Hubungan Pemberian Terapi Antipsikotik Terhadap Kejadian EPS PDF
Hubungan Pemberian Terapi Antipsikotik Terhadap Kejadian EPS PDF
19
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
20
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
skizofrenia untuk mengurangi gejala positif maka perhitungan sample size untuk desain
dan negatif, juga dengan mempertimbangkan penelitian cross-sectional dilakukan dengan
risiko munculnya efek samping pemberian rumus:
antipsikotik, salah satunya EPS, maka perlu
dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis
hubungan penggunaan antipsikotik dengan dengan
kejadian EPS pada pasien skizofrenia. Z = tingkat kepercayaan;
P = prevalensi yang diharapkan (berdasarkan
Metode studi yang sama);
d = presisi.
Penelitian ini telah memperoleh persetujuan Berdasarkan rumus di atas, dengan tingkat
laik etik Komite Etik Penelitian Universitas kepercayaan 90% dan presisi sebesar 10%
Ahmad Dahlan dengan nomor 011804070. diperoleh jumlah sampel yang harus diteliti
sebanyak 77,4 pasien. Pada penelitian ini,
Desain penelitian sampel yang diambil sebanyak 100 pasien
Penelitian ini adalah penelitian observasional sehingga memenuhi jumlah sampel minimal.17
analitik dengan pendekatan cross-sectional
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif Prosedur penelitian
dengan menggunakan data rekam medik pasien Sampel penelitian diseleksi dengan metode
skizofrenia rawat jalan Rumah Sakit X di purposive sampling dengan jumlah sampel
wilayah Bantul, Yogyakarta. yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 100
pasien. Data yang dikumpulkan dari rekam
Tempat dan waktu penelitian medik berupa data karakteristik pasien (jenis
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X kelamin, usia, tipe skizofrenia, status marital,
wilayah Bantul, Yogyakarta. Pengambilan data pendidikan, pekerjaan, metode pembayaran
dilakukan pada bulan September–November (asuransi), penggunaan antipsikotik, terapi
2018. Data rekam medik yang diambil adalah tambahan, keadaan pasien yang memiliki
data pada periode Januari–Desember 2017. gejala ekstrapiramidal yaitu dengan melihat
adanya diagnosis EPS terjadi setelah terapi
Populasi dan sampel antipsikoik dan pasien tidak ada riwayat EPS
Populasi pada penelitian ini adalah rekam sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan
medis pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah dengan menggunakan lembar pengumpul data
Sakit X di wilayah Bantul, Yogyakarta bulan (LPD).
Januari sampai dengan Desember tahun 2017.
Kriteria inklusi yaitu pasien dengan diagnosis Analisis data
skizofrenia, usia >15 tahun, mendapat terapi Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
antipsikotik minimal penggunaan 4 minggu, SPSS versi 16.0. Analisis univariat dilakukan
sedangkan kriteria eksklusi antara lain yaitu untuk mengetahui gambaran dari karakterisik
data rekam medis pasien yang tidak lengkap, pasien serta penggunaan antipsikotik yang
mendapatkan terapi obat metoklopramid, dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
mempunyai riwayat ekstrapiramidal sebelum persentase. Analisis bivariat menggunakan
penggunaan antipsikotik. Chi-Square test dilakukan untuk mengetahui
Prevalensi pasien skizofrenia dengan ada atau tidaknya hubungan antara pemberian
terapi antipsikotik yang mengalami kejadian antipsikotik terhadap kejadian efek samping
EPS adalah sebesar 72,2%. Dari data tersebut EPS pada pasien skizofrenia rawat jalan di
21
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
22
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
atipikal terhadap kejadian efek samping EPS. Sakit X wilayah Bantul, Yogyakarta.
