Anda di halaman 1dari 8

OSCE Semester 3

1. Anamnesis (Pernafasan, Kardiovaskuler)


2. Pemeriksaan Fisik (Paru, Jantung)
3. Resusitasi Neonatus
4. Penilaian Foto Thoraks
5. Peresepan Dasar
6. Elektrokardiograf
7. Pemeriksaan Vasa Perifer
8. Pemasangan Infus Intravena
9. Injeksi
10. Pungsi Vena dan Kapiler
11. Pemeriksaan Kimia Urine
12. KIE : Obesitas, pencegahan dan penanganan

1. Anamnesis (Pernafasan, Kardiovaskuler)


a. Aspek non-verbal (tegak, sopan, wajah ramah, kontak mata, Bahasa, intonasi, artikulasi,
volume)
b. Identitas (nama, umur, pekerjaan, alamat)
c. Keluhan utama (OFDISRF – Onset, Frekuensi, Durasi, Intensitas, Sifat, Riwayat pengobatan,
Faktor yang mempengaruhi)
d. Anamnesis sitim yang relevan (keluhan lain yang menyertai OFDISRF)
e. Riwayat penyakit terdahulu (penyakit sama/berkaitan, alergi, riwayat merokok)
f. Riwayat penyakit keluarga (penyakit sama, keluarga pernah kena sakit apa)
g. Riwayat psikososial (lingkungan)
h. Edukasi dan Nasihat tentang penyakit terkait (defnisi, penyebab, diagnosis, treatment,
prognosis)
i. Cross check
j. Feed back
k. Catat hasil
l. Buat surat pengantar pemeriksaan penunjang jika perlu

Keluhan –
- Nyeri dada –
 Nyeri Pleuropulmonal (akut, tajam seperti diiris, terlokalisir, intermitten, diperberat
pernapasan dan pergerakan) – Pneumonia bacterial (coccus gram (-), Klebsiella), Efusi
pleura, TB, infark paru (bisa karena emboli biasanya karena etiologi CVD atau kurang
jelas)
 Iskemi myocardial/angina pectoris (seperti terbakar, tertusuk, terhimpit, tecekik
diperberat aktiftas fsik / emosi dan menghilang ketika istirahat) – atheroma coroner,
aortic stenosis, hyperthrophic cardiomyopathy ; apabila nyeri ketika istirahat – unstable
angina, atau bukan nyeri angina pectoris.
 Nyeri pericarditis (konstan dibelakang tulang dada dipengaruhi pergerakan tubuh) –
infeksi virus, bakteri, atau uraemia
- Sesak nafas
Obstruksi jalan nafas, jaringan paru fungsional berkurang, elastisitas berkurang, kerja nafas
meningkat, gangguan difusi, gangguan perfusi, cardiac output rendah, anemia.
Onset lama bertahun-tahun – bronchitis obstruktif, emfsema, / akut
Diperberat aktiftas atau saat berbaring (orthopnea) – jantung, paroxysmal nocturnal
dyspnea (gagal jantung),
- Napas berbunyi (wheezing) – obstruksi saluran nafas asma, stridor (di laring/trakea),
- Batuk berdahak / kering
Batuk makin parah pada malam hari – bronkietaksis dan sinusitis kronis, asma bronkial, gagal
jantung kiri,
Banyak dahak pas pagi – bronchitis kronis
Dahak bening mucoid – kental – asma bronkial
Dahak kuning – nanah/purulent – kistik fbrosis, TB, emfsema, neoplasma.
Dahak Hijau – stagnasi – bronkiektasis, abses, infeksi sinus paranasal, infeksi pseudomonas
Dahak merah/coklat – darah – pneumonia pneumokokus
Dahak cair berbuih warna merah muda (frothy sputum) – edema paru
Dahak bau busuk – infeksi fusospirochaetal atau anaerob – pneumonia aspirasi, abses paru
- Batuk darah (hemoptisis) – TB, bronkiektasis, infark paru, pneumonia lobar, karsinoma
bronkogenik, stenosis mitral, abses paru.
- Palpitasi (abnormal heart rate) – ekstrasistol, paroxysmal atrial fbrillation, paroxysmal
supraventricular tachycardia, thyrotoxicosis, perimenopausal.
- Syncope – hipotensi postural, vertebrobasilar insufficiency, aritmia jantung, intermittent
heart block
- Claudication (jalan pincang) – penyempitan arteri tungkai kaki, hyperlipidemia, stroke

