Kucoba mengalah
Untuk mendaptkanmu
Walau mata hatiku
Masih menginginkanmu
Terus kudaki
Bukit terjal tak terbatas
Sudah usai semua perjalan cintaku
Namun
Kau menetaskan air mata itu
Maka ijinkan daku
Mengambil air mata itu untuk berwudhu
Oh Tuhan…
Ini kah jalan yang kau berikan
Rasanya aku hidup dalam skenariomu
Date: 2012
Puisi
Kaya: Insan Al Arif R
Date: 2013
Kamulah Satu
Karya: Mar Jaya TP
Date : 2012
Gerimis di tanah Leluhur
Wahai dingin, aku ingin bebas oleh rasa penak dan sesak
Bukan karena jauh dari hiruk pikuk dunia masa kini
Bukan pula cemburu pada kesetiaan hujan yang jatuh membasahi bumi
Aku hanya ingin nafas yang kembali untuk kesekian kali
Risalah hangatnya malam itu dibulan Juli
Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku begini
Hidup dalam sistem sensasi
Hidup dari kebijakan politisi
Hidup karena percaturan oligarki
Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku masih begini
Hidup dalam krisis dan paradoks demokrasi
Hidup dari elit elit partai yang carut marut tanpa edukasi
Hidup karena obsesi penguasa negeri ini
Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku memikirkan ini
Bayang bayang prodak koalisi tidak benar benar sejati
Yang katanya reformasi atau bahkan revolusi
Namun masih saja korupsi dan kolusi
Tuhan. . .
Sudah 25 tahun aku memahami situasi
Apakah ini madu atau racun demokrasi?
Apakah ini sistem sampai ber abad abad di kemudian hari?
Apakah ini janji janji Mu dari pejalanan sebuah negeri?
Sampai tiba masanya untuk kembali
Tuhan. . .
Jawablah aku
Apakah negri ini adalah negri Islami?
Jawablah aku
Apakah negri ini adalah negri hukum sesuai amanah konstitisi?
Tuhan. . .
Banyak dari kami turun pada realitas
Bahwa ini lah wajah negri di bumi
Dosa kah kami?
Dan lagi pemimpin pemimpin negeri melanggar konstitusi
Namun, bait bait syair nota pembelaan di meja hijau ber isyarat dengan lantang menggelegar
bahwa ini semua demi anak anak negri
Lalau dosa kah kami?
Hei Bung
Siar tersebar menyorak sampai ke indra
Kini negeri Batsel merekah
Lima tahun sudah bau aib itu mewabah
Tak tahu sampai dimana angin membawa aroma
Hei Bung
Mereka bilang Batsel beradat
Jauh bung… Jauh…Jauh isi nampak kulit
Mereka bilang Batsel beradab
Aku tertawa tawa, tertatih tatih dengan titah dari Sang tahta
Bukan beradab tapi biadab
Hei Bung
Sini, ku bisikan tanda semesta bahwa game of throne sudah dimulai
Sedikit lagi, bunyi Megavone menggelagar dari corong corong insan munafiq
Yang katanya atas nama rakyat namun bak film seri drama korea
Yang katanya atas nama rakyat namun rakyat yang mana
Yang katanya atas nama rakyat namun konklusi bak tirani raja sehari
Kemudian didengarkan penguasa delusi dari rentetan episode dangkal penuh kisi kisi
Hei Bung
Kami bukan multiple choice
Nalar kami causa essendi.
Selatan itu sudah membangun dinasti
Doa Yang Piatu
Matahari masih nampak malu malu membiaskan cahayanya diantara lenggang jalan desa itu.
Anak anak masih terlelap diasuh malam yang panjang dan hujan yang tipis dekat jendela tak
berkaca
Sementara itu merapikan dapur dan meja makan selepas percakapan hangat semalam, keluarga
kecil yang kini piatu.
Ini riwayat kita, Ibu dalam puisi yang terbata bata
Esok mungkin saja tiba dengan doa dan lafaz yang masih sama.
Tuhan aku hanya ingin terus bersyukur walau dengan tertatih
Untuk terus menghamba, sepanjang usia Tuhan
2019
Secangkir kopi untuk dinda
Ah sial…
Nafsu memanggil
Membekukan sunyi yang mulai mendidih
Abstrak, kacau, acak
Akhirnya sunyi, mereka menghapus barisan sajak ku, sepiku
Benar benar pagi yang mendidih
Pukul 07.00, lonceng itu di bunyikan tepat saat kita masih separuh jalan
Anak anak berlari tergesa gesa mendahului matahari yang duduk bersilah diatap sekolah kita.
Taka da yang janggal lagi, barisan yang tak kunjung rapi, seragam yang mulia kusam, dan
rutinitas yang barang kali semakin menjemuhkan.
Tapi kita bukan robot, kita manusia merdeka yang terus menghadap lusuhnya kain bendera
dengan tak khitmad.
Kita bukan kelas baris berbaris, maju jalan, langka tegap
Kita juga bukan penghafal kitab baku kurikulum
Kita anak anak yang ingin trus riang, walau terik di sekolah kita tak kunjung padam.
Sekolah, bukan tempat menjual mimpi mimpi, kawanku yang gelisah di kursi malas itu
Kata Kata Motivasi
1. Mimpi anda yang besar lebih baik dibuktikan jika tidak itu tanda keberanian anda yang
kecil
2. Kita tidak akan pernah bisa mengeluarkan seluruh potensi diri, jika kita tidak mau
mengakui kekurangan diri
3. Apapun kebijakan pemerintah, nasibmu ada di tanganmu. Bahkan Tuhan pun menetapkan
batasan bagi Nya untuk nasibmu
4. Semua argument bisa di bantah, jika kita keluar dari cara berpikir yang rasional dan
ilmiah
5. Mengertilah jalan pikiran dan perasaannya sehingga engkau sampai kepada kesadarannya.