Anda di halaman 1dari 34

Telaah Kurikulum

"Konsep, Prinsip, Prosedur & Teori Dasar Pembuatan dan


Pengembangan Kurikulum ”

Oleh : Kelompok 2

Anjelita Br Tobing (1813011063)

Luh Indah Krisnawati (1813011077)

Kelas : 3B

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Ganesha


2019

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“Konsep, Prinsip, Prosedur dan Teori Dasar Pembuatan dan
Pengembangan Kurikulum”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dapat terselesaikan
berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Melalui kesempatan yang bebahagia ini, kami mengucapkan terima
kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si. selaku dosen pengampu
dari mata kuliah Telaah Kurikulum.
2. Teman – teman yang telah membantu dalam hal peminjaman buku, serta
dukungan dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari isi,
segi susunan kalimat maupun tata bahasa dan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami berharap ada kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun, sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembaca.

Om Santih, Santih, Santih Om.

Singaraja, 11 September 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2

1.3 Tujuan............................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum..................................... 4

2.2 Prinsip Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum...................................... 6

2.3 Prosedur Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum................................. 15

2.4 Teori Dasar Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum............................. 19

2.5 Kurikulum Sebagai Komponen Sistem Pendidikan Formal di Indonesia... 24

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...................................................................................................... 29

3.2 Saran............................................................................................................ 30

DAFTAR REFERENSI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses belajar-mengajar kedudukan kurikulum sangat penting,


baik bagi peserta didik, pendidik, masyarakat ataupun dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum dan pendidikan merupakan
dua konsep yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum membahas
mengenai pengembangan kurikulum. Sebab, dengan pemahaman yang jelas
atas kedua konsep tersebut diharapkan para pengelola pendidikan, terutama
pelaksana kurikulum, mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Kurikulum dan pendidikan bagaikan dua keping uang, antara yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan dan tak bisa terpisahkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut kurikulum memiliki kedudukan sentral dan
strategis dalam seluruh proses pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum
sebagai instrumen input yang sesuai dengan filsafat hidup bangsa.

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalam


mencakup tentang merencanakan, penerapan dan evaluasi. Dalam
pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan
banyak orang, seperti di dalam pengembangan sebuah kurikulum juga harus
menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu,
sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah
tujuan seperti yang diharapkan. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan
mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan
oleh guru dan peserta didik.

iv
Penerapan kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum
kedalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir
dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah
direncanakan, dari hasil kurikulum itu sendiri. Setiap periode pastinya
terdapat pengembangan ataupun perbaikan terhadap kurikulum itu sendiri
guna menyempurnakannya. Tentunya, di dalam suatu kurikulum adanya
sebuah konsep, prinsip, prosedur, teori dasar dalam pembuatan dan
pengembangan kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak
hanya melibatkan orang yang terkait langsung dalam dunia pendidikan saja,
namun didalamnya melibatkan banyak orang seperti: politikus, pengusaha,
orang tua peserta didik, unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkependingan dengan pendidikan, dsb. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai “Konsep, Prinsip, Prosedur
dan Teori Dasar Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum serta Kurikulum
sebagai Komponen Sistem Pendidikan Formal di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dikaji dalam


makalah ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana konsep pembuatan dan pengembangan kurikulum?


1.2.2 Apa saja prinsip-prinsip dalam pembuatan dan pengembangan
kurikulum?
1.2.3 Bagaimana prosedur pembuatan dan pengembangan kurikulum?
1.2.4 Apa yang menjadi teori dasar dalam pembuatan dan pengembangan
kurikulum?
1.2.5 Bagaimana peranan kurikulum sebagai komponen sistem pendidikan
formal di Indonesia?

2
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan yag ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Memahami konsep pembuatan dan pengembangan kurikulum;


1.3.2 Memahami prinsip-prinsip dalam pembuatan dan pengembangan
kurikulum;
1.3.3 Menjelaskan prosedur pembuatan dan pengembangan kurikulum;
1.3.4 Memahami teori dasar dalam pembuatan dan pengembangan
kurikulum;
1.3.5 Memahami kurikulum sebagai komponen sistem pendidikan formal
di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :

1.4.1 Penulis dapat menambah wawasan mengenai konsep, prinsip,


prosedur, dan teori dasar dalam pembuatan dan pengembangan
kurikulum, serta memahami kurikulum sebagai komponen sistem
pendidikan formal di Indonesia;

1.4.2 Pembaca dapat mengetahui serta memahami hal-hal yang berkaitan


dengan konsep, prinsip, prosedur, dan teori dasar dalam pembuatan
dan pengembangan kurikulum dan tentunya bisa lebih memahami
mengenai kurikulum sebagai komponen sistem pendidikan formal di
Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum

Konsep pembuatan dan pengembangan kurikulum berkembang sejalan


dengan perkembangan teori pendidikan dan praktik pendidikan yang
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya (Nana,
Syaodih). Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the
planning of learning opportunities intended to bring about certain desered in
pupils, and assesment of the extent to wich these changes have taken place,
yang artinya pengembangan kurikulum adalah sebuah perencanaan bagi
peluang belajar yang dimaksudkan untuk membawa perubahan yang
diinginkan pada peserta didik, dan penilaian sejauh mana perubahan itu telah
terjadi (Audrey Nichoolls & Howard Nichools dalam Oemar Hamalik, 2008:
96). Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum dan kegiatan yang
dilakukan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum ini
menunjuk pada kegiatan menghasilkan kurikulum. Kegiatan pengembangan
kurikulum meliputi proses penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan
penyempurnaan (Surahmad, 1977). Adapun konsep kurikulum menurut Nana
Syaodih ada 3 yaitu, sebagai berikut.

1. Kurikulum sebagai suatu Substansi

Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi


murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin
dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen
yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-
mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para
penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan

4
masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu,
suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.

2. Kurikulum sebagai suatu Sistem

Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,


sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum
mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara
menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah
bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

3. Kurikulum sebagai suatu Bidang Studi

Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi


kurikulum. Hal ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum serta ahli
pendidikan dan pengajaran. Adapun tujuan kurikulum sebagai bidang studi
adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep
dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan
penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat
memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Yang dimaksud pengembangan konsep kurikulum yakni perencanaan


kesempatan-kesempatan belajar yang memiliki tujuan untuk membawa siswa
ke arah perubahan-perubahan tertentu seperti yang diharapkan. Dalam
pengertian diatas, sesungguhnya konsep pengembangan kurikulum adalah
sebuah proses atau siklus yang tidak dapat berakhir. Proses tersebut terdiri
dari empat unsur, yaitu :

a. Tujuan yaitu mempelajari dan menggambarkan semua sumber


pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik
yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject course) maupun
kurikulum secara menyeluruh.

5
b. Metode dan material yaitu mengembangkan dan mencoba menggunakan
metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut yang serasi menurut pertimbangan guru.
c. Penilaian yaitu menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan
itu dalam hubungannya dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-
tujuan baru.
d. Balikan yaitu umpan balik dari semua pengalaman yang telah dipeoleh
yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.

2.2 Prinsip Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan agar kurikulum yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip ini dapat
dipandang sebagai kebenaran tentang kurikulum dan pengajaran. Prinsip
merupakan sebuah aturan umum dan ketentuan yang harus dijalankan serta
menjadi pedoman untuk bertindak. Secara gramatikal prinsip berarti asas,
dasar, keyakinan, dan pendirian. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang ditetapkan oleh sekolah
secara dinamis dan progresif (Hamid Syarif, hlm.34).

Hal ini, menunjukkan bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan


disempurnakan maupun diperbaharui agar sesuai dengan laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
harus mengacu dan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan
kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan peserta didik,
lingkungan, dan kebutuhan daerah, serta kebutuhan bangsa itu sendiri,
sehingga terwujudlah tujuan dan cita-cita kita bersama, mulai tingkat yang
mendasar sampai pada skala nasional.

Menurut (Hamalik, Oemar, hlm.30) ada beberapa pengembangan


kurikulum berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

6
1) Prinsip Berorientasi pada Tujuan

Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan


tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan
kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan
satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung
aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang selanjutnya
menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencangkup
ketiga aspek tersebut, dan sesuai dengan aspek-aspek yang terkandung
dalam tujuan pendidikan nasional.

2) Prinsip Relevansi (Kesesuaian)

Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem


penyampaiannya harus relevan atau sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan dari masyarakat itu sendiri, tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pendidikan dikatakan relevan apabila hasil yang diperoleh
akan berguna bagi kehidupan seseorang. Ada dua macam yang harus
dimiliki dalam program kurikulum :

a. Relevansi keluar
– Kesesuaian atas keserasian antara pendidikan dengan
lingkungan hidup siswa
– Kesesuaian antara pendidikan dengan kehidupan anak didik
disaat sekarang dan yang akan datang.
– Kesesuaian antara pendidikan dengan tuntutan dunia kerjanya
bagi siswa.
– Kesesuaian antara pendidikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Relevansi ke dalam

Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada


kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum
yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian.
Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

7
3) Prinsip Efisiensi dan Efektivitas

Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisiensi


dalam mendayagunakan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang
tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbatas
harus digunakan semaksimal mungkin agar dapat mendukung
pelaksanaan pembelajaran dengan baik. Waktu yang disediakan oleh
pihak sekolah untuk siswa di sekolah juga terbatas, sehingga pendidik
dan peserta didik harus memnfaatkannya secara tepat sesuai dengan mata
pelajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga di sekolah
juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun mutunya, sehingga dapat
didayagunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan dan sumber
keterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh peserta didik dalam
rangka pembelajaran, demi untuk meningkatkan efektivitas atau
keberhasilan siswa.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pendidikan dan


proses belajar mengajar yaitu berkenaan dengan masalah efektifitas
mengajar guru dan efektifitas belajar siswa. Efektifitas mengajar guru
berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektifitas belajar siswa,
berkaitan dengan sejauh mana tujuantujuan pelajaran yang diinginkan
telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah
dilaksanakan. Efektifitas belajar mengajar dalam dunia pendidikan
mempunyai keterkaitan erat antara guru dan siswa kepincangan salah
satunya akan membuat terhambatnya pencapaian tujuan pendidikan.

4) Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan)

Kurikulumyang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau


dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan serta kemampuan setempat,
jadi tidak statis atau kaku dan ada semacam ruang gerak yang
memberikan kebebasan dalam bertindak. Misalnya dalam suatu
kurikulum disediakan program pendidikan keterampilan industri dan

8
pertanian. Pelaksanaanya di kota, karena di kota tidak tersedianya lahan
pertanian, maka yang dilaksanakan adalah program pendidikan
keterampilan industri. Sebaliknya, pelaksanaannya di desa ditekankan
pada progam pendidikan keterampilan pertanian. Dalam hal ini ligkungan
sekitar, keadaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan
menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum. Di
dalam kurikulum, fleksibelitas dapat di bagi menjadi dua macam, yakni :

a. Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan.

Fleksibilitas di sini maksudnya adalah bentuk pengadaan


program program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program
spesialisasi, ataupun program-program pendidikan keterampilan
yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.

b. Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran.


Fleksibelitas di sini maksudnya adalah dalam bentuk memberikan
kesempatan kepada pendidik dalam mengembangkan sendiri
program-program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan
bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat umum.

Memberi kebebasan terhadap ruang gerak peserta didik dan


pendidikan dalam bertindak di lapangan. Hal ini dikarenakan dalam diri
anak didik terdapat banyak perbedaan-perbedaan dalam segala hal bakat,
kemampuan membaca, menulis (belajar), keterampilan, dan sebagainya.
Dengan demikian sekolah dapat membeli fasilitas yang luas terhadap
siswa. Dengan terbentuknya pengadaan program pilihan, jurusan,
program spesialisasi, program pendidikan keterampilan dalam program-
program lain yang dapat dipilih siswa atas dasar kemampuan, kemauan
serta minat dan bakat yang dimilikinya. Begitu juga seorang guru sedapat
mungkin mengembangkan sendiri program-program pengajarannya.
Dengan berpatokan dan berpegang teguh pada tujuan dalam pengajaran
di dalam kurikulum yang masih bersifat umum. Upaya-upaya di atas
dilakukan agar rancangan kurikulum dan pengembangannya serta

9
prakteknya di lapangan dapat akomodatif di setiap saat dan kesempatan
yang ada di sekolah.

5) Pinsip Berkesinambungan (Kontinuitas)

Kurikulum dirancang berdasarkan kesinambungan, artinya bagian-


bagian, aspek-aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan,
tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan
fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur
dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan peserta didik. Dengan
prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaiatan di dalam kurikulum
tersebut sehingga mempermudah pendidik dan peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Pengembangan kurikulum perlu
dilakukan secara serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi
dan kerja sama antara para pengembang kurikulum sekolah dasar dengan
SMTP, SMTA, dan Perguruan Tinggi. Bahkan kesinambungan antara
satu bidang studi dengan berbagai bidang studi lainnya untuk
menghindari tumpang tindihnya materi pelajaran yang dilaksanakan pada
satuan pendidikan.

Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum


menunjukkan adanya saling terkait atara tingkat pendidikan, jenis
program pendidikan, dan bidang studi. Minimal ada dua kesinambungan
dalam pengembangan kurikulum yaitu :

a. Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah


1) Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar
lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya
sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di
bawahnya.
2) Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan
yang lebih rendah tidak harus diajrakan lagi pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, sehingga terhindar dari tumpang
tindih dalam pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar.
b. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi

10
Kesinambungan di antara berbagai bidang studi menunjukkan
bahwa dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan
hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya.
Misalnya, untuk mengubah angka temperatur dari skala Celcius ke
skala Fahrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian
pecahan. Karenanya, pelajaran mengenai bilangan pecahan tersebut
hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik mempelajari cara
mengubah temperatur itu.

6) Prinsip Keseimbangan

Dalam penyusunan kurikulum hendaknya memperhatikan


keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai
program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspek-
aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu
diadakan antara teori dan praktik antara unsur-unsur keilmuan, sains,
sosial, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diharapkan
terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya
saling memberikan sumbangannya terhadap pengembangan pibadi.

7) Pinsip Keterpaduan

Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip


keterpaduan. Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik
dan konsistensi antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan
melibatkan semua pihak, baik di dalam lingkungan sekolah maupun pada
tingkat insektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuknya
pribadi yang bulat dan utuh. Di samping itu juga dilaksanakan
keterpaduan dalam proses pembelajaran, baik dalam interaksi antara
peserta didik dengan pendidik maupun antara teori dan praktik.

8) Prinsip Mutu

Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan


mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran
yang bermutu, sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh

11
derajat dari mutu pendidik, kegiatan atau proses belajar mengajar, media
yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan
kriteria tujuan pendidikan nasional yang dirancang dan diharapkan.

Menurut (Nana, Syaodih, hlm.152) ada beberapa prinsip yang lebih


khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan
dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.

1) Prinsip Berkenaan dengan Tujuan Pendidikan

Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan


pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum
atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Perumusan tujuan pendidikan bersumber dari :

a. Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan


dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan
strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan;
b. Survai mengenai persepsi orang tua atau masyarakat tentang
kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara
dengan mereka;
c. Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai
media masa;
d. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama;
e. Melakukan penelitian.
2) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Isi Pendidikan

Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan


yangtelah ditentukan para perencanaan kurikulum perlu
mempertimbangkan beberapa hal.

a. Perlu penjabaran tujuan pendidikan atau pengajaran ke dalam bentuk


perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum
suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan
pengalaman belajar;

12
b. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan;
c. Unit-unit kuikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.
Untuk hal ini diperlukan buku pedoman guru yang memberikan
penjelasa tentang oganisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih
mendetail.
3) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar

Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Apakah metode atau teknik belajar mengajar yang digunakan cocok


untuk mengajarkan bahan pelajaran?
b. Apakah metode atau teknik tersebut memberikan kegiatan yang
bervariasi sehingaa dapat melayani perbedaan individu siswa?
c. Apakah metode atau teknik tersebut memberikan urutan kegiatan
yang bertingkat-tingkat?
d. Apakah metode atau teknik tersebut menciptakan kegiatan untuk
mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
e. Apakah metode atau teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa atau
mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
f. Apakah metode atau teknik tersebut mendorong berkembangnya
kemampuan baru?
g. Apakah metode atau teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan
belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong pengguaan sumber
yang ada di rumah dan di masyarakat?
4) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Media dan Alat Pengajaran

Proses belajar mengajar yang baik perlu dukungan oleh penggua


media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat

a. Alat atau media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya


sudah tersedia?

13
b. Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan
bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaan, dan
waktu pembuatannya?
c. Pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk
modul, paket belajar dan lain-lain?
d. Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
e. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media
5) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Kegiatan Penilaian
a. Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-
langkah sebagai berikut: Rumusan tujuan pendidikan yang umum,
dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraikan ke
dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati.
Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuliskan butir-butir test.
b. Dalam merencanakan suatu penilain hendaknya diperhatikan
beberapa hal :
– Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok
yang akan ditest?
– Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
– Apakah test tersebut berbentuk uraian atau objektif?
– Berapa banyak butir test perlu disusun?
– Apakah test tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh
murid?
c. Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
– Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
– Apakah digunakan formula quessing?
– Bagaimana dalam pengubahan skor?
– Skor standar apa yang digunakan?
– Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?

14
2.3 Prosedur Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum

Menurut Supratman Zakir ada 6 (enam) prosedur dalam pembuatan dan


pengembangan kurikulum yaitu sebagai berikut.

1) Analisis dan Diagnosa Kebutuhan

Dalam menganalisis dan mendiagnosa kebutuhan hal yang pertama


kali dilakukan yaitu dengan mempelajari tiga hal yaitu kebutuhan siswa,
tuntutan masyarakat atau dunia kerja, dan harapan pemerintah. Kebutuhan
siswa dapat dianalisis dari aspek perkembangan psikologis peserta didik,
tuntutan masyarakat atau dunia kerja dapat dianalisis dari aspek kemajuan
yang ada di dalam masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat
di masa yang akan datang, sedangakan harapan pemerintah bisa dilihat
dari kebijakan-kebijakan pendidikan dari pemerintahan baik pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat. Dari ketiga hal tersebut, selanjutnya
didiagnosis dan disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai masukan
dalam pembuatan dan pengembangan kurikulum itu sendiri.

Pendekatan yang bisa dilakuakan untuk menganalisis kebutuhan juga


ada tiga yaitu survey kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas.
Survey kebutuhan bisa dilakukan dengan cara melakukan wawancara baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan sejumlah orang contohnya
yaitu dengan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, para ahli, dan
pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program
pendidikan. Studi kompetensi dilakuakan dengan analisis terhadap
kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh suatu jenis dan jenjang
program pendidikan. Serta pendekatan analisis juga dilakukan dengan cara
menganalisis tugas yang harus diselesaikan, tugas tersebut berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hasil akhir analisis dan diagnosa kebutuhan ini adalah deskripsi


kebutuan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan maupun
pertimbangan kedepannya dalam pembuatan maupun pengembangan
kurikulum dalam perumusan tujuan.

15
2) Perumusan Tujuan

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah perumusan tujuan.


Dalam tujuan-tujuan kurikulum, ada tujuan umum (kompleks) dan tujuan
khusus. Tujuan-tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusi, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan
khusus. Benyamin S.Bloom membagi tujuan menjadi tiga ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan
penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berfikir, ranah
afektif berkaitan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap,
minat, dan nilai-nilai sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan
penguasaan dan pengembangan keteampilan-keterampilan motorik.

3) Pemilihan dan Pengorganisasian Materi

Menurut M.D Gall (1981) dalam Supratman Zakir mengatakan


bahwa sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum yaitu
identifikasi kebutuhan, merumuskan isi kurikulum, menentukan anggaran
biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan,
menilai bahan, membuat keputusan adopsi, menyebarkan,
mempergunakan, dan memonitoring bahan.

Secara spesifik yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah


segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Isi dari kegiatan belajar pembelajaran adalah isi dari kurikulum.
Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut bedasarkan
tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.

4) Penyusunan Bahan Pelajaran

Kriteria dalam pemilihan materi kurikulum antara lain :

a. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai;


b. Dianggap berharga sebagai warisan budaya dari generasi masa lalu;
c. Berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu;
d. Bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal dimasa kini
dan masa yang akan datang;

16
e. Sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik dan kebutuhan
masyarakat.

Ada beberapa cara yang digunakan dalam menyusun sebuah sekuen


bahan ajar menurut Padjrin (2011) yaitu sekuens kronologis, untuk
menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunakan
sekuens kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis
suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun
berdasarkan sekuens kronologis. Sekuen kausal berhubungan dengan
sekuen kronologis. Peserta didik dihadapkan pada peristiwa-peristiwa
atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari pada sesuatu
peristiwa atau situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi
sebab atau pendahulu peserta didik akan menemukan akibatnya. Bagian-
bagian bahan ajaran suatu bidang studi telah mempunyai struktural
tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajaran bidang studi tersebut perlu
disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin
mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu diajarkan pemantulan,
dan pembiasan cahaya tidak mungkin diajarkan tanpa terlebih dahulu
diajarkan masalah cahaya. Masalah cahaya, pemantulan-pembiasan, dan
alat-alat optik tersusun secara struktural.

Sekuensi logis merupakan susunan materi pembelajaran dimulai dari


bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada
yang kompleks. Sedangkan sekuens psikologis sebaliknya dari
keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks menuju yang
sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun dari nyata
ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah
bagaimana ke masalah mengapa. Sekuens spiral merupakan susunan
materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan tertentu yang
populer dan sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan
diperluas dengan bahan yang lebih kompleks. Sekuens rangkaian ke
belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah akhir dan
mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah,
meliputi 5 langkah sebagai berikut :

17
(a) pembatasan masalah;

(b) penyusunan hipotesis;

(c) pengumpulan data;

(d) pengujian hipotesis;

(e) interpretasi hasil tes.

Dalam mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai (d),


dan peserta didik diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e). Pada
kasempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah
(a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan
hipotesis (d) dan seterusnya. Model ini dikembangkan Gagne dengan
prosedur tujuan khusus utama dianalisis, dan dicari suatu hierarki urutan
bahan ajaran untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierarki tersebut
menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai
pesera didik, berturut-turut sampai dengan perilaku terakhir. Untuk
bidang studi tertentu dan pokok-pokok bahasan tertentu hierarki juga
dapat mengikuti hierarki. Dalam penyusunan skuens, perlu
mempertimbangkan beberapa hal :

a. Taraf kesulitan materi pelajaran atau isi kurikulum


b. Apersepsi atau pengalaman masa lalu
c. Kematangan dan perkembangan peserta didik
d. Minat dan kebutuhan peserta didik
e. Pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar
5) Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat


dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode,
serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan
diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengelaman
visual, suara, peradaban, dan penciuman. Pengalaman belajar yang dipilih
harus mencakup berbagai kegiatan mental-fisik yang menarik minat siswa,

18
sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa untuk
belajar aktif dan kreatif.

6) Pengembangan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi yaitu untuk menelaah kembali apakah


kegiatan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Menurut Mc. Neil (1977) dalam Supratman Zakir mengungkapkan bahwa
ada dua hal yang perlu mendapatkan dari penilaian terhadap kurikulum
yaitu apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan
itu memungkinkan tercapainnya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan
apakah kurikulum itu telah dikembangkan dan dapat diperbaiki serta
bagaimana cara memperbaikinya. Evaluasi kuikulum dapat dilakukan
terhadap kompenen-kompenen kurikulum itu sendii, evaluasi terhadap
implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

2.4 Teori Dasar Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum

Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah


perkembangan. Menurut Bobbit dalam Nana Syaodih, mengatakan inti teori
kuikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia
meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumlah
kecakapan pekerjaan. Menurut Werrett W. Charltes (1923) dalam Nana
Syaodih setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis kecakapan atau
pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum. Telah diketahui bersama
bahwa mengembangkan kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana
karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Menurut Nasution (1995)
dalam Soeparto, dkk ada 4 asas yang mendasari pengembangan setiap
kurikulum, yaitu :

1) Asas Filosofis

Asas filosofis yaitu berkenaan dengan tujuan pendidikan yang


sesuai dengan falsafah negara. Sekolah bertujuan mendidik anak agar
menjadi manusia yang “baik”, yang ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita
atau filsafat yang dianut negara, guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan

19
dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan
dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, dan cara
menilai. Pendidikan di negara otokratis akan berbedan dengan negara yang
demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan
berlainan dengan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau
Kristen. Kurikulum tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat
dengan filsafat bangsa dan negara, terutama dalam menentukan manusia
yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan
formal. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan?
Menurut Nasution (2006: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum,
yakni:

a) Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus


dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh
masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara
yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan
tujuan pendidikan.
b) Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang
hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang
harus dibentuk.
c) Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan
untuk mencapai tujuan itu.
d) Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga
tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam
perkembangan anak.
e) Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan
hingga mana tujuan itu telah tercapai.
f) Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-
mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.
2) Asas Psikologis

Asas psikologis yaitu berkaitan dengan faktor anak dalam


kurikulum yakni psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar,
dan proses belajar anak.

20
a) Psikologi Anak

Sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni


mencipatakn situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk
mengembangkan bakat dan potensinya. Selama berabad-abad anak
dipandang sebagai orang dewasa kecil. Baru setelah Rousseau anak
itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih
mengenalnya. Sejak permulaan abad ke-20, anak kian mendapatkan
perhatian sebagai salah satu asas dalam pengembangan kurikulum.
Timbullah aliran yang disebut dengan progesif. Kurikulum yang
sangat berorientasi pada minat dan perkembangan anak disebut
“Child Centered Curriculum”. Kurikulum ini merupakan reaksi
terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa
menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Gerakan ini menaik
perhatian para pendidik, khususnya para pengembang kurikulum,
untuk selalu menempatkan anak sebagai salah satu pokok pemikiran.
Menurut Nasution (2006), beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum adalah:

a) Anak bukan miniatur orang dewasa


b) Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak
seutuhnya
c) Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam
pengembangan kuikulum
d) Anak harus menjadi pusat pendidikan atau sebagai subjek
belajar dan objek belajar
e) Tiap anak unik, mempunyai cita-cita tesendiri, lain dari yang
lain. Mempertimbangaka keunikan anak agar ia dapat
berkembang dengan bakatnya sendiri.
f) Walapun setiap anak berbeda-beda, tetapi banyak pula yang
memiliki kesamaan diantara mereka. Maka sebagian
kurikulum dapat sama bagi semua.

21
b) Psikologi Belajar

Pendidikan disekolah diberikan dengan kepercayaan dan


keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi
perilakunya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima noma-
norma, dan dapat menguasai sejumlah keterampilan. Persoalannya
yaitu bagaimana anak itu belajar? Kalau memahami dengan baik,
bagaimana proses belajar anak itu belangsung, serta dalam keadaan
yang bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya,
maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara
yang lebih efektif.

3) Asas Sosiologis

Asas sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangannya


dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa
pengetahuan, dll. Anak tidak hidup sendiri, terisolasi dari manusia
lainnya. Ia hidup dalam suatu masyarakat. Disana ia harus memenuhi
tugas-tugas yang harus dilaksanakannya dengan penuh tanggung jawab,
baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak
menerimajasa dari masyarakat dan ia sebaliknya haus menyumbangkan
baktinya bagi kemajuan bangsa.

Tiap manusia mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang


tak dapat tiada harus dikenal dengan diwujudkan anak dalam
pribadinya, lalu dinyatakan dalam perilakunya. Tiap masyarakat
memiliki anutan corak nilai yang berlainan. Tiap anak akan berbeda
latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan
dalam kurikulum, di samping perubahan yang terjadi di masyarakat
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh sebab itu masyaakat suatu faktor yang begitu penting


dalam mengembangkan kuikulum, maka masyarakat dijadikan salah
satu asas. Betapa pun pentingnya asas ini, tetapi penerapannya dalam

22
pengembangan kurikulum harus dijaga agar tidak mendominasi
sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat.

4) Asas Organisatoris

Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan


organisasi bahan bahan pelajaran yang disajikan. Pilihan manapun yang
digunakan dalam mengorganisasikan kuikulum tidaklah bekaitan
dengan soal baik buruk. Setiap organisasi kurikulum mempunyai
kebaikan dan sekligus kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu.
Selain itu, macam-macam organisasi kurikulum dapat dijadikan secara
bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau
melengkapi yang lainnya.

Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat,


yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya,
akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta. Pada pengembangan kurikulum
berlandaskan faktor - faktor sebagai berikut :

1) Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai


dasar untuk merumuskan tujuan instiusional yang pada gilirannya
menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu
satuan pendidikan;
2) Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita;
3) Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik
perkembangan peserta didik;
4) Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan
manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk
IPTEK (kultur) dan lingkungan hidup (bioekologi) setra
lingkungan alam (geoekologis);

23
5) Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan
pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyar, hukum,
hankam, dan sebagainya;
6) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai
dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.

2.5 Kurikulum Sebagai Komponen Sistem Pendidikan Formal di Indonesia


1) Komponen Sistem Pendidikan di Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah
pengubahan sikap atau tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(KBBI, 2008). Menurut Crow and crow, (Ihsan, 2006) mengatakan bahwa
pendidikan adalah proses yang berisikan berbagai macam kegiatan yang
cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan
adat dan budaya serta kelembagaan social dari generasi ke generasi. Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap
baik suatu individu maupun kelompok ke arah yang lebih baik.
Dalam dunia pendidikan terdapat suatu sistem pendidikan. Istilah
sistem jika dikaitkan dengan pendidikan (sistem pendidikan), maka dapat
mengandung makna suatu kesatuan komponen yang terdiri dari unsur-
unsur pendidikan yang bekerja sama dan berhubungan antara satu dengan
yang lain. Sistem pendidikan Indonesia sendiri dikenal dengan Sistem
Pendidikan Nasional yang diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (Indonesia, 2003).
Komponen pendidikan merupakan bagian dari suatu sistem
pendidikan. Terdapat 7 komponen pendidikan yang terkandung dalam
sistem pendidikan nasional dalam menunjang proses pendidikan, yang
diantaranya:
a. Tujuan Pendidikan
b. Peserta Didik
c. Pendidik
d. Alat dan Fasilitas Pendidikan

24
e. Metode Pendidikan
f. Isi Pendidikan
g. Lingkungan Pendidikan

Dari pemaparan diatas kurikulum merupakan bagian dari Isi


Pendidikan dalam komponen sistem pendidikan nasional.
2) Kurikulum Sebagai Komponen Sistem Pendidikan Formal di Indonesia
Sistem Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu pendidikan
formal pendidikan nonformal, serta pendidikan informal. Menurut UU RI
Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal di
Indonesia memakai kurikulum sebagai standar isi pendidikan yang
digunakan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Kurikulum sendiri merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang merupakan standar isi
pendidikan menjadi faktor utama dari kemajuan suatu sistem pendidikan
itu sendiri. Dengan pemilihan perangkat yang tepat suatu kurikulum dapat
memudahkan tercapainya suatu tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Kurikulum sebagai suatu komponen pendidikan tidak dapat diberlakukan
hanya sekali dan satu jenis kurikulum saja.
Di Indonesia sudah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum
hingga saat ini memakai kurikulum 2013. Pergantian kurikulum secara
terus menerus ini merupakan penyesuaian pendidikan di Indonesia dengan
perkembangan zaman dengan harapan pendidikan di Indonesia dapat
menjadi semakin maju. Peran dari kurikulum sendiri yaitu untuk mengatur
segala bentuk pendidikan formal yang ada di Indonesia agar pendidikan di
Indonesia dapat berjalan dengan baik serta tujuan dari pendidikan tersebut
dapat tercapai. Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk
membantu peserta didik mengembangkan pribadinya ke arah tujuan
pendidikan. Kurikulum merupakan aspek yang mempengaruhi peserta

25
didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis
dan logis. Kurikulum diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan
harapan. Menurut Alexander Inglis dalam (Elisa, 2018), fungsi kurikulum
dalam pendidikan meliputi:
1. Fungsi Penyesuaian ( The Adjutive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh.
Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat
dinamis, maka masing-masing individupun harus memiliki
kemampuan menyesuaika diri secara dinamis pula. Di balik itu,
lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Di
sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga
individu bersifat well-adjusted.
2. Fungsi Integrasi(The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi –pribadi yang terintegrasi.
Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat,
maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan
dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarkat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
diantara setiap orang di masyarkat. Pada dasarnya, diferensiasi
akan mendorong orang-orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga
akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi,
adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial
dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan
terjadinya stagnasi sosial.
4. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum befungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih
jau,misalnya melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi atau

26
persiapan belajar di dalam masyarakat. Persiapan kemampuan
belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan,mengingat sekolah tidak
mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau pun yang
menarik perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal
yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti
memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang
diinginkan dan menarik minatnya.Kedua hal tersebut merupakan
kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem
demokratis.Untuk mengembakanberbagai kemampuan tersebut,
maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel
6. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function )
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima
dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya.Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua
kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui proses
ekspolarasi.Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki
kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang
ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan akan
membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal.Berbagai fungsi kurikulum di dilaksanakan oleh
kurikulum secara keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan
dengan arah filsafat pendidika dan tujuan pendidikan yang
diharapkan oleh insitusi pendidikan yang bersangkutan.
Kurikulum memegang peran penting dalam pendidikan.
 Berikut adalah beberapa peranan kurikulum yang bisa berimbas langsung
pada proses dan hasil belajar (Elisa, 2018):
1. Peran konservatif, artinya kurikulum bertugas menyimpan dan
mewariskan nilai-nilai luhur budaya. Dengan demikian, sekolah

27
sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina
tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
2. Peran kreatif, kurikulum harus bisa memberikan dorongan kepada
siswa agar berkembang daya kreatifnya. Kurikulum juga membantu
setiap individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya,
maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,
kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat.
3. Peran kritis dan evaluatif, artinya kurikulum berperan sebagai alat
untuk menilai dan sekaligus memperbaiki masyarakat. Niali-nilai
sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang
dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga
kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria
tertentu.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari paparan makalah diatas maka dapat di simpulkan bahwa :

1. Konsep pembuatan dan pengembangan kurikulum berkembang sejalan


dengan perkembangan teori pendidikan dan praktik pendidikan juga
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Ada
tiga konsep tentang kurikulum yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu
Substansi, (2) Kurikulum sebagai suatu Sistem, (3) Kurikulum sebagai
suatu Bidang Studi. Konsep pengembangan kurikulum adalah sebuah
proses atau siklus yang tidak dapat berakhir. Proses tersebut terdiri dari
empat unsur yaitu : tujuan, metode, penilaian, dan balikan.
2. Prinsip yaitu sebuah aturan umum dan ketentuan yang harus dijalankan
serta menjadi pedoman untuk bertindak. Secara gramatikal prinsip berarti
asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Menurut (Hamalik, Oemar) ada
beberapa pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut yaitu, Prinsip Berorientasi pada Tujuan, Prinsip Relevansi
(kesesuaian), Prinsip Efisiensi dan Efektivitas, Prinsip Fleksibilitas
(keluwesan), Pinsip Berkesinambungan (kontinuitas), Prinsip
Keseimbangan, Prinsip keterpaduan, dan Prinsip Mutu.
3. Adapun menurut Supratman Zakir ada enam prosedur dalam pembuatan
dan pengembangan Kurikulum yaitu sebagai berikut : (1) Analisis dan
Diagnosa Kebutuhan, (2) Perumusan Tujuan, (3) Pemilihan dan
Pengorganisasian Materi, (4) Penyusunan Bahan Pelajaran, (5) Pemilihan
dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar, (6) Pengembangan Alat
Evaluasi
4. Menurut Nasution (1995) dalam Soeparto, dkk ada 4 asas yang mendasari
pengembangan setiap kurikulum, yaitu : (1) Asas filosofis yaitu berkenaan
dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan falsafah negara, (2) Asas
psikologis yaitu berkaitan dengan fakto anak dalam kurikulum yakni
psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan proses belajar

29
anak, (3) Asas sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangannya dan
perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa
pengetahuan dll, (4) Asas organisatoris yang mempetimbangkan bentuk
dan organisasi bahan bahan pelajaran yang disajikan
5. Kurikulum yang merupakan standar isi pendidikan menjadi faktor utama
dari kemujuan suatu sistem pendidikan itu sendiri. Secara umum fungsi
kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum
merupakan aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk
guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program
Kurikulum memegang peran penting dalam pendidikan.

3.2 Saran

Dalam proses pembuatan dan pengembangan kurikulum banyak hal yang


perlu diperhatikan seperti, konsep, prinsip, prosedur dan teori dasar yang
dimana sangat penting dan sebagai seorang pendidik harus memahami
keseluruhan pembuatan dan pengembangan kurikulum agar nantinya dapat
merencanakan proses belajar dan belajar dengan baik dengan menggunakan
kurikulum yang berlaku. Oleh sebab itu, penting bagi seorang pendidik
ataupun calon pendidik memahami hal tersebut dengan sebaik-baiknya guna
memperlancar sistem pendidikan.

30
DAFTAR REFERENSI

Elisa, E. (2018). Pengertian, Peranan, dan Fungsi Kurikulum. JURNAL


CURERE, 1(02).

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ihsan, F. (2006). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta.

Indonesia, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.

Ismawati, Esti. 2015. Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar.


Yogyakarta: Penerbit Ombak.

KBBI, T. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Padjrin.Dha. (2011). Sekuens Bahan Ajar. Retieved from


http://padjrindhaniess.blogspot.com/2011/11/sekuens-bahan-
ajar.html?m=1

Saifullah. Pengembangan Kurikulum. Retrieved from https://repository.ar-


raniry.ac.id/1257/1/Buku%202%20Pengembangan%20K urikulum-
OKE%20PDF.pdf.

Salim Agus. Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter. Retrieved from


file:///C:/Users/ADMIN/Downloads/6-23-1-PB.pdf.

Snyar, Nurtain (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta

Soeparto dkk. (2008). Bahan Ajar Cetak Pengembangan Kurikulum SD.


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Syaodih S,. Nana. 2005. Pengembanngan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai