Penulis:
Dr. Ginta Ginting, S.E., M.B.A
ISBN: 978-602-392-179-9
e-ISBN: 978-602-392-180-5
Penerbit:
Universitas Terbuka
Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan - 15418
Banten – Indonesia
Telp.: (021) 7490941 (hunting); Fax.: (021) 7490147
Laman: www.ut.ac.id.
Edisi kedua
Cetakan pertama, November 2017
Cetakan kedua, April 2018
Cetakan ketiga, Juni 2018
Ginting, Ginta
Pemasaran jasa (BMP); 1--9 / EKMA4568 / 3SKS / Ginta Ginting. – Cet. 3; ed. 2--.
Tangerang Selatan : Universitas Terbuka, 2018.
(364 hal.: 21 cm).
Termasuk daftar referensi.
ISBN 978-602-392-179-9 e-ISBN: 978-602-392-180-5
1. pemasaran
I. Judul
658.8—ddc23 201700061
Dicetak oleh
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Perkembangan Sektor Jasa ................................................................. 1.24
Latihan ................................................................................................ 1.34
Rangkuman ......................................................................................... 1.36
Tes Formatif 2 ..................................................................................... 1.36
Kegiatan Belajar 2:
Pemosisian dan Diferensiasi Jasa ....................................................... 2.23
Latihan ................................................................................................ 2.37
Rangkuman ......................................................................................... 2.38
Tes Formatif 2 ..................................................................................... 2.39
Kegiatan Belajar 2:
Distribusi Pada Jasa ............................................................................ 3.25
Latihan ................................................................................................ 3.31
Rangkuman ......................................................................................... 3.32
Tes Formatif 2 ..................................................................................... 3.33
Kegiatan Belajar 3:
Harga Pada Jasa .................................................................................. 3.35
Latihan ................................................................................................ 3.42
Rangkuman ......................................................................................... 3.43
Tes Formatif 3 ..................................................................................... 3.43
Kegiatan Belajar 4:
Komunikasi Pemasaran Pada Jasa ...................................................... 3.45
Latihan ................................................................................................ 3.51
Rangkuman ......................................................................................... 3.52
Tes Formatif 4 ..................................................................................... 3.52
Kegiatan Belajar 2:
Mendesain dan Mengelola Proses Jasa .............................................. 4.16
Latihan ................................................................................................ 4.21
v
Kegiatan Belajar 3:
Bukti Fisik Jasa ................................................................................... 4.25
Latihan ................................................................................................ 4.34
Rangkuman ......................................................................................... 4.36
Tes Formatif 3 ..................................................................................... 4.36
Kegiatan Belajar 2:
Strategi Menyeimbangkan Kapasitas dan Permintaan ...................... 5.14
Latihan ................................................................................................ 5.29
Rangkuman ......................................................................................... 5.32
Tes Formatif 2 ..................................................................................... 5.32
Kegiatan Belajar 2:
Membangun Loyalitas ........................................................................ 6.19
Latihan ................................................................................................ 6.34
Rangkuman ......................................................................................... 6.36
Tes Formatif 2 ..................................................................................... 6.36
Kegiatan Belajar 2:
Produktivitas ....................................................................................... 7.22
Latihan ................................................................................................ 7.28
Rangkuman ......................................................................................... 7.30
Tes Formatif 2 ..................................................................................... 7.31
Kegiatan Belajar 2:
Pemulihan Jasa (Service Recovery) ..................................................... 8.17
vii
Kegiatan Belajar 2:
Pengukuran Kinerja Perusahaan: The Balanced Score Card .............. 9.18
Latihan ................................................................................................ 9.25
Rangkuman ......................................................................................... 9.26
Tes Formatif 2 ..................................................................................... 9.26
M ata kuliah Pemasaran Jasa merupakan salah satu mata kuliah dalam
rumpun ilmu pemasaran yang memberikan pengetahuan bagi
mahasiswa mengenai perkembangan bidang jasa (service). Mata kuliah ini
merupakan mata kuliah lanjutan yang memerlukan kemampuan dasar di
bidang ilmu pemasaran. Untuk dapat mempelajari mata kuliah ini dengan
baik hendaknya mahasiswa sudah menempuh mata kuliah Manajemen
Pemasaran (EKMA4216) Buku Materi Pokok (BMP) Manajemen Pemasaran
bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang perspektif
baru pemasaran pada sektor jasa dikaitkan dengan aspek-aspek pemasaran
(marketing mix). Selain pemahaman secara konseptual, mata kuliah
Pemasaran Jasa membahas mengenai aspek penting pelayanan kepada
konsumen seperti menawarkan produk/jasa berkualitas yang dapat
memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas yang berdampak terhadap
aspek finansial (profit).
Oleh karena itu, setelah mempelajari mata kuliah ini diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan berbagai permodelan dalam menawarkan
jasa berkualitas secara terintegrasi yang berdampak terhadap kinerja
perusahaan,
Selanjutnya, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai mata kuliah
Pemasaran Jasa terdiri dari 9 modul sebagai berikut:
1. Modul 1, menjelaskan perspektif baru pemasaran pada sektor jasa.
2. Modul 2, menjelaskan perilaku konsumen dan pemosisian jasa.
3. Modul 3, menjelaskan marketing mix tradisional (4ps).
4. Modul 4, menjelaskan marketing mix jasa - perluasan (3 ps).
5. Modul 5, menjelaskan mengenai bagaimana menyeimbangkan
permintaan dan kapasitas produksi.
6. Modul 6, menjelaskan mengenai membangun relationship dan
loyalitas.
7. Modul 7, menjelaskan peningkatan kualitas pelayanan dan
produktivitas.
8. Modul 8, menjelaskan bagaimana mengatasi komplain dan pemulihan
pelayanan.
9. Modul 9. menjelaskan dampak finansial dari pelayanan berkualitas.
x
Peta Kompetensi
Pemasaran Jasa/EKMA 4568/3 sks
Modul 1
PEN D A HU L UA N
T idak dapat dipungkiri, setiap saat kehidupan kita selalu berkaitan dengan
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Kita menggunakan jasa setiap
hari seperti mengambil uang di ATM, menggunakan kartu kredit, membeli
bensin, membayar tagihan melalui bank, naik bus atau kereta api. Tidak
hanya memenuhi kebutuhan rutin, kita juga sering kali membutuhkan jasa
yang dapat memberikan pemenuhan kebutuhan yang spesifik seperti liburan,
bulan madu dan wisata kuliner. Tanpa terasa kehidupan kita pada saat ini
sangat bergantung pada berbagai jasa yang semakin mempermudah
melakukan berbagai aktivitas dari mulai berbelanja, bekerja, dan sekolah.
Ketergantungan kita terhadap jasa dipicu oleh semakin banyaknya
perusahaan yang menyadari pentingnya aspek jasa sebagai strategi merebut
hati konsumen. Experienced service consumer menjadi kunci membangun
keunggulan bersaing. Bagi konsumen, perusahaan harus dapat menawarkan
jasa tidak cukup hanya dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
bahkan sampai bisa melebih harapan dari konsumen. Intinya adalah
bagaimana perusahaan dapat membuat konsumen happy bahkan sampai
membuat konsumen menyatakan WOW (delight). Sayangnya, kita sebagai
konsumen sering kali dihadapkan pada ketidaksempurnaan pelayanan seperti
ATM rusak, customer service di bank yang tidak bekerja cepat, satpam yang
tidak sopan, antrian terlalu panjang, kasir di supermarket yang tidak terampil
dll. Jika perusahaan tidak cepat menanggapi ketidaknyamanan yang
dirasakan konsumen maka konsumen akan melakukan komplain. Adanya
komplain konsumen justru merupakan hal positif yang harus segera harus
dicarikan solusi. Bahkan di sektor jasa komplain konsumen ibaratnya seperti
obat, di satu sisi perusahaan tidak menyukainya namun sisi lain komplain
dapat menyempurnakan penawaran jasa kepada konsumen.
1.2 Pemasaran Jasa
Kegiatan Belajar 1
Aspek jasa menjadi bagian penting tidak hanya pada industri jasa namun
juga pada industri manufaktur. Industri manufaktur merupakan industri yang
memproses bahan mentah menjadi produk seperti sepatu, semen, pakaian
obat-obatan dan elektronika, sedangkan industri jasa merupakan industri
yang menyediakan pelayanan jasa seperti asuransi, perbankan, pendidikan,
kesehatan dan transportasi. Marketing tradisional menekankan bahwa
penyediaan produk menjadi dasar terjadinya pertukaran ekonomi, namun
pada saat ini sudah mengarah pada penyediaan jasa. Dapat dinyatakan bahwa
perbedaan antara produk dan jasa semakin menipis, karena semakin banyak
perusahaan manufaktur memanfaatkan peluang untuk menambahkan jasa
dalam bentuk pelayanan pada portofolionya sebagai bagian strategi
membangun keunggulan bersaing.
Semakin besarnya perhatian perusahaan manufaktur menghasilkan
produk fisik terhadap jasa sebagai bagian penting mendukung keberhasilan
usahanya karena beberapa alasan yaitu:1) komoditisasi produk dari berbagai
industri menyebabkan laba dan marjin tertekan, jasa membantu
meningkatkan value penawaran, 2) konsumen semakin demanding terhadap
jasa dan solusi terutama pada pasar Bisnis to Bisnis (B2B) di mana solusi
menjadi inti kebutuhan pasar ini. 3) jasa dapat memberikan kepuasan
konsumen dan menciptakan loyalitas yang berdampak pada profit
perusahaan.
Perusahaan IBM yang selama ini menjadi pelaku pasar dominan untuk
produk komputer, secara cerdik telah mengubah lanskap bisnisnya ke jasa
konsultasi teknologi informasi karena harus menghadapi kompetisi ketat
dengan pesaing seperti Apple, Dell dan Samsung. Reposisi konsep bisnis
IBM pada bisnis jasa membuat IBM tetap bertahan sebagai perusahaan besar
dan pada saat ini mengalami pertumbuhan pesat memberikan layanan
konsultasi pembuatan program-program komputer.
EKMA4568/MODUL 1 1.5
Sumber: www.ibm.com
SDL, yang intinya menyatakan jasa lebih dominan dari produk dan produk
perlu dipertimbangkan sebagai “medium” untuk layanan perusahaan. Semua
perusahaan berada dalam bisnis penyediaan jasa. Isu sentral dari munculnya
pandangan tersebut adalah “perlu adanya pergeseran dari perspektif pada
perusahaan ke perpektif pada konsumen”. Perusahaan harus menjadi
organisasi pembelajaran terus menerus, yang harus membangun hubungan
lebih erat dengan konsumen serta berkomunikasi secara lebih intens dalam
bentuk dialog. Perspektif service dominant logic berpandangan bahwa
konsumen yang selama ini pasif, saat ini dapat menjadi pemain aktif yang
bersama-sama perusahaan dapat menciptakan nilai bersama (Co-creation
value).
Konsep Co-creation value juga diperkenalkan oleh Prahalad dan
Ramaswamy (2004) yang menekankan pada perlunya melibatkan kosumen
dalam menciptakan nilai. Konsep ini memperkuat konsep SDL (Vargo dan
Lusch, 2004, Hal.32) yang menekankan pentingnya peran konsumen dalam
menciptakan nilai. Menurut Suhadi (2013) proses penciptaan nilai tergantung
pada dua kondisi. Pertama, adanya pengaruh operand resources yaitu
superioritas dari kualitas jasa atau manfaat produk. Kedua, adanya pengaruh
operant resources yaitu pengetahuan pengguna mengenai spesifikasi atau
bagaimana suatu produk/jasa digunakan. Misalnya, penawaran Jasa
Konsultasi IT dari IBM akan dirasakan besar kegunaannya tidak hanya dari
segi kecanggihan spesifikasi yang dimiliki, tetapi juga penggunanya.
Pengguna yang tidak mempunyai kapabilitas di bidang IT tentu apresiasinya
akan jauh berbeda dengan pengguna yang mahir mengenai IT.
Majalah Swa pada tahun 2012 melakukan penelitian mengenai
Konsumunitas untuk menguji sejauh mana keterlibatan komunitas dalam
melakukan co-creation value bersama perusahaan/produsen. Interaksi antara
perusahaan (karyawan) dan konsumen menyebabkan terjadinya sharing
pengetahuan. Sharing pengetahuan ini tidak hanya terjadi antara sesama
anggota komunitas, tetapi juga antara anggota komunitas dan karyawan
perusahaan. Interaksi tersebut meningkatkan komitmen (enganging process),
yang berlanjut pada proses edukasi informal seperti saling menceritakan
pengalaman. Ini semua akan menghasilkan peningkatan kapasitas dan
kompetensi individu yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Peningkatan
kapasitas karyawan (operant resources producers) dan konsumen (operant
resources consumers) akan meningkatkan terjadinya co-creation value yang
bersampak pada soliditas komunitas (Gambar.1.1)
EKMA4568/MODUL 1 1.7
Gambar 1.1
Co-creation Value, Perusahaan dan Komunitas
1. Definisi Jasa
Pemasaran tradisional mendefinisikan jasa sebagai intangible (tidak
berwujud), sedangkan produk sebagai tangible (berwujud). Dalam
kenyataannya ada berbagai variasi dari tingkat keberwujudannya.
