Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN INFEKSI


MATERNAL ( PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN INFEKSI
TRAKTUS GENETALIS )

Disusun oleh:

MERY WIDIA PUTRI (20171660035)

MUHAMMAD FARID (20171660074)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syujur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya kami dapat
menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan infeksi menular seksual ini dalam rangka
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II. Pada makalah ini kami akan
membahas materi mengenai bagaimana Asuhan Keperawatan pada infeksi menular seksual
yang kami susun dari berbagai sumber dan kami rangkum pada laporan ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik
berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata
kuliah Keperawatan Maternitas II.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan
kami mohon maaf. Kritik dan saran sangat terbuka supaya laporan ini dapat diperbaiki dan
menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR................................................................................................................I

DAFTAR ISI...........................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................III

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................................

BAB II STUDI LITERATUR....................................................................................................

2.1 Definisi ..................................................................................................................................


2.2 Etiologi ..................................................................................................................................
2.3 Patofisiologi ..........................................................................................................................
2.4 Web of Caution .....................................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................................................
2.6 Klasifikasi ..............................................................................................................................
2.7 Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................................
2.8 Penatalaksanaan .....................................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................................

3.1 Pengkajian .............................................................................................................................


3.2 Diagnosa keperawatan ...........................................................................................................
3.3 Intervensi keperawatan ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Depkes RI (2007) Infeksi Menular Seksual (IMS ) adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual akan lebih beresiko bila
melakukan seksual dengan berganti ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun
anal.
Penyakit Kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya
sangat popular di Indonesia yaitu sifilis , HIV , gonorea, hepatitis dan herpes. Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan dan semakin banyaknya penyakit-penyakit baru,
sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted
Diseases (STD) atau penyakit menular seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah
Sexually Transmitted Diseases (STD) mulai berubah menjadi infeksi menular seksual
(IMS) agar dapat menjangkau asimtomatik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian penyakit infeksi menular seksual ?
2. Bagaimana Etiologi penyakit infeksi menular seksual ?
3. Bagaimana manifestasi klinis penyakit infeksi menular seksual ?
4. Bagaimana klasifikasi penyakit infeksi menular seksual ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit infeksi meenular seksual ?
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit infeksi menular seksual ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan infeksi menular seksual ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian penyakit infeksi menular seksual
2. Untuk mengetahui Etiologi penyakit infeksi menular seksual
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit infeksi menular seksual
4. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit infeksi menular seksual
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit infeksi menular seksual
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit infeksi menular seksual
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan infeksi menular seksual
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaatnya antara lain:

1. Penulis
a. Dapat mengerti, memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada maternal
dengan infeksi menular seksual
b. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya pada maternal dengan
infeksi menular seksual
c. Dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
wanita dengan PEB, PER, dan Eklampsia.
2. Institusi Pendidikan
a. Dapat memberikan masukan-masukan bagi institusi mengenai karya tulis ilmiah,
khususnya pada wanita dengan IMS
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan maternitas khususnya pada Ibu infeksi maternal
3. Bagi Ibu
a. Agar ibu mampu mengetahui lebih dini dan dapat menanggulangi lebih awal
komplikasi yang terjadi pada IMS
BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Definisi
Penyakit Kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya
sangat popular di Indonesia yaitu sifilis , HIV , gonorea, hepatitis dan herpes. Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan dan semakin banyaknya penyakit-penyakit baru,
sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted
Diseases (STD) atau penyakit menular seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah
Sexually Transmitted Diseases (STD) mulai berubah menjadi infeksi menular seksual
(IMS) agar dapat menjangkau asimtomatik.

Infeksi Menular Seksual ( IMS ) disebut juga venereal ( dari kata venus, yaitu dewi
cinta dari Romawi kuno), didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan karena
aktifitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular
seksual.

Menurut Depkes RI (2007) Infeksi Menular Seksual (IMS ) adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual akan lebih beresiko bila
melakukan seksual dengan berganti ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun
anal.

Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu
orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual baik
lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama
jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan ppenyakit kelamin. Sehingga kelainan
ditimbulkan tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga didaerah
ekstra genital. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS
adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).
2.2 Etiologi
IMS pada umumnya disebabkan karena adanya penyebaran virus, bakteri, jamur dan
protozoa/parasit. Kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanyya
pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah ekstra genital. Gejalanya dapat
juga menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan organ tubuh lainnya.
Perilaku yang dapat mempermudah penularan IMS adalah dengan berhubbungan seks
yang tidak aman dengn penderita IMS ( tanpa menggunakan pelindung/kondom ), ganti
ganti pasangan seks, pelacuran, melakukan hubungan seks secara anal, karena hubungan
ini mudah menimbulkan luka yang mempermudah masuknya kuman atau virus penyebab
IMS.
IMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita.
Beberapa IMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-minggu, berbulan-
bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.
2.3 Patofisiologi
 gonore
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtivadanfarings.
Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikulaseminalis,epididimis dan
testis pada pria dan kelenjar Skene, Bartholini,endometrium, tuba fallopi danovarium pada
wanita.Tanda-tanda penyakitnya adalahnyeri, merah dan bernanah.Gejala pada laki-laki
adalahrasa sakit pada saat kencing,keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis
tampak merah
dan agak bengkak. Pada perempuan, 60% kasus tidak menunjukkan gejala. Namun ada jugarasa
sakit pada saat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna kekuningan.
Akibat penyakit GO, pada laki-laki dan perempuan seringkali berupa kemandulan pada
perempuan
 sifilis
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik.Hampir semua alat tubuh dapat diserang,
termasuk sistem kardiovaskulerdan saraf. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkandengan
antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang kefase selanjutnya dan meluas ke bagian
tubuh lain di luar alat kelamin.Pada kehamilan kurang dari 16 minggu sifilis dapat menyebabkankematian
janin (sifilis fetalis), pada kehamilan lanjut menyebabkankelahiran prematur atau ganguan pertumbuhan
intrauterin ataupun dapatmenimbulakan cacat berat (pneumonia alba Virchow, sirosis hepatis,splenomegali,
pankreatitis kongenital, kelainan kulit, dan osteokordritis)
 herpes simplek
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa
atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan
yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil
kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk men ginvasi
beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus
menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu
dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi
aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak
dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama
masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi
dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis
tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
Masuknya virus HIV kedalam tubuh,dapat melalui hubungan seksual,cairan tubuh atau
jarum suntik yang tercemar HIV ,dan tranfusi darah.
 HIV
HIV menginfeksi sistem imun terutama sel limfosit CD 4 dan menimbulkan denstruksi sel
tersebut. HIV dapat berada laten dalam sel imun dan dapat sewaktu -waktu aktif
kembali,replikasi virus di dalam sel menimbulkan kematian sel dan menyebar juga limfosit
yang tidak terinfeksi,defisiensi imun dan AIDS.Bila sel CD 4 turun di bawah 100/𝜇𝑙, infeksi
oportunistik dan terjadinya keganasan meningkat, dimensia akibat infeksi HIV dapat
terjadi akibat bertambahnya virus di otak

2.4 Web Of Caution


Gonore dan sifilis
 hepatitis dan HIV

2.5 Manifestasi klinis


2.6 Klasifikasi
Berdasarkan cara penularannya, infeksi menular seksual dibedakan menjadi dua, yaitu
IMS mayor ( penularannya dengan hubungan seksual) dan IMS minor (penularannya
tidak harus dengan hubungan seksual).
1) IMS mayor
a. Gonorea
 Penyebab : Neisseria gonorhoe
 Masa inkubasi : Selama 2-10 hari
 Etiologi
Pada tahun 1832 Ricard membuktikan bahwa gonorea bukan merupakan
penyakit sifilis yang ringan seperti anggapan sebelumnya, melainkan suatu
penyakit infeksi yang berdiri sendiri dan mempunya perbedaan
fundamental dari penyakit sifilis.
Pada tahun 1879 Neisser menemukan kuman yang menyebabkan
penyyakit ini, dan yang sejak itu dikenal dengan nama gonokokus, atau
demi menghargai penemunya, Neisseria Gonoreae.
Gonorea adalah suatu penyakit kelamin yang sangat umum. Penyakit
dijumpai diseluruh didunia. Kejadian penyakit gonorea terutama
tergantung pada banyaknya prostitusi dan kebebasan hubungan seksual di
luar perkawinan di negeri yang bersangkutan.
Gonokokus adalah parasit yang tidak dapat hidup dalam segala macam
keadaan, dan kuman ini hanya patogen terhadap manusia. Gonokokus
menyerang selaput mukosa, terutama yang mempunyai epitel, sendi,
endokard, epitel tatah konjungtiva, epitel vagina pada wanita belum
dewasa dan yang tua juga mudah diserang gonokokus.