2. Pemeriksaan Fisik (Paru dan Jantung)


a. Menjelaskan tujuan dan meminta ijin
b. Menyiapkan pasien dan cuci tangan
c. Penilaian umum (wajah, sikap tubuh, ritme dan usaha pernafasan)
d. Duduk dengan tangan terlipat dan bersilangan di dada (posterior dada) –
Inspeksi (bentuk, simetris, pergerakan, efloresensi),
Palpasi (seluruh dada mencari abnormalitas, evaluasi pergerakan dada, fremitus taktil),
Perkusi (sistematis u/ mengetahui struktur rongga dan jaringan, serta evaluasi pergerakan
diafragma),
Auskultasi (nafas pakai mulut, seluruh lapangan paru, suara dasar [vesikuler, bronkovesikuler,
bronchial, trakeal], suara tambahan paru [crackles, wheezing, ronkhi], transmitted voice
[egofoni, whispered pectoriluque, bronkofoni])
e. Duduk dengan lengan disamping dalam posisi abduksi (anterior dada) –
Inspeksi (deviasi trakea, bentuk, simetris, pergerakan, efloresensi),
Palpasi (simetris trakea, seluruh dada mencari abnormalitas, pergerakan dada, fremitus
taktil),
Perkusi (sistematis u/ mengetahui struktur rongga dan jaringan, batas paru-jantung, batas
paru-hepar),
Auskultasi (nafas pakai mulut, seluruh lapangan paru, suara dasar [vesikuler, bronkovesikuler,
bronchial, trakeal], suara tambahan paru [crackles, wheezing, ronkhi], transmitted voice
[egofoni, whispered pectoriluque, bronkofoni])
f. Berbaring –
Inspeksi (bentuk, simetris, efloresensi, iktus kordis, JVP)
Palpasi (iktus kordis, thrill?, Shift?)
Perkusi (batas jantung. kiri [dari lateral kiri ke medial], kanan [dari kanan ke kiri], atas [fossa
supraklavikula ke bawah], identifkasi suara sonor ke redup.)
Auskultasi (katup jantung [aorta LICS II PSL, pulmonal RICS II PSL, tricuspid RICS4/5 PSL,
mitral apex.], irama dan frekuensi, bedakan sistolik/diastolic, suara tambahan, kelainan)

Penilaian umum
- Inspeksi wajah – tampak sakit, nafas cuping hidung, sianosis bibir
- Posisi – tripod
- Inspeksi leher – ritme, rate, kedalaman, usaha pernafasan (otot bantu nafas), konfgurasi
dada (normal, tong, kifosis, pectus excavatum, pectus carinatum)
- Ritme Pernafasan – kussmaul (dalam dan cepat), biot (dalam dan cepat, tapi ada jeda),
Cheyne-stokes (osilasi dari ventilasi antara apnea dan hiperapnea).
Paru
- Inspeksi – asimetris, pergerakan tertinggal, retraksi ruang intercostal/supraklavikular
abnormal. Deviasi trakea -> massa mendesak seperti pada ateletaksis paru (kea arah yg
sakit), efusi pleura massif, pneumothorax luas (ke arah yg sehat).
- Palpasi – tender, pergerakan dada, fremitus taktil meningkat -> konsolidasi/kepadatan,
menurun -> pengembangan paru berlebihan, hilang dibawah diafragma.
- Perkusi –
 Redup (organ padat – hati, jantung / pneumonia lobaris, efusi pleura, hemothoraks,
empyema, tumor),
 Sonor (paru normal – bronchitis kronis),
 Hipersonor (emfsema, asma, pneumotoraks),
 Timpani (lambung – pneumothoraks massif, hernia diafragmatika),
 Pekak (paha – efusi pleura masif).
Batas paru-hepar – linea midklavikula kanan bagian bawah
Batas paru-jantung – di daerah kiri dada.
- Auskultasi – transmitted voice sound, suara tambahan dan suara pernafasan fsiologis
 Trakeal (sangat keras, sangat tinggi, 1:1, kasar, di trakea)
 Bronkial (keras, tinggi, 1:3, tubular, di manubrium)
 Bronkovesikular (sedang, sedang, 1:1, berdesir tapi tubular, dekat karina)
 Vesicular (lemah, rendah, 3:1, berdesir lemah, di bagian paru perifer)
- Bunyi nafas tambahan
 Fine crackles (halus, nada tinggi, singkat – pneumonia fbrosis, gagal jantung kongestif,
bronchitis, bronkhiectasis)
 Coarse crackles (keras, nada rendah, lebih lama durasi - bronkiektasis)
 Wheeze (nada tinggi, berdesis atau bersiul – asma, COPD, bronkitis)
 Ronkhi (nada rendah, seperti mengorok – sekresi saluran pernafasan besar.)
- Trasnmitted voice
 Egofoni (iiiii ->eeee – efusi pleura, konsolidasi)
 Whispered pectoriloquy (bisik 1 2 3 jadi keras/jelas – konsolidasi)
 Bronkofoni (77 terdengar lebih keras -> konsolidasi)
Jantung
- JVP - > 9cm – gagal jantung kanan
- Perkusi – Batas jantung – kiri, ICS II PSL kiri & ICS V MCL kiri ; kanan, ICS II PSL kanan & ICS
III-IV
- Auskultasi katup – Aorta ICS II PSL kanan; pulmonal ICS II PSL kiri; Mitral ICS V MCL kiri;
Tricuspid ICS IV PSL kiri.
 BJ I – bertambah (stenosis mitral), berkurang (shock, dekompensasi)
 BJ II – bertambah (hipertensi), melemah (emfsema, pericarditis eksudatif, kelemahan
otot jantung)
 BJ III – rapid flling – decelerasi blood flow ke ventrikel (conghestive heart failure);
 BJ IV – kontraksi atria sebelum kontraksi ventrikel (diastolic heart failure).
 Derajat bising murmur = I : sangat lemah ; II : lemah ; III : agak keras ; IV : cukup keras ;
V : sangat keras ; VI : paling keras
 Bunyi sistolik (antara BJ I dan II)
 Bunyi diastolic (antara BJ II dan I)

3. Resusitasi Neonatus
a. Mempersiapkan alat dan obat
b. Penilaian awal BBL (3 pertanyaan)
c. Langkah awal resusitasi (kehangatan, jalan nafas, bersihkan+taktil, reposisi)
d. Oksigen aliran bebas jika sianosis
e. Evaluasi HR > 100, tidak sianosis -> pasca resusitasi
f. Evaluasi HR < 100 / apnea / sianosis -> VTP 30 detik
g. Evaluasi HR < 100 -> cek pergerakan dada, koreksi jalur nafas, lanjut VTP 30 detik
h. Evaluasi HR < 60 -> kompresi dada + VTP, 3:1, 30 detik
i. Evaluasi HR < 60 -> epinephrine, lanjut kompresi + VTP 30 detik (epinephrine boleh diulang
setelah 5 menit)
j. Evaluasi pertimbangan intubasi endotrakeal

4. Penilaian Foto Thoraks


a. Letakkan pada illuminator
b. Cek kelengkapan syarat foto (marker identitas nama umur jenis kelamin tgl periksa, R/L,
simetris, inspirasi cukup, tegangan cukup, seluruh rongga dada, artefak, goyang, pencucian)
c. Tentukan posisi (AP, PA, lateral L/R, LLD/RLD, Oblique AP/PA, tangensial, lordotic)
d. Baca Foto sistematis (dari luar ke dalam, soft tissue, tulang, diafragma, sinus costophrenicus,
mediastinum, trakea, jantung CTR, aorta, hilus, fsura interlobaris, paru)
e. Menunjukkan dan menjelaskan kelainan yang berarti
f. Kesimpulan

