Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ELECTROCONVULSIVE THERAPY (ECT)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampuh : Petrus Nugroho D.S,S.Kep.MM

Disusun Oleh :

1. Suprapto (P1337420217085)
2. Rachmat Nurhilal (P1337420217087)
3. Titania Agustine P P (P1337420217092)
4. Indah Nurlaela S. (P1337420217094)
5. Ayu Dewi Kristina (P1337420217096)
6. Fachrizal Joddy P (P1337420217115)
7. Febriani Nur R (P1337420217119)
8. Hafidh Nur C M (P1337420217120)
9. Ika Yuliana (P1337420217122)
10. Putri Hutami (P1337420217123)

KELOMPOK 1 / 2C

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2019

i
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Keperawatan
Jiwa:Makalah Electro Convulsive Therapy(ECT)” ini dengan baik tanpa halangan suatu
apapun.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi
pembaca khususnya serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita Indonesia guna
mencapai tujuannya masing-masing sehingga dapat dijadikan panutan yang berguna bagi
masa depan nusa bangsa dan agama sekaligus menjadi contoh kepada generasi-generasi
penerus bangsa kita Indonesia.

Purwokerto,28 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan ECT.................................................................................. 3
B. Definisi ECT ......................................................................................................... 3
C. Indikasi ECT ......................................................................................................... 4
D. Kontraindikasi ECT .............................…………………………………………
E. Persiapan pasien sebelum pelaksanaan ECT ......................................................... 3
F. Macam-macam ECT .............................................................................................. 3
G. Pelaksanaan ECT .................................................................................................. 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Electroconvulsive Therapy (ECT) atau Terapi Kejang Listrik merupakan terapi
yang termasuk penatalaksanaan dalam gangguan psikiatri.Electroconvulsive Therapy
(ECT) sudah lama dikenal sebagai terapi dalam bidang psikiatri. Electro convulsive
Therapy (ECT) atau terapi kejang listrik adalah suatu intervensi non farmakologi
penting yang efektif dalam pengobatan pasien dengan gangguan neuro psikiatrik
tertentu yang berat. ECT menggunakan arus listrik singkat melalui otak yang
menginduksi kejang umum sistem saraf pusat. Respons ECT dapat terjadi secara cepat
dan perlu diberikan dalam suatu periode dalam beberapa minggu. Bila melihat sejarah
penggunaan terapi ini, maka terapi ini sudah dimulai pada tahun 1934, dimana saat itu
Ladislas J. Von Meduna melaporkan terapi yang berhasil dari katatonia dan gejala
skizofrenia lain dengan kejang yang ditimbulkan secara farmakologis.1
Dalam sejarah pengobatan pada penderita gangguan jiwa yang paling awal
adalah: ”Terapi Kejang Listrik” (Electroconvulsive Therapy), terapi yang lebih awal
dari pada psikofarmaka. Sebelum itu penderita gangguan jiwa, diisolir oleh
masyarakat, dipasung, dirantai diceburkan ke dalam kolam. Phillipe Pinel (1745-
1826) mengumpulkan penderita gangguan jiwa di suatu tempat (Rumah Sakit
Salpetriere untuk laki-laki dan Bicetre untuk wanita) dan membebaskan mereka dari
belenggu/rantai yang mengikat mereka. Pada saat itu masih baru taraf membebaskan
dari belenggu dan mengumpulkan penderita gangguan jiwa, belum mengobati.
Dengan kemajuan zaman dan berkembangannya penelitian-penilitian yang canggih,
khususnya dalam ilmu kedokteran jiwa, maka ditemukan obat untuk penderita
gangguan jiwa. Walaupun sekarang sudah ditemukan berbagai macam obat
psikofarmaka/obat untuk penderita gangguan jiwa, tetapi tidak semua obat
psikofarmaka dapat mengobati semua penderita gangguan jiwa. Terapi Kejang Listrik
masih diperlukan dalam kasus- kasus tertentu yang resisten terhadap obat
psikotropik/psikofarmaka yang ada. Walaupun obat-obat psikotropik sekarang sudah
berkembang seperti obat psikotropik baru yang digolongkan dalam bentuk, atipikal.
Untuk golongan obat chlorpromazine dan haloperidol, disebut golongan tipikal.