Keterangan:
A. Menunjukkan tidak ada elemen jasa, jadi produk dikategorikan highly tangible.
Misalnya: meja, kursi, sepeda, tas dll.
B. Menunjukkan kombinasi antara tangible dan intangible di mana aspek
tangibility-nya lebih besar. Misalnya: dealer mobil, perusahaan Komputer dll
C. Menunjukkan kombinasi antara tangible dan intangible di mana aspek
intangibility-nya lebih besar. Misalnya: hotel, travel agent, bank, asuransi,
transportasi.
D. Menunjukkan tidak ada elemen produk nyata, dikategorikan sebagai jasa yang
highly intangible. Misalnya: pengacara, pendidik, konsultan dll
Gambar 1.2.
Intangibility dan Tangibility
EKMA4568/MODUL 1 1.9
Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik benang merah yaitu jasa
bukan merupakan sesuatu yang nyata yang dapat disentuh, dilihat dan
dirasakan melainkan suatu proses atau aktivitas yaitu sesuatu yang tidak
berwujud. Pada jasa terjadi interaksi antara konsumen dan penyedia jasa
yaitu dalam bentuk co-produksi, misalnya: hotel, rumah sakit dan bank.
1.10 Pemasaran Jasa
2. Klasifikasi Jasa
Pengertian jasa sebagai suatu “perbuatan”, “tindakan” serta “unjuk
kerja” yang diarahkan kepada kepada pihak lain, memunculkan pertanyaan
bagaimana dengan aspek nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible)?.
Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dikaitkan dengan 4 tindakan yang
menunjukkan klasifikasi jasa (Tabel 1.1).
Tabel 1.1.
4 Kategori Jasa
Gambar 1.2
Karakteristik Jasa
Tabel 1.2
Perbedaan Antara Barang dan Jasa
Barang Jasa Implikasi
Berwujud Tidak berwujud • Jasa tidak dapat disimpan
• Jasa tidak dapat dengan mudah di
patenkan
• Jasa tidak selalu bisa dipamerkan atau
dikomunikasikan
• Penetapan harga sulit dilakukan
Sumber: Zeithalm, Mary dan Dwayne, Services Marketing (2013, hal. 20)
EKMA4568/MODUL 1 1.15
Tabel 1.3.
Perbedaan Antara Barang dan Jasa
Barang Jasa Implikasi
Produksi dan Produksi dan konsumsi • Konsumen berpartisipasi dan
konsumsi terpisah dilakukan secara mempengaruhi transaksi
simultan • Konsumen saling mempengaruhi
• Karyawan mempengaruhi outcome
jasa
• Produksi masal sulit dilakukan
Sumber:Zeithalm, Mary dan Dwayne, Services Marketing (2013, hal. 20)
1.16 Pemasaran Jasa
c. Bervariasi (Variability)
Karakteristik unik lain dari jasa adalah bervariasi. Hal ini disebabkan
karena kualitas jasa tergantung pada siapa yang menyediakan, kapan, di mana
dan kepada siapa. Jasa sangat bervariasi. Variasi jasa sebagian besar
dipengaruhi oleh interaksi antara karyawan dan konsumen serta interaksi di
antara karyawan sendiri. Terjadinya interaksi tersebut dapat menyebabkan
perbedaan harapan dan persepsi sehingga sulit distandardisasikan. Untuk jasa
yang sama setiap individu konsumen ingin dipenuhi dengan cara yang
berbeda. Beberapa penyebab bervariasinya jasa adalah: 1) jasa diproduksi
dan dikonsumsi secara bersamaan, yang sulit dikontrol kualitasnya; 2) adanya
fluktuasi permintaan yang menyebabkan kesulitan untuk menyediakan
kualitas jasa yang konsisten.
Kesulitan penyedia jasa adalah menciptakan konsistensi penawaran. Hal
tersebut disebabkan walaupun untuk jasa yang sama, setiap individu
konsumen mempunyai keinginan yang berbeda-beda serta permintaan unik.
Tingginya interaksi antara penyedia jasa dan konsumen berarti konsistensi
produk jasa tergantung pada keterampilan karyawan dan unjuk kerja pada
saat terjadi pertukaran serta komunikasi. Konsumen biasanya akan kembali
memilih suatu restoran tertentu sebab mereka menyukai pengalaman terakhir
pada saat menikmati makanan. Jika makanan yang disajikan tidak sesuai
dengan harapan, kemungkinan tidak akan kembali lagi.
EKMA4568/MODUL 1 1.17
Tabel 1.4.
Perbedaan Antara Barang dan Jasa
Tabel 1.5
Perbedaan Antara Barang dan Jasa
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
1) Berikut ini adalah faktor penting yang membuat pelaku usaha menyadari
arti penting jasa, kecuali ....
A. pengalaman konsumen
B. harapan
C. menciptakan value
D. kompleksitas kehidupan
1.22 Pemasaran Jasa
5) Usaha Hotel sering kali menawarkan diskon besar pada “low seasons” ,
hal ini menunjukkan karakteristik jasa yang sifatnya ....
A. variability
B. perishability
C. intangibility
D. inseparability
Kegiatan Belajar 2
Tabel 1.6.
Distribusi Populasi Kelas Menengah Indonesia
Gambar 1.3
Hirarki Kebutuhan Maslow
Sumber:vwww.amaris.com
EKMA4568/MODUL 1 1.29
menjadi platform untuk narsis (selfie atau wifie), content creation, sharing,
komen terhadap isu tertentu, diskusi. Secara demografi hampir 76%
pengguna internet berada dibawah usia 35 tahun, sehingga dapat dikatakan
penggerak penggunaan internet adalah anak muda. Mereka adalah kelompok
anak muda yang aktif di media sosial, senang berbelanja online, nonton video
di Youtube dan sering berganti gadget seperti smartphone, tablet wifi, laptop
dan tablet 3G.
Gambar 1.4
Jumlah Pengguna Internet di Indonesia (2009 – 2015)
Penetrasi internet yang sangat luar biasa, telah mendorong suatu perilaku
masyarakat bisa akses internet di mana dan kapan jasa. Kafe adalah salah
satu tempat yang paling dipilih untuk bisa internetan sambil ngobrol atau
bekerja dan melakukan business meeting serta menyiapkan presentasi di
kantor, jika tidak ada wifi, konsumen akan pindah ke tempat lain yang
tersedia. Wifi sudah termasuk kebutuhan dasar dalam hidup netizen (orang
yang selalu akses internet). Kondisi ini menjadi pemicu menjamurnya konsep
convenience store atau warung nongkrong di Jakarta dan kota-kota besar
lainnya seperti 7-eleven, Lawson, Circle K, Indomaret Point dan Family
Mart. Munculnya gaya hidup ber-internetan telah mendorong pertumbuhan
convenience store dan diperkirakan akan tumbuh 30% melebihi mini market.
Konsep convenience store ini menyediakan segala kebutuhan makanan dan
minuman dengan berbagai fasilitas tempat duduk yang nyaman, tersedianya
EKMA4568/MODUL 1 1.31
terminal listrik untuk kebutuhan charger laptop atau smartphone, toilet dan
internet.
peluang tersebut pelaku usaha dan masyarakat Indonesia harus bergerak aktif
memanfaatkannya, kalau tidak kita hanya menjadi konsumen dan penonton
saja.
penjual lebih mudah untuk memasuki pasar antar negara. Jika kita jeli
melihat, kesepakatan MEA telah membuat produk dan jasa beredar di antara
negara ASEAN.
Bagi pelaku usaha di Indonesia, masuknya produk dan jasa dari negara
ASEAN tidak perlu dilihat sebagai ancaman, justru pelaku usaha harus dapat
menyediakan produk dan jasa berkualitas lebih baik dibanding pesaing. Jika
tidak cepat bergerak untuk memperkuat keunggulan bersaing, maka pelaku
usaha di Indonesia akan kalah bersaing dengan produk dari negara lain. Porsi
pasar nasional masih begitu besar dengan jumlah penduduk yang mencapai
250 juta dan berkembangnya pasar-pasar di luar pulau Jawa (Sulawesi, Nusa
Tenggara dan Kalimantan) yang dipicu oleh kenaikan income per capita.
Tidak hanya pasar lokal, pelaku bisnis di Indonesia harus sudah mulai
melihat potensi pasar internasional/global yang begitu besar.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Meningkatnya bisnis jasa seperti asuransi untuk persiapan hari tua dan
penawaran jasa paket wisata ke luar negeri, merupakan strategi jitu
pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin
berkembang yaitu dalam hal ....
A. actualization
B. self esteem
C. love and belonging needs
D. basic needs
Daftar Pustaka
Vargo,S.L and R.F. Lusch. 2004. Evolving to A New Dominant Logic For
Marketing. Journal of Marketing, 68, Jan, 1-17.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Evaluation of alternatives (solutions and suppliers) Search, experience, and credence attributes
▪ Review suppliers information
(e.g., advertising, brochures, websites etc) Perceived risk
▪ Review information from third parties Formation of expectation
(e.g., published reviews, ratings, comments on web, blogs, ▪ desired service level
complaints to public agencies, satisfaction ratings, awards) ▪ predicted service level
▪ Discuss options with service personnel ▪ adequate service level
▪ Get advice and feedback from third party advisors, other customers. ▪ zone of tolerance
Gambar 2.1
Model Tiga Tahap Konsumsi Jasa
Konsumsi jasa dibagi menjadi tiga tahapan, yang mana tiap tahap terdiri
dari beberapa bagian. Pada tahap pra-pembelian terdiri dari 4 step yaitu:
perhatian adanya sesuatu kebutuhan (need awareness), pencarian informasi
(information search), evaluasi terhadap alternatif (evaluation of alternative)
dan membuat keputusan untuk melakukan pembelian jasa (make decision on
service purchase). Tahapan selanjutnya adalah penyampaian jasa (encounter
stage), konsumen melakukan pembelian jasa atau melakukan pembelian dan
mengkonsumsi jasa. Terakhir adalah tahapan pasca penyampaian jasa (post
encounter stage) di mana konsumen akan melakukan evaluasi terhadap
layanan yang diberikan penyedia jasa dan menjadi pertimbangan untuk
pengambilan keputusan masa depan.
EKMA4568/MODUL 2 2.5
Pada intinya semua produk dapat diposisikan pada suatu continuum dari
“mudah di evaluasi” ke “sulit dievaluasi” tergantung pada jenis atribut dari
produk/jasa (pencarian, pengalaman dan keyakinan) (lihat Gambar 2.2).
Gambar 2.2
Bagaimana Karakteristik Produk Berdampak Pada Kemudahan Evaluasi
Sebagian besar produk fisik masuk pada kategori A sebab masuk pada
atribut pencarian yang tinggi. Di sisi lain, sebagian besar jasa berada pada
bagian B yang cenderung tinggi pada atribut pengalaman dan keyakinan.
Semakin sulit konsumen mengevaluasi jasa sebelum dikonsumsi/digunakan,
maka semakin tinggi risiko dalam pengambilan keputusan. Pada jasa, aspek
evaluasi dipengaruhi pengalaman dan keyakinan, sehingga menimbulkan
EKMA4568/MODUL 2 2.9
Gambar 2.3
Tiga Tingkatan Kontak Dengan Konsumen
Pada gambar tersebut terlihat bahwa untuk kontak tinggi peran karyawan
dalam penyampaian jasa sangat dominan seperti pada jasa perhotelan,
restoran, maskapai penerbangan, salon kecantikan. Sementara pada kontak
rendah peran elemen fisik sebagai sarana untuk memediasi kontak antara
penyedia jasa dengan konsumen sangat rendah, seperti pada jasa internet
banking, TV berbayar, Jasa berbasis internet. Pada tingkatan diantara kontak
tinggi dan rendah, ada beberapa penyampaian jasa yang perlu kombinasi
interaksi antara karyawan dan sarana fisik, seperti jasa hotel, restoran cepat
saji, konsultan, bioskop, usaha laundry.
EKMA4568/MODUL 2 2.13
Kasus:
Dewi Sri Spa Martha Tilar:
Create Unique Memorable
Experience, Lock Her Loyalty
your ability to grow”. Arinya, tidak ada yang lebih berbahaya bagi
perusahaan selain kehilangan satu orang konsumen. Pada saat konsumen
tidak puas dan berhenti membeli dari Anda, maka Anda akan kehilangan
penghasilan dan berdampak negatif dalam perkembangan bisnis Anda.
Ilustrasi tersebut menunjukkan betapa penting menawarkan jasa yang
memuaskan konsumen. Kepuasan konsumen menjadi konsep penting
pemasaran jasa yang berkontribusi pada aspek lain seperti: reputasi
perusahaan, berkurangnya elastisitas harga dan yang paling penting adalah
indikator profit masa depan. Kepuasan konsumen menjadi dasar dalam
menciptakan loyalitas. Kesuksesan perusahaan besar seperti IBM, Coca Cola,
Garuda Indonesia Airways (GIA), Singpore Airline tidak terlepas dari ikatan
yang kuat dengan pelanggan.
Zeithalm, Mary dan Dwayne (2013. hal.80) mensarikan definisi
kepuasan pelanggan dari berbagai definisi sebelumnya yaitu: “Satisfaction is
the consumer’s fulfillment reponses. It is judgement that a product or service
feature, or the product or service itself, provides a pleasurable level of
consumption-related fulfillment”. Definisi ini dapat diartikan kepuasan
adalah respon pemenuhan kebutuhan konsumen. Kepuasan menunjukkan
penilaian dari konsumen terhadap produk, fitur layanan yang memberikan
situasi yang menyenangkan. Selanjutnya, Kotler dan Keller (2010)
mendefinisikan kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan
harapan.