Komponen utama
- Simetris – jarak ujung klavikula kanan dan kiri dari proc. Spinosus vertebra
- Inspirasi cukup – Coste X posterior dan Coste VI anterior memotong setinggi hemidiafragma
kanan
- Tegangan cukup – melihat spasium vertebra torakalis 1-4,
- Tentukan posisi foto – AP ada scapula menutupi, PA tidak ada scapula menutupi, lateral dari
samping
- Jantung – CTR > 50% -> kardiomegali;
- Sudut kostofrenikus – tumpul -> efusi pleura.
- Bentuk diafragma – tenting, buldging, scalloping.
Abnormalitas
- Infltrasi – ada inflamasi
- Kavitas – abses, TB, kanker
- Deviasi trakea -> massa mendesak seperti pada ateletaksis paru (ke arah yg sakit), efusi
pleura massif, pneumothorax luas (ke arah yg sehat).
- Air fulid level – efusi pleura
- Butterfly pattern/batwing – edema paru
- Honeycomb pattern – Bronkiektasis, fbrosis
- Lilypad pattern – Hydatidosis
- Air bronchogram – pneumonia, konsolidasi
- Snowstorm – TB millier
5. Peresepan Dasar
a. Kelengkapan komponen resep (Inscriptio, Prescriptio, Signatura, Subscriptio, Pro)
b. Relefanitas obat dengan skenario

6. Elektrolardiograf
a. Salam, persiapan alat, menjelaskan tujuan
b. Siapkan pasien
c. Pasang elektroda (lead AVR, AVL, AVF, I, II, III, V1-V6)
d. Memastikan kalibrasi alat
e. Perekaman dan melepaskan elektroda serta membersihkan pasien.
f. Pembacaan EKG (HR, Aksis, Gelombang P/PR/Q/QRS/ST/T, RVH/LVH)
g. Kesimpulan
Elektroda – posisi
Lead V1 – ICS IV PSL D,
Lead V2 – ICS IV PSL S
Lead V3 – antara lead II dan IV
Lead V4 – ICS V MCL S
Lead V5 – ICS V AAL S
Lead V6 – ICS 5 MAL S
HR – 60-100 bpm normal -> 3-5 kotak sedang (300/kotak sedang)
Axis – liat Lead I dan AVF – Normal (+,+) ; RAD (-,+), LAD (+,-), NW (-,-)
Irama – sinus/asinus -> banyak ; regular/irregular
- Sinus = HR 50-100 bpm, P sebelum setiap QRS, P positif di lead II, PR konstan
- Bradikardi = sinus bradycardia, sinoatrial block, sinoatrial arrest/inhibition, second-degree
AV block, thirddegree AV block.
- Takikardi = sinus tachycardia, inappropriate sinus tachycardia, sinoatrial re-entry
tachycardia, atrial fbrillation, atrial flutter, atrial tachycardia, multifocal atrial tachycardia,
AVNRT, AVRT (pre-excitation, WPW)
- P mitral – mitral stenosis, LAH
- P pulmonal – RAH, pulmonary stenosis
- PR interval >0.22 = frst-degree AV block
- PR interval <0.12 = Pre-excitation (WPW syndrome)
- Second-degree AV block Mobitz I – PR lama lama memanjang + drop beat
- Second-degree AV block Mobitz II – PR konstan + drop beat
- Third-degree AV block – P dan QRS punya interval sendiri.
- Wide QRS (>0.12 s) – LBBB, RBBB, Hiperkalemia, premature contraction, pre-excitation
- High voltage QRS (amplitudo) – hipertrof, LBBB (V5,V6,I,aVL), RBBB (V1-V3)
- Pathological Q – Myocardial infarction, pneumothorax sinistra, dextrocardia,
perimyocarditis, cardiomyopathy, ventricular hypertrophy, myxoma.
- Fragmented QRS – myocardial infarct
- Reversed R wave – RVH
- Amplifed R wave – LVH
- Dominant R wave in V1-V2 – Posterolateral infarct/ischemia (+chest discomfort), RVH,
hypertrophic cardiomyopathy, RBBB.
- ST elevation – ischemia (STEMI),
- ST depression – ischemia, NSTEMI, hypoventilation, hypokalemia, RBBB, LBBB, RVH, LVH
- J point deflection – Brugada syndrome
- T inversi – post ischemic (wellen’s syndrome), cardiomyopathy, pericarditis
- High T wave – hyperkalemia, LVH, LBBB, STEMI
- Short QT / prolongation – arrythmia

