Penyusun :
Kelompok 6
PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami membuat
makalah ini dalam rangka membahas mengenai Negara dan Konstitusi di Indonesia.
Makalah ini kami buat dengan menggunakan studi pustaka yang berhubungan
dengan negara dan konstitusi serta amandemen Undang-undang Dasar 1945 yang
pernah terjadi.
Selama proses pembuatan makalah ini, kami sangat berterima kasih atas
bantuan dari orang-orang di sekitar kami. Kami berterima kasih kepada ibu Dra. Sani
Safitri, M.Si selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarnegaraan. Kami juga
berterima kasih kepada teman-teman membantu memberi ide kepada kami.
Kami juga berterima kasih kepada orang-orang hebat yang telah menulis data
ataupun artikel, di mana tulisan Anda sekalian kami jadikan referensi bagi karya
makalah kami ini. Makalah ini kami buat secara sistematis agar pembaca dapat
mengetahui sekilas tentang negara dan konstitusi.
Kami berharap agar pembaca dapat memperoleh informasi yang berguna bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kami sangat berharap agar pembaca
memperoleh banyak manfaat dari makalah ini. Kritik dan saran yang membangun
akan kami terima dengan senang hati.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945
karena yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya
suksesi kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya
managemen negara yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan
rakyat dan tidak adanya kepastian hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah
UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi karena fundamen ketatanegaraan yang
dibangun dalam UUD 1945 bukanlah bangunan yang demokratis yang secara jelas
dan tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya
jalannya proses pemerintahan kepada penyelenggara negara. Akibatnya dalam
penerapannya kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang
lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua kali
kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998)
telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa dengan masih
menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan penguasa
sebelumnya.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah
kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945
itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai
“kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-
citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi
negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi
lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya
komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD
1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang
melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu
bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari
sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga
masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia
kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai
keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai
apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih
baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah
mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan
sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan
konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dari negara.
Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.
Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia.
Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan kita tentang pengertian suatu negara.
Menambah wawasan kita tentang pengertian konstitusi.
Kita menjadi tahu bagaimana hubungan antara negara dan konstitusi.
Kita tahu keberadaan Pancasila dan konstitusi di negara kita.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Tujuan Negara
Tujuan negara berhubungan erat dengan organisasi negara yang bersangkutan.
Tujuan masing-masing negara sangat dipengaruhi oleh tata nilai sosial budaya,
kondisi geografis, sejarah pembentukan negara tersebut, serta pengaruh politik
dari pengusasa negara yang bersangkutan. Secara singkat tujuan negara adalah
menciptakan kesejahteraan, ketertiban dan ketentraman semua rakyat. Bagi
bangsa Indonesia tujuan itu dituangkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945 alinea ke-empat, meliputi :
a. Membentuk suatu pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6. Pengertian Konstitusi
Konstitusi bagi suatu negara adalah keseluruhan sistem aturan yang
menetapkan dan mengatur tata kehidupan kenegaraan melalui sistem
pemerintahan negara dan tata hubungan secara timbal balik antara pemerintahan
negara dan orang-seorang yang berada di bawah pemerintahannya
(Supriatnoko:2008).
Dalam kehidupan sehari-hari biasanya kita menerjemahkan kata Constitution
(Inggris) dengan Undang-Undang Dasar. Dalam pemakaian istilah Undang-
Undang Dasar biasanya kita langsung membayangkan suatu naskah tertulis,
karena semua Undang-Undang Dasar adalah suatu naskah tertulis padahal istilah
Constitution lebih luas mencakup keseluruhan peraturan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, yang mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan
diselenggarakan dalaam suatu masyarakat.
Konstitusi suatu negara memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
tidak tertulis. Konstitusi yang tertulis disebut Undang-Undang Dasar dan
konstitusi yang tidak tertulis disebut konvensi. Undang-Undang dasar suatu
negara adalah aturan-aturan pokok negara yang bersifat dasar dan belum
memiliki sanksi pemaksa atau sanksi pidana bagi penyelenggaranya. Konvensi
adalah aturan-aturan pokok negara yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Pada hakikatnya konstitusi itu mengandung pokok-pokok sebagai berikut :
1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia dan warganya
2. Ditetapkan susunan ketatanegaran suatu negara yang bersifat fundamental
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental
7. Sifat Konstitusi
Konstitusi bersifat formal yaitu bahwa prosedur pembuatan konstitusi yang
dilakukan harus secara istimewa karena isinya penting, menyangkut nasib
negara dan rakyat seluruhnya.
Bersifat material, bahwa isi konstitusi menyangkut hal-hal yang bersifat
dasar atau pokok bagi rakyat dan negara.
Bersifat fleksibel, konstitusi itu mudah mengikuti perkembangan jaman,
memuat hal-hal yang pokok, dan untuk mengubahnya tidak memerlukan
prosedur yang istimewa, cukup dilakukan oleh badan pembuat Undang-Undang
biasa.
Bersifat kaku (rigid), jika konstitusi itu tidak mudah mengikuti
perkembangan jaman, meuat hal-hal yang pokok dan pembuat konstitusi
menetapkan prosedur perubahan yang tidak mudah.
Perlu diketahui bahwa yang menentukan perlu atau tidaknya suatu konstitusi
diubah adalah kekuatan politik yang berkuasa pada suatu orde. Betapa kakunya
suatu konstitusi akan tetapi bila kekuatan politik yang berkuasa pada orde itu
menghendaki perubahan, maka konstitusi akan diubah. Sebaliknya, walaupun
konstitusi fleksibel tetapi jika kekuatan politik yang berkuasa tidak menghendaki
adanya perubahan, konstitusi tetap tidak akan berubah.
Fungsi pokok konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan
tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga
negara akan terlindungi. Dengan memperhatikan sifat dan fungsi konstitusi atau
Undang-Undang Dasar, setiap Undang-Undang Dasar memuat ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antar badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
b. Hak Asasi Manusia
c. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
Undang-Undang Dasar
Meskipun Undang-Undang Dasar bukanlah merupakan salah satu syarat
untuk berdirinya suatu negara serta penyelenggaraan negara yang baik, dalam
perkembangan zaman modern dewasa ini Undang-Undang Dasar mutlak
diperlukan. Sebab dengan adanya Undang-Undang Dasar baik penguasa negara
maupun penguasanya dapat mengetahui aturan atau ketentuan yang pokok atau
mendasar mengenai ketatanegaraannya. Undang-Undang Dasar sebagai hokum
tertinggi harus ditaati baik oleh rakyat maupun oleh alat-alat perlengkapan
negara. Untuk menjamin agar ketentuan Undang-Undang Dasar benar-benar
diselenggarakan menurut jiwa dan kata-kata sesuai dengan naskah, maka setiap
negara membentuk lembaga / badan yang berwenang terhadap Undang-Undang
Dasar atau konstitusi. Di Indonesia lembaga yang berwenang adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
PENUTUP