1
ECT melibatkan induksi kejang oleh rangsang listrik singkat pada otak.
Indikasi utamanya adalah :
- Gangguan/ episode depresif mayor
- Penyakit depresif masa nifas (episode depresi mayor onset pascapartum)
- Mania
- Skizofrenia katatonik
- Gangguan skizoafektif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan terapi electroconvulsive ?
2. Apa definisi terapi electroconvulsive ?
3. Apa indikasi terapi electroconvulsive ?
4. Apa kontraindikasi terapi electroconvulsive ?
5. Bagaimana persiapan pasien sebelum pelaksanaan terapi electroconvulsive ?
6. Apa saja macam-macam electroconvulsive ?
7. Bagaimana pelaksanaan terapi electroconvulsive ?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah perkembangan terapi electroconvulsive
2. Mengetahui definisi terapi electroconvulsive
3. Mengetahui indikasi terapi electroconvulsive
4. Mengetahui kontraindikasi terapi electroconvulsive
5. Mengetahui persiapan pasien sebelum terapi electroconvulsive
6. Mengetahui macam-macam terapi electroconvulsive
7. Mengetahui pelaksanaan terapi electroconvulsive

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah perkembangan ECT


Pada 1934 pengobatan yang menggunakan bangkitan kejang, diperkenalkan
dan ditulis di London Medical pengidap skizofrenia dan penderita epilepsi yang
disertai gangguan jiwa. Bila serangan epilepsi datang maka gangguan jiwanya
membaik. Berdasarkan pengamatannya ini maka ia mendapat inspirasi pada penderita
skizofenia dibuat kejang untuk menghilang gejala-gejala gangguan jiwanya. Pada
mulanya Lasdislas J. Meduna menggunakan kamper dan kemudian digunakan
metrazol (cardiazol). Selama 3 tahun metrazol digunakan untuk membangkitkan
kejang dan dipergunakan secara luas keseluruh dunia pada saat itu. Pada tahun 1937
diadakan pertemuan internasional terapi kejang di Swiss oleh Muller seorang
psikiater, kemudian diterbitkan cara kerjanya di American Journal of Psychiatry.
Selama 3 tahun, cardiazol sebagai terapi kejang yang sudah dipakai secara luas dan
mendunia. Ugo Cerletti, seorang profesor neuropsikiatri, yang berkebangsaan Itali,
juga mengembangkan terapi kejang yang menggunakan listrik dengan uji coba pada
binatang. Lucio Bini teman Ugo Cerletti mempunyai ide, bahwa untuk menimbulkan
kejang dipakai listrik untuk menggantikan metrazol. Tahun 1937 percobaan pertama
pada manusia yaitu, Sherwin B. Nuland dan kemudian baru pada tahun 1970, ia
ditetapkan sebagai orang pertama yang menjalani terapi kejang listrik, serta dibuat
uraian gambaran deskripsi dari hasil pada orang yang pertama yang menjalani terapi
kejang listrik tersebut.
Terapi kejang listrik adalah bentuk pengobatan shok yang terjadi pada
pengobatan medis modern pada saat itu. ECT segera menggantikan metrazol dan
berkembang seluruh dunia karena beberapa faktor yaitu:
1. lebih murah
2. kurang menakutkan
3. lebih cepat kerjanya.
Cerletti dan Bini dinominasikan hadiah Nobel tetapi hal ini dibatalkan, sebab
pada tahun 1940 cara itu diperkenalkan juga oleh Inggris dan Amerika serikat. Selama
tahun 1940 sampai tahun 1950, penggunaan terapi kejang listrik meluas.