Bagi penyedia jasa ketidakpuasan konsumen yang menyebabkan
konsumen yang pergi dapat menimbulkan kerugian. Kerugian ini akan
semakin nyata jika dihitung menggunakan konsep customer life value (CLV)
(periode waktu di mana konsumen tetap menggunakan produk/jasa suatu
penyedia jasa).
Contoh: jika ada 1 orang konsumen yang tidak mau beli di MC Donald
karena tidak senang dengan pelayanannya, maka bisa dihitung berapa
kerugian yang diderita Mc Donald:
a. Pembelian konsumen per minggu = 3 kali. Satu kali pembelian sekitar
Rp.50.000
b. Dalam 1 bulan konsumen akan mengeluarkan uang sebanyak = 3 × 4 ×
Rp50.000 = Rp600.000.
2.16 Pemasaran Jasa
Studi Kasus:
Analisis Tahapan Proses Konsumsi Pada Tranportasi Udara
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Keunikan jasa yang intangible dan tidak dapat disimpan serta tidak
dapat distandarkan memberikan tantangan tersendiri bagi pelaku jasa
untuk dapat memahami perilaku konsumen khususnya yang terkait
dengan keputusan pembelian. Sehingga, proses konsumsi menjadi
bagian penting untuk dipahami agar dapat menawarkan value kepada
konsumen. Tahapan proses konsumsi jasa dimulai dari pra-pembelian
merupakan tahap awal di mana konsumen mulai menyadari munculnya
kebutuhan (need awareness). Munculnya kebutuhan bisa disebabkan
karena adanya suatu masalah yaitu suatu keadaan di mana terdapat
perbedaan antara apa yang diinginkan dengan yang sebenarnya yang
terjadi. Pengenalan masalah akan mendorong konsumen untuk
memutuskan melakukan pembelian, pada tahapan ini konsumen
berinteraksi secara langsung dengan penyedia jasa. Setelah konsumen
mengkonsumsi produk/jasa (pasca pembelian) konsumen akan menilai
dan mengevaluasi jasa/layanan yang telah diberikan penyedia jasa dan
dapat dijadikan pertimbangan apakah akan terus menggunakan jasa di
masa mendatang.
Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati pada setiap tahapan
proses konsumsi yaitu:
1. Pada tahap pre-purchase ada 4 hal penting yaitu: a) kesadaran akan
kebutuhan yang diawali dengan adanya permasalahan konsumen, b)
pencarian informasi dari berbagai sumber untuk mendapatkan
pemahaman yang lengkap mengenai produk jasa yang akan
dikonsumsi, c) mengevaluasi alternatif dengan melakukan
perbandingan dan evaluasi penawaran yang ada, d) keputusan
pembelian.
2. Pada tahap penyampaian jasa (encounter), harus memperhatikan
MOT (Momenth of Truth) yaitu setiap titik interaksi antara
perusahaan dengan konsumen.
3. Pada tahap pasca penyampaian jasa (post-encounter stage), harus
memperhatikan kepuasan konsumen sehingga konsumen melakukan
pembelian ulang.
EKMA4568/MODUL 2 2.21
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. POSITIONING JASA
Sumber: Hermawan Kartajaya dan Edwin Hardi, The Best 25 Indonesia Cases
We Are proud of (2014,hal 128)
Sumber: Hermawan KartajayA- Mark Plus, The Next Marketing Strategy That
Works (2007, hal.30).
EKMA4568/MODUL 2 2.29
Values
Milestone 3
Positioning Diferensiasi Milestone 2
Milestone 1 Knowledge & Skill
Current Position
A road map ini menunjukkan posisi UT pada saat ini dan posisi pada masa
yang akan datang. Perjalanan yang ditempuh UT untuk membangun brand
UT yang kuat perlu melalui beberapa milestone-milestone. Hal penting
yang harus diperhatikan adalah mengenali siapa yang menjadi
konsumennya baik external customer (mahasiswa, pesaing, masyarakat
umum) maupun internal customer (karyawan). Untuk itu UT perlu secara
detail mengembangkan dua hal penting yaitu mengembangkan strategic
positioning dan menciptakan corporate philosophy.
B. DIFERENSIASI JASA
merek satu institusi berasal dari: sumber pribadi, komersial, umum dan
pengalaman lampau.
Berdasarkan pengamatan, pada saat ini sedang terjadi perang merek
antar institusi yang bergerak di bidang pendidikan tinggi di Indonesia melalui
penerapan marketing mix yang sangat gencar dengan tujuan untuk
membangun ekuitas merek yang kuat. Ekuitas merek sangat mempengaruhi
profitabilitas yang tinggi dan revenue potensial di masa yang akan datang.
Ekuitas merek merupakan aset yang paling penting sebagai dasar keunggulan
bersaing yang berkesinambungan di era global.
Secara umum, ekuitas merek dapat menambah atau bahkan mengurangi
nilai bagi para pengguna jasa dan bagi institusi. Oleh karenanya agar bisa
memberikan nilai, ekuitas merek harus dikelola dengan memperhatikan
dimensi-dimensi penting antara lain brand loyalty, name awareness,
perceived quality, asosiasi merek serta aset-aset merek yang lain. Untuk
dapat membangun brand yang tangguh atas dasar konsepsi ekuitas merek
maka perlu mengelola ekuitas merek dan peranannya dalam memberikan
nilai bagi institusi. Diharapkan dengan memiliki ekuitas merek yang kuat,
akan dicapai firm equity yang keberhasilannya dapat dilihat dari: pangsa
pasar, perolehan mahasiswa, kepuasan stakeholders dan profitabilitas
institusi (Muafi, 2002).
2.36 Pemasaran Jasa
Kasus:
Santika Hotel and Resort : Pelayanan Sentuhan Indonesia
LAT IH A N
c.
Menyampaikan keunggulan secara efektif pada target pasar dengan
strategi komunikasi melalui pengembangan atribut-atribut seperti:
label, kemasan, warna, desain
3) Diferensiasi adalah sesuatu yang membedakan produk/jasa perusahaan
dengan kompetitor. Diferensiasi yang dibangun harus jelas dengan
memperkuat beberapa dimensi seperti: kualitas produk/jasa, pelayanan
berkualitas, diferensiasi personel, saluranpemasaran dan citra/image.
Diferensiasi ini penting untuk mendukung positioning yang berrsifat
abstrak.
4) Keterkaitan antara Positioning-Branding-Diferensiasi. Bagaiman jika di
aplikasikan pada kasus perusahaan (Hotel Santika). Positioning adalah
merrupakan usaha perusahaan untuk membuat konsumen selalu
mengingat produk/jasa/merek dibanding apa yang ditawarkan pesaing.
Untuk menonjolkan positioning perlu didukung oleh diferensiasi yang
kuat (produk, layanan, personel). Positioning dan diferensiasi yang kuat
akan memperkokoh brand (merek) organisasi. Brand merupakan
kekayaan institusi/perusahaan yang sangat bernilai. Hal penting perlu
dipahami bahwa brand mempunyai arti mendalam yang tidak hanya
sekedar “a logo, slogan, catchy saying, mission statement atau publicity
campaign”. tetapi brand adalah kepercayaan dan kredibilitas
institusi/perusahaan.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Ekuitas merek yang kuat merupakan hasil yang diperoleh karena strategi
positioning dan diferensiasi yang tepat. Berikut adalah dimensi-dimensi
penting yang dapat digunakan untuk membangun ekuitas merek yang
kuat, kecuali ....
A. Brand loyalty
B. Awareness
C. Perceived quality
D. Imajinasi
Daftar Pustaka
Aaker, David A, 1998, Strategic Market Management, Fifth Ed. New York:
John Willey & Sons, Inc.
Al Ries & Jack Trout, 2001, Positioning: The Battle for your mind, Jakarta:
Salemba 4.
Kartajaya,H. 2015. Indonesia WOW Mark Plus WOW We are WOW. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Kompas Gramedia.
Vargo,S.L and R.F. Lusch. 2004. Evolving to A New Dominant Logic For
Marketing. Journal of Marketing, 68, Jan,1-17.
PEN D A HU L UA N
S ituasi pasar saat ini ditandai dengan adanya inovasi produk/jasa yang
terjadi dalam waktu cepat, harga bergerak naik turun, sulit menawarkan
harga premium, dan mempertahankan konsumen agar loyal sangat sulit.
Kondisi-kondisi ini menuntut pelaku usaha mengembangkan strategi agar
dapat bertahan di pasar. Seperti halnya perusahaan manufaktur yang berusaha
keras untuk mendapat kombinasi produk yang baik, perusahaan jasa juga
harus dapat mengidentifikasi pelayanan yang dapat menarik konsumen
dengan sukses. Aspek marketing mix atau bauran pemasaran yang harus
diperhatikan adalah produk/jasa, harga, saluran pemasaran dan komunikasi.
Kombinasi keempat elemen tersebut akan menghasilkan total offering yang
mampu menciptakan keunggulan bersaing.
Kegiatan Belajar 1
Produk Jasa
Beberapa ahli pemasaran seperti Kotler dan Keller, Pride dan Ferrel,
serta Gronroos menjelaskan arti produk secara luas yaitu sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan,
termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, property, organisasi,
informasi dan ide. Lovelock dan Writz (2011:106) menguatkan penjelasan ini
dengan menyatakan “A service product comprises all of the elements of the
service performance, both physical and tangible that create value to
customer”. Bagi penyedia jasa yang terpenting adalah bagaimana secara
keseluruhan produk jasa yang ditawarkan dapat memberikan customer
experience yang diterjemahkan oleh konsumen sebagai value proposition.
Value proposition adalah nilai dari penawaran jasa yang dirasakan konsumen
dari segi manfaat, harga bersaing, kualitas, kenyamanan dan inovasi (Lihat
Kasus Value Proposition). Pada intinya, penyedia jasa harus dapat
mengintegrasikan tiga komponen yaitu: 1) produk inti (core product), 2) jasa
pendukung (service supplementary) dan 3) proses penghantaran (delivery
process).
Produk Inti (Core Product): Merupakan komponen utama yaitu
layanan dan manfaat yang benar-benar dibeli konsumen, yang menjawab
pertanyaan apa yang sebenarnya dibeli konsumen?. Tamu hotel membeli
istirahat dan tidur.
Jasa Pendukung (supplementary services): Merupakan dukungan jasa
yang menyertai produk inti. Jasa ini mendukung penawaran jasa inti,
memfasilitasi penggunaan dan meningkatkan value dan secara keseluruhan
dapat menciptakan pengalaman pada konsumen. Pemberian jasa pendukung
harus diarahkan pada peningkatan perceived value dari produk inti dan
memungkinkan penyedia jasa menawarkan harga tinggi.
Proses Penghantaran (delivery process): merupakan komponen ketiga
dalam mendesain konsep jasa yang berkaitan dengan proses yang digunakan
untuk menghantarkan baik produk inti maupun jasa pendukung. Proses
penghantaran ini harus menjawab beberapa isu seperti berapa lama
penghantaran berlangsung, peran konsumen dalam proses penghantaran,
bagaimana perbedaan penghantaran jasa kepada masing-masing konsumen.
EKMA4568/MODUL 3 3.5
Gambar 3.1.
The Flower of Service : Core Product didukung oleh Supplementay Service
1. Informasi (Information)
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan pada sektor jasa memerlukan
informasi yang relevan. Informasi ini mungkin berkaitan dengan: bagaimana
melakukan pemesanan, jam kerja, harga, cara pemakaian dan kondisi
penjualan. Konsumen perlu konfirmasi pemesanan, penerimaan, ringkasan
bulanan dan aktivitas transaksi. Penyedia jasa harus berusaha agar informasi
yang diberikan tepat waktu dan akurat, karena informasi yang tidak benar
akan menyebabkan ketidaknyamanan konsumen.
Cara-cara tradisional untuk memberikan informasi kepada konsumen
adalah menyertakan front line employees (yang biasanya tidak cukup
mempunyai kemampuan dan pengetahuan tentang produk/jasa seperti yang
diharapkan konsumen), brosur, buku intruksi. Inovasi yang sangat signifikan
pada saat ini adalah internet, menawarkan penggunaan untuk mengakses
begitu banyak informasi melalui “search engine” “bulletin boards” dan
“web site”. Berbagai variasi aplikasi penting memberikan informasi
mengenai berbagai jasa seperti: kereta api, restoran, toko, agen penjualan
yang juga menyertakan fakta produk jasa yang dijual.
3. Penagihan (Billing)
Tagihan adalah suatu dokumen penting bagi konsumen.
Ketidakakuratan, ketidaksempurnaan, atau kerumitan cara pembayaran akan
menyebabkan konsumen kecewa dan dapat menimbulkan ketidakpuasan.
Konsumen menginginkan penagihan yang jelas dan terperinci sehingga
mereka tidak merasa dibohongi. Pada saat ini proses billing cepat karena
dapat menggunakan komputer. Sebuah perusahaan telekomunikasi
mensegmentasikan pasarnya berdasarkan pada bagaimana dan kapan
konsumen ingin membayar tagihan dengan memberikan alternatif
pembayaran bulanan atau per tiga bulanan.
