Anda di halaman 1dari 18

Hapus

Karya: Insaf dan Jaya

Kucoba mengalah
Untuk mendaptkanmu
Walau mata hatiku
Masih menginginkanmu

Terus kudaki
Bukit terjal tak terbatas
Sudah usai semua perjalan cintaku

Cukuplah sudah kau sakiti aku


Kau selalu buatku
Menghayat hatiku
Ku akan mencoba tuk melupakanmu
Menghapus bayangmu yang tak mungin lenyap

Date Sampolawa 2008


Cinta Pertama
Karya: Insan Al Arif R

Tersenyumlah kau di saat memandangku


Hingga kau merasakan apa yang kurasakan
Namun malu rasanya untuk ku ungkapkan

Dan berbahagialah daku


Disaat daku tahu
Apa yang kau rasakan
Hingga kaupun merasakan

Namun
Kau menetaskan air mata itu
Maka ijinkan daku
Mengambil air mata itu untuk berwudhu

Date: Sampolawa, 2011


Manusia Setengah Hewan
Karya : Insan Al Arif R

Rasanya diriku bagai setengah hewan


Pikiranku berjalan sesuai naluri
Naluri yang membentuk sikap dan kepribadanku

Mencari sensasi dengan kekonyolan


Mengharap awan putih yang datang
Namun, terkadang langit gelap yang tampak

Di setiap perjalanan hidupku


Tak pernah kucapai bintang yang menjulang tinggi
Namun hanya dapat kupandang dengan mata penuh harapan

Oh Tuhan…
Ini kah jalan yang kau berikan
Rasanya aku hidup dalam skenariomu

Date: 2012
Puisi
Kaya: Insan Al Arif R

Pernah kau berlalri


Mengejar cinta yang tak pasti
Mengejar cinta tak mungkin
Didalam sanubari

Pernah kau berangan


Meraih mimipi mimpi indah
Membawa kedalam dunia nyata
Kedalam kebahagian

Andaikan aku musisi


Akan kulantunkan nyanyian suci
Berisi puisi
Tentang kisah ini

Andaikan aku cahaya


Akan kupancarkan sinar surya
Memberi kehangatan luka
Lukamu yang dulu pernah membeku

Aku tak mau


Jika kau mau
Miliki semaumu

Date: Sampolawa 2012


Lembaran baru
Karya: Insan Al Arif R

Hilang mentari nan terbit


Tertutup awan na kelam
Memecah…
Mati rasa terkubur dalam goresan dan penantian

Ku buka lembaran baru


Ku baca dan kupahami maknanya
Jadilah kau makhota hidup penunjuk arah setiap langkah

Kaulah nyata dalam angan semua pemimpi


Hingga nanti…
Bersama…
Kita melihat mimpi dengan mata terbuka

Date: 2013
Kamulah Satu
Karya: Mar Jaya TP

Mampu diriku mengagumimu


Dengan segala keterbatasanku
Inilah anugrah yang terindah

Tenang jiwaku di pelukanmu,


Damai hidupku
Bila terus bersama
Inikah anugerah yang terindah

Terbiasa ku dengan kasih sayangmu,


Ini langkah yang kita punta
Tujuan pasti bersama

Aku menyayangimu dirimu meski


Caraku tak sempurna
Inginku selalu bahagiakanmu
Tanpa lelah menjagamu
Kamulah satu cinta suciku berharap abadi dalam takdirnya
Cinta Anak Matematika

Karya: Insan Al Arif R

Dulunya aku numerus


Lalu kau datang dan pecahkan aku dalam bentuk logaritmamu
Kau tentukan persamaan linearku
Kau sederhanakan x dan y di hatiku sesukamu

Aku berpikir peluang


Bagaimana sigma kombinasi
Lalu tautologiku menuntunku dalam table nilai kebenaran

Baru aku sadari…


Kaulah ingkaranku
Logika dalam Iq ku tak berlaku untukmu
Ternyata kaulah frekuensi kumulatif dan ogive

Date : 2012
Gerimis di tanah Leluhur

Karya: La Ode Hartoni

Masih lekat linang dimataku


Riwayat kita yang merajut luka di tanah leluhur.
Bising suara mesin melahap habis rindang pepohonan
Yang pernah menumbuhkan riang suara anak anak bermain mata air juga air mata
Tanah ku dirampas kuasa, Sampolawa negeri tua yang malang di ratapan

Hari itu, gerimis benar benar turun di tanah kita


Mengenang luka dan air mata

Date : Ternate 2015


Cerita Tanah Moni

Karya: Insan Al Arif R

Udara dingin terus meraba kulit


Disini
Ditanah Moni
Memori lama mulai terangkai
Menghiasi sepi yang lama tak bertepi

Wahai dingin, aku ingin bebas oleh rasa penak dan sesak
Bukan karena jauh dari hiruk pikuk dunia masa kini
Bukan pula cemburu pada kesetiaan hujan yang jatuh membasahi bumi
Aku hanya ingin nafas yang kembali untuk kesekian kali
Risalah hangatnya malam itu dibulan Juli

Date 25 Juli 2019


Berdosakah Aku
Karya : Insan Al Arif R

Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku begini
Hidup dalam sistem sensasi
Hidup dari kebijakan politisi
Hidup karena percaturan oligarki

Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku masih begini
Hidup dalam krisis dan paradoks demokrasi
Hidup dari elit elit partai yang carut marut tanpa edukasi
Hidup karena obsesi penguasa negeri ini

Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku memikirkan ini
Bayang bayang prodak koalisi tidak benar benar sejati
Yang katanya reformasi atau bahkan revolusi
Namun masih saja korupsi dan kolusi

Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku memahami situasi
Apakah ini madu atau racun demokrasi?
Apakah ini sistem sampai ber abad abad di kemudian hari?
Apakah ini janji janji Mu dari pejalanan sebuah negeri?
Sampai tiba masanya untuk kembali
Tuhan. . .
Jawablah aku
Apakah negri ini adalah negri Islami?
Jawablah aku
Apakah negri ini adalah negri hukum sesuai amanah konstitisi?

Tuhan. . .
Banyak dari kami turun pada realitas
Bahwa ini lah wajah negri di bumi
Dosa kah kami?
Dan lagi pemimpin pemimpin negeri melanggar konstitusi
Namun, bait bait syair nota pembelaan di meja hijau ber isyarat dengan lantang menggelegar
bahwa ini semua demi anak anak negri
Lalau dosa kah kami?

Kami memang korupsi


Kami memang kolusi
Kami memang hegemoni
Namun niat suci yang terpatri dari tindakan aksi berkeyakinan bahwa hanya inilah solusi
Dari kutukan nalar sistem yang merusak kedamaian hati

Engkau melihat kami


Dari guru, kontraktor, dan dokter mengharuskan sistem ini
Jika tidak, mau makan apa anak cucu kami.
Hei kau… anak muda yang berteriak teriak dengan idealisnya
Karena belum saja kau duduk disini
Lalu berdosakah kami?
Apakah kami semua harus selesai dengan diri sendiri?
Apakah kami semua harus meninggalkan duniawi, dan menepi mengikuti jalan sufi?
Apakah kami semua mampu untuk itu Tuhan?
Jika tidak…
Lalu negri ini memang sudah seperti ini, tidak akan berubah sepuhnya murni
Sampai manusia itu benar benar turun kebumi

Lalu, kami hidup dengan rupa rupa itu


Lalu, kami hidup dengan sistem sistem itu
Lalu, kami hidup dengan peradaban ini
Tolong jawab Tuhan
Berdosahkah kami
Berdosahkah aku

Date: Nabire, 4 November 2019


Dinasti Batsel
Karya : Insan Al Arif R

Hei Bung
Siar tersebar menyorak sampai ke indra
Kini negeri Batsel merekah
Lima tahun sudah bau aib itu mewabah
Tak tahu sampai dimana angin membawa aroma

Hei Bung
Mereka bilang Batsel beradat
Jauh bung… Jauh…Jauh isi nampak kulit
Mereka bilang Batsel beradab
Aku tertawa tawa, tertatih tatih dengan titah dari Sang tahta
Bukan beradab tapi biadab

Hei Bung
Sini, ku bisikan tanda semesta bahwa game of throne sudah dimulai
Sedikit lagi, bunyi Megavone menggelagar dari corong corong insan munafiq
Yang katanya atas nama rakyat namun bak film seri drama korea
Yang katanya atas nama rakyat namun rakyat yang mana
Yang katanya atas nama rakyat namun konklusi bak tirani raja sehari
Kemudian didengarkan penguasa delusi dari rentetan episode dangkal penuh kisi kisi

Hei Bung
Kami bukan multiple choice
Nalar kami causa essendi.
Selatan itu sudah membangun dinasti
Doa Yang Piatu

Karya : La Ode Hartoni

Matahari masih nampak malu malu membiaskan cahayanya diantara lenggang jalan desa itu.
Anak anak masih terlelap diasuh malam yang panjang dan hujan yang tipis dekat jendela tak
berkaca
Sementara itu merapikan dapur dan meja makan selepas percakapan hangat semalam, keluarga
kecil yang kini piatu.
Ini riwayat kita, Ibu dalam puisi yang terbata bata
Esok mungkin saja tiba dengan doa dan lafaz yang masih sama.
Tuhan aku hanya ingin terus bersyukur walau dengan tertatih
Untuk terus menghamba, sepanjang usia Tuhan

2019
Secangkir kopi untuk dinda

Karya : Insan Al Arif


Pagi yang mendidih
Karya : Insan Al Arif R
Sunyi…
Bunyi yang sembunyi
Itu kata Filsuf sekalas Rocky
Air hidung ini jatuh, jatuh dan terus jatuh
Sepenggal kisah menguasai bunyi
Memang pagi yang mendidih

Semua berantakan sejak pagi tadi


Di meja biasaku menghabiskan lebih separuh hari
Duduk dan menyepi lebih, lebih dan lebih memuncak dari riuk riuk orgasme mereka

Ah sial…
Nafsu memanggil
Membekukan sunyi yang mulai mendidih
Abstrak, kacau, acak
Akhirnya sunyi, mereka menghapus barisan sajak ku, sepiku
Benar benar pagi yang mendidih

Doc. Sampolawa 2 Januari 2019


Sekolah, Bab Yang Tak Selesai
Karya : La Ode Hartoni

Pukul 07.00, lonceng itu di bunyikan tepat saat kita masih separuh jalan
Anak anak berlari tergesa gesa mendahului matahari yang duduk bersilah diatap sekolah kita.
Taka da yang janggal lagi, barisan yang tak kunjung rapi, seragam yang mulia kusam, dan
rutinitas yang barang kali semakin menjemuhkan.

Tapi kita bukan robot, kita manusia merdeka yang terus menghadap lusuhnya kain bendera
dengan tak khitmad.
Kita bukan kelas baris berbaris, maju jalan, langka tegap
Kita juga bukan penghafal kitab baku kurikulum
Kita anak anak yang ingin trus riang, walau terik di sekolah kita tak kunjung padam.
Sekolah, bukan tempat menjual mimpi mimpi, kawanku yang gelisah di kursi malas itu
Kata Kata Motivasi

1. Mimpi anda yang besar lebih baik dibuktikan jika tidak itu tanda keberanian anda yang
kecil
2. Kita tidak akan pernah bisa mengeluarkan seluruh potensi diri, jika kita tidak mau
mengakui kekurangan diri
3. Apapun kebijakan pemerintah, nasibmu ada di tanganmu. Bahkan Tuhan pun menetapkan
batasan bagi Nya untuk nasibmu
4. Semua argument bisa di bantah, jika kita keluar dari cara berpikir yang rasional dan
ilmiah
5. Mengertilah jalan pikiran dan perasaannya sehingga engkau sampai kepada kesadarannya.

Anda mungkin juga menyukai