EKONOMI KREATIF
DOSEN PENGAMPU :
SURYANDI (7172141006)
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN, 2019
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah
yang karena bimbinganyalah Maka penulis bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul
“modal dasar dan aktor penggerak ekonomi kreatif”. Makalah ini di buat dari berbagai
observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan Makalah yang bisa di
pertanggung jawabkan hasilnya. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang
telah membantu kami dalam dalam menghadapi berbagai tantantangan dalam penyususnan
Makalah ini
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan mendasar pada Makalah ini
oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan ktitik dan saran yang
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini .Terimakasih, dan semoga Makalah ini
bisa memberikan sumbangan positif bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perdagangan bebas dan krisis ekonomi global mengharuskan setiap negara, termasuk
Indonesia berupaya keras untuk dapat bersaing baik di pasar dalam negeri maupun luar
negeri.Kondisi tersebut dapat dipecahkan dengan mendorong suatu bentuk perekonomian
yang lebih berdaya saing, sumber daya yang terbarukan dan berkesinambungan berbasis
kreatifitas, dimana ide atau gagasan dapat memberikan kesejahteraan secara ekonomi dan
sosial bagi masyarakat.Pengembangan ekonomi dan ekonomi kreatif di Indonesia diperlukan
agar siap memanfaatkan dan merebut peluang pasar yang semakin kompetitif.
Pengembangan ekonomi kreatif merupakan pilihan tepat untuk menjaga ketahanan
ekonomi dalam kondisi krisis global.Ekonomi Kreatif perlu dikembangkan karena ekonomi
kreatif berpotensi besar dalam memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan
iklim bisnis yang positif membangun citra dan identitas bangsa, berbasis pada sumberdaya
yang terbarukan menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif
suatu bangsa; dan memberikan dampak sosial yang positif.
Pada tanggal 22 Desember 2008 pemerintah juga telah mencanangkan tahun 2009
sebagai Tahun Indonesia Kreatif (TIK). Tujuan dari program ini adalah terbukanya wawasan
seluruh pemangku kepentingan akan kontribusi ekonomi kreatif terhadap ekonomi Indonesia
dan terciptanya citra bangsa yang positif. Presiden Republik Indonesia juga telah
memerintahkan kepada 28 instansi pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung kebijakan
Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 2009-2015 melalui Instruksi Presiden Nomor 6 tahun
2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan ekonomi kreatif agar bergantung pada berbagai faktor dan komponen
seperti faktor modal, komponen inti, komponen pendukung, aktor penggerak dan faktor
pendorong.
Berdasarkan hasil survei dan penelitian pada usaha kecil dan koperasi dikabupaten
dan kota bandung (1991), serta survei dan penelitian usaha kecil dan menengah unggulan di
kabupaten dan kota bandung (1999), diperoleh suatu kesimpulan yang hampir sama bahwa
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah pada umumnya kekurangan modal, yang sangat
diperlukan untuk pengembangan usaha. Modal yang dimaksudkan oleh para pengusaha
adalah mdal finansial dan material guna memperluas dan meningkatkan usahanya, kebutuhan
modal finansial terutama untuk membeli bahan baku, peralatan dan operasional perusahaan.
Kekurangan modal material dan kekurangan modal intelektual dapat menyebabkan
perusahaan kecil dan menengah ketergantungan pada berbagai aspek, seperti bahan baku,
bahan penolong, teknologi, desain, dan pemasaran. Semua aspek yang dibutuhkan oleh usaha
kecil dan menengah tersebut dimiliki oleh penguusaha besar. Modal yang diperlukan untuk
membeli bahan baku dan teknologi biasanya dimiliki oleh pengusaha besar yang memiliki
akses modal, menguasai pasar, dan memiliki teknologi. Pemilik modal menguasai informasi
pasar sehingga pengusaha kecil dan menengah ketergantungan kepada pemilik modal yang
menguasai pasar.
Seperti dikemukakan howkins (2001), “modal kreativitas” bukan merupakan modal
material tetapi merupakan modal intelektual, modal budaya, modal sosial, dan modal
struktural. Modal kreatif (creative capital) adalah modal intelektual berupa kekayaan
intelektual, seperti desain produk, merek dagang, hak cipta, paten dan royalti.
Oleh sebab itu agar kreativitas menghasilkan dan memberi dampak positif output an
outcome (keluaran dan hasil), menurut home atfairs bureau (2005:41); UNDP-UNCTAD
(2008: 10) diperlukan empat modal, sebagai berikut.
1. Modal insani (human capital),
2. Modal sosial (social capital),
3. Modal budaya (cultural capital)
4. Modal struktur kelembagaan (struktural institusional capital)
Keempat jenis modal tersebut merupakan faktor yang sangat menentukan
pertumbuhan kreativitas dan dipandang sebagai modal ekonomi kreatif. Manifestasi dari
kreativitas adalah output dan out comes yang terbentuk dari interelasi antar modal insani,
modal budaya, modal sosial, dan kelembagaan.
Modal kelembagaan dan struktural merupakan modal yang diperlukan oleh industri
kreatif yang berasal dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang dapat mengakomodasi dan
melindungi industri kreatif. Oleh karena itu,diperlukan departemen khusus yang membina
industri kreatif di bawah kementerian yang membina perindustrian atau perdagangan,yang
mendorong,mengadvokasi,mematenkan dan mempromosikan produk budaya nya.
