kromofor merupakan gugus pemberi
warna dari biological dye (Prescott dkk., 2002).

Zat warna dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan sifat muatannya, yaitu pewarna asam (acidic
dyes) dan pewarna basa (basic dyes). Pewarna basa terdiri dari methylen blue, basic fuchsin, crystal violet,
safranin yang memiliki muatan positif. Permukaan sel bakteri umumnya bermuatan negatif, sehingga pewarna
basa sering digunakan dalam pengecatan struktur bakteri. Pewarna asam yakni eosin, rose bengal, acid fuchsin
yang memiliki muatan negatif (Prescott dkk., 2002). Pewarna asam tidak dapat berikatan dengan kebanyakan
bakteri karena muatan negatif pada zat warna akan ditolak dengan muatan negatif pada permukaan sel bakteri,
sehingga pewarna asam mewarnai latar belakangnya (background) saja (Tortora dkk., 2010).

Ada tiga macam pengecatan yang umum digunakan, yaitu pengecatan negatif, pengecatan sederhana, dan
pengecatan diferensial. Pengecatan negatif dilakukan untuk mewarnai latar belakang preparat dan bakteri
tidak terwarnai. Pengecatan sederhana dilakukan dengan memakai satu macam larutan cat. Sel bakteri akan
berwarna sesuai dengan jenis cat yang dipakai. Sementara itu, pengecatan diferensial dilakukan dengan
memakai beberapa macam larutan zat. Hasil dari pengecatan diferensial mengelompokkan bakteri ke dalam
kelompok-kelompok tertentu (Gandjar dkk., 1992).

Prinsip Pewarnaan Bakteri


Pengecatan negatif memiliki prinsip dasar, yaitu dengan mengkontraskan latar belakang sel (dibuat menjadi
lebih gelap) sehingga sel yang tidak bewarna menjadi lebih terlihat. Pewarna yang digunakan adalah pewarna
asam. Pengecatan negatif cocok digunakan untuk observasi bentuk sel, ukuran sel, dan kapsul (Tortora dkk.,
2010).

Pengecatan sederhana menggunakan satu macam zat warna. Pengecatan sederhana biasanya digunakan untuk
melihat bentuk dan susunan sel bakteri. Pewarna yang digunakan biasanya pewarna basa. Terkadang pada
pengecatan sederhana digunakan zat mordant, yaitu zat yang dapat meningkatkan afinitas antara cat dengan sel
bakteri sehingga sel bakteri lebih terwarnai (Tortora dkk., 2010).

Pengecatan diferensial menggunakan beberapa zat warna dan hasilnya dapat mengelompokkan bakteri ke
dalam kelompok bakteri tertentu. Salah satu macam pengecatan diferensial adalah pengecatan
gram. Pengecatan gram menggunakan empat macam larutan. Larutan pertama adalah cat utama, yaitu kristal
violet. Larutan kedua adalah mordant, yaitu Gram's iodine. Mordant berfungsi untuk meningkatkan afinitas
antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan berikatan kuat dengan kristal violet. Setelah diberi mordant, baik
bakteri gram positif maupun negatif, akan tampak berwarna ungu atau biru. Larutan ketiga adalah zat
pendekolorisasi, yaitu etanol atau aseton. Fungsi zat pendekolorisasi adalah untuk meluruhkan warna ungu
pada bakteri gram negatif, sedangkan bakteri gram positif tetap berwarna ungu. Larutan keempat adalah zat
pewarna lawan (counter stain), yaitu safranin. Fungsi zat pewarna lawan adalah akan memberikan warna pink
pada bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram positif tetap berwarna ungu (Benson, 2001; Tortora
dkk., 2010).

Pewarnaan Negatif
Pengecatan negatif menggunakan tinta cina atau nigrosin. Tinta cina atau nigrosin merupakan jenis pewarna
asam dan bermuatan negatif. Tinta cina tidak akan bisa berikatan dengan dinding sel dari bakteri karena sama-
sama bermuatan negatif, sehingga tinta cina hanya akan mewarnai permukaan preparat atau dengan kata lain
membuat gelap latar belakang dari bakteri. Prinsip dari pengecatan negatif adalah membuat kontras latar
belakang objek sehingga objek yang transparan dan tidak terwarnai menjadi lebih jelas terlihat (Benson, 2001;
Harley & Prescott, 2002; Tortora dkk., 2010).
Pengecatan negatif tidak memerlukan proses fiksasi terlebih dahulu, karena proses fiksasi dapat membuat sel
menjadi mengkerut. Biasanya, pengecatan negatif berfungsi untuk melihat bentuk, ukuran dan kapsul sel. Jika
pada pengecatan negatif dilakukan juga proses fiksasi, akan membuat perubahan pada ukuran sel sehingga
ukuran sel menjadi tidak akurat. Lagipula, salah satu fungsi dari proses fiksasi adalah untuk membuat proses
pewarnaan bakteri menjadi lebih baik. Sementara itu, pengecatan negatif hanya mewarnai latar belakang dan
tidak akan mewarnai permukaan sel sehingga proses fiksasi tidak perlu dilakukan (Benson, 2001).

Faktor-faktor yang memengaruhi proses pewarnaan adalah faktor warna, dinding sel bakteri, dan proses
pewarnaan. Cat atau pewarna bisa bersifat asam atau basa, selanjutnya pemakaiannya disesuaikan dengan
pengecatan yang akan dibuat. Jika akan melakukan pengecatan negatif, pewarna yang digunakan adalah
pewarna asam karena pewarna asam tidak akan berikatan dengan dinding sel. Sementara itu, proses pewarnaan
dapat memengaruhi baik tidaknya hasil pengecatan (Benson, 2001; Harley & Prescott, 2002).