3
Pada permulaan tahun 1940, untuk mengurangi gangguan ingatan dan
kebingungan setelah terapi kejang dilakukan diperkenalkan 2 cara modifikasi dari
ECT tersebut, yaitu:
1. Mempergunakan elektrode yang unilateral satu pada sisi pelipis/temporal yang
dominan/kiri dan satu elektrode di atas kepala (verteks); untuk yang kidal
temporal kanan dan verteks.
2. Arus kejut listrik yang searah arus sinusoidal, sedangkan listrik yang dipakai pada
pertama kali adalah arus bolak balik yang disebut arus transfersal. Aliran arus
dibuat searah yang sinusoidal.
Friedman dan Wilcox, tahun 1942 melakukan modifikasi secara unilateral
dengan arus searah, Lancaster et.al di Inggris tahun 1958, melakukan unilateral
dengan menempatkan pada hemisfer non dominan untuk mengurangi efek samping
kebinggungan dan gangguan daya ingat sesudah ECT dan hasilnya sama efektif
dengan bilateral. Setelah beberapa tahun alat yang memakai arus kejut listrik yang
searah berkembang secara luas dan dipakai seluruh dunia. ECT yang unilateral tidak
begitu populer bagi para psikiater, karena efek terapeutis kurang memuaskan.
Pada tahun 1940 sampai tahun 1950 ECT masih tidak diperbarui, tidak pernah
dipakai obat untuk relaksasi otot, sehingga menghasilkan kejang yang maksimal, yang
mengakibatkan patah tulang dan dislokasi tulang panjang. Pada tahun 1940 para
psikiater mulai mengadakan penelitihan eksprimental dengan menggunakan curare,
disebut racun dari Amerika Selatan yang dapat membuat otot jadi paralise untuk
mengurangi akibat kejang yang dihasilkan dari alat ECT tersebut. Kemudian
diperkenalkan “suxamethonium” (succinylcholine) zat yang sinthetis penggunaannya
lebih aman dari curare. Pada tahun 1951 digunakan secara luas untuk memodifikasi
penggunaan dari ECT dengan bantuan anaesthesi ringan biasanya berguna untuk
menghindari rasa takut pada pasien dan menghindari tercekik/tersumbatnya
pernafasan. Setelah ditemukan obat antidepresi yang dapat menangkal efek negatif
ECT dimedia masa, ditandai dengan menurunnya pemakaian ECT selama periode
tahun 1950 sampai 1970. Surat kabar, New York Times memberitakan pandangan
negatif terhadap ECT dari film yang berjudul “For Big Nurse in One Flew Over the
Cuckoo’s nest”. Ini adalah alat untuk menteror pikiran masyarakat tentang ECT dan
hal ini didukung citranya oleh novel Ken Kesey, yang mengatakan bahwa berbahaya
pada manusia bila penggunaan yang berlebihan.

4
Pada tahun 1970 dilaporkan oleh American Psychiatric Association(APA)
bahwa pengobatan depresi dipakai ECT dan selanjutnya diikuti laporan dalam tahun
1990 sampai tahun 2001. Abrams tahun 1972 dan Taylor tahun 1973 membuktikan
bahwa metode unilateral tidak se-efektif dengan cara bilateral dalam hasil
terapeutiknya, maka dengan ini sampai sekarang dilakukan secara bilateral.
Pada tahun 1976, Dr Blatchley mendemontrasikan keberhasilannya dengan
menggunakan ECT dengan arus listik yang searah yang dapat mengurangi efek
samping kognitif yang ditimbulkan, tetapi beberapa klinik di AS masih menggunakan
arus listrik yang bolak balik. Sebetulnya mulai tahun 1980 penggunaan ECT
berkurang, tetapi penggunaan untuk depresi berat meningkat, karena pemakai obat
antidepresi harganya lebih mahal dari pada menggunakan ECT. Pada 1985, National
Institute of Mental Health dan National Institutes of Health menetapkan bahwa ECT
adalah masih kontroversi pada pengobatan psikiatri karena ada efek samping yang
signifikan dan dapat dibuktikan bahwa masih efektif pada kasus gangguan psikiatri
yang berat. National Institute of Mental Health menetapkan aturan dari pengobatan
yang menggunakan ECT.
Namun baru pada tahun 1990 American Psychiatric Association,
mengeluarkan pernyataan yang kedua, yang lebih spesifik dan mendetail pada
persalinan, pendidikan dan pelatihan ECT yang didokumentasikan. Akhirnya pada
tahun 2001, APA , mengeluarkan pernyataan bahwa ECT masuk pada pengobatan
modern yang prosedurnya mengharuskan menanda tangani informed consent.
B. Definisi
Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan salah satu jenis terapi fisik yang
merupakan pilihan untuk indikasi terapi pada beberapa kasus gangguan psikiatri.
Indikasi utama adalah depresi berat.
ECT (Electroconvulsive Therapy) merupakan perawatan untuk gangguan
psikiatri dengan menggunakan aliran listrik singkat melewati otak pasien yang berada
dalam pengaruh anestesi dengan menggunakan alat khusus. Terapi Elektroconvulsive
(ECT) adalah terapi yang aman dan efektif untuk pasien dengan gangguan depresi
berat, episode manik, dan gangguan mental serius lainnya.
Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan prosedur medis yang dilakukan
oleh dokter dimana pasien diberikan anestesi umum dan relaksasi otot. Ketika efeknya
telah bekerja, otak pasien distimulasi dengan suatu rangkaian dan dikontrol dengan
electrode yang dipasang di kepala pasien. Stimulus ini menyebabkan bangkitan
5
kejang di otak sampai 2 menit. Karena penggunaan anestesi dan relaksasi otot
sehingga badan pasien tidak ikut terangsang dan tidak merasa nyeri.5
C. Indikasi
1. Gangguan Depresi Mayor
Indikasi yang paling sering untuk penggunaan ECT adalah gangguan depresif
berat atau ganggaun depresi mayor.
ECT harus dipertimbangkan sebagai terapi pada pasien yang gagal dalam uji
coba medikasi, mengalami gejala yang parah atau psikotik, mencoba bunuh diri
atau membunuh dengan mendadak, atau memiliki gejala agitasi atau stupor yang
jelas. Sebagian klinisi yakin bahwa ECT menyebabkan sekurangnya derajat
perbaikan klinis yang sama dengan terapi standar dengan obat antidepressan.
ECT efektif untuk gangguan depresi berat dengan gangguan bipolar. Depresi
delusional atau psikotik telah lama dianggap cukup responsif terhadap ECT, tetapi
penelitian terakhir telah menyatakan bahwa episode depresi berat dengan ciri
psikotik tidak lebih responsif terhadap ECT dibandingkan gangguan depresi
nonpsikotik. Namun, karena episode depresi berat dengan gejala psikotik adalah
berespon buruk terhadap farmakologi anti depressan saja, ECT harus sering
dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama untuk pasien dengan gangguan-
gangguan depresi berat dengan ciri melankolik (seperti gejala parah yang jelas,
retardasi psikomotor, terbangun dini hari, variasi diurnal, penurunan nafsu makan
dan berat badan, dan agitasi, diperkirakan lebih mungkin berespon terhadap ECT.
2. Mania
ECT sekurangnya sama dan kemungkinan lebih unggul dibandingkan lithium
dalam terapi episode manik akut. Beberapa data menyatakan bahwa pemasangan
elektrode bilateral selama ECT lebih efektif, dengan pemasangan unilateral pada
terapi episode manik. Tetapi, terapi farmakologis untuk episode manik adalah
sangat efektif dalam jangka pendek dan untuk profilaksis sehingga pemakaian
ECT untuk terapi episode manik biasanya terbatas pada situasi dengan
kontraindikasi spesifik untuk semua pendekatan farmakologis.
Pengobatan pilihan bagi mania adalah obat menstabilkan mood ditambah obat
antipsikotik. ECT dapat dipertimbangkan untuk mania parah terkait dengan:
a. kelelahan fisik yang mengancam jiwa
b. resistensi pengobatan (yaitu mania yang tidak menanggapi pengobatan
pilihan).
6
Pilihan pasien dan pengalaman perawatan medis sebelumnya tidak efektif atau
tak tertahankan, atau pemulihan sebelumnya dengan ECT, yang relevan.
3. Skizofrenia
ECT merupakan terapi yang efektif untuk gejala skizofrenia akut dan tidak
untuk gejala skizofrenia kronis. Pasien skizofrenia dengan gejala afektif dianggap
paling besar kemungkinannya berespons terhadap ECT.
Pemberian ECT pada pasien skizofrenia diberikan bila terdapat:
a. Gejala-gejala positif dengan onset yang akut.
b. Katatonia
c. Riwayat ECT dengan hasil yang baik.
Indikasi lain
Penelitian kecil telah menemukan ECT efektif dalam pengobatan katatonia,
gejala terkait dengan gangguan mood, schizophrenia, dan gangguan medis dan
neurologis. ECT berguna untuk mengobati episode psikotik, psikosis atypikal,
gangguan obesif-kompulsif, dan delirium dan kondisi medis seperti gangguan
neuroleptic ganas, hypopituitarism, gangguan kejang dan pada penyakit Parkinson.
ECT juga dapat menjadi terapi pilihan untuk depresi bunuh diri wanita hamil yang
memerlukan perawatan dan tidak bisa minum obat untuk geriatri dan sakit medis
pasien yang tidak bisa menggunakan obat antidepresan aman dan bahkan untuk dan
anak-anak dan remaja yang bunuh diri mungkin kurang respon untuk antidepresan
daripada orang dewasa. ECT tidak efektif dalam gangguan somatisa, gangguan
personaliti, dan gangguan kecemasan.
D. Konraindikasi
ECT tidak memiliki kontraindikasi absolut, hanya situasi di mana seorang
pasien pada peningkatan risiko dan memiliki peningkatan kebutuhan pemantauan
ketat. Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk ECT, dan pemantauan janin
umumnya dianggap tidak perlu kecuali kehamilan risiko tinggi atau rumit. Pasien
dengan lesi sistem saraf pusat berada pada peningkatan risiko untuk edema dan
herniasi otak setelah ECT. Jika lesi kecil, pengobatan pra dengan dexamethasone
(Decadron) diberikan, dan hipertensi dikendalikan selama kejang dan risiko
komplikasi serius diminimalkan untuk pasien ini. Pasien yang mengalami peningkatan
tekanan intraserebral atau berisiko untuk perdarahan otak (misalnya, orang-orang
dengan penyakit serebrovaskular dan aneurisma) berada pada risiko selama ECT
karena peningkatan sawar darah otak selama kejang. Risiko ini dapat dikurangi,
7
meskipun tidak dihilangkan, oleh kontrol tekanan darah pasien selama perawatan.
Pasien dengan infark miokard adalah kelompok berisiko tinggi lain, meskipun
risikonya sangat berkurang 2 minggu setelah infark miokard dan lebih jauh berkurang
3 bulan setelah infark itu. Pasien dengan hipertensi harus distabilkan pada obat
antihipertensi mereka sebelum ECT diberikan. Propranolol (Inderal) dan sublingual
nitrogliserin juga dapat digunakan untuk melindungi pasien tersebut selama
pengobatan.
E. Persiapan pasien
1. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
2. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
3. Siapkan surat persetujuan
4. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
5. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin
dipakai klien
6. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
7. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT
8. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan
antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan
beberapa hari sebelumnya karena berisiko organik.
9. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum
ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan
sekresi gastrointestinal.

F. Macam-macam ECT
1. ECT Konvensional
ECT Konvensional ini menyebabkan menimbulkan kejang pada pasien sehingga
tampak tidak manusiawi.Tetapi konvensional ini dilakukan tanpa menggunakan
obat-obatan anestesi seperti pada ect premedikasi.
2. ECT Premedikasi
Terapi ini lebih manusiawi daripada ECT konvensional,karena pada terapi ini
diberikan obat-obatan anestesi yang bsia menekan timbulnya kejang yang terjadi
pada pasien.

8
G. Pelaksanaan ECT
1. Pasien tidur terlentang tanpa bantal dengan pakaian longgar
2. Bantalan gigi dipasang
3. Perawat memegang rahang bawah/kepala, bahu, pinggul dan lutut
4. Dokter memeberikan aliran listrik melalui 2 elektrode yang ditempelkan
dipelipis. Akan terjadi kejang tonik terlebih dahulu diikuti kejang klonik dan
kemudian akan terjadi fase apneu beberapa saat sebelum akhirnya bernafas
kembali seperti biasa. Fase apneu ini sangat penting diperhatikan tidak boleh
terlalu lama.

Gambar 1.1 ECT

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi electroconvulsive (ETC) adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan
aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini
adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Indikasi terapi
kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik depresi, klien schizofrenia stupor
katatonik dan gaduh gelisah katatonik dan kontraindikasi terapi kejang listrik adalah
peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak, infeksi SSP), keguguran pada
kehamilan, gangguan sistem muskuloskeletal (osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena
kejang grandmal), pangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina, hipertensi, aritmia
dan aneurisma, gangguan sistem pernafasan, asma bronkial dan keadaan lemah.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya.Untuk segala kekurangan dalam makalah ini maka kami selalu membuka diri
untuk menerima saran dan kritik dari semua pihak yang sama-sama bertujuan membangun
makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan maklalah kami
kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Vatricia, dyane. 2015. Electroconvulsive Therapy. (online),


(https://www.academia.edu/24327613/REFERAT_ECT_Electroconvulsive_Therapy_)
diakses pada Kamis,28 Maret 2019
Aida, Helda. 2016. Pemeriksaan ETC. (online).
(https://www.academia.edu/9460841/Pemeriksaan_ETC) diakses pada Kamis,28 Maret
2019

11

Anda mungkin juga menyukai

  • LP SH
    LP SH
    Dokumen12 halaman
    LP SH
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Resume SNH
    Resume SNH
    Dokumen4 halaman
    Resume SNH
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Soal Paliatif Kelas 3C
    Soal Paliatif Kelas 3C
    Dokumen2 halaman
    Soal Paliatif Kelas 3C
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Autis 2
    Leaflet Autis 2
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Autis 2
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen10 halaman
    LP DM
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Tambahan
    Tambahan
    Dokumen1 halaman
    Tambahan
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • HT
    HT
    Dokumen22 halaman
    HT
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Askep SNH Anggrek Putri
    Askep SNH Anggrek Putri
    Dokumen18 halaman
    Askep SNH Anggrek Putri
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ett
    Makalah Ett
    Dokumen14 halaman
    Makalah Ett
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Askep DM Ny.n Lavender
    Askep DM Ny.n Lavender
    Dokumen22 halaman
    Askep DM Ny.n Lavender
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Lembar Informed Consent
    Lembar Informed Consent
    Dokumen1 halaman
    Lembar Informed Consent
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Askep DM Ny.n Lavender
    Askep DM Ny.n Lavender
    Dokumen22 halaman
    Askep DM Ny.n Lavender
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • LP DHF BLM Fix BGT
    LP DHF BLM Fix BGT
    Dokumen15 halaman
    LP DHF BLM Fix BGT
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • LP Fix DM Lavender
    LP Fix DM Lavender
    Dokumen15 halaman
    LP Fix DM Lavender
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan DM
    Asuhan Keperawatan DM
    Dokumen13 halaman
    Asuhan Keperawatan DM
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen6 halaman
    Makalah
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • LP Selulitis Insyaa Allah No Revisi
    LP Selulitis Insyaa Allah No Revisi
    Dokumen19 halaman
    LP Selulitis Insyaa Allah No Revisi
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Askep 7
    Askep 7
    Dokumen5 halaman
    Askep 7
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Kikikikikiki
    Kikikikikiki
    Dokumen8 halaman
    Kikikikikiki
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Sap Mater
    Sap Mater
    Dokumen12 halaman
    Sap Mater
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Isos 543
    Isos 543
    Dokumen10 halaman
    Isos 543
    puskesmas merdeka
    Belum ada peringkat
  • Anak 7
    Anak 7
    Dokumen12 halaman
    Anak 7
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • PDPK
    PDPK
    Dokumen20 halaman
    PDPK
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • 9 - Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiv Jurnal
    9 - Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiv Jurnal
    Dokumen7 halaman
    9 - Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiv Jurnal
    AfafDwiLuthfiyah
    0% (1)
  • Askp
    Askp
    Dokumen22 halaman
    Askp
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Sap Cuci TGN
    Sap Cuci TGN
    Dokumen8 halaman
    Sap Cuci TGN
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat
  • Modul 3
    Modul 3
    Dokumen14 halaman
    Modul 3
    Puteri Hutami
    Belum ada peringkat