4. Pembayaran (Payment)
Setiap konsumen selalu mengharapkan cara pembayaran yang mudah
dan nyaman, seperti pembayaran menggunakan credit card pada saat liburan
tanpa mengalami hambatan. Selain pembayaran secara tunai, pada saat ini
pembayaran melalui credit card dan debit card, serta flash card semakin
berkembang bekerjasama dengan pihak bank. Pihak penyedia jasa biasanya
memberikan informasi mengenai cara pembayaran, misalnya dengan
memasang tulisan “we accept debit cards dan credit cards”.
EKMA4568/MODUL 3 3.9
5. Konsultasi (Consultation)
Berbeda dengan informasi yang dapat menjawab pertanyaan konsumen
secara sederhana. Konsultasi terkait dengan dialog untuk memecahkan
permasalahan konsumen secara situasional. Konsultasi dapat berupa
penjelasan dari penyedia jasa untuk memberikan solusi pada permasalahan
konsumen. Misalnya kita menanyakan kepada karyawan di salon model
rambut baru. Konsultasi akan berjalan efektif jika penyedia jasa memahami
situasi konsumen dan memberikan solusi yang tepat. Pembimbing akademis
yang memberikan konsultasi yang perlukan mahasiswa untuk memilih mata
kuliah yang ditempuh. Jasa kebugaran (fitness dan senam) memberikan
konsultasi untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan
6. Keramahan (Hospitality)
Keramahan merupakan hal penting pada jasa, karena keramahan akan
membuat konsumen merasa nyaman. Kualitas keramahan yang ditawarkan
penyedia jasa dapat meningkatkan dan mengurangi ketidakpuasan terhadap
produk inti. Keramahan bisa diberikan dengan cara sederhana seperti
menyapa, ucapan selamat pagi. Hasil studi yang dilakukan Hotel Marriot
mengenai keinginan “business traveler”, diperoleh informasi bahwa
keramahan saja tidak cukup, mereka memerlukan ruangan untuk bisa
berhubungan dengan rumah (email, fax, internet). Keramahan ini dapat
menjadi keunggulan bersaing bagi penyedia jasa, Misal maskapai
penerbangan British Airways menciptakan keunggulan bersaing dengan cara
mempromosikan arrive in a better shape dengan menawarkan suatu ruang
tunggu spesial untuk mandi, sarapan, menelepon, fax diruangan transit.
Sehingga konsumen dapat melanjutkan penerbangan dengan rasa lebih segar.
8. Pengecualian (Exception)
Pemberian jasa pendukung ini berada di luar rutinitas penyerahan jasa
biasa, terkadang konsumen memerlukan bantuan khusus. Prosedur yang
dipersiapkan dengan baik akan memudahkan karyawan untuk merespons
permintaan dengan tepat dan efektif. Contohnya, konsumen yang perlu
bantuan pengobatan, penghantaran, mengatasi komplain, kompensasi
kegagalan (garansi, free service)
Pihak manajer harus hati-hati terhadap permintaan pengecualian. Terlalu
banyak exception dapat menjadi masukan untuk memodifikasi prosedur
standar. Misal, sebuah restoran banyak menerima permintaan makanan untuk
vegetarian yang tidak ada pada menu yang ditawarkan. Pihak manajer
memutuskan untuk menambahkan menu vegetarian sebagai bentuk tindakan
responsif terhadap terhadap kebutuhan konsumen. Tetapi exception bisa
menjadi masalah jika kompromi bisa berpengaruh negatif, jika konsumen lain
juga menuntut hal yang sama.
Jasa pendukung (supplementary service) yang digambarkan sebagai
“flower service” ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Namun tidak semua core product harus diikuti oleh delapan
elemen ini, untuk jasa yang lebih banyak melibatkan orang dalam prosesnya
seperti bank, asuransi maka aspek keramahan dan keamanan lebih dominan.
Elemen supplementary service yang perlu diperhatikan restoran adalah
penagihan, pembayaran, pemesanan order.
ini lebih mengarah pada nilai tambah, dan hubungan antara pemakai dan
brand pada tingkat yang lebih intangible yaitu persepsi dan prestise.
Merek merupakan sebuah janji pemasar untuk menyediakan satu set fitur
tertentu, beserta manfaat dan pelayanannya secara konsisten kepada pembeli
(Kotler dan Keller, 2006). Selanjutnya Kotler dan Keller (2006) menyatakan
merek menjadi sangat strategis bagi suatu perusahaan dikarenakan adanya
manfaat yang diberikan bagi penjual, antara lain: merek memudahkan penjual
untuk memproses pesanan dan menelusuri masalah; nama merek memberikan
ciri-ciri produk yang unik dan perlindungan hukum (hak paten); pengelolaan
merek yang efektif dimungkinkan dapat mempertahankan kesetiaan
konsumen yang ada, nantinya bisa dipakai untuk menghambat serangan
pesaing dan membantu memfokuskan perencanaan program pemasaran;
merek dapat membantu dalam melakukan segmentasi pasar; citra perusahaan
dapat dibangun dengan merek yang kuat dan memberi peluang dalam
peluncuran merek-merek baru yang lebih mudah diterima oleh pelanggan dan
distributor.
Untuk dapat membangun merek yang kuat adalah dengan membangun
brand equity (ekuitas merek). A.Aker (2010) menjelaskan bahwa ekuitas
merek adalah ‘brand asset’ dan ‘liability’ yang berhubungan dengan sebuah
merek tertentu. Hal ini berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, mutu
merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva
lain seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi.
Konsep dasar ekuitas merek (Aaker 1998) bisa dikelompokkan dalam empat
dimensi yaitu:
1. Kesadaran merek (brand awareness), merupakan kesanggupan calon
pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek
merupakan bagian dari kategori produk/jasa tertentu.
2. Kesan kualitas (perceived quality), sebagai persepsi pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan
berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
3. Identitas merek (brand association), adalah segala hal yang berkaitan
dengan ingatan mengenai sebuah merek. Sebuah merek adalah
seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang
bermakna. Suatu merek telah mapan akan mempunyai asosiasi yang
menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai asosiasi
yang kuat.
4. Loyalitas merek (brand loyalty), kesetiaan pelanggan terhadap merek
tertentu. Loyalitas merek dari para pelanggan merupakan suatu aset
3.14 Pemasaran Jasa
C. INOVASI JASA
Sumber: Philp Koler, J.T Bowen dan James, C.M, Marketing Hospitality and
Tourism (2010,hal. 245)
Gambar 3.2
Tahapan Pengembangan Produk Baru
tahap ini diperlukan untuk menentukan siapa yang menjadi target pasar,
positioning produk jasa, penjualan, pangsa pasar dan perolehan
keuntungan.
d. Business Analysis (Analisis Bisnis), pada tahapan ini pengembangan
konsep produk jasa dilanjutkan dengan menyusun proposal. Analisis
bisnis berkaitan dengan review penjualan, biaya, proyeksi profit untuk
menentukan apakah produk ini layak dikembangkan dan sudah sesuai
dengan tujuan penyedia jasa.
e. Product/Services Development (Pengembangan Produk/Jasa), jika
secara bisnis konsep produk jasa sudah lolos, maka akan dilakukan
pengembangan produk jasa dengan membuat prototipe. Suatu restoran
dapat mengembangkan prototipe item menu dan menawarkan kepada
konsumen. Prototipe ini paling tidak harus dapat memenuhi beberapa
kriteria seperti: dapat digunakan secara aman, dapat diproduksi dengan
budget memadai, penilaian konsumen terhadap produk jasa yang
disesuaikan dengan konsep produk jasa yang dibuat.
f. Test Marketing (Tes Pemasaran), jika produk dapat melalui tahapan tes
fungsi dan tes konsumen, tahapan selanjutnya adalah melakukan tes
pasar yang mana produk jasa dan program pemasaran diperkenalkan
pada pasar nyata. Tes pasar ini akan memberikan pemasaran pengalaman
dalam memasarkan produk untuk menemukan masalah potensial dan
untuk belajar memperoleh informasi lebih sebelum perusahaan
mengeluarkan biaya besar untuk memperkenalkan produk.
g. Commercialization (komersialisasi), tes pasar memberikan informasi
penting kepada pihak penyedia jasa yang diperlukan untuk mengambil
keputusan terakhir mengenai peluncuran produk baru. Sebelum
meluncurkan Big Mac, Mc. Donald menggelontorkan dana yang besar
untuk promosi. Pada saat meluncurkan produk jasa, maka pihak
penyedia jasa harus membuat 4 keputusan penting yaitu: 1) kapan waktu
yang tepat untuk memperkenalkan produk baru, 2) di mana produk baru
akan diluncurkan, 3) siapa target market dari produk baru tersebut, dan
4) bagaimana mengembangkan dan membuat action plan untuk
memperkenalkan produk baru.
3.20 Pemasaran Jasa
LAT IH A N
Sumber: Viktor Camlek, How to spot a real value proposition. 2012, Hal.12
3) Ada enam dimensi penting yang harus dipahami oleh penyedia jasa
dalam melakukan inovasi jasa yaitu:
▪ Service offering, ide-ide baru yang ditawarkan penyedia jasa
hendaknya lebih diarahkan sebagai solusi permasalah konsumen.
Jadi nilai yang ditawarkan merupakan suatu bentuk kolaborasi
antara penyedia jasa dan konsumen.
▪ The new customer interaction, penyedia jasa harus mampu
membangun interaksi yang efektif dengan konsumen agar dapat
memperoleh masukan dari konsumen mengenai apa-yang benar-
benar dibutuhkan. Dalam dunia perbankan penemuan mesin ATM
merupakan inovasi jasa yang berdampak signifikan terhadap
peningkatan layanan pihak bank kepada konsumen. Perkembangan
pemanfaatan fitur-fitur ATM juga tidak terlepas dari hasil kolaborasi
antara konsumen dan penyedia jasa di bidang perbankan.
▪ The new value system, keterlibatan konsumen dalam menciptakan
jasa baru (co-cretion) dapat memberikan manfaat baik bagi
konsumen sendiri dan perusahaan. Melalui co-creation maka
keterlibatan konsumen untuk memberikan ide-ide dalam
3.22 Pemasaran Jasa
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
1) Manakah jenis jasa berikut ini yang memiliki aspek tangible murni ....
A. Travel
B. Hotel
C. Pengacara
D. Dokter gigi
Kegiatan Belajar 2
Gambar 3.3
Pilihan Saluran Distribusi Jasa
Keterangan:
Agen, adalah perantara yang bertindak atas nama perusahaan induk dan
mempunyai kewenangan untuk membuat perjanjian antara konsumen dengan
perusahan induk tersebut. Agen atau pialang tidak memegang kepemilikan
tetapi mempunyai hak untuk menyajikan jasa. Mereka mempunyai otoritas
legal untuk memasarkan jasa serta untuk melakukan fungsi pemasaran lain
atas nama produsen. Ada dua macam agen yaitu agen penjualan dan agen
pembelian.
1. Agen penjualan mempunyai otoritas kontraktual untuk menjualkan
output jasa perusahaan induk. Penunjukan agen penjualan karena
pengetahuan agen tentang pasar yang lebih baik dibanding perusahaan
induk dan mampu mempengaruhi harga serta persyaratan penjualan
2. Agen pembelian biasanya disewa oleh perusahaan induk untuk
memfasilitasi proses pemasaran dalam bentuk dukungan finansial,
keahlian, pengambilan risiko dan transportasi
Gambar 3.4
Profil Pengguna Internet di Indonesia
Sumber: www.bca.go.id
EKMA4568/MODUL 3 3.31
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
1) Berikut ini adalah perantara yang dapat digunakan penyedia jasa untuk
menghantarkan penawaran jasanya, kecuali ....
A. Agen
B. Pewaralaba
C. Agen penjualan
D. Word of mouth
Kegiatan Belajar 3
dibayarkan harus dapat memberikan value (nilai) yang tidak hanya dilihat
dari segi harga saja, melainkan manfaat yang diterima. Artinya sejauh
manfaat yang diterima relatif lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka
konsumen akan melakukan keputusan pembelian. Jadi penentuan harus harga
perlu dilihat dari perspektif yang market orientation
Penetapan harga pada jasa harus mempunyai tidak hanya tujuan umum
(profit dan sales), juga tujuan yang spesifik yang ingin dicapai perusahaan.
Menurut Tjiptono (2014, hal.267) ada tiga kategori tujuan penetapan harga:
1. Tujuan berorientasi pendapatan, berusaha memaksimumkan surplus
pendapatan dibandingkan pengeluaran. Perusahaan berusaha
menghasilkan surplus sebesar mungkin dan mencapai tingkat target yang
spesifik,
2. Tujuan berorientasi kapasitas, berusaha menyelaraskan permintaan dan
penawaran guna mencapai tingkat pemanfaatan kapasitas produktif
secara optimal pada waktu tertentu,
3. Tujuan berorientasi pelanggan, berusaha menarik pelanggan sebanyak-
banyaknya dengan menawarkan jasa yang berkualitas. Penentuan harga
jasa yang tinggi memungkinkan bagi perusahaan dengan cara: a)
memperkuat positioning dan diferensiasi, dan b) mempertahankan
konsumen loyal.