b. Sifilis
 Etiologi
Penyebab sifilis adalah treponema pallidum, yang ditularkan ketika
berhubungan seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang
mengandung trepoonema. Treponema dapat melewati selaput lendir yang
normal atau luka pada kulit. Sepuluh sampai 90 hari sesudah troponema
memasuki tubuh, terjadilah luka primer (chancre atau ulkus durum).
Chancre ini keliatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh pada waktu
mulai timbulnya chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1
sampai 4 minggu. Dua sampai 6 minggu sesudah tampak luka primer,
maka dengan penyebaran treponema pallidum di seluruh badan melalui
jalur darah, timbullah erupsi kulit sebagai gejala sifilis sekunder. Erupsi
pada kulit dapat sembuh spontan dalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah
anogenital ditemukan kondilomata lata. Sifilis dibagi menjadi sifilis
akuista (didapat) dan sifilis congenital. Sifilis akuista dibagi menjadi 3
stadium sebagai berikut :
1. Stadium I : erosi yang selanjutnya menjadi ulkus durum
2. Stadium II : dapat berupa roseola, kondiloma lata, bentuk varisela
atau bentuk plak mukosa atau alopesia.
3. Stadium III : bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat-alat
dalam dan kardiovaskuler serta neurosifilis.

2) IMS Minor
a. Herpes Genetalis
Herpes genetalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh herpes
simpleks virus dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar
eritema dan bersifat rekurens.

b. Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit menular yang menyebabkan peradangan pada hati
dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Virus hepatitis dapat menyebabkan peradangan pada hepar dengan gejala
klinik berupa penyakit kuning yang akut disertai malaise,mual,dan muntah, serta
dapat disertai peningkatan suhu badan. Virus hepatitis yang saat ini ditemukan dan
patogen di tubuh manusia adalah :
 Virus hepatitis A
 Virus Hepatitis B
 Virus Hepatitis C
 Virus Hepatitis D
 Virus Hepatitis E
Hepatitis B merupakan satu satunya penyakit menular seksual yang dapat dicegah
dengan vaksinasi. Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit kuning dan ditularkan
melalui kontak seksual. Sebagian penderita hepatitis B dapat kembali sehat
dengan terapi anti hepatitis.

c. HIV / AIDS
Aquired Imunodeficiency syndrome adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
menurunnya kekebalan suhu tubuh yang diperoleh , disebabkan oleh Human
imunodeficiency (HIV). AIDS disebabkan oleh masuknya HIV kedalam tubuh
manusia. Jika sudah masuk dalam tubuh, HIV akan menyerang sel-sel darah putih
yang mengatur sistem kekealan tubuh, yaitu sel-sel penolong “sel T helper”.

2.7 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah Anda terinfeksi Penyakit menular


seksual ada banyak dan pastinya merupakan pemeriksaan yang membutuhkan biaya tidak
sedikit. Sehingga akan lebih bijak jika Anda memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui
jenis pemeriksaan yang Anda butuhkan saja sesuai dengan keluhan Anda. Beberapa jenis
pemeriksaan untuk mengetahui adanya PMS antara lain adalah :

1. Tes darah lengkap.


2. Tes urine lengkap.
3. Anti HIV.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif, tidak terbatas hanya pada pengobatan
antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan menurunkan tingkat penularan namun
juga memberikan pelayanan paripurna yang dibutuhkan untuk mencapai derajat kesehatan
reproduksi yang baik.
Komponen penatalaksanaan IMS meliputi :
1. Anamnesis tentang riwayat infeksi/penyakit
Bertujuan untuk menentukan factor risiko pasien, membantu menegakkan
diagnosisis sebelum dilakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang
lainnya, membantu mengidentifikasi pasangan seksual pasien.
2. Pemeriksaan fisik dan pengambilan specimen/bahan pemeriksaan
3. Diagnose yang tepat
4. Pengobatan yang efektif
5. Nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual
6. Penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya
7. Penatalaksanaan mitra seksual
8. Pencatatan dan pelaporan kasus
9. Tindak lanjut klinis secara tepat.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian
1. Biodata Klien
2. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan
pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia,
atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit
kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini
harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien.
Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan
kelainan hospes :
Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma, kortikosteroid, globulin
anti limfosit, disfungsi timik congenital.
Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein liosing
enteropati (peradangan usus)
3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)
a) Aktifitas / Istirahat
- Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
- Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (
Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).

b) Sirkulasi
- Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
- Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
c) Integritas dan Ego
- Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
- Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d) Eliminasi
- Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
- Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah, warna dan
karakteristik urine.
e) Makanan / Cairan
- Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
- Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
f) Hygiene
- Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g) Neurosensoro
- Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
- Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h) Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
- Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak,pincang.
i) Pernafasan
- Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
- Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j) Keamanan
- Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi
imun, demam berulang,berkeringat malam.
- Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k) Seksualitas
- Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
- Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
l) Interaksi Sosial
- Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya
trauma AIDS.
- Tanda : Perubahan interaksi.