Pewarnaan Sederhana
Contoh pewarnaan sederhana dengan menggunakan crystal violet. Permukaan sel bakteri akan menjadi
berwarna ungu setelah diwarnai dengan pewarna crystal violet. Crystal violet adalah jenis pewarna basa yang
bermuatan positif sehingga dapat berikatan dengan permukaan sel bakteri (Tortora dkk., 2010).

Sebelum melakukan proses pewarnaan sederana, perlu dilakukan proses fiksasi. Proses fiksasi mempunyai
fungsi yang banyak dalam membantu proses pengecatan menjadi lebih baik. Salah satu fungsi dari fiksasi yaitu
dapat menginaktivasi enzim yang dapat merusak morfologi sel atau menguatkan struktur sel sehingga dapat
menyulitkan proses pewarnaan. Selain itu, fiksasi dapat mempertahankan posisi sel, membunuh sel, dan
melekatkan sel dengan preparat sehingga sel bakteri tidak hilang ketika proses pencucian (Benson, 2001).
Fiksasi dilakukan dengan cara melewatkan gelas objek di atas nyala api sebanyak 3-4 kali (Gandjar dkk.,
1992).

Faktor-faktor yang memengaruhi pewarnaan sederhana adalah faktor cat, permukaan sel bakteri itu sendiri, dan
faktor proses pewarnaan. Cat dan permukaan sel bakteri harus yang mempunyai ion yang berlawanan sehingga
cat dapat berikatan dengan permukaan sel bakteri. Sebagai contoh, crystal violet yang memiliki ion bermuatan
positif akan berikatan dengan permukaan sel bakteri yang umumnya memiliki ion bermuatan negatif. Proses
pewarnaan sederhana yang cukup penting adalah pada saat proses fiksasi. Pengerjaan proses fiksasi yang tidak
benar akan membuat pengecatan menjadi kurang baik, misalnya sel bakteri masih hidup, sel bakteri hilang
ketika proses pencucian, dan sel tidak mampu diwarnai oleh zat pewarna (Benson, 2001; Prescott dkk., 2002;
Tortora dkk., 2010).

Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram menggunakan empat jenis larutan, yaitu larutan gram A, gram B, gram C, dan gram D. Setiap
larutan tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Larutan gram A adalah cat utama, yaitu kristal violet.
2. Larutan gram B adalah mordant, yaitu Gram's iodine. Mordant berfungsi untuk
meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan berikatan kuat dengan kristal
violet. Setelah diberi mordant, baik bakteri gram positif maupun negatif, akan tampak berwarna ungu
atau biru.
3. Larutan gram C adalah zat pendekolorisasi, yaitu etanol atau aseton. Fungsi zat
pendekolorisasi adalah untuk meluruhkan warna ungu pada bakteri gram negatif, sedangkan bakteri
gram positif tetap berwarna ungu.
4. Larutan gram D adalah zat pewarna lawan (counter stain), yaitu safranin. Fungsi zat
pewarna lawan adalah akan memberikan warna pink atau merah pada bakteri gram negatif, sedangkan
pada bakteri gram positif tetap berwarna ungu (Benson, 2001; Tortora dkk., 2010).
Kompleks iodin-kristal violet akan terbentuk di dalam sel pada pewarnaan sel. Kompleks iodin-kristal violet
akan terekstraksi oleh alkohol dari bakteri gram negatif, namun tidak pada bakteri gram positif. Hal tersebut
disebabkan bakteri gram positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal. Peptidoglikan akan terdehidrasi
oleh alkohol, menyebakan pori dinding tertutup dan mencegah kompleks iodin-kristal violet tidak keluar dari
sel. Sebaliknya, pada bakteri gram negatif, alkohol berpenetrasi melewati LPS dan mengekstraksi kompleks
iodin-kristal violet. Sebagai hasilnya, bakteri gram negatif akan terlihat tidak berwarna dan akan terwarnai oleh
zat pewarna lawan (safranin), sedangkan bakteri gram positif akan tetap berwarna ungu (Madigan dkk., 2011).

Faktor-faktor yang memengaruhi proses pewarnaa gram adalah faktor cat, faktor dinding sel, dan proses
pewarnaan. Cat yang digunakan tidak boleh yang sudah lama karena dapat memengaruhi hasil
pengecatan. Struktur dinding sel juga memengaruhi hasil pengecatan, karena struktur dinding sel pada bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif berbeda. Proses pengecatan sel juga harus diperhatikan, misalnya pada
tahap fiksasi dan pencucian. Umur biakan yang digunakan juga tidak boleh yang sudah tua, karena biakan
yang sudah tua lebih mudah terdekolorisasi dibandingkan biakan yang masih muda sehingga bakteri gram
positif bisa terlihat seperti bakteri gram negatif (Benson, 2001; Tortora dkk., 2010; Madigan dkk., 2011).
Referensi
 Black, J. G. 2008. Microbiology, 7th ed.
 Benson. 2001. Microbiological application lab manual, 8th ed.
 Harley & Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology, 5th ed.
 Hogg, S. 2005. Essential microbiology.
 Bergey's manual of systematic bacteriology: vol III The Firmicutes, 2nd ed.
 Madigan, M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, D. P. Clark. 2011. Brock biology of microorganisms,
13th ed.
 Prescott, L. M., Harley, & Klein. 2002. Microbiology, 5th ed.
 Tortora, G. J., B. R. Funke & C. L. Case. 2010. Microbiology: An introduction, 10th ed.