LAT IH A N
1) Penentuan harga pada jasa berbeda karena beberapa hal yaitu: a) tidak
ada kepemilikan pada jasa, sehingga sangat sulit menghitung intangible
performance seperti perasanaan puas, b) rasio biaya tetap yang tinggi
dibandingkan biaya variabel, karena jasa melibatkan tenaga kerja dan
fasilitas fisik yang besar dan mahal c) banyak jasa yang sulit dievaluasi
karena faktor intangible, d) pentingnya faktor waktu yang dapat
menciptakan value bagi konsumen, misalnya konsumen ingin
menggunakan jasa pada waktu tertentu, konsumen mau membayar lebih
mahal untuk jasa berkualitas, e) kepedulian terhadap masalah etika
karena jasa terkadang menyebabkan adanya penipuan dalam kinerja dan
harga dengan cara mengeksploitasi ketidaktahuan konsumen dan
ketidakjelasan jasa yang diberikan.
4) Pada prinsipnya tujuan penetapan harga bagi penyedia jasa ada 3 hal
penting yaitu:
a. Tujuan berorientasi pendapatan, berusaha memaksimumkan surplus
pendapatan dibandingkan pengeluaran. Perusahaan berusaha
menghasilkan surplus sebesar mungkin dan mencapai tingkat target
yang spesifik.
b. Tujuan berorientasi kapasitas, berusaha menyelaraskan permintaan
dan penawaran guna mencapai tingkat pemanfaatan kapasitas
produktif secara optimal pada waktu tertentu.
EKMA4568/MODUL 3 3.43
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
4) Harga bagi penyedia jasa bisa dalam berbagai bentuk, kecuali ....
A. Fee
B. Biaya sewa
C. Denda
D. Bunga
Kegiatan Belajar 4
Gambar 3.6
Komponen Komunikasi/Promosi
Dalam konteks produk jasa, maka pihak penyedia jasa harus menghadapi
tantangan pada saat mengembangkan strategi komunikasi jasa karena aspek
intangible. Tantangan yang dihadapi penyedia jasa adalah mencari cara untuk
mengisi image ‘intangible’ dan secara sukses harus dapat meyakinkan
konsumen manfaat yang diterima konsumen. Misalnya, iklan salah satu
perusahaan asuransi menggunakan payung sebagai bagian penting untuk
menunjukkan aspek perlindungan. Keinginan penyedia jasa untuk
menciptakan diferensiasi terhadap service offering merupakan tujuan utama
strategi komunikasi. Namun, pihak penyedia jasa harus hati-hati
mengidentifikasi fitur khusus dan manfaat yang dapat menciptakan penilaian
konsumen yang lebih condong melihat produk jasa pesaing lebih baik.
Strategi komunikasi pemasaran terintegrasi yang dibangun penyedia jasa
harus konsisten dengan usaha untuk membangun “strong company image”
EKMA4568/MODUL 3 3.47
yang didasarkan pada kepercayaan dan komitmen. Hal penting yang harus
dihindari adalah timbulnya ketidakpuasan konsumen karena jasa ditawarkan
terlalu dikomunikasikan secara berlebihan (overselling service), yang dalam
kenyataannya harapan yang ada didalam benak konsumen tidak sesuai
dengan kenyataan (kinerja).
Penyedia jasa dapat menggunakan simbolic association seperti tulisan
warna hitam, gambar-gambar, notasi tertentu. Misal, sebuah perusahaan
asuransi menampilkan desain piramida pada kantor pusatnya dengan
menuliskan kata-kata “the people in the pyramide working for you”
maksudnya orang-orang yang ada di piramida itu bekerja untuk konsumen.
Iklan ini mencoba membangun image perusahaan yang didekasikan untuk
melayani konsumen. Beberapa penyedia jasa mencoba menawarkan produk
jasanya menggunakan internet sebagai media komunikasi. Misal, untuk
booking hotel Hilton melalui: http://www.hilton.com/. Tamu yang
bermaksud untuk menginap di hotel Hilton dapat mencari informasi
mengenai sarana prasarana hotel serta berapa biaya menginap per malam,
serta dapat melakukan reservasi secara langsung.
Komunikasi pemasaran mempunyai beberapa tugas penting yaitu:
a) menginformasikan dan mendidik pelanggan, b) membujuk pelanggan
sasaran, c) mengingatkan kembali pelanggan, d) memelihara hubungan
dengan pelanggan yang sudah ada. Karakteristik jasa yang berbeda dengan
produk fisik berimplikasi pada strategi komunikasi yaitu dalam hal:
a) ketidakberwujudan dan kinerja jasa, b) keterlibatan pelanggan dalam
produksi, c) manajemen permintaan dan penawaran, d) mengurangi peran
perantara dan d) pentingnya petugas kontak.
Komunikasi pemasaran menempatkan promosi dan edukasi dalam
konteks yang lebih luas dalam pengelolaan marketing mix yaitu: menciptakan
citra dan merek agar diingat, menumbuhkan kesadaran dan minat untuk
merangsang orang mencoba jasa, mengajari pelanggan bagaimana
menggunakan jasa, mengkomunikasikan kekuatan dan manfaat khusus merek
tertentu, merangsang permintaan pada saat sedang terjadi penurunan,
mengurangi risiko dan ketidakpastian, meningkatkan loyalitas dan mereposisi
jasa dalam kaitannya dengan pesaing
Tujuan dari komunikasi baik untuk produk maupun jasa adalah sama,
yaitu membuat target konsumen atau prospek menaruh perhatian terhadap
hal-hal seperti: service offering (penawaran jasa), di mana produk jasa
3.48 Pemasaran Jasa
b. Promosi penjualan
Terdiri dari kumpulan alat-alat insentif yang beragam, sebagian
berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/jasa
tertentu secara lebih cepat oleh konsumen. Iklan menawarkan alasan untuk
membeli, promosi penjualan menawarkan insentif untuk membeli. Promosi
penjualan menyangkut alat untuk promosi konsumen dan atau promosi
pedagang. Promosi konsumen bisa dalam bentuk: sampel, kupon, tawaran,
pengembalian uang, potongan harga, hadiah, percobaan gratis, garansi.
Promosi pedagang: potongan harga, tunjangan iklan dan pajangan dan barang
gratis. Promosi penjualan dapat menghasilkan tanggapan penjualan lebih
cepat, cenderung tidak menghasilkan pembeli baru yang berjangka panjang
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 4
Daftar Pustaka
Aaker, David A, 1998. Strategic Market Management, Fifth Ed. New York:
John Willey & Sons, Inc.
PEN D A H U L UA N
Kegiatan Belajar 1
2. Modifiers, yaitu SDM yang tidak terlibat secara langsung dalam aktivitas
pemasaran. Kontak dengan konsumen hanya dilakukan sesekali saja.
Peran ini sangat penting karena itu mereka harus mempunyai pandangan
yang luas tentang strategi pemasaran jasa perusahaan. Modifiers
memerlukan keahlian untuk dapat menjalin kerja sama yang erat dengan
para konsumen. Manajemen harus mengarahkan dan mengadakan
pelatihan serta pengembangan kerja secara intensif.
3. Influencers, peran SDM ini lebih terfokus pada implementasi dari
strategi pemasaran perusahaan. Tugasnya antara lain mencakup
pengadaan riset dan pengembangan. Seorang influencer harus memiliki
kemampuan untuk menarik konsumen melalui hasil yang diperolehnya.
Keberhasilan dicapai dengan standar keinginan konsumen. Influencer
juga diberikan kesempatan untuk mengadakan kontak dengan konsumen
agar hasilnya lebih baik.
4. Isolateds, SDM yang berada pada peran ini tampaknya akan sulit
berhasil apabila tidak mendapat dukungan yang memadai dari
manajemen terutama untuk memotivasi mereka. SDM harus diarahkan
untuk mengetahui perannya serta strategi pemasaran perusahaan
sehingga mereka dapat berkontribusi lebih optimal bagi perusahaan.
mereka pada lokasi terpencil setiap saat. Pada kondisi yang tepat,
memberikan kendali yang lebih besar kepada pegawai (melatih mereka untuk
menggunakan penilaian mereka) akan memungkinkan mereka memberikan
pelayanan yang prima tanpa merujuk kepada buku maupun pemegang
wewenang yang lebih tinggi.
Dari sudut pandang kemanusiaan, gagasan tentang melibatkan pegawai
melatih inisiatif dan menggunakan kendalinya adalah sebagai sesuatu yang
menarik. Empowerment melihat kepada pekerjaan pegawai untuk
menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada dan membuat keputusan
yang baik seputar penyampaian pelayanan untuk masing-masing pelanggan.
Hal ini berdampak pada keberhasilan yang sering kali disebut juga
enablement – memberikan pegawai keahlian, alat bantu, dan sumber daya
yang mereka butuhkan untuk menggunakan kendali yang mereka miliki
dengan penuh percaya diri dan efektif. Hasil dari empowerment harus
memerhatikan peningkatan biaya yang harus dikeluarkan untuk seleksi dan
pelatihan, biaya pegawai yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih lambat
karena petugas pelayanan pelanggan mendedikasikan waktu yang lebih
banyak untuk masing-masing pelanggan.
Hal penting lainnya yang perlu mendapat perhatian dari operasi jasa
adalah bagaimana pola dan proses manajemen yang digunakan organisasi
secara efektif. Manajemen hendaknya mengupayakan pemberdayaan SDM
melalui: pencarian karyawan yang tepat dan melatih karyawan secara tepat.
1. Mendapatkan Karyawan yang Tepat Sesuai dengan Pekerjaannya
(Recruiting the Right People for the Job).
Tidak ada seorang pun yang sempurna. Pertama, beberapa pekerjaan
dalam jasa membutuhkan pegawai yang sudah berpengalaman, dibandingkan
dengan menerima pegawai baru yang harus dilatih dahulu ketika mereka
diterima kerja. Kedua, posisi yang berbeda, bahkan di dalam perusahaan
yang sama sebaiknya diisi oleh orang-orang yang memiliki ciri khas dan
karakter yang berbeda-beda. Hal ini akan membantu jika orang-orang yang
supel untuk berhadapan langsung dengan pelanggan, sedangkan yang pemalu
sebaiknya di tempatkan di bagian belakang yang akan berhadapan dengan
orang-orang yang sama dari waktu ke waktu. Terakhir, seperti halnya yang
diungkapkan oleh Robert Levering dan Milton Moskowitz, penulis dari The
100 Best Company to Work for in America, menekankan, “ Tidak ada satu
pun perusahaan yang sempurna untuk tiap individu. Hal ini secara khusus
mungkin benar bekerja di tempat yang baik yaitu ketika perusahaan telah
memiliki budaya perusahaan mereka sendiri. Perusahaan dengan personality
yang berbeda cenderung mencari beberapa tipe individu yang berbeda pula.”
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. PROSES JASA
Gambar 4.1
Cara Menggunakan ATM
4.18 Pemasaran Jasa
Gambar 4.2
Komponen Cetak Biru Jasa
Gambar 4.3
Membangun Cetak Biru Jasa
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Proses-proses yang bisa dilihat dan dialami langsung oleh pelanggan dan
mereka kemungkinan berpartisipasi didalamnya disebut ….
A. bottleneck progress
B. self-service technology
C. service mapping
D. fronstage
Kegiatan Belajar 3
Tabel 4.1
Elemen-elemen Bukti Fisik
pengecekan barang bawaan. Bukti fisik lain yang penting bagi konsumen
adalah tiket, makanan, seragam dan website.
2. Rumah sakit, bukti fisik (service-scape) adalah bangunan, tempat parkir,
tanda-tanda, ruang tunggu, ruang pendaftaran, peralatan medis, ruangan
pemulihan. Bukti fisik lain seperti seragam, website, billing statements,
laporan.
Zeithalm, Marry and Dwayne (2013, hal 282) menjelaskan tipologi jasa
berdasarkan 2 dimensi utama yaitu pemakaian servicescape dan kompleksitas
sevicescape. Pemakaian servicescape mengacu pada siapa yang melakukan
tindakan dalam servicescape: konsumen, karyawan dan keduanya. Implikasi
terdapat pada 3 tipe organisasi jasa: 1) jasa swalayan, di mana konsumen
melakukan sebagian besar aktivitas dan sedikit keterlibatan karyawan); 2)
jasa interpersonal, di mana konsumen dan karyawan harus hadir di
servicescape, 3) remote service, keterlibatan konsumen dalam servicescape
minim atau bahkan tidak ada sama sekali). Berdasarkan kompleksitas
servicescape, lingkungan jasa bisa dikelompokkan menjadi dua kategori: 1)
lean environment (lingkungan jasa yang sangat sederhana, dengan sedikit
elemen, sedikit ruang, dan sedikit peralatan), 2) elaborate environments
(lingkungan jasa yang sangat kompleks, dengan banyak bentuk dan elemen)
EKMA4568/MODUL 4 4.29
Bagan 4.2
Tipologi Servicescape
Kompleksitas Servicescape
Pemakaian
Elaborate Lean
Swalayan (hanya ▪ Water Park ▪ ATM
konsumen) ▪ eBay ▪ Pencucian mobil
▪ Bioskop
▪ Jasa internet
Jasa interpersonal ▪ Hotel ▪ Dry cleaner
(konsumen dan karyawan ▪ Restoran ▪ Salon kecantikan
▪ Klinik kesehatan
▪ Rumah sakit
▪ Perusahaan
penerbangan
▪ sekolah
Remote service (hanya ▪ Perusahaan telepon ▪ Telephone mail-
karyawan) ▪ Perusahaan asuransi order desk
▪ Jasa profesional ▪ Automated
▪ Voice messaging
services
Sumber; Zeithalm, Mary dan Dwayne, 2013, Hal.282)
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Daftar Pustaka
Gronroos, C & Voima, P. 2013. Critical service logic: making sense of value
creation and co-creation. Journal of the Academy of Marketing Science,
41.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Keterbatasan Kapasitas
Gambar 5.1
Implikasi Variasi Permintaan Terhadap Kapasitas Jasa
EKMA4568/MODUL 5 5.5
Tabel 5.1.