4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes
dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

Neurologis
- EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
- Tes Lainnya
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP
ataupun dugaan kerusakan paru-paru

3.2 Diagnosa Keperawatan


1.Resiko terjadinya infeksi berhubungan d e n g a n d e p r e s i s ys t e m
i m u n , a k t i f i t a s ya n g tidak terorganisir
2.Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diare berat, status
hipermetabolik
3.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hambata
n a s u p a n m a k a n a n (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.19

4.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,


melemahnyaotot pernafasan.
5.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi,kelelahan
6.Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orangdicintai
3.3 Intervensi Keperawatan
1.Diagnosa 1: Resiko t e r j a d i n ya i n f e k s i b / d depresi s ys t e m
i m u n , a k t i f i t a s ya n g t d k terorganisir .
Tujuan : Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk
adademam, sekresi tdk purulent)

Intervensi:
1)Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn pasinR/. Resiko cros infeksi dpt melalui
prosedur yang dilakukan

2)Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup


R / . L i n g k u n g a n ya n g k o t o r a k a n m n e i n g k a t k a n p e r t u m b u h a n k u m a n p
athogen

3)Informasikan perlunya tindakan isolasi


R/. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiak
n y a k u m a n pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsu
ng dgnkuman pathogen

4)Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.


R/. Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.

5)Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.


Observasikulit/membrane mucosa kemungkinan adanya lesi/perubahan warna,
bersihkankuku setiap hari
R/ Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka

6)Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi


R/ Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi

7)A w a s i p e n g g u n a a n j a r u m s u n t i k d a n m a t a p i s a u s e c a r a
k e t a t d e n g a n menggunakan wadah tersendiri
.R/ Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada permukaan kulit.

2.Diagnosa 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status


hipermetabolik.
Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat

Intervensi:

1)Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.


R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun
menunjukkanadanya dehidrasi.

2)Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan pakaiantetap
kering, kenyamanan suhu lingkungan.
R/ Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.
3)Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.
4)Timbang BB setiap hari
R/. penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh
5)Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.
R/ Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus dan melem
b a b k a n membrane mucosa.

6)Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsang


R/ Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapancairan pada dinding ususa
kan kurang

3.Diagnosa 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


h a m b a t a n a s u p a n makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.

•Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.

Intervensi:

1)Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.R/ Lesi pada mulut, esophagus
dpt menyebabkan disfagia

2)auskultasi bising usus


R/ Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan men
u r u n k a n t i n g k a t penyerapan usus.

3)Timbang BB setiap hari


R/ BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat

4)hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.

5) berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang
mengandung alcohol
R/ Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan menurunk
a n n a f s u makan.

6)R e n c a n a k a n m a k a n b e r s a m a k e l u a r g a / o r a n g t e r d e k a t . B e r i k a n m a k a
n s e s u a i keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi)

7)sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit8)dorong klien untuk
duduk saat makan.

4.Diagnosa 4: Pola nafas tidak efektif berhubungan


d e n g a n p e n u r u n a n e k s p a n s i p a r u , melemahnya otot pernafasan.
•Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif

Intervensi:

1)Auskultasi bunyi nafas tambahanR/ bunyi nafas tambahan menunjukkan


adanya infeksi jalan nafas/peningkatansekresi.
2)Catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan penggunaanotot
asesoris.
3)Berikan posisi semi fowler

4)Lakukan suction bila terjadi retensi sekresi jalan nafas5.Diagnosa

5: Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran


oksigen,malnutrisi, kelelahan
•Tujuan: Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas
dyspneadan takikardi selama aktivitas

Intervensi:

1)Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas


R/ Respon bervariasi dari hari ke hari

2)Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu


R/ Mengurangi kebutuhan energi

3)Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.


R/ Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

6.Diagnosa 6: Tidak efektif koping keluarga berhubungan den


g a n c e m a s t e n t a n g keadaan yang orang dicintai

•Tujuan: Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport


sistem danadaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria
pasien dankeluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
Intervensi:
1.Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
R/ Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga

2.Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal


R/ Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

3.Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.


R/ Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana
DAFTAR PUSTAKA

 Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, wasserheit JW, Corey L, dkk.
Editor : sexually Transmitted Diseases, Edisi ke-4. New York : Mc Graw-Hill
;2008
 Christopher,J. 2000. Obstetric dan Ginekologi.Jakarta : Widya Medika
 Green. W, 2005, HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan (Terjemahan), HIV i-base
http://www.i-base.info
 Reeder SJ, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga, Ed. 18, Vol. 2. Anisa E, editor. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai