Kepala Negara pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dan menyikapi kasus
tersebut dengan mengupayakan membantu penyelesaian kasus tersebut
dengan sejumlah langkah yang ditempuh.
Untuk diketahui, ketika banyak negara tolak kedatangan para pengungsi dan
pencari suaka etnis Rohingya di negara Asia Tenggara, Indonesia menerima
kedatangan mereka, dan sekarang tercatat ada 270 pencari suaka, 124
pengungsi Rohingya, katanya.
'Kami juga telah dan terus lakukan aksi kemanusiaan yang berkaitan dengan
etnis Rohingya. tadi malam saya siapkan surat. Insya Allah terkirim. Kepada
Presiden Thein Sein, ungkapkan harapan Indo ke pemerintah Myanmar untuk
selesaikan permasalahan etnis Rohingya dengan sebaik-baiknya," kata
Presiden.
Langkah yang kedua adalah Indonesia mengusulkan pada pemerintah
Myanmar untuk mengundang badan PBB atau diplomat asing dan juga negara
yang tergabung dalam organisasi kerjasama Islam melihat kondisi sebenarnye
sehingga ada opini yang seimbang berdasarkan situasi yang terjadi
sebenarnya.
"Yang jelas diplomasi yang kita lakukan dengan upaya apa pun, Indonesia ingir
dan berharap agar konflik komunal yang akibatkan permasalahan
kemanusiaan etnis Rohingya benar-benar ditangani dan diselesaikan secara
bijak,adil, tepat dan tuntas," tegas Presiden.
"Saya garisbawahi ini, karena kenyataan dalam camp pengungsi adala etnis
Rohingya. Indonesia siap berikan bantuan kerja sama dan bantuan,
sebagaimana yang Indonesia lakukan di tahun-tahun berselang, dukung
Myanmar untuk lakukan proses demokratisasi sehingga alhamdulillah, setelah
pemilu, oleh dunia dianggap miliki perubahan nyata, dan lanjutkan proses
demokratisasi."
"Oleh karena itu marilah kita jaga semua ini, percayalah pemerintah Indonesia
akan berbuat apa yang perlu diperbuat untuk misi kemanusiaan. Tapi sebagai
negara ASEAN kita juga ingin memberikan kontribusi sehingga membawa
kebaikan bagi Myanmar, Indonesia, dan dunia," kata Kepala Negara.
Sebelumnya, Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla juga
memandang penyelesaian kasus Rohingya harus ditekankan pada Sisi
kemanusiaan yang bersifat netral dan diperkuat dengan kerja sama dengan
beberapa pihak seperti PBB, Asean ataupun OKI.
Harus dilihat dari efek kemanusiaannya dan masuknya harus netral. ltu
berlaku di mana saja," kata Kalla seusai pertemuan sejumlah lembaga swadaya
masyarakat yang digagas Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kuala Lumpur,
Jumat (3/8) pekan lalu.
Menurut dia, penyelesaian secara netral itu sama seperti saat menyelesaikan
kasus Ambon. Saat itu Indonesia tidak mengizinkan organisasi luar yang
bersifat agama masuk karena dikhawatirkan dapat memperuncing masalah,
sebaliknya dengan organisasi yang lebih netral justru membantu
kemanusiaannya.
'Kita menentang segala bentuk intoleransi, termasuk di negara kita sendiri, kita
tentang dan kita tidak terima," katanya.
Marty melanjutkan, selama ini dorongan dari Indonesia bagi Myanmar bukan
saja sudah membuahkan hasil berupa perubahan politik dan reformasi
demokratisasi di Myanmar, melainkan juga telah meningkatkan kerukunan
antarumat beragama di Myanmar.
"Jadi ini sebenarnya adalah proses yang sedang berjalan. Namun adanya
insiden kemarin yang mengakibatkan jatuhnya korban, kita sangat prihatin dan
menentang tindakan-tindakan kekerasan itu," tambahnya.
Pahami masalah
Presiden Yudhoyono mengatakan bantuan untuk menyelesaikan masalah etnis
Rohingya di Myanmar harus disertai dengan pemahaman latar belakang
masalah yang terjadi.
"Yang terjadi adalah konflik komunal, horizontal antara etnis Rohingya dengan
etnis Rakhai. Sama seperti terjadi di negeri kita sekian tahun lalu di Poso dan
Ambon. Kebetulan Rohingya itu beragama Islam, sedangkan Rakhai beragama
Buddha," kata Presiden.
Benar, pada bulan Mei dan Juni lalu terjadi intensitas konflik atas dua etnis,
yang akibatkan 77 orang meninggal, bukan seperti diberitakan, ribuan orang.
Sementara 109 orang Iuka dan 5000 rumah rusak atau terbakar," kata Presiden.
Ditambahkan Presiden,"ada isu kemanusiaan setelah terjadinya konflik
berskala yang relatif tinggi. sekarang tercatat pengungsi Rohingya dari 28.000
orang di tempat pengungsian, meningkat jadi 53.000 orang. Pengungsi Rakhai
24.000 orang.
"Ada kecemburuan penanganan kedua komunitas itu. Sejauh ini tak ada
indikasi genosida. satu hal yang perlu diketahui rakyat Indpnesia, etnis
Rohingya berasal dari Bangladesh, tapi dalam hal konflik Rohingya-Rakhai,
pemerintah Bangladesh memilih tak ikut campur".