Hasil dari analisis uji Chi-Square seperti yang Hasil analisis uji Chi-Square pengaruh
ditunjukkan pada Tabel 4 menunjukkan nilai antipsikotik tunggal terhadap kejadian EPS
p=1,000 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat pada pasien skizofrenia dapat dilihat pada
hubungan antara pemberian antipsikotik, baik Tabel 4, sedangkan untuk pengaruh pemberian
antipsikotik tunggal atau kombinasi, terhadap antipsikotik kombinasi, dilakukan alternatif
timbulnya efek samping EPS pada pasien penggabungan sel18 sehingga diperoleh hasil
skizofrenia yang menjalani rawat jalan Rumah seperti pada Tabel 5.
Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
N=100
Karakteristik Demografi
Jumlah Pasien Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan 52 52
Laki-laki 48 48
Usia
Remaja akhir (17–25 tahun) 14 14
Dewasa awal (26–35 tahun) 32 32
Dewasa akhir (36–45 tahun) 26 26
Lansia awal (46–55 tahun) 19 19
Lansia akhir (56–65 tahun) 8 8
Manula (>65 tahun) 1 1
Tipe Skizofrenia
F 20.0 (Skizofrenia paranoid) 75 75
F 20.1 (Skizofrenia hebrefenik) 2 2
F 20.3 (Skizofrenia tak terinci) 19 19
F 20.5 (Skizofrenia Residual) 4 4
Pendidikan
Tidak sekolah 20 20
SD 17 17
SMP 20 20
SMA 33 33
D1/D2/D3 1 1
Sarjana 9 9
Status
Tidak/belum menikah 69 69
Menikah 28 28
Duda/janda 3 3
Pekerjaan
Karyawan swasta 17 17
PNS 2 2
Wiraswasta 1 1
Petani/buruh 14 14
Lain-lain 12 12
Tidak bekerja 54 54
Pembayaran
Umum 16 16
BPJS 69 69
KIS 14 14
Lain-lain 1 1
23
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
24
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
Prevalensi skizofrenia secara teori memiliki banyak berusia 26–35 tahun atau masuk ke
perbandingan yang sama antara pasien laki- usia dewasa awal dengan jumlah sebanyak 32
laki dan perempuan. Puncak onset skizofrenia pasien (32%). Hal ini disebabkan pada usia
lebih lambat pada wanita, yaitu terjadi usia tersebut terdapat banyak faktor yang dapat
25–35 tahun dan pada lelaki pada usia 15–25 memicu penyakit skizofrenia, salah satunya
tahun.20 stres akibat beban tanggung jawab pekerjaan
Distribusi usia pada penelitian ini dibagi yang besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan
menjadi 6 kelompok usia yang berdasar atas teori dari sebuah penelitian yang menyatakan
panduan Riskesdas tahun 2013, yaitu usia bahwa sebanyak 90% pasien yang memiliki
remaja akhir (17–25 tahun), dewasa awal diagnosis skizofrenia terjadi di rentang usia
(26–35 tahun), dewasa akhir (36–45 tahun), 15–55 tahun.21
lansia awal (46–55 tahun), lansia akhir (56– Skizofrenia umumnya mulai muncul pada
65 tahun), dan manula (>65 tahun). Pasien saat usia remaja atau belum menikah. Pasien
skizofrenia yang menjalani rawat jalan di Rumah dengan gangguan jiwa skizofrenia ini akan
Sakit X wilayah Bantul Yogyakarta paling mengalami masa pengobatan dalam jangka
25
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
panjang, sehingga sulit untuk membangun risperidon (36,9%), olanzapin (20,5%), dan
relasi, dan relationship (contohnya menikah) klozapin (18,5%).25 Berbeda dengan profil
akan menjadi sedikit terganggu.22,23 Hal ini penggunaan antipsikotik di instalasi rawat
sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa inap jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi
status marital pasien didominasi kelompok Tengah tahun 2014 yang hanya menggunakan
belum/tidak menikah sebesar 69%. Dilihat antipsikotik tunggal dengan persentase paling
dari tipe skizofrenia, tipe paranoid (F 20.0) besar yaitu penggunaan antipsikotik tipikal
merupakan tipe yang paling banyak diderita sejumlah 78% dan didominasi penggunaan
oleh pasien skizofrenia yang menjalani rawat haloperidol sebesar 43,3%.26
jalan di Rumah Sakit X di wilayah Bantul Penggunaan kombinasi antipsikotik dapat
Yogyakarta yakni sebanyak 75 pasien (75%), menghasilkan target reseptor yang bervariasi
diikuti dengan tipe skizofrenia tak terinci dan lebih besar. Sebagai akibatnya, penggunaan
sejumlah 19 pasien (19%). kombinasi ini dapat meningkatkan khasiat
Kelompok pendidikan dalam penelitian dari antipsikotik yakni dengan meningkatkan
kali ini dibagi ke dalam 6 kelompok, yaitu antagonis reseptor D2 dopaminergik secara
pasien dengan pendidikan tamat SD, SMP, aditif dan diharapkan dapat mengurangi efek
SMA, diploma, sarjana, dan tidak bersekolah. samping yang terkait dengan dosis masing-
Berdasarkan hasil penelitian ini, kelompok masing obat.27
terbanyak dari pasien skizofrenia rawat jalan Pada penelitian ini, efek samping EPS
di Rumah Sakit X di wilayah Bantul pada akibat pemberian antipsikotik terjadi pada 12
periode Januari–Desember 2017 dilihat dari pasien, sedangkan sebanyak 88 pasien lainnya
pendidikan terakhirnya adalah pada tingkat tidak mengalami EPS. Antipsikotik tipikal
SMA. Seseorang dengan penyakit skizofrenia mempunyai efek ekstrapiramidal lebih besar
cenderung mempunyai jaringan otak yang dibandingkan antipsikotik atipikal, namun
relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan pada penelitian ini tidak terlihat perbedaan
orang pada umumnya, sehingga hal tersebut efek tersebut. Pada pasien yang mendapatkan
akan memengaruhi tingkat pendidikan pasien, antipsikotik tipikal baik tunggal maupun
yang dalam hal ini hanya memiliki tingkat kombinasi, terdapat 8 orang yang mengalami
pendidikan SMA.24 EPS, sedangkan pasien yang mendapatkan
Pola penggunaan terapi antipsikotik yang antipsikotik atipikal baik tunggal maupun
paling banyak digunakan adalah antipsikotik kombinasi, terdapat 9 orang yang mengalami
kombinasi dengan jumlah sebesar 56 pasien EPS.
(56%), sedangkan untuk antipsikotik tunggal Haloperidol merupakan obat antipsikotik
sebanyak 44 pasien (44%). Pada penelitian yang termasuk dalam antipsikotik golongan
lain yang dilakukan oleh Purwandityo et al. tipikal kelas butirofenon, sedangkan antipsikotik
(2018) pada pasien skizofrenia rawat inap di klorpromasin termasuk dalam kelas fenotiazin.
RSJ Prof. Soerojo Magelang, penggunaan Perbedaan dari kedua antipsikotik ini terletak
antipsikotik kombinasi dari risperidon dan pada afinitasnya dalam mengikat reseptor
klozapin adalah yang terbanyak yakni sebesar dopamin D2. Obat antipsikotik haloperidol
20,62%, diikuti haloperidol dan klozapin diketahui memiliki afinitas 50 kali lebih kuat
sebesar 13,4% dan risperidon tunggal sebesar atau 90% kekuatan jika dibandingkan dengan
12,37%. Penggunaan polifarmasi antipsikosis obat antipsikotik klorpromasin yang hanya
atipikal di negara Asia rata-rata yaitu 42,2% 70% kekuatannya dalam mengikat reseptor
±12,0%, dengan rincian antipsikotik yang dopamin 2 di striatum, sehingga hal tersebut
paling sering digunakan berturut-turut adalah menjadi alasan antagonis reseptor dopamin
26
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
D2 tidak hanya dalam efek antipsikotik, tetapi efek samping EPS jika dosis yang diberikan
juga dalam menyebabkan EPS. Antipsikotik terlalu besar. Namun, munculnya EPS tidak
generasi kedua, atau biasa disebut sebagai hanya berasal dari penggunaan antipiskotik
antipsikotik atipikal, memiliki afinitas yang saja. Terdapat dua faktor lainnya yang dapat
lebih besar pada reseptor dopamin 4, histamin, memicu timbulnya EPS yaitu kelainan genetik
serotonin, muskarinik dan afla adrenergik. pasien dan konsumsi metoklopramid dalam
Namun, pada umumnya antipsikotik atipikal kurun waktu yang sangat lama.2 Data tabel
memiliki afinitas yang kecil terhadap reseptor uji Chi-Square menunjukkan nilai p=1,000
dopamin 2 sehingga memiliki efek samping (p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan
EPS yang lebih kecil. Antipsikotik generasi antara pemberian antipsikotik baik tunggal
kedua diduga efektif untuk mengatasi gejala maupun kombinasi terhadap timbulnya efek
positif maupun gejala negatif, sedangkan samping EPS pada pasien skizofrenia yang
generasi pertama umumnya hanya merespon menjalani rawat jalan di Rumah Sakit X di
untuk gejala positif. Akan tetapi, antipsikotik wilayah Bantul. Hal tersebut terjadi karena
generasi kedua ini mempunyai efek samping dari total 100 orang pasien pada penelitian
gangguan kardiovaskular, penambahan berat ini, hanya terdapat 12 pasien yang mengalami
badan, dan diabetes melitus.28 efek samping EPS. Terjadinya EPS pada
Efek samping EPS tidak hanya diakibatkan penelitian ini berdasar pada diagnosis dokter
penggunaan terapi antipsikotik saja. Terdapat yang tercatat dalam rekam medik dan bukan
beberapa obat lain yang dapat menyebabkan berdasarkan pengamatan pada pasien secara
EPS, salah satunya adalah metoklopramid. langsung, sehingga menurut hasil uji analisis
Metoklopramid merupakan obat antiemetik di atas, pemberian terapi antipsikotik pada
dan gastrokinetik untuk mengobati mual, pasien skizofrenia baik terapi tunggal atau
muntah, gerd, gastroparesis, dan migrain. kombinasi tidak memberikan pengaruh yang
Meskipun obat metoklopramid memiliki efek besar dalam menginduksi terjadinya EPS
yang signifikan dalam mengobati mual dan pada pasien skizofrenia yang menjalani rawat
muntah, serta merupakan obat agonis reseptor jalan di Rumah Sakit X wilayah Bantul
dopamin dan gen antiemetik yang paling Yogyakarta periode Januari-Desember 2017.
terkenal, tetapi penggunaannya telah dibatasi Selain dilihat hubungan antara terapi
oleh European Medicines Agency (EMA) tunggal dan kombinasi terhadap efek samping
karena dapat menyebabkan efek samping EPS, pada penelitian ini juga dikaji hubungan
neurologis akut dan kronis.29 Efek samping antara golongan antipiskotik baik itu tunggal
neurologis yang sering muncul akibat dari tipikal dan tunggal atipikal maupun kombinasi
penggunaan obat metoklopramid adalah EPS atipikal-atipikal, tipikal-tipikal, serta tipikal-
dengan gejala di antaranya parkinsonisme, atipikal terhadap efek samping EPS pada
distonia akut, akathisia dan bahkan bisa pasien skizofrenia. Hasil dari analisis uji Chi-
menjadi diskinesia tardiv jika tidak terobati Square memberikan nilai p=0,467 (p>0,05),
dengan benar.30 Diskinesia tardiv merupakan yang artinya tidak terdapat hubungan antara
suatu sindrom yang ditandai oleh gerakan pemberian terapi tunggal antipsikotik baik
berulang pada bibir, lidah, dan wajah yang itu tipikal maupun atipikal terhadap kejadian
persisten dan berpotensi ireversibel.31 Oleh efek samping EPS pada pasien skizofrenia.
sebab itu, pasien skizofrenia yang menggunakan Uji yang digunakan untuk menganalisis
terapi obat metoklopramid harus dieksklusi antipsikotik kombinasi (baik atipikal-atipikal,
sebab dapat menjadi bias dalam hasil penelitian. tipikal-tipikal, atau tipikal-atipikal) terhadap
Penggunaan antipsikotik menimbulkan kejadian efek samping EPS adalah uji Chi-
27
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
Square, tetapi dalam hasil analisis diperoleh samping sindrom ekstrapiramidal (p=1,000).
terdapat 3 sel yang mempuyai nilai expected Penggunaan terapi antipsikotik tunggal baik
kurang dari 5, sehingga uji ini tidak dapat itu tipikal maupun atipikal tidak memiliki
diterima. Alternatif yang dapat digunakan hubungan terhadap timbulnya efek samping
dalam uji ini yakni melalui penggabungan sindrom ekstrapiramidal (p=0,467), begitu
sel18 antara terapi antipsikotik tipikal-tipikal pula dengan penggunaan terapi antipsikotik
dengan tipikal-atipikal menjadi satu kategori, kombinasi, baik kombinasi atipikal-atipikal,
sehingga dapat diketahui apakah antipsikotik tipikal-tipikal maupun tipikal-atipikal, tidak
tipikal ini benar-benar dapat menyebabkan memiliki hubungan terhadap timbulnya efek
efek samping EPS pada pasien skizofrenia samping sindrom ekstrapiramidal (p=0,269).
sesuai yang telah disebutkan dalam beberapa
literatur, serta mengingat bahwa pasien yang Ucapan Terima Kasih
menggunakan terapi antipsikotik kombinasi
tipikal-tipikal, tipikal-atipikal lebih banyak Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dari pada pasien yang menggunakan terapi seluruh pihak yang berkontribusi di dalam
antipsikotik atipikal-atipikal pada penelitian penelitian ini, antara lain bagian rekam medik,
ini. Namun demikian, hal tersebut nyatanya dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain di
tidak terbukti secara statistik pada penelitian Rumah Sakit X wilayah Bantul Yogyakarta
ini, sebab hasil yang diperoleh dari analisis atas bantuan dan arahan yang diberikan.
uji Chi–Square setelah proses penggabungan
adalah p=0,269 (p>0,05) yang artinya tidak Pendanaan
terdapat hubungan antara pemberian terapi
antipsikotik kombinasi, baik atipikal-atipikal Penelitian ini memperoleh dana hibah internal
maupun tipikal-tipikal atau tipikal-atipikal, Universitas Ahmad Dahlan tahun 2017.
terhadap kejadian efek samping EPS pada
pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan Konflik Kepentingan
di Rumah Sakit X wilayah Bantul, Yogyakarta.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
pengambilan data dilakukan secara retrospekif potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
berdasarkan catatan rekam medik, sehingga kepenulisan (authorship), dan atau publikasi
peneliti tidak melakukan pengamatan secara artikel ini.
langsung pada pasien yang mendapatkan terapi
antipsikotik terhadap kejadian EPS. Kejadian Daftar Pustaka
eksrtrapiramidal diketahui berdasarkan data
rekam medik diagnosis EPS yang diperoleh 1. Badan Penelitian dan Pengembangan
setelah mendapatkan antipsikotik. Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Riskesdas dalam angka Provinsi
Simpulan DIY tahun 2013, Igarss 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
Penggunaan terapi antipiskotik pada pasien 2014.
skizofrenia yang menjalani rawat jalan di 2. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A,
Rumah Sakit X wilayah Bantul, Yogyakarta Muchtar A, Arif A, Bahry B. Farmakologi
pada periode Januari–Desember 2017, baik dan terapi Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
terapi tunggal maupun terapi kombinasi, tidak 2012.
memiliki hubungan terhadap timbulnya efek 3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
28
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
29
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019
© 2019 Dania et al. The full terms of this license incorporate the Creative Common Attribution-Non Commercial License (https://
creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/). By accessing the work you hereby accept the terms. Non-commercial use of the work are permitted
without any further permission, provided the work is properly attributed.
30