Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU OBSTETRI& GINEKOLOGI Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN Oktober 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh :
Sari Putrikadevi
N 111 18 018

Pembimbing Klinik :
dr. Daniel Saranga Sp.OG. (K)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu proses yang akan menyebabkan terjadinya


perubahan fisik, mental, dan sosial yang dipengaruhi beberapa faktor fisik, psikologis,
lingkungan, sosial budaya serta ekonomi. Pada masa kehamilan dapat terjadi berbagai
komplikasi atau masalah-masalah, seperti halnya mual dan muntah yang sering
dialami pada ibu hamil yang merupakan salah satu gejala paling awal pada
kehamilannya.[1]
Mual dan muntah terjadi pada wanita hamil trimester I dan trimester II
berlangsung sampai 4 bulan yang dapat menganggu keadaan umum ibu hamil sehari-
hari, kondisi ini disebut hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum merupakan
suatu keadaan yang dikarakteristikan dengan rasa mual dan munth yang berlebihan,
kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan elektrolit, ibu terlihat lebih
kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung.[1]
Hiperemesis gravidarum terjadi pada sekitar 0,3-2,0% dari kehamilan dan
meningkatan perawatan kesehatan serta mengurangi kualitas hidup selama kehamilan.
Hiperemesis gravidarum sering dikaitkan kekurangan nutrisi dengan penurunan berat
badan ibu dan ketidakseimbangan cairan elektrolit, kekhawatiran
tentangkemungkinan hasil perinatal merugikan.[2]
Hiperemesis gravidarum dalam kasus-kasus individual, mengancam kehidupan
dan pengobatan harus dimulai segera. Dampaknya termasuk dehidrasi, asidosis
karena nutrisi yang tidak memadai, alkalosis karena kehilangan hidroklorida dan
hipokalemia.[1]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu
hebat di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseron dalam urin bahkan seperti
gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya.[3]

2.2 Etiopatogenesis
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang
isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus.
Muntah merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga
komponen utama yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang
bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui
saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah.[4]
Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih
tinggi pada sereberal, dari Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) pada area
postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer
mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus
solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi
retikularis dari medula oblongata.[4]
Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf
kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke
diapragma, otot iga dan otot abdomen. Ketika pusat muntah sudah cukup
terangsang akan timbul efek: (1) bernafas dalam, (2) terangkatnya tulang hioid
dan laring untuk mendorong sfingter krikoesofagus terbuka, (3) tertutupnya
glotis, (4) terangkatnya palatum mole untuk menutup nares posterior.
Berikutnya timbul kontraksi yang kuat dari otot abdomen yang dapat
menimbulkan tekan intragastrik yang meninggi. Akhirnya sfingter esofagus
mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan pengeluaran isi lambung.[4]
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih
kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam
aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.[4]
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah
akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida
urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik.[4]
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak,
merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. Disamping dehidrasi
dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (Mallory-Weiss Syndrom), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri.[4]
Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara
faktor biologis, psikologi dan sosiokultural.[4]
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan
hiperemesis gravidarum diantaranya.[4]
1. Perubahan hormonal.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum biasanya memiliki kadar
Human Chorionic Gonadotrophine (HCG) yang tinggi. Secara fisiologis
HCG dapat merangsang reseptor Thyroid Stimulating Hormones (TSH)
sehingga menyebabkan terjadinya transient hyperthyroidism. Pada 50-70%
kasus terdapat penurunan kadar TSH dan pada 40-73% kasus terjadi
peningkatan kadar FT4, namun perubahan kadar ini tidak selalu diikuti
dengan gejala klinis hipertiroid ataupun pembesaran kelenjar tiroid.
Semakin besar peningkatan konsentrasi HCG maka akan diikuti oleh
peningkatan kadar FT4 yang semakin tinggi dan penurunan kadar TSH.[4]
Pada beberapa kasus hiperemesis, peneliti menemukan korelasi
positif antara beratnya keluhan mual dan muntah dengan tingkat stimulasi
tiroid.2,7 Namun demikian teori ini masih kontroversial karena belum
banyak didukung oleh hasil penelitian yang lain.[4]
Beberapa studi menghubungkan tingginya kadar estradiol terhadap
beratnya mual dan muntah pada wanita hamil, sementara yang lain
menemukan tidak adanya korelasi antara kadar estrogen dengan beratnya
mual dan muntah pada wanita hamil. Intoleransi terhadap kontrasepsi oral
terkait dengan mual dan muntah dalam kehamilan. Progesteron juga
mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan aktivitas
otot polos, tetapi penelitian gagal untuk menunjukkan keterkaitan antara
kadar progesteron dan gejala mual muntah pada wanita hamil. Namun
demikian dipercaya bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dapat
meningkatkan pengeluaran asam lambung. Sementara itu peningkatan
kadar hormon progesteron akan menurunkan motilitas usus sehingga
memicu mual dan muntah.[4]
2. Kelainan gastrointestinal.
Pada hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan kadar hormon
estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, abnormalitas saraf
simpatik, dan gangguan sekresi vasopressin sebagai respon terhadap
perubahan volume intravaskular. Semua ini pada akhirnya mempengaruhi
peristaltik lambung sehingga menimbulkan gangguan motilitas lambung.
Pada penderita hiperemesis gravidarum biasanya saluran gastrointestinal
lebih sensitif terhadap perubahan saraf / humoral.[4]
3. Infeksi.
Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam perut
yang dapat memperburuk mual dan muntah dalam kehamilan. Penelitian
telah menemukan bukti yang bertentangan dengan peranan H.pylori
dalam hiperemesis gravidarum. Penelitian terbaru di Amerika Serikat
belum menunjukkan asosiasi dengan hiperemesis gravidarum. Namun,
mual dan muntah yang menetap di luar trimester kedua mungkin
disebabkan oleh ulkus peptikum aktif yang disebabkan oleh infeksi
H.pylori.[4]

