Disusun Oleh :
Kelompok 4 / Shift A
I. Nama sediaan
4.1.Formula Awal
Gentamisin Sulfat 0,1%
Paraffin cair 5%
Vaselin album 7,5%
Benzalkonium Klorida 0,01%
Na lauryl sulfat 1%
Cetostearyl alkohol 9%
Aquadest ad 100 %
4.2.Analisis Formula
1. Zat aktif yang dipakai adalah gentamisin sulfat dengan dibuat
sediaan krim. Pada krim yang dibuat ini digunakan tipe minyak
dalam air. Hal ini dapat dilihat dari komposisi fase air lebih banyak
dibandikan fase air. Hal ini juga bertujuan untuk memudahkan obat
terabsorpsi dengan baik ke area dermis yang memungkinkan
terjadinya iritasi pada kulit bagian dalam. Dan juga untuk
meminimalisir rasa panas seperti terbakar di kulit yang merupakan
gejala infeksi yang mana apabila dibuat tipe air dalam minyak
sediaan akan meninggalkan rasa lengket dikulit yang membuat
tidak nyaman.
2. Pada sediaan ini digunakan pengawet Benzalkonium Klorida. Pada
sediaan ini ditambahkan pengawet, karena merupakan multidose
dan ditakutkan pada saat pengambilannya terdapat
mikroorganisme yang menempel sehingga dapat berkembangbiak
di dalam sediaan. Dan juga Krim yang dibuat adalah tipe M/A. Air
sebagai pembawa tentu jumlahnya akan lebih besar dari fasa
minyak. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan akan adanya
bakteri yang berkembang biak di media air ini. Ditambahkanlah zat
pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
3. Vaselin album merupakan basis pada krim, yang mana digunakan
untuk dapat membentuk sediaan krim yang baik. Yang merupakan
basis hidrokarbon yang mana memudahkan sediaan terabsopsi ke
dalam kulit sehingga dapat didapatkan efek farmakologis yang
maksimal.
4. Setosteril alkohol merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai
emolien dan peningkat viskositas. Setosteril alkohol untuk
emulgator yang bertindak sebagai asam lemak yang merupakan
fase minyak. Campuran dari setosteril alkohol dan Na-lauryl sulfat
digunakan karena tipe krim yang dibuat adalah M/A. Na-lauryl
sulfat digunakan sebagai emulgator karena Na-lauryl sulfat akan
membentuk emulsi M/A yang sangat stabil apabila
dikombinasikan dengan asam lemak bebas, salah satunya adalah
setosteril alkohol. Setosteril alkohol tidak mengalami perubahan
warna saat dikombinasikan dengan Na-lauryl sulfat. Setosteril
alkohol bereaksi dengan Na-lauryl sulfat secara insitu
menghasilkan suatu garam yang dapat berfungsi sebagai emulgator
untuk emulsi tipe M/A.
5. Na lauryl sulfat termasuk kedalam fase air yang berperan sebagai
emulgator yang merupakan basa lemah
6. Parafin cair fase minyak. Parafin cair biasanya digunakan sebagai
zat tambahan yang berperan sebagai emolien atau pelicin pada
sediaan topikal.
7. Aquadest yang mempunyai fungsi sebagai pembawa atau pelarut
yang merupakan fase air. Aquadest digunakan sebagai pembawa
karena tipe krim yang dibuat adalah tipe M/A. Selain itu agar
memudahkan pencucian dan penyerapan pada kulit.
V. Formula akhir
= 0,005 g
Penambahan 20% = 0,005 + 0,001
= 0,006g
b. Vaselin Album 7,5%
7,5
Vaselin Album = 100 × 5 𝑔
= 0,375 g
Penambahan 20% = 0,375 + 0,075
= 0,45 g
c. Benzalkonium Klorida 0,01%
0,01
Benzalkonium Klorida = ×5g
100
= 0,0005 g
Penambahan 20% = 0,0005 + 0,0001
= 0,0006 g
Aquadest untuk benzalkonium klorida 1:1
0,0006
= × 1 𝑚𝑙 = 0,0006
1
= 0,0006 ~ 1 ml
d. Cetostearyl alkohol 9%
9
Cetostearyl alkohol = 100 × 5 𝑔
= 0,45 g
Penambahan 20% = 0,45 + 0,09
= 0,54 g
e. Paraffin cair 5%
5
Paraffin cair = 100 × 5 𝑔
= 0,25 g
Penambahan 20% = 0,25 + 0,05
= 0,3 g
f. Na Lauryl Sulfat 1%
1
Na Lauryl sulfat = 100 × 5 g
= 0,05 g
Penambahan 20% = 0,05 + 0,01
= 0,06 g
g. Aquadest 5g
Aquadest =5g+1g
=6g
Aquadest ad 5 g
= ( 6 g – (0,006 + 0,3 + 0,45 + 0,0006 + 0,06
+ 0,54 + 1)
= 6 – 2,354
= 3,644 g
Paraffin Cair Sterilisasi awal radiasi Karena zat tidak tahan panas
pengion dengan sinar sehingga akan terurai jika
gamma/ filtrasi terkena pemanasan
Na Lauryl Sulfat Sterilisasi awal dengan Karena zat tidak tahan panas
metode radiasi pengion sehingga akan terurai jika
sinar gamma terkena pemanasan dan juga
bentuknya yang merupakan
serbuk
X. Evaluasi
Organoleptis
Diamati warna dan bau dengan dilihat dari warna sediaan kemudian
dicium baunya
Homogenitas
Uji homogenitas dengan cara dioleskan pada cawan kemudian
diamati
Konsistensi
Uji konsistensi dengan cara dioleskan pada kulit dan diamati
kekentalannya (viskositas)
Uji kebocoran
Uji kebocoran dengan cara kemasan primer (tube) dibalikan 180o
Organoleptis
Warna Putih
Bau Tidak berbau
Homogenitas +++
Keterangan :
+ :
++ :
+++ :
XIII. Pembahasan
Krim yang dibuat adalah krim steril maka harus dilakukan sterilisasi.
Tujuan sterilisasi adalah untuk membuat sediaan menjadi steril bebas
mikroba, pirogen dan zat asing. Seharusnya pada proses pembuatannya
dilakukan diruangan yang terdapat LAF didalamnya dan dikerjakan
secara aseptis, hal ini bertujuan untuk mencegah adanya mikroba pada
saat proses pembuatan. Sterilisasi yang dilakukan ialah sterilisasi awal
diantaranya gentamisin sulfat dilakukan sterilisasi awal dengan
menggunakan metode radiasi pengion sinar UV, karena zat aktif tidak
tahan terhadap pemanasan. Jika terkena pemanasan zat akan terurai
sehingga tidak akan memberikan efek farmakologi dan juga gentamisin
sulfat inkompatibel dengan radiasi gamma sehingga tidak bisa
dilakukan sterilisasi dengan radiasi gamma. Paraffin dilakukan dengan
sterilisasi awal dengan radiasi pengion menggunakan sinar gamma
karena zat aktif karena zat tidak tahan panas sehingga jika terjadi
pemanasan akan terurai. Cetostearyl alkohol dilakukan cetostearyl
alkohol dilakukan sterilisasi awal dengan metode dengan radiasi
pengion dengan sinar gamma karena zat tidak tahan panas karena mudah
terurai. Benzalkonium klorida dilakukan sterilisasi awal dengan metode
panas kering menggunakan oven karena zat stabil terhadap panas dan
merupakan serbuk. Na-lauryl sulfat dilakukan sterilisasi awal dengan
metode radiasi pengion menggunakan sinar gamma karena zat aktif
tidak tahan terhadap pemanasan. Vaselin album dilakukan sterilisasi
awal menggunakan radiasi pengion menggunakan sinar gamma atau
oven karena zat stabil terhadap panas dan merupakan mengandung
minyak sehingga bila digunakan autoklaf minyak menjadi tengik karena
uap.
Pada percobaan ini penimbangan bahan dilebihkan 20% karena
metode yang dilakukan dalam proses pembuatan krim adalah metode
pelelehan, dikhawatirkan ada zat yang akan menguap dan bobotnya
akan berkurang sehingga efek farmakologi tidak akan maksimal, maka
dari itu penimbangan zat dilebihkan 20% untuk menghindari kehilangan
bobof pada saat pelelehan. Sehingga efek farmakologinya akan
maksimal. Pada saat akan memisahakan fase minyak dan fase air
dimasukkan kedalam cawan tetapi pada cawan fase minyak dilapisi kain
batis, hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel yag ada pada fase
minyak.
Untuk sterilisasi sediaan tidak dilakukan sterilisasi akhir karena zat
aktif tidak kompatibel dengan dengan sinnar gamma dantidak bisa
digunakan metode panas lembab dikarenakan sediaan mengandung
minyak sehingga akan membuat tengik ketika terkena uap air dan juga
tidak bisa dilakukan sterilisasi dengan metode panas kering karena ada
zat yang tidak tahan panas. Maka hanya dilakukan sterilisasi awal pada
alat, zat dan wadah. Karena bila dipaksakan setrilisasi akhir akan ada zat
yang terurai sehingga tidka akan memberikan efek farmakologi yang
maksimal.
Setelah sediaan dibuat kemudian dilakukan evaluasi yang bertujuan
untuk memastikan bahwa sediaan yang dibuat telah sesuai dengan
persyaratan. Hasil evaluasi yang dilakukan pertama adalah organoleptis
yang bertujuan untuk mengetahui warna dan bau sediaan dan hasilnya
menunjukkan krim berwarna putih dan tidak berbau, selanjutnya
dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk memastikan bahwa zat
aktif telah terdistribusi merata pada krim untuk mendapatkan efek
farmakologi yang maksimal hasilnya menunjukkan sangat homogen,
selanjutnya uji konsistensi yang bertujuan untuk memastikan sediaan
nyaman pada saat dioleskan pada kulit hasilnya menunjukkan agak cair,
hal ini terjadi karena pada saat pencampuran fasa minya dan fasa air
mortir yang digunakan tidak dalam keadaan panas sehingga membuat
hasil krim agak cair. Uji kebocoran dilakukan untuk memastikan tube
yang digunakan aman dan tidak bocor, hasil menunjukan tube tidak
bocor. Sehingga dapat simpulkan dari hasil evaluasi, krim yang telah
dibuat hampir memenuhi persyaratan, hanya saja konsistensi agak cair
dikarenakan kesalahan teknis pada saat pembuatan
Komposisi:
Gentamisin Sulfat 0,1 %
Indikasi:
Konjungtivitis, blefaritis, blefarokonjungtivitis, keratitis, tukak kornea,
keratokonjungtivitis, dakriosistitis.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap gentamisin dan obat golongan aminoglikosida
Efek Samping :
Gatal, mata merah, mata bengkak
PRODUKSI
PT. Pharmapat
Bandung-Indonesia
Daftar pustaka
University Press.
Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.