210 37 982 1 10 20181008 PDF
210 37 982 1 10 20181008 PDF
1 (September, 2018)
ABSTRAK
Kulit limau kuit di Kalimantan Selatan Indonesia umumnya hanya dibuang begitu saja sebagai
limbah, padahal dalam kulitnya memiliki kandungan senyawa kimia yang berpotensi sebagai agen
antibakteri. Komponen utama beta pinennya merupakan senyawa yang telah terbukti mempunyai efek
antibakteri dengan cara menghambat sintesis DNA, serta juga memiliki kandungan flavonoida, fenolik dan
terpenoida tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar ekstrak kulit limau kuit (Citrus hystrix
DC) yang optimal dalam menghambat beberapa bakteri. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas
antibakteri sediaan pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Uji aktivitas antibakteri
dilakukan dengan metode difusi cakram. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak kulit limau kuit pada
konsentrasi 100%, 75%, dan 50% dapat menghambat bakteri, namun yang paling optimum adalah pada
konsentrasi 100% untuk bakteri Escherichia coli dengan zona hambat sebesar 10,67 mm dan 14 mm pada
Staphylococcus aureus.
ABSTRACT
Citrus lime peel in South Kalimantan Indonesia is only used as liquid waste, in fact in the citrus
limes peel containing a chemical compound which has the potential of as an antibacterial agent. It contains
the main components that have been shown to have antibacterial effects by inhibiting DNA synthesis, and
also it has the highest content of flavonoids, phenolics and terpenoids. This study aims to determine the
extract level of citrus lime peel (Citrus hystrix DC) that is optimal in triggering several bacteria. Antibacterial
tests were then carried out on Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria. Antibacterial activity
test was carried out by disc paper diffusion method. The results showed that extracts of citrus lime peel at
concentrations of 100%, 75%, and 50% could inhibit bacteria, but the most optimal for bacteria was at a
concentration of 100% for Escherichia coli inhibitory zone of 10.67 mm and 14 mm for Staphylococcus
aureus.
Kata kunci : Antibacterial, Citrus hystrix DC, Citrus Lime Peel
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 136
ISSN : 2598-2095 Vol. 2 No. 1 (September, 2018)
zona hambat yang terbentuk dari cara kirby yang menyebabkan kematian seperti
bauer. Radical zone yaitu suatu daerah disekitar endocarditis, pneumonia dan osteomyelitis
disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya (Murray dkk, 2002).
pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri diukur Efektitifitas ekstrak etanol kulit limau kuit
dengan mengukur diameter dari zona radikal. sebagai antibakteri dapat dilihat dengan
Irradical zone yaitu suatu daerah sekitar disk melakukan pengujian daya hambat menggunakan
dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh metode difusi agar dengan melihat zona bening
antibakteri, tetapi tidak dimatikan. yang terbentuk disekitar paper disc yang telah
HASIL DAN PEMBAHASAN ditetesi ekstrak etanol kulit limau kuit pada
Pada penelitian ini ekstrak etanol kulit limau beberapa variasi konsentrasi (100%, 75%, 50%,
kuit (Citrus hystrix DC) diujikan terhadap bakteri 25%). Paper disc yang telah ditetesi ekstrak
Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Kulit etanol kulit limau kuit diletakkan diatas pemukaan
limau kuit mengandung senyawa kimia utama media NA yang dihomogenkan dengan suspensi
beta pinen, sitronelal, limonen dan terpinen-4-ol bakteri S.aureus dan E.coli yang telah memadat.
(Warsito, 2017). Senyawa beta pinen telah Menurut Pratama (2005), zona bening di sekitar
terbukti mempunyai efek antibakteri dengan cara paper disc menunjukkan adanya aktivitas
menghambat sintesis DNA (Chanthaphonl., dkk, antibakteri.
2006). Hasil uji efektivitas ekstrak menunjukkan
Jenis pelarut yang digunakan dalam proses bahwa dapat menurunkan jumlah flora normal
ekstraksi dipengaruhi oleh jenis bahan yang kulit. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi
diekstrak. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut ekstrak kulit limau kuit, maka jumlah
tergantung dari gugus-gugus yang terikat pada mikroorganisme yang ada pada tangan semakin
pelarut tersebut. Pelarut yang mempunyai gugus menurun. Semakin besar konsentrasi maka
hidroksil (alkohol) dan karbonil (keton) termasuk semakin besar pula zat aktif yang terdapat di
pelarut polar, sedangkan hidrokarbon termasuk dalamnya, sehingga menyebabkan daya hambat
ke dalam non polar. Pemilihan pelarut harus terhadap pertumbuhan bakteri juga semakin
didasarkan pada sifat polaritas dan stabilitas besar (Poeloengan dkk, 2006).