2.3 Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:[3]
1. Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah
pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang
terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/menit dan tekanan
darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.[4]
2. Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan >100 – 140x/
menit,tekanan darah sistolik <80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun.[4]
3. Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.[4]

2.4 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:[3]
1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
2. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
3. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya
lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.
4. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola
hidatidosa.
5. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan
proteinuria.

2.5 Gejala Klinik.


Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penunrnan berat badan, ptialism (salivasi yang
berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi.
Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan
peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat
dijumpai.[3]
2.6 Penatalaksanaan[3]
1. Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit dan membatasi pengunjung.
2. Stop makanan per oral 24 - 48 jam.
3. Infus glukosa 10% atau 5 %: RL = 2:1,40 tetes per menit.
4. Obat
a. Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50 - 100 mg/hari/infus.
b. Vitamin B12 200 µg/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus.
c. Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 -
50 mg/hari I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2 - 3 kali per
hari I.M.
d. Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 - 3 kali 25 mg per hari per oral
atau proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau
mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral.
e. Antasida: asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1
tablet per hari per oral atau magnam 3 x 1 tablet per hari per oral.
5. Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 - 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi,
kecuali kalsium.
6. Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose tidak
boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk
mengoreksi hiponatremia. Suplemen potasium boleh diberikan secara
intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50
atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output
juga harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk
mengetahui terjadinya ketonuria.

7. Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin
antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin,
proklolperazin), antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor
antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila masih tetap tidak
memberikan respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid
dengan reseptor antagonis 5-Hidroksrriptamin (5-HT3) (ondansetron,
sisaprid).
Tabel 2. Rekomendasi Terapi dan Dosis Antiemetik[5]

2.7 Komplikasi[3]
1. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya
diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya
kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang
perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul
dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata
(oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung
2. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

2.7 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang
teratur hendaknya dapat teratur.[6]
BAB III
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Jln. RE Martadinata
Tanggal Masuk RS : 4 Oktober 2019

2.2 ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)


A. Keluhan Utama
Muntah

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien G1P0A0 usia 16 tahun, gravid 8-9 minggu datang ke IGD
Kebidanan RSUD Undata Palu dengan keluhan muntah >10 kali sejak ±4
hari yang lalu. Keluhan disertai mual (+), nyeri ulu hati (+), pusing (+),
dan lemas (+). Keluhan perdarahan dari jalan lahir (-), demam (-), sakit
kepala (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.

C. Riwayat Penyakit Terdahulu


Tidak ada riwayat penyakit terdahulu

D. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan Asma.
E. Riwayat Antenatal Care
Tidak pernah memeriksakan diri selama kehamilan

F. Riwayat menstruasi
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, siklus teratur tiap bulan,
lama 7 hari, ganti pembalut 3 kali, tidak nyeri. HPHT ? July 2019

G. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali usia pernikahan + 1 tahun

H. Riwayat kehamilan dan kelahiran


Tahun
Umur Jenis Penolon Hidup
No Hamil ke Persalin JK
Kehamilan Persalinan g /Mati
an
Hamil
1
Sekarang

HPHT : ? July 2019


Tafsiran persalinan : ? Mei 2020

I. Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


Pasien belum pernah ber KB

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum : Sedang BB : 58 Kg
B. Kesadaran : Compos Mentis TB : 157 cm
C. Tanda Vital : IMT : 23 Kg/m2
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,80C Axilla

D. Status Generalisata
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax :
Paru paru :
- Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
- Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula
sinistra
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-),
murmur (-)
Ekstremitas
o Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
o Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)

