PERCOBAAN VIII
APLIKASI KONTROL PID
Dalam proses otomatisasi, bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
proses otomatisasi ialah sistem dan perangkat kontrol yang digunakan, dimana
perangkat kontrol tersebut dapat menggantikan peran operator dalam proses
otomatisasi. Kontroler otomatik membandingkan harga yang sebenarnya dari
keluaran yaitu plant dengan harga yang diinginkan, menentukan deviasi, dan
menghasilkan suatu sinyal kontrol yang akan memperkecil deviasi sampai nol
atau sampai suatu harga yang kecil.Macam-macam sistem kontrol yang digunakan
dalam industri adalah kontrol I/O, kontrol fuzzy, dan kontrol PID. Kontrol I/O
merupakan sebuah sistem kontrol yang bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada user untuk memungkinkan mereka mengakses berkas, tanpa
memperhatikan detail dari karakteristik dan waktu penyimpanan. Kontrol I/O
menyangkut manajemen berkas dan peralatan manajemen yang merupakan bagian
dari sistem operasi.
2) Menentukan jalan bagi aliran data antara main memory dan alat
penyimpanan sekunder
9.2.1 Motor DC
Motor DC adalah sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk,
misalnya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor,
mengangkat bahan,dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik,
fan angin) dan di industri. Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya
industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban
listrik total di industri.
Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan
medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc
disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor
(bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada
medan magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada
setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Namun
dengan dilakukannnya pengembangan terhadap sikat dan komutator, banyak
motor DC yang digunakan dalam sistem servo dapat dioperasikan hampir tanpa
perawatan. Beberapa motor DC menggunakan komutasi secara elektronika.
Mereka dinamakan motor DC tanpa sikat.
Gambar 9.1 Motor DC
Komutator : suatu konverter mekanik yang membuat arus dari sumber mengalir
pada arah yang tetap walaupun belitan medan berputar
Sikat : media dimana kerja utamanya adalah menghantarkan arus listrik untuk
membangkitkan medan magnet yang diperlukan rotor untuk
memberikan gaya tarik maupun tolak terhadap medan magnet stator
agar rotor dapat berputar dalam satu arah. apabila sikat tersebut habis,
maka arus listrik tidak akan mengalir kedalam kumparan pada rotor dan
tidak ada medan magnet yang terbentuk sehingga tidak ada gaya yang
memutar rotor tersebut. dan matilah motor tersebut.
Angker Dinamo: Suatu konduktor berbentuk U dan berfungsi sebagai penggerak
saat konduktor ini mendapat medan dari kedua kutub di sekitarnya
Ia
Ra
V
V
motor
eb
Secara sederhana dapat diturunkan suatu aturan kontrol (R) yang menyangkut
kinerja dari scheduling gain pada suatu kontroler fuzzy PI sebagai berikut :
R1 : Jika error (E) Besar maka K adalah Besar
R2 : Jika error (E) Sedang maka K adalah Sedang
R3 : Jika error (E) Kecil maka K adalah Kecil
Akhir dari perancangan kontroler fuzzy PI maka dapat diperoleh suatu persamaan
sinyal kontrol (u) sebagai berikut:
U(k) = U(k-1)+ K dµ
dimana ;
µ(k-1) = sinyal kontrol pada waktu k-1
µ(k) = sinyal kontrol pada waktu k
K = Proposional Gain
dµ = Sinyal kontrol dari fuzzy Look Up Table
K elu aran = P ero leh h asil p en g u k u ran x sin y al k esalah an p en g erak + b ias
step
1
proporsional
0.5
R2 VR
R1
-
ei
+ eo
Gambar 9.9 Rangkaian penguat operasional kontroler proporsional
R2
G(s) =
R1
dimana : G(s) = Fungsi alih yang merupakan perbandingan antara keluaran (Eo)
dan masukan (Ei) dalam hal ini adalah resistor.
Gambar 9.10 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t) terhadap t pada pembangkit
kesalahan nol.
Gambar 9.10 menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang disulutkan ke
dalam kontroler integral dan keluaran kontroler integral terhadap perubahan sinyal
kesalahan tersebut.
1 R4
G1( s ) = , G 2( s ) =
R1.C 2s R3
R4
G ( s ) = G1( s ).G 2( s ) =
R1.R3.C 2 s
dimana : G(s) adalah perbandingan nilai keluaran terhadap nilai masukan.
output / input
step
1
la
gr
te
in
0.5
0.5 1
Gambar 9.14 Respon Kontrol Integral
time
9.2.4 Kontroler differensial (Differential Controller)
Kontroler differensial mempunyai sifat menderivatif atau menurunkan
sinyal masukan. Karakteristik dari aksi kontrol ini adalah mempunyai sifat
mendahului sinyal kesalahan penggerak, sehingga bisa melakukan koreksi atau
antisipasi terhadap sinyal keluaran lebih cepat.
Kemampuan untuk mendahului ini aksi kontrol differensial ini juga
mempunyai kelemahan yaitu, memperkuat sinyal derau (noise) sehingga dapat
menimbulkan saturasi pada aktuator. Fungsi tambahan dari kontroler differensial
ini adalah menaikkan sensitivitas sistem terhadap error kemudian memberi
koreksi dengan cepat sebelum error bertambah serta meredam terjadinya osilasi
saat sistem menggunakan kontroler integrasi. Keluaran kontroler diferensial
memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif. Perubahan yang mendadak
pada masukan kontroler, akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan
cepat.
E(s) M(s)
Td.s
Kesalahan
pengerak
Gambar 9.21 ialah gambar diagram blok dari kontroler jenis proporsional-
integral-differensial dimana bagian kontrolnya telah diisi dengan fungsi alih dari
gabungan ketiga jenis kontroler ini. Dalam kontroler jenis ini setiap kekurangan
dan kelebihan dari masing-masing kontroler P, I dan D dapat saling menutupi
dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler proporsional-
integral-differensial (kontroller PID). Elemen-elemen kontroler P, I dan D
masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah
sistem, menghilangkan error dan menghasilkan perubahan awal yang besar.
Gambar 9.22 Diagram Blok kontroler PID analog
Gambar 9.22 ialah diagram blok kontroler jenis PID, yang mana keluaran
akan bergantung dari harga-harga konstanta masing-masing kontroler tersebut.
R1
- R3
-
ei
+
+ LM 741
eo
E(t)
Unit fungsi landai
0
t
Td Aksi kontrol PD
Hanya proporsional
0
t
Gambar 9.26 Keluaran sistem jika masukan fungsi Ramp dengan PID
Dari gambar 9.25 yang merupakan masukan pada sistem akan
menghasilkan gambar 9.26 yang mana terlihat bahwa hasil keluarannya
merupakan fungsi parabolik. Hal ini menunjukkan dalam kontroler jenis ini,
kontroler integral sangat berperan dan menentukan adanya perubahan pada sistem.
Artinya, kontrol integral ini mempercepat proses pengontrolan serta mengurangi
nilai kesalahan pada saat keadaan tunak, dimana pada keadaan tunak tersebut saat
sinyal pengerak kesalahan saat bernilai nol nilai pada keluaran tidak nol, hal itu
menyalahi aturan dimana pada saat sinyal penggerak kesalahan nol maka respon
keluaran seharusnya bernilai nol juga.
V1
+
A (V1-V2)
V2 _
Siklus Aktif
Siklus total
HP
9
9
9
9
Monostable - Averaging
Schmitt op-amp
Multivibrator + Network
Keterangan:
Schmitt : Suatu bagian dari FTVC untuk memperhalus dan mempertegas logika
sinyal
Multivibrator monostable : disebut juga multivibrator one-shoot, menghasilkan
pulsa output tunggal pada waktu pengamatan tertentu saat mendapat trigger
dari luar. Monostable multivibrator memiliki satu kondisi stabil sehingga
sring juga disebut sebagai multibrator one-shot
Op-Amp : Komponen elektronika yang mempunyai fungsi pengikut tegangan,
amplifier pembalik, amplifier non pembalik, amplifier diferensial, konverter
tegangan ke arus, integrator dan linearisasi.
Averaging Network : Suatu bagian dari FTVC untuk mencari nilai rata-rata
frequensi untuk diubah ke nilai tegangan.
Gc (s) G(s)
G
Gambar 9.32 Diagram blok sistem open loop
Dari gambar 9.23 di atas dapat diketahui persamaan untuk system loop terbuka :
C (s) = R(s).Gc(s).G(s)
C ( s)
= Gc ( s ).G ( s )
G( s)
Dari gambar 9.33 di atas dapat diketahui persamaan yang digunakan dalam close
loop sistem : C(s) (1+H(s).Gc(s).G(s)) =R(s).Gc(s).G(s)
Pada Gambar 9.33 menunjukkan hubungan masukan dan keluaran dari
sistem kontrol lup tertutup. Jika dalam hal ini manusia bekerja sebagai operator,
maka manusia ini akan menjaga sistem agar tetap pada keadaan yang diinginkan,
ketika terjadi perubahan pada sistem maka manusia akan melakukan langkah –
langkah awal pengaturan sehingga sistem kembali bekerja pada keadaan yang
diinginkan.
Dalam hal lain jika kontroler otomatik digunakan untuk menggantikan
operator manusia, sistem kontrol tersebut menjadi otomatik, yang biasa disebut
sistem kontrol otomatik berumpan balik atau sistem kontrol lup tertutup.
Sistem kontrol manual berumpan – balik dalam hal ini manusia bekerja
dengan cara yang sama dengan sistem kontrol otomatik. Mata operator adalah
analog dengan alat ukur kesalahan, otak analog dengan kontroler otomatik dan
otot – ototnya analog dengan aktuator. Hal inilah yang membedakan dengan
sistem kontrol lup terbuka yang keluarannya tidak berpengaruh pada aksi
pengontrolan, dimana keluaran tidak diukur atau diumpan – balikkan untuk
dibandingkan dengan masukan.
Sistem kontrol lup tertutup mempunyai kelebihan dari sistem kontrol lup
terbuka yaitu penggunaan umpan – balik yang membuat respon sistem relatif
kurang peka terhadap gangguan eksternal dan perubahan internal pada parameter
sistem dan mudah untuk mendapatkan pengontrolan “Plant” dengan teliti,
meskipun sistem lup terbuka mempunyai kelebihan yaitu kestabilan yang tak
dimiliki pada sistem lup tertutup, Kombinasi keduanya dapat memberikan
performansi yang sempurna pada sistem.
Dengan demikian jelaslah bahwa PID Kontroler adalah sistem kontrol lup
tertutup (Close Loop), karena PID Kontroler adalah kontroler yang mampu
menggantikan fungsi operator yang mana ketika terjadi perubahan keadaan
sistem, yang kirimkan oleh sinyal kesalahan penggerak maka PID Kontroler akan
melakukan suatu proses pengaturan kembali sehingga sistem bekerja kembali
sesuai kehendak, dalam hal ini kombinasi sinergis antara ketiga aksi pengontrolan
pada PID Kontroler.
Kekurangan Close Loop: Sistem tidak memiliki kestabilan dan sistem close loop
tergolong rumit.
Gambar 9.34 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara open loop
Gambar 9.35 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop
Gambar 9.36 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara open loop
Gambar 9.37 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop
1. Menyiapkan seperti pada gambar 9.28 dibutuhkan modul
2. Mengamati respon sistem terhadap input untuk Kp=1 dengan menghubungkan
probe osiloskop digital channel A pada Vreferensi channel B pada output1.
3. Memotret hasil yang tampak pada layar osiloskop (t/div=1s).
4. Mengulangi langkah 2 untuk beberapa variasi nilai Kp.
9.3.2.3 Percobaan PID
Kp
Vref Vout
Ki Mesin Opto
PWM FTV
DC coupler
Kd
Tabel 9.1 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC open loop
Vref
(V) V output (V)
3.13 7.63
12.73 14.19
Tabel 9.2 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC close loop
Vref
(V) V output (V)
1.51 0.87
8.97 8.46
Gambar 9.43 Vref Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi 1
Gambar 9.44 Voutput Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi 1
Gambar 9.45 Vref Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi 2
Gambar 9.46 Voutput Plant motor DC percobaan Close loop Kp=1 variasi 2
9.3.3.2.2 Perubahan Kp
Pada percobaan rangkaian close loop Perubahan Kp didapatkan data
sebagai berikut:
Vreferensi = 10,8 V
Tabel 9.3 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC close loop
Kp V output (V)
25% 9.69
50% 10
Kp Ki Kd V output (V)
25% - - 5.38
2. Pada Control PI
Pada percobaan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 9.4 Data Karateristik keluaran plant motor DC dengan kontrol PI
V output
Kp Ki Kd (V)
25% 25% - 13.94
Gambar 9.53 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara open loop
Tabel 9.9 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC open loop
Vref V output
(V) (V)
3.13 7.63
12.73 14.19
Dari data inilah kita dapat menentukan G (s) dengan cara membagi Vout
dengan Vref. Sehingga didapatkan tabel sebagai berikut :
Tabel 9.10 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC open loop
Vref V output
(V) (V) G(s)
3.13 7.63 2.4377
1.1146
12.73 14.19 9
Contoh perhitungan :
Vout 7.63
G(s) = = = 2.4377
Vin 3,13
V output
(V)
15
Voutput (V)
10
0
3,13 12,73
Vref (V)
Jadi Respon system control loop terbuka cepat dan tidak berpenagruh pada
keluaran sebelumnya. Karena tidak ada penguatan maka keluaran sama dengan
masukannya.
9.4.2 Percobaan plant motor DC pada close loop
Gambar 9.55 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop
Pada pengontrolan plant motor DC ini digunakan kontrol PID. Sistem
kontrol yang digunakan adalah loop tertutup ialah sistem kontrol yang sinyal
keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan, sistem
kontrol loop tertutup juga merupakan sistem kontrol berumpan balik. Mula-mula
sistem diberi input berupa tegangan kemudian motor DC akan memberi respon
keluaran berupa putaran. Respon keluaran pada motor DC diatur oleh kontrol
PID. Tegangan referensi yang diberikan akan dimodulasi oleh PWM (Pulse With
Modulation) untuk dipergunakan dalam pengaturan tegangan, tegangan motor DC
diatur dengan cara mengatur duty cycle dari gelombang kotak yang disupplykan
ke basis dari switching transistor. Pengaturan tegangan pada motor DC berguna
untuk mengatur kecepatan putar motor DC/frekuensi putaran motor DC. Keluaran
dari motor DC akan menjadi masukan dari optocoupler. Optocoupler adalah suatu
rangkaian listrik (elektronika) yang berfungsi untuk mengkonversi kecepatan
menjadi pulsa listrik. Prinsip kerja optocoupler yaitu jika cahaya infra merah tidak
terhalang maka outputnya akan dihasilkan tegangan nol dan sebaliknya. Piringan
optocoupler dapat menghasilkan sinyal dengan frekuensi yang tergantung dari
putaran motor, sehingga semakin cepat putaran motor semakin tinggi
frekuensinya.
9.4.2.1 Percobaan dengan Kp=1
Untuk percobaan dengan nilai Kp=1, maka yang divariasikan
adalah nilai tegangan referensinya, dan hasilnya tampak pada tabel di
bawah ini.
Tabel 9.11 Data percobaan Karateristik keluaran plant motor DC close loop Kp=1
10
8
Voutput (V)
0
1,51 8,97
Vref (V)
Kp V output (V)
25% 9,69
50% 10
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan antara Vreferensi dan
juga dengan V outputnya, yang mana dapat digambarkan pada grafik di
bawah ini.
V output
(V)
10.1
10
9.9
Voutput (V)
9.8
9.7
9.6
9.5
25% 50%
Kp (%)
Gambar 9.57 Grafik Hubungan Kp dengan Voutput pada percobaan close loop
Perubahan Kp
Dari grafik terlihat bahwa hubungan antara Kp dan Voutput
berbanding lurus atau linier di mana jika Kpnya dinaikkan maka Voutput
juga akan naik. Pada sistem close loop besarnya output sama dengan
input dikali penguatan tiap blok.
Pulse
input PID Width Mesin Opto Frequen - Output
controller Modula - DC cupler cy to
tion Voltage
Gambar 9.58 Diagram blok sistem pengaturan Motor secara close loop
Kp Ki Kd V output (V)
25% - - 5,38
Dari tabel diatas terlihat bahwa dengan dengan nilai Kp kurang dari satu,
maka didapatkan nilai Voutput yang lebih kecil dari Vref (14,15 V).
Padahal seharusnya penambahan kontrol proporsional mengurangi error
sehingga Voutput mendekati Vref.
.
9.4.3.2 Percobaan Kontrol PI (Proportional Integral)
Tabel 9.14 Data Karateristik keluaran plant motor DC dengan kontrol PI
Kp Ki Kd V output (V)
25% 25% - 13,94
Dari tabel diatas terlihat bahwa dengan dengan penambahan Kp dan Ki,
maka didapatkan nilai Voutput yang mendekati Vref (14,15 V). Hal ini
sesuai teori yang mana Kp mengurangi error dan Ki menghilngakan error
sehingga Voutput hampir mendekati Vref.
Dari tabel diatas terlihat bahwa dengan dengan penambahan Kp, Ki dan
Kd, maka didapatkan nilai Voutput yang cukup mendekati Vref (14,15 V).
Hal ini sesuai teori yang mana Kp mengurangi error dan Ki
menghilngakan error dan Kd menstabilkan sistem sehingga Voutput
hampir mendekati Vref.
9.5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan sistem yang terkontrol dengan penuh maka
hendaklah menggunakan kontroler yang merupakan kombinasi dari
ketiga jenis kontroler ini.
2. Jika menggunakan suatu kontroller, sebaiknya dipelajari dan dikenali
sifat dan karakteristiknya agar diperoleh hasil yang optimal.