Kondisi Permintaan dan Kapasitas Penyedia Jasa
Keterbatasan Kapasitas
Ada beberapa faktor yang dapat membatasi kapasitas jasa yaitu waktu,
karyawan, peralatan dan fasilitas.
1. Waktu, bagi penyedia jasa waktu menjadi kendala utama proses
produksi jasa. Penyedia jasa seperti pengacara, konsultan, penata rambut
dan psikolog, jasa utama yang ditawarkan adalah waktu. Jika penyedia
jasa tersebut tidak dapat menggunakan waktu secara efektif, maka
mereka akan kehilangan peluang mendapatkan keuntungan. Sebaliknya
jika mereka menghadapi permintaan berlebihan, mereka tidak dapat
menciptakan waktu untuk memenuhi permintaan itu.
2. Karyawan, bagi penyedia jasa seperti klinik kesehatan, salon
kecantikan, perusahaan konsultan keuangan bisa saja harus menghadapi
kenyataan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen karena
5.6 Pemasaran Jasa
b. Keterbatasan karyawan
Jasa Klinik Gigi: kualitas jasa diklinik gigi sangat tergantung pada
kemampuan SDM (dokter dan perawat) yang terampil dan ahli.
c. Keterbatasan peralatan
Jasa Penerbangan: penyampaian jasa sangat tergantung pada peralatan
(pesawat terbang). Kondisi pesawat terbang sangat mempengaruhi
kenyamanan dan keamanan pengguna jasa.
5.8 Pemasaran Jasa
d. Keterbatasan fasilitas
Jasa Restoran: kondisi di mana masa peaktime, maka kualitas layanan di
restoran tidak dapat diberikan secara optimum karena keterbatasan fasilitas
untuk melayani permintaan yang meningkat.
B. POLA PERMINTAAN
Karakteristik jasa unik yaitu adanya aspek tidak dapat disimpan dan
konsumsi-produksi dilakukan secara simultan sangat mempengaruhi fluktuasi
pola permintaan. Penyedia jasa dituntut untuk memahami pola-pola
permintaan jasanya. Pemahaman mengenai pola permintaan menuntut
penyedia jasa untuk menggali informasi lebih dalam mengenai target segmen
pasarnya, kapan terjadinya permintaan bervariasi, mengapa konsumen
membeli jasa. Walaupun fluktuasi permintaan tidak mudah untuk
diidentifikasi, secara umum pola permintaan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu permintaan yang dapat diprediksi dan permintaan yang bersifat random.
Manajemen permintaan merupakan proses penggeseran waktu permintaan
sehingga puncak permintaan dapat dialihkan ke waktu lain, sehingga
kapasitas yang menganggur relatif lebih sedikit dibandingkan jika ada upaya
manajemen jasa.
Untuk dapat mengelola fluktuasi permintaan pada bisnis jasa, penyedia
jasa perlu memahami pola permintaan, mengapa bervariasi dan segmentasi
EKMA4568/MODUL 5 5.9
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Tabel 5.2
Strategi Pengelolaan Permintaan Berdasarkan Situasi Kapasitas
Tidak hanya dari sisi permintaan, penyedia jasa dituntut untuk mengelola
penawaran (kapasitas). Tjiptono (2014, hal. 174) menjelaskan beberapa
strategi yang dapat diterapkan penyedia jasa untuk menyesuaikan
kapasitasnya dengan tingkat permintaan yang berfluktuasi yaitu:
1. Menggunakan karyawan paruh waktu. Karyawan ini banyak
dimanfaatkan pada saat periode sibuk. Pekerjaan yang cocok bagi
karyawan paruh waktu adalah yang tidak memerlukan skill seperti
pekerjaan di toko-toko, rumah makan dan di kantor pos pada saat
lebaran, natalan dan tahun baru.
5.18 Pemasaran Jasa
Misal pada hari raya dan natalan jumlah penumpang mengalami peak
time, pada saat itu maskapai penerbangan menawarkan harga penuh dan
tidak menerima permintaan kursi gratis bagi pemilik frequent flier
program.
Tabel 5.3
Strategi Mengalihkan Permintaan Untuk Menyesuaikan Dengan Kapasitas
2. Menyesuaikan Permintaan
Pendekatan strategik kedua untuk menyesuaikan permintaan dan
penawaran dengan melakukan penyesuaian terhadap kapasitas. Ide dasarnya
adalah melakukan penyesuaian, meningkatkan dan menyesuaikan kapasitas
untuk memenuhi permintaan konsumen (daripada menggeser permintaan ke
waktu lain). Menurut Zeithalm (2013) penyesuaian harga dapat dilakukan
pada saat permintaan sangat tinggi (demand too high) dan pada saat
permintaan terlalu rendah (demand to low) lihat Tabel 5.4
Tabel 5.4
Strategi Menyesuaikan Kapasitas Untuk Memenuhi Permintaan
mempunyai skill dan pengetahuan yang lebih luas dan tidak sekedar
pada job tertentu saja.
b. Memperpanjang waktu pelayanan, hal ini dilakukan untuk memenuhi
permintaan konsumen. Klinik kesehatan menambah jam pelayanan pada
saat ada wabah diare dan flu. Supermaket membuka jam beroperasi pada
saat menjelang hari raya dan hari natal.
c. Menambah fasilitas dan peralatan, dengan menambah kursi, meja atau
peralatan lain agar dapat menampung tingginya permintaan. Menyewa,
adalah cara lain yang lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas
pada saat permintaan tinggi.
Gambar 5.2
Konfigurasi Baris Antrian(Waiting Line Configuration)
Gambar 5.3
Contoh konfigurasi antrian Multiple Queue dan Single Queue
EKMA4568/MODUL 5 5.25
http://blog.adisanjaya.com/2012/05/
Gambar 5.4
Sistem Antrian Menggunakan Aplikasi Konputer
http://3.bp.blogspot.com
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Aspek intangibilitas (ketidakberwujudan) dari jasa menyebabkan
jasa tidak dapat disimpan sehingga selalu ada perbedaan antar
permintaan dan kapasitas penawaran. Permintaan pada jasa sangat
fluktuatif, hal ini disebabkan karena adanya pola-pola permintaan yang
sulit diprediksi dan adanya permintaan di waktu-waktu tertentu (liburan,,
hari raya dan natal) yang meningkat drastis. Tidak hanya dari sisi
permintaan, penyedia jasa juga menghadapi keterbatasan yang
disebabkan karena keterbatasan beberapa faktor seperti waktu, fasilitas,
skill dan kemampuan karyawan. Untuk itu penyedia jasa dituntut untuk
dapat mengelola penawaran. Strategi yang dapat diterapkan yaitu:
menggunakan paruh waktu, menyewa dan berbagi fasilitas,
menjadwalkan aktivitas downtime selama periode permintaan,
melakukan pelatihan silang dan meningkatkan partisipasi konsumen.
TES F OR M AT IF 2
Daftar Pustaka
PEN D A H U L UA N
Kegiatan Belajar 1
Tabel 6.1
Perbedaan Orientasi Pemasaran Transaksional Dengan Pemasaran
Relationship
market dalam model enam pasar. Hal ini dapat diartikan bahwa
pelanggan menjadi fokus utama dari seluruh aktivitas perusahaan.
Pemasaran relasional menjadi kunci untuk membangun hubungan
dengan pelanggan yang tujuan utamanya adalah mempertahankan
pelanggan. Beberapa program yang berkaitan dengan mempertahankan
pelanggan yang saat ini banyak dikembangkan oleh perusahaan seperti:
membentuk klub pelanggan, call centre, kartu garansi dan promosi
respons langsung.
3. Referral market (pasar referral), yaitu pelanggan (customer referrals)
yang dapat mereferensikan atau merekomendasikan kepada pihak lain.
Pelanggan dapat menjadi pemasar terbaik bagi perusahaan melalui word
of mouth (informasi dari mulut ke mulut) dan informasi umumnya
bersifat positif. Pelanggan yang mau mereferensikan kepada pihak lain
umumnya atas inisiatif sendiri yaitu mereka yang loyal karena merasa
puas dengan produk/jasa yang ditawarkan perusahaan.
4. Supplier and Alliance Market (pasar pemasok dan aliansi), supplier
menyediakan sumber daya fisik (bahan baku) kepada perusahaan. Di
mana supplier ini bisa diklasifikasikan sebagai supplier yang strategik,
supplier utama, supplier yang dinominasikan. Aliansi berperan penting
tidak hanya memasok bahan baku fisik, juga memberikan akses model,
teknologi, kompetensi dan kapabilitas. Aliansi ini memberikan dukungan
terhadap aspek knowledge-base bagi perusahaan bukan product-base.
Untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki supplier dan
aliansi maka perusahaan harus dapat membangun network relationship
dan berkolaborasi dengan mereka.
5. Influence market (pasar pengaruh), yaitu stakeholder perusahaan seperti
pemerintah, pemegang saham, kompetitor, media masa, pecinta
lingkungan, investor, politisi dll. Stakeholder adalah pihak-pihak yang
dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan. Setiap
perusahaan harus dapat mengidentifikasi pihak-pihak yang relevan atau
yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Kolaborasi dan relationship merupakan dua hal penting agar dapat
membangun hubungan baik sehingga sumber daya yang mereka miliki
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan.
6. Recruitmen market, merupakan pasar tenaga kerja yang diperlukan bagi
perusahaan untuk mendapatkan input sumber daya manusia/SDM
(karyawan dan manajer) berkualitas. Peran pasar ini sangat strategis
6.6 Pemasaran Jasa
Sumber: Payne, Ballantyne dan Christopher (2004, 860) dan Lupiyoadi (2014)
Gambar 6.1
The Six Market Model
Gambar 6.2
Tujuan Relationship Marketing: Mendorong Pelanggan
Menuju Tangga Teratas
bunga dll. Pihak Bank “X” harus melakukan langkah strategis agar aspek
manfaat yang dirasakan nasabah terus meningkat terutama terkait dengan
aspek psikologis besar tabungan yang harus distor setiap periode tertentu
dengan kemanfaatannya.
Gambar 6.3
Tingkatan Strategi Relationship
Gambar 6.4
Komunitas HOG Indonesia Melakukan Touring
Gambar 6.5
Kartu Kredit Premium BNI 46
6.14 Pemasaran Jasa
Gambar 6.6
Komputer Tracking FEDEX
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Membangun Loyalitas
Gambar 6.7
Komunitas “Vespa”
Gambar 6.8
Membangun Loyalitas
Gambar 6.9
The Customer Pyramid
Gambar 6.10
Customer Conversion Journey
Model in terinspirasi dari tahapan loyalitas dari Jill Griffin yang terdiri
dari : Suspect, Prospect, First Time Buyer, Repeat Buyer, Loyal Client dan
menambahkan tahapan Spiritual Advocate. Tahapan loyalitas dapat
digunakan untuk memudahkan memahami bagaimana perjalanan
EKMA4568/MODUL 6 6.31
Tabel 6.2
Tahapan Loyalitas
FIRST TIME BUYER Untuk mengikat first time buyer menjad repeat buyer, perusahaan
harus meningkatkan relationship dengan menciptakan value
produk jasa menawarkan brand yang berkarisma dan servis yang
REPEAT BUYER customized.
Rancangan strategi:
Brand value: menjadi value indicator bagi produk jasa ketika
kualitas produk jasa di pasar beragam, maka brand menjadi
penguat diferensiasi. Keputusan membeli konsumen sering
dipengaruhi penilaian terhadap brand (perceive brand). Misal BMW
dipersepsikan sebagai sedan untuk eksekutif muda, sedangkan
6.32 Pemasaran Jasa
LOYAL CLIENT Perusahaan yang punya banyak loyal client akan semakin
beruntung jika sebagian dari mereka menjadi spiritual advocate.
Rancangan strategi:
SPIRITUAL - Membentuk komunitas pemakai merek kemudian mendorong
ADVOCATE keterikatan emosi antar anggota komunitas.
- Menciptakan buzz. Buzz adalah kumpulan pembicaraan
seputar produk, pelayanan dan perusahaan pada berbagai
kesempatan. Buzz bisa melalui pembicaraan tatap muka,
pembicaraan melalui web di chat room, bulletin board dan
email yang diteruskan ke orang lain.
- Menciptakan keterikatan emosi konsumen dengan merek
(emotionalization). Emosi mempengaruhi proses pengambilan
keputusan.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Daftar Pustaka
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Kualitas Jasa
Gambar 7.1
Rantai Manfaat Kualitas
nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Aspek tangibles
meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, kursi, komputer dll),
perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta
penampilan pegawainya (seragam, kerapian).
2. Reliability, atau kehandalan (tergantung pada keakuratan penawaran
jasa), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai
yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai
dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan
akurasi yang tinggi.
3. Responsiveness, atau tanggapan (kecepatan merespons) yaitu suatu
kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat
(responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi
yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan
yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.
4. Assurance, atau jaminan (kredibilitas, keamanan, kompetensi) serta
kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para
pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan
kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain
komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan
(security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).
5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan konsumen. Di mana suatu perusahaan
diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,
memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
7.6 Pemasaran Jasa
Sumber: www.GIA.com
Gambar 7.2.
Model Kesenjangan Jasa
1. Model e-Servqual
Perkembangan teknologi informasi (internet) merupakan suatu sarana
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas jasa yaitu memberikan
pelayanan elektronik yang umumnya disingkat ”e”. Zeithalm dkk (2002)
mengemukakan model e-SQ (e-SERVQUAL). Kemudian Tjiptono (2014,
Hal:363) mengaplikasikan model e-SQ pada bisnis ”Online” dengan
menggunakan 7 dimensi yaitu:
a. Efisiensi, yaitu kemampuan pelanggan untuk mengakses website,
mencari produk yang diinginkan dan informasi yang berkaitan dengan
produk tersebut,
7.12 Pemasaran Jasa
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Jika kualitas yang dirasakan lebih besar dari yang diharapkan maka akan
terjadi ....
A. over quality (too good quality to be justifiable).
B. positively confirmed quality (good quality)
C. confirmed quality (acceptable quality)
D. negatively confirmed quality (bad quality)
Kegiatan Belajar 2
Produktivitas
Tabel 7.1
Dimensi Kuantitas dari Produktivitas Jasa
yang menjadi outputnya adalah volume layanan, pangsa pasar dan segmentasi
pasar. Selanjutnya, jika ditinjau dari sisi output dalam dimensi kualitas
adalah apa yang dibayarkan pelanggan, merupakan sesuatu yang tidak
berwujud dan susah untuk dinyatakan menggunakan ukuran kuantitas. Tabel
berikut menjelaskan determinan-determinan pembentuk dimensi kualitas dari
produktivitas jasa (Tabel 7.2)
Tabel 7.2
Dimensi Kualitas dari Produktivitas Jasa
Gambar 7.3
Produktivitas Jasa
reduction cost perlu disikapi hati-hati oleh manajer, jalan yang terbaik
adalah melihat peluang untuk mendesain kembali proses pelayanan
secara hati daripada harus mengambil cara yang drastis.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
5) Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan penyedia jasa untuk
meningkatkan produktivitas, kecuali ….
A. mendorong karyawan yang berada di garis depan untuk melakukan
berbagai usaha meningkatkan produktivitas
B. peningkatan produktivitas melalui pengurangan biaya harus
dipertimbangkan secara hati-hati.
7.32 Pemasaran Jasa
Daftar Pustaka
PEN D A HU L UA N
”D o It Right For The First Time” (melakukan hal yang benar pada kali
pertama) merupakan faktor penting bagi penyedia jasa yang menjadi
garansi kualitas jasa. Namun, kegagalan penyampaian jasa selalu terjadi,
walaupun penyedia jasa sudah mengantisipasi agar penawaran jasa dapat
memberi kepuasan kepada konsumen. Komplain merupakan ekspresi atau
ungkapan yang secara formal diungkapkan konsumen berkaitan pengalaman
menggunakan suatu produk/jasa. Perusahaan harus menyikapi komplain
secara efektif, karena tidak semua konsumen yang mengalami permasalahan
dengan produk/jasa yang ditawarkan kepada perusahaan mau melakukan
komplain. Perusahaan tidak boleh menerima motto “No News Is Good
News”, artinya jika tidak ada konsumen yang komplain berarti everything is
on the right order atau semuanya berjalan baik-baik saja. Berdasarkan
beberapa hasil riset, jumlah konsumen yang tidak puas dan mau melakukan
komplain hanya 4%, selebihnya 96% pergi begitu saja karena beberapa
alasan seperti: marah, komplain hanya menghabiskan waktu, dan umumnya
komplain tidak akan direspons perusahaan. Komplain mempunyai nilai
strategis bagi perusahaan, untuk itu perlu dikelola dengan baik dengan
memperhatikan beberapa aspek yaitu: 1) memudahkan pelanggan
menyampaikan komplain, 2) mengatasi faktor penyebab komplain, 3)
menangani komplain secara efektif, 4) mendengarkan komplain secara
seksama, dan 5) memberikan solusi seperti yang dikehendaki pelanggan.
Do it right for the second time, merupakan usaha perusahaan untuk
memulihkan jasa (service recovery). Penyedia jasa dituntut untuk mendesain
strategi seefektif mungkin, dengan meningkatkan kompetensi karyawan
terdepan untuk memecahkan masalah secara cepat dan memuaskan. Ada satu
kredo bisnis “ keep you customer happy… and they will keep you int the
8.2 Pemasaran Jasa
Kegiatan Belajar 1
Mengatasi Komplain
begitu saja karena marah. Hasil riset lain menunjukkan hanya 1 dari 50 orang
konsumen mau melakukan komplain. Sebagian besar konsumen akan
memilih dengan cara mereka sendiri dan menceritakan kepada konsumen
lain, tanpa memberikan kesempatan sama sekali kepada penyedia jasa untuk
menanggapinya. Hasil riset yang lain juga menunjukkan indikasi yang sama
yaitu terjadinya efek multiplier, untuk masalah berat perbandingan antara
yang komplain dan tidak mencapai 1:6 (satu berbanding enam), sedangkan
untuk masalah ringan 1:200 (satu berbanding 200).
Jadi intinya adalah carilah komplain, karena menerima komplain
konsumen merupakan peluang bukan ancaman, seperti yang dinyatakan oleh
para ahli pemasaran “customer complaints are like medicine, nobody likes
them, but they make us better” yang artinya komplain konsumen seperti obat
untuk membuat seseorang yang menderita sakit menjadi sembuh. Sebagai
contoh sukses IBM karena ketidakpercayaan terhadap mantra (going against
popular mantra) yaitu "NO NEWS IS GOOD NEWS” artinya “Tidak ada
komplain merupakan berita baik”, dan inilah yang dihindari oleh perusahaan
besar sekelas IBM. Artinya IBM memberikan apresiasi yang besar kepada
konsumen yang mau melakukan komplain, karena adanya komplain
mengindikasikan terjadinya permasalahan dan pelayanan produk/jasa.
Begitu pentingnya arti komplain, penyedia harus dapat mendorong
konsumen untuk menyampaikan komplain seperti melalui: alamat website
untuk komplain, media sosial, saluran telepon gratis, counter layanan
konsumen, pendekatan purna jual dan menawarkan penggantian serta
pengembalian uang jika tidak puas. Bagi penyedia jasa tindakan-tindakan
untuk mendorong konsumen komplain perlu didukung prosedur dan
tindaklanjut yang cepat dan mudah. Menurut Fisher (2003) ada 6 ketentuan
utama yang harus diperhatikan untuk menangani komplain konsumen yaitu
(Gambar 8.1):
▪ Tahap 1: Dengarkan, komplain (kemarahan, kejengkelan) harus
didengarkan, jangan diinterupsi dan perlihatkan sikap yang simpatik.
▪ Tahap 2 : Selidiki, meminta penjelasan konsumen untuk dapat
dilakukan penyelidikan secara sistematis akar permasalahan, sehingga
dapat mengupayakan langkah selanjutnya dalam penanganan masalah.
▪ Tahap 3: Patuh terhadap pemecahan yang disepakati, dukungan dan
komitmen semua jajaran di perusahaan yang terlibat pada tindakan
perbaikan sesuai dengan standar dan jadwal yang disepakati.
EKMA4568/MODUL 8 8.5
Gambar 8.1
Tahapan Penanganan Komplain
dari mulut ke mulut ini bisa berkembang sangat cepat, apalagi saat ini
sebagian besar orang aktif di sosial media (Facebook, Twitter,
Instagram, WhatsAPP). Jika hal ini terjadi akan berdampak negatif
terhadap image perusahaan dan berakibat kehilangan pelanggan.
3. Do Complaint (menyampaikan komplain). Keputusan pelanggan untuk
komplain harus disikapi perusahaan secara positif karena mendapatkan
“berkah tersembunyi” (blessing in disguise). Bagi perusahaan hal ini
menguntungkan karena perusahaan mempunyai kesempatan untuk
mengetahui permasalahan dan dapat mengatasinya secara cepat sebelum
berdampak lebih besar. Bila komplain bisa ditangani secara efektif dan
memuaskan, maka konsumen akan tetap membeli produk/jasa
perusahaan. Ada kecenderungan manusia jika merasa senang hanya
menceritakan kepada sedikit orang, namun jika sedang merasa tidak
cenderung menceritakan ke banyak orang.
4. Spread out through media atau mengadu lewat media massa. Hal yang
sering dilakukan pelanggan adalah menulis ke surat kabar (kontak
pembaca), mengadu ke lembaga konsumen dan menuntut
produsen/penyedia jasa ke ranah hukum. Bentuk komplain inilah yang
paling ditakuti perusahaan. Jika menghadapi kasus seperti ini maka
peran PR (Public Relations) dan marketing menjadi sangat penting
karena dapat mencari jalan keluar serta mengantisipasi terjadinya
komplain ini dikemudian hari.
Gambar 8.2
Tindakan Komplain Konsumen Disebabkan Kegagalan Penyampaian Jasa
Beberapa ahli (Sheth, 1999; Stephen & Gwinner, 1998) menyatakan ada
beberapa faktor yang menjadi penentu seorang konsumen akan melakukan
komplain atau tidak yaitu:
1. Tingkat kepentingan konsumsi produk/jasa yang dilakukan menyangkut:
harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk dan
kerugian lainnya.
2. Sejauh mana pengalaman dan pengetahuan yang dilakukan terkait
dengan pembelian sebelumnya, pemahaman mengenai produk/jasa serta
pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi,
gangguan terhadap aktivitas rutin dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
8.8 Pemasaran Jasa
Komplain yang paling ditakuti oleh penyedia jasa adalah jika konsumen
menggunakan media masa untuk melampiaskan kekecewaan karena
kegagalan jasa. Beberapa tahun terakhir ini ada tren kenaikan komplain
konsumen melalui media masa secara terbuka seperti surat pembaca, SMS
dan media sosial. Motivasi konsumen menggunakan media massa karena
merasa frustrasi ingin balas dendam karena komplain tidak mendapat respons
dari penyedia jasa. Tjiptono dan Dewi (2013) menjelaskan beberapa hal yang
dikeluhkan konsumen di media massa yaitu:
1. Berkaitan dengan produk/jasa, keluhan menyangkut kondisi pada saat
dibeli/digunakan termasuk kualitas produk, garansi dan kerusakan.
Contoh: 1) saya kecewa ternyata penerbangan ini selalu di delay, 2) Saya
tidak menyangka pelayanan hotel ini buruk sekali?,
2. Berkaitan dengan orang, yaitu terkait dengan sikap dan perilaku
karyawan serta manajemen seperti sikap tidak acuh, menyepelekan, tidak
sopan dan pengetahuan yang minim. Contoh: 1) kenapa customer service
bank ini tidak ramah ya, 2) saya minta Telkom mengirim petugas yang
cekatan kerjanya,
3. berkaitan dengan proses, keluhan tentang proses penyampaian layanan/
produk, seperti lama waktu pelayanan dan keterlambatan. Contoh, 1)
saya heran hanya untuk menabung di bank ini butuh waktu 2 jam, 2)
kenapa ya pelayan restoran ini lambat sekali melayani pesanan makanan,
4. Kinerja penyedia jasa yang tidak optimal, seperti keterlambatan
melayani konsumen, kamar hotel tidak bersih dan jadwal penerbangan
yang terlambat. Contoh: 1) bagaimana ganti rugi untuk TV 40 inch saya
yang rusak, kepada siapa saya bisa menuntut.
agar komplain bisa diubah menjadi peluang untuk memuaskan pelanggan dan
dapat meretensi (menahan) untuk tidak pindah ke kompetitor, yaitu:
1. Memudahkan pelanggan untuk menyampaikan komplain. Hal ini bisa
dilakukan dengan menyediakan kotak saran, menyediakan formulir
evaluasi yang berperangko, saluran telepon bebas pulsa, website, akun
facebook atau twitter. Melalui penyediaan beberapa sarana tersebut maka
komplain dapat teratasi secepatnya dan tidak merusak reputasi
perusahaan.
2. Mengatasi faktor penyebab terjadinya komplain. Perusahaan harus dapat
mengidentifikasi penyebab komplain, sehingga tidak perlu terulang lagi.
Perusahaan harus cepat menangani komplain dan menindaklanjuti
dengan memperbarui prosedur layanan, memberikan training kepada
karyawan agar dapat melayani konsumen dengan baik.
3. Menangani komplain secara efektif. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan yaitu: berusaha merespons komplain secara cepat dan tulus,
setiap karyawan yang menerima komplain harus dapat mengatasinya
dengan cepat dan baik, jika tidak mampu mengatasi komplain paling
tidak karyawan bisa memberi tahu kepada konsumen the best alternative
dengan cara merekomendasikan ke departemen/unit yang berwewenang.