7. Pemeriksaan Vasa perifer


Gaada checklistnya

8. Pemasangan Infus Intravena


a. Inform consent, menjelaskan maksud, cuci tangan
b. Persiapan alat
c. Menghubungkan infus set dengan botol cairan infus, dan digantung di tiang infus
d. Mengisi tabung infus set sampai garis batas dengan cara ditekan
e. Membuka klem infus set dan mengalirkan cairan dalam selang hingga bebas udara dan
ditutup lagi.
f. Memasang perlak dan tourniquet
g. Memakai handscoon
h. Identifkasi vena
i. Disinfeksi
j. Menusukkan kateter IV dengan sudut 30°-45° derajat dan melihat indicator darah
k. Memasukkan kateter perlahan-lahan sambal menarik jarum keluar
l. Menekan vena agar darah tidak keluar dan menghubungkan infus set
m. Membuka tourniquet dan klem pada infus set sembari memeriksa kelancaran aliran infus
n. Fiksasi kanula dengan kasa steril dan plester
o. Pengaturan kecepatan tetesan sesuai kebutuhan
p. Menuliskan waktu dan tanggal pemasangan infus
q. Merapikan peralatan dan mencuci tangan.

9. Injeksi
a. Infrom consent, menyiapkan pasien
b. Tentukan jenis obat, jumlah dosis, dan Teknik injeksi
c. Persiapan alat dan cuci tangan
d. Tentukan dan menyiapkan lokasi injeksi
e. Pasang perlak dan tourniquet (khusus IV)
f. Disinfeksi permukaan kulit lokasi injeksi
Intracutan –
g. Tegangkan kulit lokasi suntikan dengan ibu jari dan terlunjuk tangan kiri
h. Tusukkan jarum, posisi lubang jarum menghadap keatas dengan sudut 10-15°
i. Masukkan obat perlahan hingga indurasi
j. Cabut jarum
k. Marker disekitar lokasi
l. Observasi dan mencatat reaksi local sesuai waktu yg ditentukan.
Sub kutan –
m. Angkat sedikit permukaan kulit dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
n. Tusukkan jarum, posisi lubang jarum menghadap keatas dengan sudut 45°
o. Aspirasi cek tidak ada darah
p. Masukkan obat perlahan hingga abis
q. Cabut jarum dan tekan lokasi dengan kapas alcohol
Intra muscular –
r. Tegangkan permukaan kulit dengan ibu jari dan telunjuk kiri
s. Tusukkan jarum dengan sudut 90°
t. Aspirasi cek tidak ada darah
u. Masukkan obat perlahan hingga abis
v. Cabut jarum dan tekan lokasi dengan kapas alcohol
Intra Vena –
w. Tusukkan jarum, posisi lubang jarum menghadap keatas dengan sudut 15°-30° ke vena
x. Aspirasi, cek ada darah, tourniquet dilepas
y. Masukkan obat perlahan hingga abis
z. Cabut jarum dan tekan dengan kapas alcohol
aa. Rapikan alat, cuci tangan.
10. Pungsi vena dan kapilerInfrom consent, menyiapkan pasien
a. Infrom consent, menyiapkan pasien
b. Persiapan alat dan cuci tangan
c. Tentukan dan menyiapkan lokasi injeksi
d. Pasang perlak dan tourniquet (khusus IV)
e. Disinfeksi permukaan kulit lokasi injeksi
f. Tusukkan jarum, posisi lubang jarum menghadap keatas dengan sudut 15°-30° ke vena
g. Aspirasi, cek ada darah, pungsi vena secukupnya
h. Lepaskan torniquet setelah selesai pungsi vena.
i. Cabut jarum dan tekan dengan kapas alcohol
j. Rapikan alat, cuci tangan.

11. Pemeriksaan Kimia Urin


12. KIE : Obesitas, Pencegahan, dan Penanganan

Anda mungkin juga menyukai