E. Status Obstetri
Abdomen :
Inspeksi : Tampak perut cembung, simetris, linea nigra (+)
Palpasi :
o Leopold I : belum teraba
o Leopold II : belum teraba
o Leopold III : belum teraba
o Leopold IV : belum teraba
Tapsiran Berat Janin :-
HIS :-
BJF :-
Pemeriksaan dalam vagina :-

F. Hasil Laboratorium
NILAI
HASIL SATUAN
RUJUKAN
Hemoglobin 14,9 12-14 g/dl
Eritrosit 5,46 4-6.20 x106/mm3
Hematokrit 41% 40-45 %
Leukosit 14,0 4.000-11.000 x103/mm3
Trombosit 441 150 rb- 450 rb x103/mm3

G. Diagnosis
G1P0A0 + Gravid 8-9 minggu + HEG
H. Penatalaksanaan
1. IVFD RL : Dextrose 5% : NaCl 0.9%
1:2:1
2. Pregvomide 2x1 tab
3. Asam Folat 1x1 tab
4. Drips Ondancentron + Dextrose 5%
5. Antasida syr 3x1
6. Diet lunak

2.3 FOLLOW UP
1. 05-10-2019
Subject :
Keluhan mual (+), muntah (+) 6 kali, nyeri ulu hati (+), lemas (+), pusing
(-), demam (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :100/60 mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
CRT : <2 detik.
Pembukaan : - HIS :-
PPV (-)
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)
Assesment :
G1P0A0 + Gravid 8-9 minggu + HEG
Planing :
1. IVFD RL : Dextrose 5% : NaCl 0.9%
1:2:1
2. Pregvomide 2x1 tab
3. Asam Folat 1x1 tab
4. Drips Ondancentron 1 amp/setiap ganti cairan/24 jam
5. Antasida syr 3x1
6. Sulfas Ferous 1x1 tab
7. Diet lunak
8. USG besok

2. 07-10-2019
Subject :
Keluhan mual (+), muntah (+) 1 kali, nyeri ulu hati (-), lemas (-), pusing
(+), demam (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :100/70 mmHg Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
CRT : <2 detik.
Pembukaan : - HIS :-
PPV (-)
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)
Assesment :
G1P0A0 + Gravid 8-9 minggu + HEG
Planing :
1. IVFD RL 20 tpm
2. Pregvomide 3x1 tab
3. Asam Folat 1x1 tab
4. Drips metocloperamid 1 amp/
5. Antasida syr 3x1
6. Boleh pulang besok

4. 04-10-2019
Subject :
Keluhan mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+), lemas (-), pusing (-),
demam (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.

Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :110/80 mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,60C
Pembukaan : - HIS :-
PPV (-)
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)

Assesment :
G1P0A0 + Gravid 8-9 minggu + HEG

Planing :
1. Asam Folat 1x1 tab
2. Pregvomide 3x1 tab
3. Antasida syr 3x1
4. Boleh Pulang

2.5 RESUME
Pasien G1P0A0 usia 16 tahun, gravid 8-9 minggu datang ke IGD
Kebidanan RSUD Undata Palu dengan keluhan muntah >10 kali sejak ±4 hari
yang lalu. Keluhan disertai mual (+), nyeri ulu hati (+), pusing (+), dan lemas
(+).
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, compos
mentis,TD :110/70 mmHg, Nadi : 104x/menit, RR : 20x/menit,
Suhu:36,80C,Axilla.