4. Dengarkan dengan seksama dan jangan menyela terutama pada saat
pelanggan masih emosi tinggi. Dengarkan keluhan dari sudut pandang
pelanggan sampai mendapatkan informasi yang lengkap sebagai bahan
untuk bisa mengatasi masalah.
5. Menanyakan kepada pelanggan bagaimana solusi yang mereka harapkan
apakah dalam bentuk uang, dan tindak lanjut (reparasi, penukaran
barang, kompensasi)
6. Mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada pelanggan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan santun.
7. Bila masalah telah berhasil diselesaikan, maka pelanggan perlu
diyakinkan sekali lagi mengenai kualitas produk/jasa perusahaan,
8. Membagikan pengalaman mengenai sukses menangani komplain kepada
staf lain.
dan Brown (pada Zeithalm, Marry dan Dawyne, 2013) menjelaskan bahwa
terdapat 85% variasi kepuasan yang dirasakan pelanggan dari pemulihan jasa.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa kegagalan jasa yang dirasakan
pelanggan terkait dengan service recovery ditentukan oleh 3 dimensi yang
menunjukkan tingkat keadilan (fairness) yang dijelaskan sebagai berikut
(lihat Gambar 8.3).
1. Procedural justice (pertimbangan prosedural), berkaitan dengan
kebijakan dan peraturan yang harus ditaati konsumen yang mencari
keadilan. Konsumen mengharapkan pihak perusahaan bertanggung
jawab dengan memberikan proses pemulihan jasa yang nyaman dan
responsive
2. Interactional justice (Pertimbangan Interaksi). Interaksi antara
karyawan dengan konsumen harus berjalan secara optimal. Karyawan
harus memberikan penjelasan mengenai penyebab kegagalan dan
berusaha untuk mengatasi permasalahan sesuai dengan yang diharapkan
konsumen (win-win solution). Usaha pemulihan jasa harus dilakukan
secara jujur, terbuka dan sopan.
3. Outcome Justice (Pertimbangan Hasil). Berkaitan dengan kompensasi
yang diterima konsumen karena kerugian dan ketidaknyamanan yang
terjadi karena kegagalan jasa. Kompensasi tidak hanya pada kerugian
tetapi juga waktu, usaha dan energi yang dikeluarkan selama proses
pemulihan jasa.
Gambar 8.3
Tiga Dimensi Keadilan dalam Proses Pemulihan Jasa
8.12 Pemasaran Jasa
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
menceritakan kepada banyak orang melalui internet dan media sosial. Begitu
besarnya dampak dari kegagalan jasa, maka penyedia jasa dituntut untuk
melakukan pemulihan jasa secara efektif agar dapat mempertahankan
konsumen. Grafik berikut (Gambar 8.4) menunjukkan tingkat kemauan
(intention) konsumen yang kecewa untuk menggunakan kembali produk/jasa
(repurchase). Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa jika konsumen tidak
ada permasalahan (customer with no problem) dan konsumen yang merasa
puas komplainnya terjawab, maka keinginan akan membeli produk/jasa
kembali relatif lebih tinggi (50% dan 43%). Kondisi ini berbanding terbalik
jika dibandingkan kondisi di mana konsumen tidak merasa puas terhadap
komplain atau sama sekali tidak melakukan komplain, maka kemauan untuk
menggunakan produk/jasa hanya berkisar 8 % - 21%.
Gambar 8.4
Unhappy Customers’ Repurchase Intentions (grafik)..buat
Bagi penyedia jasa mendesain secara baik strategi pemulihan jasa dapat
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja
sekaligus sebagai usaha melakukan perbaikan kualitas jasa yang
berkesinambungan. Dengan melakukan berbagai penyesuaian terhadap
proses jasa, sistem dan hasil berdasarkan pemulihan jasa yang telah
dilakukan sebelumnya, maka penyedia jasa mempunyai kesempatan untuk
“do it right the first time” atau melakukan hal terbaik pertama kali. Jika hal
ini dapat dilakukan akan dapat mengurangi biaya karena kegagalan dan
meningkatkan kepuasan konsumen.
EKMA4568/MODUL 8 8.19
“Getting it right for the second time”, merupakan kredo pemulihan jasa.
Penyedia jasa dituntut untuk mendesain strategi seefektif mungkin, dengan
meningkatkan kompetensi karyawan terdepan untuk memecahkan masalah
secara cepat dan memuaskan. Ada satu kredo bisnis “keep your customer
happy… and they will keep you int the business”, artinya buatlah konsumen
Anda Bahagia…dan mereka akan membuat Anda bertahan dalam bisnis..”.
Menurut Zeihalm dkk (2013) strategi pemulihan jasa dapat dilakukan
penyedia jasa dari dua sisi berbeda yaitu perbaikan dari sisi konsumen (fixing
the customer) dan mengatasi masalah.
Selain strategi pemulihan jasa dari Zeithalm dkk, Ahli lain yaitu Tax &
Brown (1998) pada Tjiptono (2014, Hal. 490) menjelaskan tahapan proses
pemulihan jasa (Gambar 8.5). Proses pemulihan jasa dimulai dari identifikasi
kegagalan jasa (Tahap I), kemudian diikuti dengan tindakan pemecahan
masalah (Tahap 2) yang penting untuk dapat mempertahankan kepuasan
pelanggan dan karyawan serta mempertahankan pelanggan loyal. Pada Tahap
3 dilakukan komunikasi dan klasifikasi kegagalan jasa dan dilanjutkan
dengan pengintegrasian data serta perbaikan jasa secara keseluruhan (Tahap
4). Pemulihan jasa pada tahap 4 ini penting untuk melakukan beberapa
tindakan yaitu: a) melakukan perbaikan jasa; b) memberikan kepuasan
pelanggan dan karyawan, dan c) mewujudkan loyalitas pelanggan dan
karyawan. Secara keseluruhan proses tahapan pemulihan jasa ditujukan untuk
meningkat profit atau “to keep service provider in the business”.
Begitu pentingnya memperhatikan aspek komplain dan pemulihan
layanan (service recovery), banyak penyedia jasa memutuskan untuk
memberikan garansi jasa. Garansi jasa merupakan suatu jaminan kepada
konsumen terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Misal, jika makanan
yang disajikan di suatu restoran tidak sesuai dengan kualitas makanan yang
dijanjikan, maka konsumen mendapatkan potongan harga atau tidak perlu
melakukan pembayaran. Menurut Tjiptono (2014), garansi jasa memberikan
manfaat kepada penyedia jasa yaitu: a) fokus pada pelanggan, b) standarisasi,
c) memberikan umpan balik, d) mempertahankan loyalitas dan kepuasan, e)
sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas layanan yang
berkesinambungan, f) meningkatkan moral dan loyalitas karyawan dan g)
khususnya bagi pelanggan garansi dapat mengurangi persepsi negatif dan
kekhawatiran terhadap suatu risiko yang harus ditanggung sendiri.
8.24 Pemasaran Jasa
Gambar 8.5
Proses Pemulihan Jasa
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
1) Berikut ini adalah cara-cara pemulihan pada fix the problem yang dapat
dilakukan oleh perusahaan, kecuali ….
A. mendorong dan menelusuri komplain
B. melakukan komunikasi dengan cepat
C. belajar dari pengalaman pemulihan jasa
D. menghindari terjadinya kegagalan
4) Berikut ini adalah cara-cara pemulihan pada fix the the customer yang
dapat dilakukan oleh perusahaan, kecuali ….
A. responsd quickly
B. provide appropriate communication
C. treat customer fairly
D. avoid service failure
Daftar Pustaka
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Pada intinya, semua perusahaan memerlukan bukti dan alat yang dapat
memonitor tingkat pengembalian investasi dari usaha yang telah dilakukan
dalam meningkatkan kualitas jasa. Sebagian besar pimpinan perusahaan
menilai kualitas jasa hanya sebagai biaya bukan sebagai kontributor terhadap
profit, hal ini disebabkan karena kesulitan menelusuri dampak finansial dari
peningkatan kualitas jasa setelah dilakukan investasi yang cukup besar.
Pendapat seperti ini sering mengemuka, sehingga selalu terjadi perbedaan
pendapat antara Departemen Pemasaran versus Departemen Keuangan
terutama terkait dengan anggaran promosi (iklan) serta dampaknya terhadap
penjualan. Pihak Departemen Keuangan selalu mempertanyakan besarnya
dana untuk keperluan iklan yang tidak dapat langsung dapat menimbulkan
kenaikan penjualan. Disisi lain, Departemen Pemasaran akan keberatan jika
perusahaan tidak mengeluarkan iklan karena akan berdampak terhadap
penurunan penjualan. Peningkatan kualitas sama halnya dengan aspek-aspek
marketing lain seperti promosi (periklanan) dan membangun citra positif
melalui program CSR (CorporateSocial Responsibility) yang tidak dapat
secara instan dapat meningkatkan profit, namun perlu waktu karena
dampaknya bersifat jangka panjang (future profit). Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah memerlukan pendanaan besar yang tidak selalu dapat
menjamin hasil positif jika tidak didukung strategi dan eksekusi yang tepat.
EKMA4568/MODUL 9 9.5
Hasil riset para ahli beberapa tahun terakhir ini dapat membuktikan
adanya relationship atau hubungan yang kuat antara kualitas pelayanan dan
profit. Satu studi dilakukan untuk membandingkan manfaat antara revenue
expansion (peningkatan penghasilan) dan cost reduction (pengurangan biaya)
terhadap kualitas. Studi tersebut dilakukan untuk menjawab dilema yang
selalu dihadapi oleh pihak manajer yaitu apakah akan mengurangi biaya
melalui penggunaan program efisiensi dan pemotongan biaya (metode Six
Sigma) atau membangun revenue melalui peningkatan customer service,
customer satisfaction, dan customer retention. Studi ini dilakukan dengan
menggunakan laporan manajer dan data sekunder mengenai profit dan stock
returns, tujuan dari studi ini adalah untuk menginvestigasi apakah return dari
kualitas diperoleh dari penuruan biaya dengan peningkatan penghasilan.
Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan yang utamanya menerapkan
revenue expansion (peningkatan penghasilan) berkinerja lebih baik dan
mendapatkan return on quality (pengembalian dari kualitas) dibandingkan
perusahaan yang menekankan pada cost reduction (pengurangan biaya).
Dari berbagai hasil riset dan bukti nyata yang dirasakan perusahaan,
pada saat ini pihak pimpinan menyadari ada hubungan antara kualitas jasa
dan profit baik secara langsung atau tidak langsung. Kualitas jasa berdampak
pada faktor ekonomi (profit). Pada saat ini telah banyak dilakukan penelitian
oleh berbagai lembaga independen (konsultan marketing) yang berhasil
membuktikan dampak jasa terhadap profit). Dalam perkembangan kemudian,
muncul pertanyaan bagaimana sebenarnya relationship antara jasa dan profit.
Muncul tanda tanya (?) pada hubungan keduanya (lihat gambar 9.1). Dari
hasil riset yang dilakukan beberapa pakar untuk menjawab pertanyaan
tersebut sudah banyak dilakukan. Secara umum hasil riset menunjukkan
bahwa peningkatan kualitas jasa akan meningkatkan kepuasan konsumen
(customer satisfaction), pencitraan (image), mengurangi komplain (reduce
complaint), membangun persepsi (perception).
9.6 Pemasaran Jasa
Gambar 9.1
Hubungan Langsung dan tidak Langsung Antara Jasa dan Profits
superior dapat mencapai target pasar tinggi diatas angka pertumbuhan normal
dan kualitas jasa berpengaruh pada peningkatan pangsa pasar, dan
menawarkanproduk/jasa dengan harga tinggi. Penggambaran strategi
offensive marketing yang menunjukkan dampak kualitas jasa terhadap profit
dapat dijelaskan sebagai berikut (Gambar 9.2)
Gambar 9.2
Strategi Offensive Marketing
Gambar 9.3
Strategi Defensive Marketing
Gambar 9.4
Rantai Manfaat Kualitas
Gambar 9.5.
Kepuasan dan Profit
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
diperlukan suatu wadah struktur yang dapat memberikan umpan balik kepada
semua ini. c) belum adanya standar ukuran yang baku terhadap hasil
penilaian kinerja perusahaan dengan metode BSC, d) lebih secara efektif
mengukur implementasi strategi daripada mengukur penentuan strategi.
Gambar 9.6
Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard
dan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut, serta antara ukuran objektif
yang keras dan ukuran subjektif yang lunak. Berikut dijelaskan masing-
masing perspektif pada BSC:
C. PERSPEKTIF KEUANGAN
D. PERSPEKTIF PELANGGAN
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
1) Berikut ini adalah pertanyaan yang coba dijawab pada BSC, kecuali….
A. Apa yang harus kita perlihatkan kepada para pelanggan?
B. Proses bisnis apa yang harus kita kuasai dengan baik?
EKMA4568/MODUL 9 9.27
2) Proses bisnis apa yang harus kita kuasai dengan baik, merupakan
perspektif BSC ….
A. proses bisnis internal
B. pembelajaran dan pertumbuhan
C. pelanggan
D. keuangan
Daftar Pustaka
Kaplan, Robert, S., & Norton, David, P. 2001. “The Strategy Focused
Organization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New
Lynch, Richard, L., & Cross, Kelvin, F., 2003. “Performance Measurement
System,” Handbook of Cost Management”, New York, Warren
Gorham.Lamont.