Modal struktural atau kadang dikenal dengan modal infrastruktur oleh Howkins
(2001:210) didefinisikan sebagai alat yang perlu dan dipandang sebagai modal sumberdaya
manusia bagi organisasi. Modal infrastruktur ini meliputi :
1. Kebijakan rekrutmen oraganisasi
2. Pelatihan dan remunerasi
3. Sistem informasi manajemen dan sistem manajemen ilmu pengetahuan
4. Arahan kerja tim
5. Sikap dalam pekerjaan
6. Menajemen hak kekayaan intelektual
7. Nama
8. Perlindungan merk dagang
9. Lisensi
10. Hak paten dan
11. Perlindungan hak cipta
Cepat atau lambatnya perkembangan ekonomi kreatif sangat bergantung pada peran
aktor. Aktor utama penggerak ekonomi kreative terdiri atas :
1. Cendekiawan (intellectuals)
2. Bisnis (bussiness)
3. Pemerintah (government)
Ketika aktor tersebut disebut sistem triple hekix. Teori ini awalnya dipopulerkan oleh
Henry Etzkowits dan Loet Leydesdorff (2002:29) dalam bukunya The Dinamics of
Innovation: From National Systems and “mode 2” to a triple helix of university-industry-
government relations dan dikutip juga oleh dapartemen perdagangan (2008:57) bahwa triple
helix sebagai metode pembangunan kebijakan berbasis inovasi. Teori ini mengungkapkan
tentang pentingnya penciptaan sinergi tiga kutub,yaitu akademisi,bisnis dan pemerintah.
Di Indonesia dikenal dengan konsep ABG (akademisi, bisnis,dan government) atau
IBG (Intellectuals,business and goverment)dengan tujuanpembagunan ekonomi
berkelanjutan berbasis pengetahuan. Sinergi dari ketiga kutub ini diharapkan terjadi sirkulasi
pengetahuan yang berujung pada inovasi,yaitu inovasi yang memiliki potensi ekonomi atau
knowledge capital (model pengetahuan).
Sirkulasi Individu
Ruang /
Space
b. regulator
c. Kebijakan/regulasi/program/kegiatan
d. kurikulum kreatif
g. entrepreneur kreatif
h. teknologi kreatif
Dengan demikian, produk yang memuaskan konsumen merupakan produk barang atau
jasa yang memiliki nilai tambah yang sesuai dengan keinginan konsumen. untuk itu
diperlukan kreativitas berpikir berupa gagasan, ide, dan keterampilan untuk meningkatkan
nilai tambah yang memberikan manfaat dan sesuai dengan keinginan konsumen.
Kinerja bisnis ditentukan ditentukan oleh berbagai faktor baik internal maupun
eksternal. dalam ekonomi kreatif kinerja bisnis ditentukan oleh produktivitas, iklim kreatif,
inovasi, riset dan pengembangan dari kelas kreatif. produktivitas memiliki arti luas dan dapat
didefinisikan sebagai penggunaan ilmu pengetahuan, pikiran, keterampilan, dan teknologi
untuk menghasilkan sesuatu baik dalam bentuk gagasan, ide ide, khayalan-khayalan untuk
meningkatkan nilai tambah produk barang dan jasa. Jadi, nilai tambah meningkat apabila ada
kreativitas dalam menghasilkan ide, gagasan, imajinasi, dan khayalan sebagai hasil dari
produktivitas berpikir kreativitas. sementara itu, iklim kreatif adalah kondisi yang diciptakan
untuk menciptakan kinerja bisnis. iklim bisnis menyangkut kebijakan, perlindungan, advokasi
,dan kemauan politik dari pemerintah.
Untuk meningkatkan produktivitas bisnis, kelas kreatif berperan melakukan riset dan
pengembangan, berinovasi, dan mengembangkan desain-desain baru. kelas kreatif juga
menumbuhkan iklim kreatif yang dorong bisnis berkinerja tinggi. pentingnya kreativitas
dalam kerja bisnis, Tether (2005) yang dikutip oleh Departemen perdagangan (2008:58)
mengemukakan hubungan antara kreativitas dan desain ke dalam kinerja bisnis terdapat 5
domain dalam kinerja bisnis yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Kreativitas selain diperlukan untuk pengembangan desain dan kegiatan penelitian dan
pengembangan (research dan development), kreativitas juga penting untuk
pembentukan iklim kreatif. dalam pengembangan desain diperlukan kreativitas dari
para kreator yang mampu menciptakan ide-ide, gagasan-gagasan, imajinasi imajinasi
untuk merancang desain. demikian juga dalam riset pengembangan diperlukan
kreativitas dari para aktor untuk terus melakukan riset riset dan pengembangan untuk
meningkatkan produktivitas dan kinerja bisnis.
2. Inovasi, bergantung pada Berapa banyak desain dikembangkan dan riset riset
dilakukan oleh kelas kreatif.
3. Produktivitas bisnis, sangat bergantung pada seberapa banyak inovasi dilakukan dan
jasa yang dikembangkan. semakin tinggi tingkat inovasi yang dilakukan maka
semakin tinggi produktivitas perusahaan yang berarti semakin tinggi pula kinerja
bisnis.
4. Kinerja bisnis, sangat bergantung pada banyak faktor, seperti iklim kreatif,
produktivitas, dan ragam desain yang dikembangkan secara terus-menerus. Untuk
menciptakan kinerja bisnis yang tinggi diperlukan tingkat produktivitas yang tinggi
dan iklim bisnis yang kondusif, serta pengembangan desain yang terus-menerus oleh
kelompok kelas kreatif.
5. Iklim bisnis, ini yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dalam
menciptakan kinerja bisnis. Semakin kondusif iklim bisnis maka semakin tinggi
kinerja bisnis.
DAFTAR PUSTAKA