(Nurmillah, 2009). Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri yang
Metode ekstraksi yang digunakan pada bisa mengkontaminasi bahan pangan dan biasa
penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah ada ditangan yaitu Escherichia coli dan
sebuah proses perendaman sampel Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan
menggunakan pelarut organik pada temperatur adalah metode kertas cakram dan uji replika.
ruangan. Senyawa metabolit yang terdapat pada Metode kertas cakram merupakan metode yang
kulit jeruk purut dapat diektraksi menggunakan biasa digunakan untuk menguji aktivitas
pelarut etanol 96% (Putri, 2013). Rahmi et al antimikroba suatu antibiotik terhadap
(2013) mengemukakan bahwa kulit jeruk purut mikroorganisme patogen penyebab penyakit.
memiliki kandungan metabolit tertinggi pada Kepekaan mikroorganisme patogen terhadap
ekstrak etanolik, oleh karena itu etanol digunakan antibiotik terlihat dari ukuran zona bening yang
dalam penelitian ini. terbentuk (Cappucino & Sherman, 2001).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Parameter yang digunakan adalah zona bening,
yang paling sering menyebabkan infeksi pada yaitu area bening di sekeliling cakram kertas
kulit (Jawetz dkk., 2005). Infeksi Staphylococcus sebagai indikasi tidak adanya atau terhambatnya
aureus akan menyebabkan beberapa penyakit pertumbuhan mikroorganisme akibat ekskresi zat
seperti jerawat, diare, toxic shock syndrome antimikroba oleh kompetitornya (Byod, 1995;
(Mahon and Manuselies, 2000) hingga penyakit Atlas and Bartha, 1998).
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 138
ISSN : 2598-2095 Vol. 2 No. 1 (September, 2018)
Menurut Lewis (2005), yang menyebabkan Ekstrak 25%-100% : Ekstrak Kulit limau kuit
Tidak Ada Efek Hambatan :
terjadinya penghambatan karena adanya - Zona Hambat Lemah : < 5 mm
- Zona Hambat Sedang : 5-10 mm
senyawa yang mengganggu keutuhan membran - Zona Hambat Kuat : 10-20 mm
sel, menghambat kerja enzim, mengganggu - Zona Hambat Sangat Kuat : > 20 mm
sintesis protein dan asam nukleat, serta Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
menghambat sintesa dinding sel. limau kuit (Citrus hystrix DC) Pada Bakteri
Mekanisme penghambatan antibakteri Staphylococcus aureus
Diameter Rata-
terhadap pertumbuhan bakteri dapat berupa No Konsentrasi rata Kategori
P1 P2 P3
kerusakan dinding sel yang mengakibatkan lisis (mm) (mm) (mm) (mm)
sKESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa pada uji aktivitas antibakteri Atlas, R.M. and R. Bartha. (1998). Microbial
ekstrak etanol kulit limau kuit (Cytrus hystrix DC) Ecology Fundamentals and Applications.
pada bakteri Staphylococcus aureus dan Benjamin Cummings Publishing Company
Escherichia coli, yaitu ekstrak kulit limau kuit Inc : California
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Byod, R.F. (1995). Basic Medical Microbiology
Semakin besar konsentrasi ekstrak maka Five edition. Little Brown Company Inc:
semakin besar pula zona hambat yang diperoleh. Boston
Cappucino, J.G. and Sherman, N. (2001).
UCAPAN TERIMA KASIH Microbiology: A Laboratory Manual. 2 nd
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan Edition. The Benjamin Cummings
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Publishing Company. Rockland Community
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan College. State University of New York
Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI) Davis, W.W. and T.R. Stout. (1971). Disc Plate
yang telah membiayai penelitian ini. Methods of Microbiological Antibiotic
Assay. Microbiology 22: 659-665.
Fah Chueahongthong. (2011). Cytotoxic effects
of crude kaffir lime (Citrus hystrix DC.) leaf
fractional extracts on leukemic cell line.
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 140
ISSN : 2598-2095 Vol. 2 No. 1 (September, 2018)
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 141