JENIS - JENIS PENGECATAN ATAU PEWARNAAN


BAKTERIOLOGI

 Yazhid Bashar LD

 1 year ago

 0 Comments
Facebook Twitter

1. Jenis – jenis bakeri gram + coccus dan basil

No. Nama Bakteri Jenis bakteri


1. Corynebacterium sp. Basil
2. Bacillus sp. Basil
3. Clostridium sp. Basil
4. Bacteriodes sp. Basil
5. Mycobacterium sp. Basil
6. Nocardia sp. Basil
7. Leptospira sp. Basil
8. Treponema sp. Basil
9. Listeria monocytogenes Basil
10. Rhodococcus sp. Coccus
11. Staphylococcus sp. Coccus
12. Streptococcus sp. Coccus

2. Cara Identifikasi
Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat – zat makanan ( nutrisi ) baik bahan
alami maupun bahan buatan, yang diperlukan mikroorgansime untuk perkembangbiakan
dilaboratorium secara invitro.

1. Media selektif adalah media yang kompleks yang sangat selektif, pada perbenihan ini hanya
bakteri tertentu yang bisa tumbuh baik sedangkan bakteri lainnya dapat terhambat
pertumbuhannya.
2. Media umum adalah media yang digunakan untuk pertumbuhan satu atau lebih mikroba.media
ini mengandung zat/bahan yang sederhana sehingga untuk keperluan diagnostic tidak digunakan
dilaboratorium.
3. Media differensial adalah media yang karena komposisi kimiawi dapat memperlihatkan
perbedaan hasil metabolic sebagai akibat pertumbuhan bakteri pada perbenihan tersebut,
sehingga dapat dibedakan kelompok atau spesies dari bakteri yang bersangkutan.
4. Transport media adalah media yang digunakan untuk mengirim specimen dari suatu tempat ke
laboratorium media yang digunakan untuk mencegah agar bakteri yang ada dalam specimen
tidak mati dan tidak mengadakan multiplikasi apabila pemeriksaan ditunda.
5. Media enrichment adalah media yang ditambahkan faktor –faktor pertumbuhan seperti darah,
vitamin, ekstrak ragi sehingga bakteri yang sulit tumbuhkan dapat dibiak pada media ini.

3. Pengecatan
 Jenis – Jenis Pengecatan
1. Pengecatan progresif
Disebut juga pengecatan direct atau monochromatis yaitu pengecatan yang menggunakan
satu macam cat saja, misalnya pengecatan sederhana. Perbedaan warna cel – cel atau bagian –
bagian cel tergantung dari besar kecilnya kemampuan cel atau bagian cel menyerap cat yang
diberikan.
 Cat – cat yang digunakan :
Solutio fuchsin, carbol fuchsin, solutio methylen biru, loeffler methylen biru, carbol gentian
violet dan sebagainya.
2. Pengecatan regresif
Disebut juga pengecatan contrast/indirect, yaitu pengecatan yang menggunakan lebih
dari satu macam cat dan juga di gunakan bahan – bahan peluntur. Cat – cat dan bahan peluntur
ini dipilih dengan tepat, supaya di peroleh hasil pengecatan yang baik, antara badan bacteri
(spora, kapsul) serta cel – cel yang lain warnanya jelas berbeda.
 Contoh – contoh pengecatan :
Gram, ziehl neelson, kinyoun gabbett, neisser, burry gins, klein dan sebagainya.
3. Pengecatan majemuk
Adalah pengecatan yang di lakukan dengan satu campuran cat yang terdiri dari 2 atau 3
jenis cat yang terlarut. Pada pengecatan ini bermacam – macam cat itu bekerja bersamaan
terhadap cel, jaringan atau bagian – bagian cel, sesuai dengan affiniteitnya masing – masing
sehingga di peroleh hasil yang berbeda – beda.
 Contoh – contoh pengecatan :
Wright, giemsa, kiewiet de yong.

 Cara – Cara Pengecatan


I. Pengecatan Sederhana
A. Cat – cat yang di gunakan :
1. solutio methylen biru
1 gram methlyen
100 ml aquadest
Lamanya pengecatan sampai 2 menit
2. loeffler methylen biru
100 ml solutio methylen biru
1 ml kalium hydroksida 1%
Lamanya pengecatan 1 menit
3. manson methylen biru
0,2 gram methylen biru
0,5 gram borax
100 ml aquadest
Lamanya pengecatan 1 menit
4. selain itu dapat pula di gunakan cat Gram A, Ziehl Neelson A.
B. Pelaksanaan pengecatan :
1. Sediaan yang sudah kering, difixer, ditaruh di jembatan pengecatan.
2. Genangi dengan salah satu cat tsb, diatas di tunggu sesuai dengan
batas waktunya
3. Cat di buang, dicuci dengan air mengalir sampai bersih
4. Keringkan dengan tissue, kertas saring atau diatas api seperti
pada pembuatan sediaan atau dibiarkan kering dengan sendirinya.
5. Siap dilihat dengan microscop objektif 100X.
C. Hasil Pengecatan:
Bacteri dan Cel lain akan berwarna biru/violet tergantung cat yang digunakan.