Pemeriksaan Obstetrik :
Inspeksi : Tampak perut membuncit
Palpasi : Leopold I-IV belum teraba
Hasil laboratorium yang didapatkan bermakna : leukosit 14,0 x103/mm3. Pada
hari pertama, pasien mendapatkan penanganan pemasangan infus IVFD RL : D
extrose 5% : NaCl, 1 : 2 : 1, 20 tpm, injeksi ondancentron 1 amp tiap 8 jam seca
ra intravena, Pregvomide 2x1 tab, Asam Folat 1x1 tab, Drips Ondancentron + D
extrose 5%, Antasida syr 3x1 dan diet lunak. Pada hari kedua keluhan mulai ber
kurang, diberikan IVFD RL : Dextrose 5% : NaCl 0.9% 1:2:1, Pregvomide 2x1
tab, Asam Folat 1x1 tab, Drips Ondancentron 1 amp/setiap ganti cairan/24 jam,
Antasida syr 3x1, Sulfas Ferous 1x1 tab. Pada hari ketiga keluhan semakin ber
kurang dan pasien boleh pulang diberikan, Asam Folat 1x1 tab, Pregvomide 3x
1 tab, Antasida syr 3x1
.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien berusia 16 tahun datang ke IGD Kebidanan RSUD Undata Palu dengan
keluhan muntah lebih dari 10 kali sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Keluhan
disertai mual , nyeri ulu hati, pusing , dan lemas. HPHT ?/7/2019. Usia kehamilan 8-9
minggu
Pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg,
frekuensi nadi 104 x/menit, reguler, kuat , rekuensi napas 20 x/menit, dangkal, suhu
36,6oC . Pemeriksaan abdomen datar, simetris, linea nigra (+), stria (+), massa (-),
nyeri tekan epigastrium (+), TFU belum teraba.
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena
berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah
yang berat, dimana keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari sampai
pekerjaanya. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena
kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah.
Dimana hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu
hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1-4
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat haid terakhir tanggal ?/7/2019, pasien sudah melakukan tes kehamilan dengan
hasil yang positif, sedangkan pada pemeriksaan fisik ditemukan striae gravidarum (+),
linea nigra.
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I : Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan
dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan
lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.[3]
Tingkat II : Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan
darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.[3]
Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang
atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria.[3]
Pasien dimasukan dalam hiperemesis gravidarum tingkat II, karena muntah
terus menerus, penderita tampak lemah, frekuensi nadi cepat (104x/menit),
pernafasan (20 x/menit). Namun dalam penegakan diagnosis ini perlu dilakukan
pemeriksaan darah rutin, kimia urin, elektrolit, gula darah dan USG.[3]
Pasien ini diberikan tatalaksana IVFD RL : Dextrose 5% : NaCl, 1 : 2 : 1, 20
tpm, injeksi ondancentron 1 amp tiap 8 jam secara intravena, Pregvomide 2x1 tab,
Asam Folat 1x1 tab, Drips Ondancentron + Dextrose 5%, Antasida syr 3x1 dan diet
lunak
Pemberian terapi cairan RL : dextrose 5% telah sesuai teori menurut Sarwono.
Sedangkan menurut RCOG 2016 terapi cairan yang diberikan tidak sesuai, dimana
menurut RCOG 2016 yaitu cairan yang diberikan berupa NaCl dan kalium,
sedangkan larutan yang mengandung dextrose jika diberikan dapat menyebabkan
Wernicke’s encephalopathy pada pasien-pasien yang dalam kondisi kekurangan
tiamin; karenanya, dextrose diberikan secara intravena setiap harinya, dan tiamin
dosis tinggi (100 mg) diberikan secara parenteral untuk mencegah terjadinya
Wernicke’s encephalophaty.[5]
Pemberian injeksi ondancentron pada pasien ini berfungsi sebagai antiemetik
lini kedua. Hal tersebut telah sesuai dengan teori, dikarenakan antiemetik lini pertama
seperti cyclizine, prochlorperazine, promethazine, dan chlorpromazine tidak tersedia
di rumah sakit. Ondansentron bekerja sebagai antagonis selektif reseptor 5-HT3 pada
kedua nervus vagus terminalis perifer dan terpusat di chemoreceptor trigger zone.[5,7]
Pemberian antasid pada pasien ini bertujuan menetralisir keasaman,
peningkatan pH atau secara reversibel mengurangi atau menghalangi sekresi asam
lambung oleh sel untuk mengurangi keasaaman lambung.[8]
Seharusnya diberikan Vitamin tersebut diberikan bertujuan untuk mencegah
terjadinya Wernicke’s encephalophaty pada pasien dengan hiperemesis gravidarum.
Sedangkan terapi diet pada pasien ini diberikan sesuai dengan advise yang diberikan
oleh ahli gizi.[5]
BAB V
KESIMPULAN

1. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan


sampai umur kehamilan 20 minggu, segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseron
dalam urin.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan hiperemesis
gravidarum yaitu dikarenakan perubahan hormonal, kelainan gastrointestinal,
ataupun infeksi
3. Tatalaksan pasien hiperemesis gravidarum yaitu hidrasi normal salin dan
kalium intravena cepat, antiemetik, dan tiamin
4. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke
DAFTAR PUSTAKA

1. Marliana R, Tita RS. Asuhan pada Ibu Hamil Trimester I dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat I. Midwife Journal. 2016; 2(2): 51-52
2. Magfirah, Anita. Riwayat Hiperemesis Gravidarum terhadap Risiko Kejadian
Bayo Berat Lahir Rendah di Banda Aceh. Idea Nursing Journal. 2013; IV(2): 2
3. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2009. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis
Obstetri. Jakarta: EGC.
5. Royal Collefe of Obstetricians & Gynaecologists. The Management of Nausea
and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. Green-top
Guideline. 2016; 69.
6. Tim Obsgin RSUD Ulin- FK UNLAM. 2008. Hiperemesis Gravidarum. Dalam:
Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Banjarmasin: Bagian/SMF Obstetri
dan Ginekologi RSUD ULIN – FK UNLAM Banjarmasin. Hal 51-52.
7. MIMS. Ondancentron. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ondanse
tron?mtype=generic
8. MIMS. Sucralfate. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/sucral
fate?mtype=generic

Anda mungkin juga menyukai