II. Pengecatan Gram


A. Cat yang di gunakan :
1. Gram A :
2 gram crystal violet
20 ml alkohol 95%
0,8 ammonium oksalat
80 ml aquadest
2. Gram B (lugol) :
1 gram yodium
2 gram kalium iodida
300 ml aquadest
3. Gram C (bahan pelarut)
50 ml aceton
50 ml alkohol 95%
4. Gram D :
0,25 gram safranin
10 ml alkohol 95%
90 ml aquadest.

B. Pelaksanaan pengecatan :
1. Sediaan yang sudah difixier, digenangi dengan cat Gram A, sampai menutupi
seluruh sediaan, diamkan 1 menit.
2. Cuci dengan air sebentar
3. Genangi dengan Gram B selama 1 menit
4. Cuci dengan air sebentar
5. Larutkan warnanya dengan menggenangi sediaan dengan Gram C selama ±
30 detik, sampai tidak kelihatan adannya merah yang luntur
6. Cuci dengan air sebentar
7. Genangi dengan Gram D selama 30 detik
8. Cuci dengan air sampai bersih keringkan, siap dilihat di mikroskop.
C. Hasil Pengecatan :
Gram ( + ) : berwarna violet
Gram ( - ) : berwarna merah
D. Proses Pengecatan :
 Pada pengecatan dengan Gram A semua bacteri berwarna violet
 Pada pengecatan dengan Gram B terjadi perubahan, yang tadinya berwarna violet berubah
menjadi violet tua – hitam
 Pada pelunturan dengan Gram C, bacteri Gram ( + ) tetap berwarna violet sedangkan ( - )
menjadi tidak berwarna/pucat.
 Pada pengecatan dengan Gram D, bacteri yang Gram ( + ) tetap berwarna violet sedangkan
bacteri yang Gram ( - ) akan berwarna merah oleh safranin 0 didalam Gram D.
III. Pengecatan Bta Menurut Ziehl Neelson
A. Cat yang digunakan :
1. Ziehl Neelson A :
10 ml 3% alcohol fuchsin
90 ml 5% phenol
2. Ziehl Neelson B :
3 ml asam chlorida pekat (37%)
97 ml alcohol 95%
3. Ziehl Neelson C :
0,1 gram methylen biru
100 ml aquadest
B. Pelaksana pengecatan :
1. Sediaan yang sudah difikasi, diletakkan pada jembatan pengecatan, digenangi
dengan ZN.A.Lewatkan nyala api spiritus dibawah sediaan, sampai selalu keluar
uapnya, tetapi jangan sampai mendidih/kering, selama 5 menit.
2. Cat di buang dicuci dengan air mengalir
3. Larutkan warna merah pada sediaan samapi bersih, dengan ZN.B.
(asam alkohol)
4. Cuci dengan air mengalir
5. Genangi sediaan dengan zat ZN.C. (methylen biru), selama 20-30 detik
6. Cuci dengan air mengalir, keringkan.
C. Hasil Pengecatan :
BTA ( + ) : Bacteri tahan asam positif : berwarna merah
BTA ( + ) : Bacteri tahan asam negatif : berwarna biru
D. Proses pengecatan :
 Pada pengecatan dengan carbol fuchsin dan dipanaskan, selubung lemak pada BTA terbuka, cat
masuk ke dalam badan bacteri. Bacteri yang tidak tahan asam dengan mudah menyerap cat,
dengan pemanasan atau tidak. Semua bacteri ( BTA dan BTTA ) berwarna merah.
 Pada waktu di cuci dengan air, selubung lemak pada BTA tertutup kembali, sehingga waktu di
larutkan dengan asam alcohol BTA tetap berwarna merah dan BTTA berwarna pucat / jernih
 Pada pengecatan dengan methylen biru, BTA tetap berwarna merah sedangkan BTTA berwarna
biru.
IV. Pengecatan Bta Menurut Kinyoun Gabbett :
A. Cat yang digunakan :
1. Kinyoun :
4 gram basic fuchsin
8 ml phenol liquid
20 ml alcohol 95%
100 ml aquadest
2. Gabbett :
1 gram methylen biru
20 ml asam sulfat p.a.
30 ml alcohol absolut
50 ml aquadest
B. Pelaksanaan pengecatan :
1. Sediaan yang sudah difiksasi digenangi dengan cat kinyoun selama 3 menit
2. Cuci dengan air mengalir sampai bersih
3. Genangi dengan cat Gabbett selama 1 menit
4. Cuci dengan air mengalir sampai bersih, keringkan.

C. Hasil pengecatan :
Bacteri tahan asam berwarna merah sedangkan bacteri yang tidak tahan asam
berwarna biru.
D. Proses pengecatan :
 Pengecatan dengan cat kinyoun, semua bacteri berwarna merah. Masuknya cat fuchsin ke dalam
badan bacteri tahan asam dipengaruhi oleh phenol, alcohol dan tingginya kadar cat.
 Pengecatan dengan cat Gibbett terjadi 2 proses, yaitu :
a) pelarutan warna merah dari fuchsin, yang ada pada badan bacteri tidak tahan pada asam,
menjadi pucat.
b) pengecatan bacteri yang tidak tahan asam yang tadinya pucat menjadi biru
 Bacteri yang tahan pada asam tidak terpengaruh oleh cat Gabbett sehingga tetap berwarna
merah
V. Pengecatan Bta Dengan Fluorochrome
A. Cat yang digunakan :
1. Aurame phenol :
100 ml larutan phenol 3%, hangatkan.
0,3 gram auramine 0.
Campurkan dikocok baik – baik sampai larut, kemudian disaring.
2. Asam alcohol :
1 ml asam chorida 37%
99 ml alcohol absolut
3. Kalium permanganat :
0,1 gram kalium permanganat
100 ml aquadest

B. Pelaksanaan pengecatan :
1. Sediaan yang sudah difiksasi, digenangi dengan auramine phenol selama 10
menit
2. Cuci dengan air mengalir
3. Genangi dengan asam alcohol selama 5 menit
4. Cuci dengan air mengalir
5. Genangi dengan kalium permanganat selama 30 detik
6. Cuci dengan air mengalir, keringkan
C. Hasil pengecatan :
Sediaan yang sudah dicat, dan sudah kering, dilihat dengan microscop fluorescent
pembesaran objectif 10 X kemudian 20/40 X
Bacteri tahan asam berwarna kuning berpendar ( berfluoresensi ), bacteri tidak tahan
asam tidak kelihatan.
D. Proses pengecatan :
 Pada pengecatan dengan auramine phenol, semua bacteri akan berwarna kuning oleh auramine
 Pelarutan dengan asam alcohol, BTA tidak melepaskan warna kuning sedangkan BTTA akan
melepaskan warna kuning auramine, sehingga menjadi pucat
 Pengecatan dengan kalium permanganat tidak mewarnai BTA maupun BTTA tetapi memberi
warna latar belakang sediaan, sehingga warna kuning auramine akan lebih jelas.
VI. Pengecatan Granula Methacromatis Menurut Neisser

1. Cat yang digunakan :


1. Nisser A :
0,1 gram methylen biru.
2 mL alcohol absolute.
5 mL asam asetat pekat.
95 mL aquadest.
2. Neisser B :
0,2 gram bismark brown.
100 mL aquadest.

2. Pelaksanaan pengecatan :

1. Sediaan digenangi dengan Neisser A selama 60 detik.


2. Cuci dengan aquadest.
3. Genangi dengan Neisser B selama 10 detik.
4. Cuci dengan aquadest.
5. Keringkan udara, perika dengan mikroskop.

3. Hasil pengecatan :

Granula diujung badan bakteri akan berwarna biru oleh methylen biru dan badan bakteri
berwarna kuning atau coklat.

4. Proses pengecatan :

- Pada pengecatan dengan Neisser A, granula berwarna biru tua, badan bakteri berwarna biru
muda.
- Dicuci dengan aquadest, granula berwarna biru, badan bakteri tidak berwarna.
- Pengecatan dengan Neisser B, memberikan warna cokla/kuning kepada badan bakteri.
VII. Pengecatan Granula Metacromatis Menurut Leffler

1. Cat yang digunakan :

Loeffler methylen biru :


 0,3 gram methylen biru
 30 mL alcohol 95 %
 0,1 mL potassium hydroksida 10 %

2. Pelaaksanaan pengecatan :

1. Sediaan digenangi cat Loffler methylen biru selama 1-2 menit.


2. Cuci dengan aqudest.
3. Keringkan di udara, periksa dengan mikroskop.

VIII. Pengecatan Granula Metachromatis Menurut Albert Dan Christensen

1. Cat yang digunakan :

1. Larutan toluidine biru


0,15 gram toluidine 95%.
2 mL alcohol 95%.
5 mL asam asetat pekat.
100 mL aquadest.
2. Larutan Yodium (lugol)
0,3 gram yodium.
0,6 gram kalium yodida.
100 mL aquadest.
3. Larutan Safranin
0,75 gram safranin 0.
5 mL alcohol 95%
95 mL aquadest

2. Pelaksanaan pengecatan :

1. Sediaan digenangi dengan toluidine selama 1 menit.


2. Cuci dengan air, isatkan.
3. Dialiri dengan larutan yodium.
4. Cuci dengan air, isatkan.
5. Genangi dengan larutan safranin 0 selama 1 menit.
6. Cat dibuang, isatkan, biarkan kering diudara.

3. Hasil pengecatan :

Granula metachromatis berwarna hitam, badan bakteri berwarna merah.

IX. Pengecatan Kapsul Bakteri Menurut Burry Gins

1. Cat yang digunakan :

1. Tinta cina/tita india


2. Solution fuchsin/safranin
0,25 gram basic fuchsin/safranin
100 mL aquadest.

2. Pelaksanaan pengecatan :

1. Pada ujung sebelah kanan dari objek glass yang bersih dan bebas lemak, dibuat suspense bakteri
dengan 1 ose air garam.
2. Pada suspense itu ditambahkan 1 ose tinta cina, campur sampai homogen.
3. Dengan objek glass yang lain campuran itu dibuat sediaan apus= malit= tipis.
4. Dibiarkan kering diudara.
5. Digenang dengan cat solutio fuchsin selama 1 menit.
6. Cat dibuang, sediaan di keringkan diudara dengan posisi miring, atau diserap dengan kertas
saring/tisu.

3. Hasil pengecatan :

Kapsul bakteri tidak berwarna, badan bakteri berwarna merah, latar belakang sedikit hitam.

4. Proses pengecatan :

- Penambahan tinta cina pada suapensi bakteri akan member warna ke badan bakteri dan
kapsulnya, tetapi member warna pada objek glassnya.
- Pengecatan denga solutio fuchsin, member warna merah kepada badan bakteri sedangkan
kapsulnya tidak, begitu pula latar belakangnya.
X. Pengecatan Kapsul Bakteri Menurut Mac Neal

1. Cat yang digunakan :

1. Mac Neal tetrachrome :


1 gram eosin yellowish
1 gram methylen biru
0,6 gram azure II
0,2 gram methyl violet
1000 mL methyl alcohol
Panaskan 500C 30 menit, simpan 370C 2 hari, tiap hari di kocok beberapa kali,saring dengan
kertas saring.

2. Pelaksanaan pengecatan :

1. Buatlah sediaan yang tipis dari sampel yang akan di periksa. Biarka kering diudara.
2. Genangi dengan Mac Neal tetrahrome selama 3-5 menit.
3. Cuci dengan aquadest, keringkan diudara, periksa dengan mikroskop.

3. Hasil pengecatan :

Kapsul bakteri tidak berwarna /pucat, badan bakteri berwarna merah-violet.

XI. Pengecatan Spora Bakteri Menurut Wirtz Conklin

1. Cat yang digunakan :

1. Solutio malachiete green


5 gram malachiete green
100 mL aquadest
2. Solutio safranin
0,5 gram safranin
100 mL aquadest

2. Pelaksanaan pengecatan :
1. Sediaan tipis digenangi dengan solutio malachite green dan panasi sampai selalu keluar uapnya
selama 3-6 menit.
2. Cuci dengan aquadest.
3. Genangi dengan solutio safranin selama 30-60 menit.
4. Cuci dengan aquadest.
5. Keringkan, periksa dengan mikroskop.

3. Hasil pengacatan :

Spora berwarna hijau, badan bakteri kemerah-merahan.

XII. Pengecatan Spora Bakteri Menurut Klein

1. Cat yang digunakan:

1. Ziehl Neelson A (carbol fuchsin)


2. Asam sulfat 1 %
3. Ziehl Neelson C ( solutio methylen biru).

2. Pelaksanaan pengecatan :

1. Sediaan ditempatkan pada jembatan pengecatan.


2. Genangi dengan ZN.A sampai semua permukaan sediaan yang ada sampelnya tertutup dengan
cat.
3. Dibawah sediaan dilewatkan nyala api spritus sampai selalu keluar uapnya, jangan sampai
mendidihselama 5 menit.
4. Cuci dengan air mengalir.
5. Cuci dengan asam sulfat 1 % sampai sediaan kelihatan sedikit rose.
6. Cuci dengan air mengalir.
7. Genangi dengan ZN.C selama 2 menit.
8. Cuci dengan air mengalir sampai bersih, keringkan, periksa dengan mikroskop.

3. Hasil pengecatan :

Spora bakteri berwarna merah, badan bakteri berwarna biru.


4. Proses pengecatan :

- Pada pemeriksaan dengan ZN.A semua bagian bakteri berwarna merah.


- Pencuian dengan asam sulfat melarutkan warna merah pada badan bakteri, sedangkan spora
bakterinya tetap berwarna merah(spora tahan asam).
- Pengecatan dengan ZN.C member warna biru kepada badab bakteri, spora tetap merah.

XIII. Pengecatan Polair Bakteri Menurut Weyson


Biasanya untuk melihat polair bakteri Y.pestis dari klinikal specimen atau organ-organ tikus.

1. Cat yang digunakan :

Weyson stein terbuat dari :


0,2 gram basic fuchsin
0,7 gram methylen biru
10 mLmethanol
Basic fuchsin metilen biru dilarutkan didalam methanol, kemudian ditambah phenol 5 % di
dalam aquadest sampai 200 mL.

2. Pelaksanaan pengecatan :

1. Sediaan yang sudah kering diudara, difiksasi dengan melewatkan nyala api spritus 3x, atau
digenangi dengan methanol selama 3 menit, keringkan.
2. Sediaan digenangi dengan cat Weyson selama 1 menit.
3. Cuci dengan air mengalir
4. Keringkan, lihat denga mikroskop

3. Hasil pengecatan :

Polair bakteri Y.pestis berwarna biru kemerah-merahan, badan bakteri tidak berwarna.

XVI. Pengecatan Flagella Menurut Leifson

1. Cat yang digunakan :

1. Leifson A :
0,5 gram fuchsin (bersertifikat untuk pengecatan flagella)
50 mL alcohol 95 %
Kocok, diamkan semalam supaya larut.
2. Leifson B :
1,5 gram tannic acid.
0,75 gram sodium chloride
100 mL aquadest
Kalau akan digunakan A dan B dicampur, sisanya boleh disimpan didalam almari es 4-50C
selama sampai 2 bulan.

2. Pelaksanaan pengecatan :

1. Kedalam 3-5 mL aquadest didalam tabung reaksi, tambahkan 1 ujung ose koloni bakteri yang di
ambil dari kultur bakteri pada BHI agar/TS agar umur 18 jam 300C. campur pelan-pelan sampai
homogan.
2. Teteskan 1 tetes suspense itu pada salah satu ujung objek glass, tegakkan pada raknya sehingga
terjadi aliran kebawah suspense itu. Biarkan kering diudara.
3. Genangi dengan campuran cat tersebut di atas selama 5 menit, sampai kelihatan kehijau-hijauan
pada ujung/tepi tetesan , jangan sampai kering.
4. Cat dibuang, dicuci dengan air, keringkan, lihat dengan mikroskop.

3. Hasil pengecatan :

Flagella dan bakteri berwarna merah.

PEWARNAAN BAKTERI

PEWARNAAN BAKTERI

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk
tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberap macam. Pada bentuk basil, pembagiannya meliputi basil
tunggal, diplobasil, dan triptobasil. Sedangkan pada kokus dibagi monokokus ( satu buah bakteri
berbentuk kotak), diplococcus, sampai staphylococcus (berbentuk mirip buah anggur). Khusus pada
spirilum hanya terbagi menjadi 2 yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung.

Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram tersebut
dapat menghasilkan warna merah atau ungu. Bakteri gram negative ditandai dengan pewarnaan ungu,
sedangkan yang positif berwarna merah. (Anonymous, 2008). Hal ini bertujuan untuk memberikan
warna pada bakteri pada akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospore yang
yang bias diwarnai. Endospore adalah organism yang dibentuk dalam kondisi yang stress karena kurang
nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut dilingkungan sampai kondisi mnjadi baik
(Nobi, 2008) teknik pewarnaan gram haruslah sesuai prosedur karena dapat mengakibatkan kesalahn
identifikasi data apakah gram positif atau gram negative, sehingga diperlukan agar mengetahui jalannya
mekanisme pewarnaanya.

1.2 Tujuan

 Memperoleh keterampilan pewaranaan bakteri secara gram

 Dapat menentukan sifat gram dari bakteri yang diperiksa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan
metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram
negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Tryana, 2008)

Struktur dasr bakteri terbagi menjadi dua, yaitu:


1. Struktur dasar (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu), meliputi: dinding sel, membrane plasma, sitoplasma,
ribosom, DNA, dan granula penyimpanan.

2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu), meliputi kapsul, flagellum, pilus, fimbria,
klorosom, vakuola, gas, dan endospora.

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangatlah sulit, karena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengamati hal tersebut maka dikembangkansuatu
teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitisn mikrobiologi. (Rizki, 2008)

Macam-macam pewwarnaa

1. Pewarnaan negative

Bakteri tidak diwarnai tapi mewarnai latar belakang

Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarna seperti spirochaeta

2. Pewarnaan sederhana

Menggunakan satu macam zat warna (biru methilen atau air fukhsin)

Bertujuan hanya untuk melihat bentuk sel.

3. Pewarnaan differensial

Menggunakan lebih dari satu macam zat wrna

Tujuan untuk membedakan antar baktericontoh pewrnaan gram, perwarnaan bakteri tahan asam.

4. Pewarnaan khusus

5. Untuk mewarnai struktur khusus / tertentu dari bakteri menjadi kapsul dan spora. Serta flagell.

Cara Pewarnaan Negative

Sediaan dihapus kemudian teteskan emrsi, kemudian lihat dimikroskop


Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat bakteri dalam membantu mengidentifikasi,
kuman perlu diwarnai. Pewarnaan gram adalh suatu metode empiris untuk membebaskan spesies
bakteri menjadi 2 kelompok besra, yakni gram positif, dan gram negative. Berdasrkan sifat kimia dan
fisikanya dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark, Hant
Cristian Gram (153-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1984 untuk membedakan antara
pneomokokus dan bakteriislebsiella pneumonia (fizahazny, 2008)

Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metal ungu
pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metal ungu gelap.
Setelah dicuci dengan alkool, sementara bakteri gram negatifnya tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu
pewarna menimbal di tambahkan setelah metal ungu yang membuat semua bakteri gram negative,
menjadi berwrna merah, atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tip
bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Fizahazny, 2008)

Pewarnaan sederhana

Adalah pewarnaan yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan
satu jenis pewarnaan untuk mewarnai organism. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarnaan-
pewarnaan sederhana, karena sitoplasma bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang akan
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromatofornya bersifat
positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe
morfologi (coccus, villario, basillus, dll), dan bahan-baha lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai
(hadiutomo, 1990)

Pewarnaan negative, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri, tapi mewarnai
latarbelakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan
(tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.

Cirri-ciri gram negative:

 Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm, berlapis tiga atau multi layer

 Dinding slnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapt dalam lapisan kaku,,
sebelh dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung asam laktat.

 Kurag rentan terhadap senyawa penisilin.

 Tidak resisten terhadap gangguan fisik


Ciri-ciri bakteri gram positif:

 Struktur dindingnya tebal

 Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal

 Bersifat lebih rentan terhadap senyawa penisilin

 Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal

 Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit

 Lebih resisten terhadap gangguan fisik.

Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap. Yaitu

a. Pemberian cat warna utama (cairan Kristal violet) berwarna ungu

b. Pengintensifan cat warna dengan penambahan larutan mordan

c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alcohol asam

d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin

Banyak seenyawa organic berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai mikroorganisme untuk
pemeriksaan mikroskopis dan telah dikembangkan prosedur pewarnaan gram untuk:

Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar

Mengidentifikasi bagian-bagian structural sel mikroorganisme

Membantu mengidentifikasi atau membedakan organism yang serupa ( Suriawieia, 2002).

BAB III

METODELOGI

3.1 Cara Kerja


3.1.1 alat 3.1.2 Bahan

 Mikroskop aquades sterl

 Kaca benda biakan murni bakteri

 Mangkuk pewarna Alkohol 70%

 Kawat penyangga Larutan iodin

 Pipet Kristal violet

 Pinset Larutan Safranin

 Lampu spirtus Alkohol 95%

 Botol penyemprot

3.2 Cara Kerja

a. Menyediakan kaca benda yang bersih, lalu lewtkan diatas nyala api lampu spirtus

b. Meneteskan setetes aquades steril diatas kaca benda tersebut

c. Secara aseptic ambillah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu letakkan diatas tekanan aquades
itu. Kemudian ratakan perlahan-lahan.

d. Mengambil kaca benda lain yang bersih, lalu meletakkan diatas kaca benda sediaan sehingga
membentuk sudut 450

e. Menggeserkan kaca benda yang tegak ini, sehingga sediaan menjadi tipis dan merata. Biarkan sampai
kering.

f. melakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut diatas nyala api lampu spirtus dengan
cepat.

g. Meletakkan sediaan diatas kawat penyangga yang berada diatas mangkuk pewarna. Lalu meneteskan
Kristal violet diatas sediaan tersebut. Menunggu sampai 1 menit.

h. Mmembuang kelebihan zat warna tersebut kedalam mangkuk dan bilaslah sediaan dengan air kran

i. Meneteskan larutan iodine diats sediaan itu, lalu menunggu selama 2 menitdengan air kran.
k. Membuang alcohol 95% diatas sediaan, lalu membiarkan selama 1 menit.

l. Membuang sisa alcohol kedalam mangkuk dan membilas sedian dengan air kran.

m. Meneteskan larutan safranin diatas sediaan , lalu membiarkannya selama 30 detik.

n. Membuang kelebihan larutan safranin kedalam mangkuk, lalu bilas dengan air kran.

o. Mengeringkan sediaan itu secara hati-hati dengan kertas penghisap lalu periksalah dibawah
mikroskop. Bila teknik pewarnaannya berhasil dengan baik, maka sel-selnya bakteri yang bersifat gram
positif akan berwarna ungu, sedangkan sel-sel bakteri yang bersifat gram negative akan berwarna merah
dan merah muda.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pewarnaan bakteri untuk memperlihatkan atau memperjelas kontras antara sel dan latar
belakang, sehingga dapat mempertajam bentuk sel-sel mikroba itu sendiri, dengan car mewarnai sel-sel
mikroba dengan zat warna khususnya, yaitu warna Kristal violet pada pengecatan digunakan
bakteri Bacillus aereus dan Salmonella typii. Setelah pengecatan diperoleh bakteri tersebut berwarna
ungu, yamg berarti bakteri tersebut menyerap zat warna cat tersebut sehingga Nampak pada
mikroskop. Zat wwarna yang umumnya digunakan adalah bersifat alkalin (Anonymous. 2008)

Pengamatn gram termasuk pengecatan differensial yang digunakan untuk membedakan bakteri
garam positif atau bakteri gggram negate. Pada pengecatan ini digunakan 3 jenis bakteri, yaitu: Bacillus
aerus, salmonella typii, dan Eschercia colli. Pengecatan ini menggumakan 4 jenis larutan, yaitu: Kristal
violet sebagai catwarna, larutan iodin sebagi pengintensifan cat utama, alcohol asam untuk pencucian
dan safranin sebagai zat penetup. Berdasarkan percobaan dapat Baccilus aerus, dan Salmonella typii
bersifat gram positif yang berartibakteri dapat mengikat dengan kuat cat warna ungu dari Kristal violet.
Pada saat gram positif ditambahkan dengan kristel violet, maka gram positif akan mengabsorbsi larutan
tersebut hanya pada dinding sel. Dengan pemberian larutan iodin mak Kristal violet akan masuk sampai
ke inti sel. Pemberian alcohol menyebabkan pori-pori di dalam sel disebabkan oleh rendahnya
kandungan lipid. Pada praktikum yang telah dilakukan dapat juga diidentifikasi bahwa bakteri berbentuk
basil dan memiliki bidang pandang mikroskopis. Bakteri ini ditemukan pada perbesaran 40x10
(Anonymous, 2010)
KESIMPULAN

 Pewarnaan bakteri digunakan untuk memperlihatkan atau mempelajari kontras antar sel dan latar
belakangnya sehingga dapat mempertsjsm bentuk sel-sel mikroba.

 Pengecatan gram termasuk pengecatan differensial yang digunakan untuk membedakan gram positif
dan gram negative.

 Pada pengecatan, digunakan 4 larutan, yaitu: Kristal violet, iodine, alcohol. Dan safranin

 Bakteri yang bersifat gram positif dapat mengikat dengan kuat ungu dari krostal violet, sedangkan
bakteri yang bersifat gram negative tidak dapat mengikat warna ungu dari Kristal violet biasa akan
berwarna merah atau merah muda setelah diamati pad mikoskop.

DAFTAR PUSTAKA

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga

Suriawiria. 200 Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT. Garaemedia

Tryana, S.T. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan

Rizky.2008.http://ngecat bakteri makulrizki.blogspot.com/2008/02/materi kuliah html. Diakses tanggal


24 Nopember 2010

Fizahazny. 2008.http// wordpress.com/ Pengantar Temtamg Bakterihtml. Diakses tanggal 25 Nopember


2010

Anonymous. 2008.http//.id Wikipedia. Org/wiki.pewarnaan, gram.

Anonymous: // makalh dan skripsi. Blogspot.com/2010/26 pewarnaan. Html pewarnann

Anda mungkin juga menyukai