Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MAKALAH

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ORGANIK

MASERASI DAUN KUNYIT

Disusun Oleh:

1. Agus Nugroho 136596


2. Aprilia Ayu Kirana Putri 136618
3. Dinda Ayu Ramadhani 136658

Kelas : 2D1

Kelompok :4

Kementrian Perindustrian RI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
POLITEKNIK AKA Bogor 2015

Page | 1
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………1

1.TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...….2

1.1.Taksonomi kunyit…………………………………………………………...2

1.2.Manfaat kunyit……………………………………………………………….4

1.3.Kandungan Senyawa Kunyit………………………………………………...7

2.TEKNIK MASERASI………………………………………………………..10

3.SKRINING FITOKIMIA…………………………………………………….13

4.UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN ANTIMIKROBA ANTIKANKER……..15

5.HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………22

6.KESIMPULAN………………………………………………………………30

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..……31

Page | 2
1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Taksonomi

Indonesia kaya akan herba obat. Salah satu yang populer digunakan
masyarakat kita adalah kunyit atau biasa juga dikenal dengan nama kunir. Herba
yang satu ini biasa digunakan dalam dunia pengobatan dan juga kuliner. Tanaman
multiguna ini memang penting. Kunyitdikenal
dengannamalatinCurcumadomesticaval. Namadaerahuntukkunyit
yaitukunir,koneng,konengtemen(Sunda),kunyit (Aceh),kuning(Gayo),kuning,unik
(Batak),kunyit(Melayu),cahang(Dayak), kunyit, janar (Banjar), kunir, kunir betis,
temu kuning (Jawa), konye, temu koneng (Madura), kunyik (Sasak), huni (Bima),
unyi (Bugis), kumino, unin,
unine,uninum(Ambon),rame,kandeifu,nikwai,mingguai,jaw (Irian),kunyir
(Lampung),kunidi(SulawesiUtara)

GambarAkardanSerbukAkarKunyit

Tabel TaksonomiTanamanKunyit

Kerajaan Plantae
Divisi Spermatophyta
SubDivisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Zingiberales
Familia Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies CurcumadomesticaVal

Page | 3
1.1.1 MorfologiTanaman

Secara umum, kunyit memiliki ciri-ciri antara lain memiliki cabang dengan
ketinggian antara 10 sampai 100 cm. Tanaman kunyitadalah
tanamanberumurpanjangdengan daunbesar berbentukelips,3-
8buah,panjangsampai 85cm,lebarsampai 25cm,pangkal
daunmeruncing,berwarnahijauseragam.Batangsemuberwarnahijau atau agak
keunguan,tinggisampai1,60meter. Bagian batangnya tidak berupa batang
berkambium melainkan batang semu yang tegak dan cenderung bulat. Batang
tersebut membentuk rimpang, berwarna hijau bercampur kuning dan tersusun
atas pelepah-pelepah daun dengan tekstur yang lunak.

Sementara itu bagian daun memiliki bentuk yang lanset atau bulat telur. Ukuran
panjangnya bisa mencapai 40 cm. Sementara itu lebarnya antara 8 sampai 12,5 cm.
Daun tersebut merupakan daun tunggal dengan tulang menyirip dan warna hijau
yang cenderung pucat. Dari klasifikasi kunyit di atas, kita juga bisa mengetahui
bahwa bunga pda kunyit merupakan jenis bunga majemuk dengan rambut juga sisik
yang terletak di pucuk batang semunya.

Perbungaanmuncullangsungdari rimpang, terletakditengah-


tengahbatang,ibutangkaibungaberambutkasardan rapat,saat kering tebalnya2-
5mm,panjang16-40cm,daun kelopakberambutberbentuk lansetpanjang 4-8
cm,lebar2-3,5 cm,yangpalingbawah berwarnahijau,
berbentukbulattelur,makinkeatasmakinmenyempitdanmemanjang,warna putih
atauputih keunguan,bagian ujungberbelah-belah,warnaputih ataumerah
jambu.Bentukbungamajemuk bulirsilindris.Mahkotabungaberwarnaputih.
Bagiandi dalamtanahberuparimpangyangmempunyaistrukturberbedadengan
Zingiber(yaituberupainduk rimpang tebalberdaging,yangmembentukanakan,
rimpang lebih panjang dan langsing) warna bagian dalamkuning jingga atau
pusatnyalebihpucat.

Page | 4
1.1.2. EkologidanPenyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan,


Taiwan,Indonesia,danFilipina.Tanamankunyit tumbuh denganbaik di tanah
yangbaik tatapengairannya,curahhujanyangcukupbanyakdan di tempatyang
sedikitkenaungan,tetapiuntukmenghasilkanrimpangyanglebihbesardanbaikditana
mditempatyangterbuka.

1.2. MANFAAT KUNYIT

1.2.1. Kunyit Sebagai Obat Tradisional

Kunyitmempunyai khasiat sebagaijamu dan obartradisional untuk


berbagaijenis penyakit mempunyaiperanan sebagai antioksidan, antitumor,
antikanker,antimikroba, antipikun,dan antiracun,Secara tradisional
kunyitseringdigunakan oleh masyarakat diberbagai negara . Jamu pada
prinsipnya bermakna ”obat kuat” atau “obat seluruh” serta adalah sistem
pengobatan lokal yang datang dari indonesia. Kunyit yaitu bahan jamu
alami yang sudah dipakai sejak masa dahulu.

Di beberapanegarascpertidi Madagaskar,Cina,India,danYunani,
kunyit sering digunakansebagaiantiparasit, anti-infeksi, antiperiodik,
astringen, diuretik, perangsang, dan tonik. Selainitujuga sebagai
obatluka,sakit perut,penyakithati,dan gangguan salurankencing

1.2.2. Kunyit sebagai rempah-rempah


Kunyit merupakan salah satu rempah yang biasa dijadikan bumbu dapur.
Hampir setiap masakan lezat dari Indonesia tidak luput dari kunyit sebagai
bumbunya. Selain dijadikan sebagai bumbu masak, kunyit yang memiliki nama
latin Curcuma Domestica Val ini juga sering dijadikan jamu dan bahan ramuan obat
tradisional.

Daun kunyit merupakan bumbu dapur yang diambil dari daun tumbuhan
kunyit. Bumbu ini banyak digunakan dalam beberapa jenis masakan Indonesia,
terutama di dapur Sumatera. Kegunaannya adalah memberi rasa gurih dengan

Page | 5
aroma khas yang lembut. Cara penggunaannya dalam masakan adalah dengan
mencampurkan daun kunyit segar ke dalam masakan, baik yang masih utuh
maupun diiris tipis terlebih dahulu. Beberapa masakan yang sering menggunakan
daun kunyit adalah aneka gulai, aneka kalio, rendang, dan sebagainya.

Tanaman kunyit dapat dengan mudah dibudidayakan di halaman rumah


karena ia dapat tumbuh di hampir seluruh tempat di Indonesia. Anda juga dapat
memeprolehnya di pasar-pasar tradisional dengan mudah

1.2.3. Mengurangi kanker karena memiliki kandungan anti-kanker

kunyit juga punya potensi menambah jumlah antioksidan didalam


tubuhKunyit punya potensi didalam penyembuhan kanker. Pada penderita kanker,
beberapa sel kanker menjalar melewati pembuluh darah ( metastasis ) serta
jaringannya jadi tumor. Angiogenesis juga berlangsung, yakni perkembangan
pembuluh darah baru yang menyebar ke arah tumor untuk suplai nutrien, oksigen
serta sirkulasi kotoran. Kurkumin menyembuhkan kanker hambat laju
perkembangan pembuluh-pembuluh darah baru tersebut

1.2.4. Memperlambat proses penuaan

penyakit pikun bisa diperlambat dengan kerap konsumsi kunyit didalam


makanan. Penyakit alzheimer yaitu di antara penyakit pikun yang berlangsung
biasanya pada umur tua, saat kapasitas fisik otak menyusut. Kunyit punya potensi
memperpanjang periode waktu abilitas kognitif otak. Sebagian penelitian
menunjukkan bahwa manula di asia yang kerap mengonsumsi kare ( curry ) yang
memiliki kandungan kunyit mempunyai daya ingatan yang tambah baik dari pada
manula di benua yang lain.

Page | 6
1.2.5. Menyembuhkan Penyakit

Kunyituntuk mengobatiberbagaijenis penyakit,seperti pcnyakityang di-


sebabkan oleh milcrobaparasit, gi- gitanserangga,penyakit mata,cacar, sakit perut
(diare, sembelit, kembung),gangguan pencernaan, gangguan hati,asma,
menghilangkan gatal-gatal dan penyakitkulirlain, mengurangi rasa nyeri dan
sakit pada penderitarematikarthritis.

Karakter analgesik alami kunyit bekerja hambat cox-2 yang mencetuskan


rasa nyeri. Dengan karakter analgesik serta antiinflamasinya, kunyit bisa
menyembuhkan artritis serta rheumatoid artritis. Bagian yang sering dimanfaatkan
sebagai obat adalah rimpang; untuk, antikoagulan, antiedemik, menurunkan
tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat sakit perut,

Kurkumin juga berkhasiat mematikan kuman dan menghilangkan rasa


kembung karena dinding empedu dirangsang lebih giat untuk mengeluarkan cairan
pemecah lemak. Minyak atsiri pada kunyit dapat bermanfaat untuk mengurangi
gerakan usus yang kuat sehingga mampu mengobati diare. Selain itu, juga bisa
digunakan untuk meredakan batuk dan antikejang. Kunyit membantu
menyembuhkan luka lebih cepat, sebagai antiseptic alami dan mencegah leukemia

1.2.6. Meningkatkan kekebalan tubuh

Kurkumin, senyawa fenolik alami pada kunyit, berguna untuk menambah


kekebalan tubuh dan mengelola berat badan secara efektif

1.2.7. Membantu melawan gangguan kulit.

Kunyit memiliki kegiatan antiseptik yang bisa menyingkirkan gatal-gatal


serta infeksi bakteri seperti jerawat.Kunyit juga dipakai oleh industri kosmetik
didalam cream tabir surya, product hair removal serta perawatan bekas luka,
menyembuhkan pigmentasi, melembabkan kulit, menyembuhkan memar dan
menyembuhkan luka.

Page | 7
1.2.7. Membersihkan kulit wajah, membuat lebih bersinar dan cerah

Kunyit didalam jamu atau bahan lulur dipakai oleh beberapa wanita untuk
mencerahkan warna kulit dan membuatnya lebih sehat, halus serta mulus.

1.3. Kandungan Senyawa

Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah sebagai
berikut:

1.3.1. Zat warna kurkuminoid

Kurkumin (1,7-bis(4′ hidroksi-3 metoksifenil)-1,6 heptadien, 3,5-dion merupakan


komponen penting dari Curcuma longa Linn. yang memberikan warna kuning yang
khas (Jaruga et al., 1998 dan Pan et al., 1999). Kurkumin termasuk golongan
senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang banyak digunakan
sebagai penguat rasa pada industri makanan Kurkuminoid merupakan suatu
senyawa diarilheptanoid 3-4%. Kandungankurkuminoid berkisar antara3,0 - 5,0%,
yang terdiri dari kurkumin dan turunannya yaitu deme- toksikurkumin dan
bisdemetoksi- kurkumin. Kurkuminoid berbentuk kristal prisma atau batang
pendek, membentuk emulsiatau tidak Larnt dalam air, dan mudah larut dalam
aseton, etaool,metanol, bensen, dan khloroform. Degradasi kurkumin tergantung
pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi netral-basa.Senyawa
tersebutmemberikan fluorsensi warna kuning,jingga, sampai jingga
kemerahan yangkuatdibawah sinarultraviolet yangtidakstabil jikakcnasinar
matahari danmenjadi stabil apabila dipanaskan.

Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung 3-5% kurkumin dan dua senyawa
derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksi kurkumin dan
bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid.

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10%
dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat-zat bermanfaat lainnya seperti
minyak atsiri yang terdiri dari Keton,

Page | 8
sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,Zingiberen25%, felandren , sabinen , borneol
dan sineil. Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak1-
3%, Karbohidrat sebanyak3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan
garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.

1.3.2. Minyak atsiri

Minyak atsiri terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron


(aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton,
bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen.
Senyawautamayang terkandung dalam
rimpangkunyitadalahkurkuminoiddanminyakatsiri. Kandungan minyak at- siri
rimpang kunyit berkisar autara2,5 - 6,0%, yang terdiri dari komponenarnuneron,
alfadan beta tumeron, tumerol,alfaatlanton,beta kariofilcn, linalol, 1,8sineol,
zingi- beren,ddfelandren,d-sabinen, dan borneol. Aroma khas kunyit yaitu dari
minyak atsiri yang memiliki kandungan alkohol seskuiterpen.

1.3.3. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar

1.3.4. Antioksidan

Antioksidan adalah suatusonya- wa yang dapat menangkal scnyawa-


scnyawa radikal bebas. Kunyit di- nyatakan dapat mencegah kerusakan
akibat scnyawa radikal bcbas tcr- sebut. Secara in-vitro tclah dibukti- kan
bahwa kurkuminoid kunyit dapat mcnghambat proses peroksi- dasi lcmak
pada bati tikus. Kurku- min dilaporkan mcrupakan antiok- sidan yang kuat
yang daya antiok- sidannyadinyatakan 8 kali lebih kuat dibandingkan
dengan vitamin E. Daya antioksidan dari kurkumin mungkinsebagai
penetral senyawa radikal bebas, penghambat enzirn rcaksi oksidasi seperti
sirok- rom P-450, menyetop tchelatingatau disarming) proses oksidasi dariion
logam seperti Fe, memadamkao (quencing) oksigen, sehingga tidak tersedia
untuk reaksi oksidasi.

Page | 9
1.3.5. Antitumordan antikanker

Secara in-vitro, senyawa kurkumin yang terkandung dalam


rimpangkunyit bersifat iiotoksikyang dapat menghambal proliferasi scl-sel
kan- kcrdan dapatmcngurangi dan menghilangkan bau,rasa gatal dan nyeri.
cairan eksudat yang keluardari luka, dan mengurangi ukuran luka dad
kanker. Oleh karcna itu, kunyit memungkinkan untuk di- gunakan
scbagaiantiradang yang berguna dalam terapi pcngobatantumor dan kanker.
Kurkuminjugadapat berpotensi untuk diguna- kan sebagai Cox-Zinhibitor
sintetik karena dapat mengharnbat Cox-2 enzymes, sehingga dapar
digunakan untuk mengobati penyakit kanker,rematik, arthritis, gout, dan
inflamasi.

Page | 10
2.TEKNIK MASERASI
2.1.Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya adalah
“merendam”. Maserasi merupakan proses ekstraksi paling tepat dimana obat yang
sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan terlarul di
dalamnya (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang paling
sederhana yang dilakukan dengan meredam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya, dimana
cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel (Sudjadi, 2008).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin. Pada teknik maserasi, cairan penyari akan masuk kedalam
sel melalui dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan didalam sel dan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah melalui
proses difusi. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan didalam sel dan diluar sel. Selama proses maserasi, dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. (Gandjar dan Rohman, 2007)
Kecuali dinyatakan lain, maserasi dilakukan sebagai berikut: sepuluh bagian
simpilisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan di
dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut
diserkai, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Lalu maserat dipindah dalam bejana tertutup dan dibiarkan di
tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, maserat disaring. Kemudian
maserat disuling atau diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500
hingga konsistensi yang dikehendaki. Maserat dipanasi pada suhu 900 untuk
mengendapkan protein agar sediaan tahan lama (Anief, 1997).
Keuntungan dari metode ini yaitu unit alat yang dipakai sederhana, (hanya
dibutuhkan bejana perendam), biaya operasionalnya relatif rendah. prosesnya relatif

Page | 11
hemat penyari, tanpa pemanasan. Kelemahan dari metode ini yaitu proses
penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar
50% saja, prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari (Kusmardiyani dan Nawawi,
1992).

2.2.Ekstraksi Dengan Metode Maserasi


Daun kunyit yang segar dikering anginkan. Masing-masing sampel diblender
kering hingga menjadi simplisia. Simplisia direndam dalam metanol selama 3 hari
pada suhu ruangan. Maserat kemudian disaring, filtrat dipisahkan dan ampasnya
direndam kembali ke dalam metanol yang baru, maserasi diulangi sebanyak ± 5 kali
hingga diperoleh maserat berwarna jernih. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dalam
rotary evaporator ( 40 oC) atau pada suhu didih (Ginting, 2008), hingga diperoleh
ekstrak kental pada masing-masing sampel. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam
botol vial dan dikeringkan dalam desikator hingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak
metanol yang kering sebanyak 1,4 g dari masing-masing tanaman dicampur dengan
2 mL dimethilsulfoxyde (DMSO) sehingga diperoleh larutan induk dengan
konsentrasi 70 % lalu dilakukan pengenceran untuk mendapatkan ekstrak 60, 50,
40, 30, 15, 10 dan 5 %. Ekstrak yang diperoleh disimpan dalam botol vial pada
suhu refrigerator.

2.3. Metoda Pemisahan

Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan


atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai susunan
kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala
industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa
zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk
mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).

Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi


dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan
kompleks.

Page | 12
Metode Pemisahan Sederhana

Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu


tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif
sederhana.

Metode Pemisahan Kompleks

Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja,diantaranya


penambahan bahan tertentu,pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi
kimia yang diperlukan.Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode
sederhana.

Page | 13
3.SKRINING FITOKIMIA

Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan


dalam suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan
senyawa metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga
dapat diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga
secara kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut
(Darwis, 2000)
Skrining fitokimia merupakan langkah awal yang dapat membantu untuk
memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman
yang sedang diteliti serta ada atau tidaknya senyawa kimia tertentu dalam
tumbuhan tersebut yang dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya. Secara umum
dapat dikatakan bahwa metodenya sebagian besar merupakan reaksi pengujian
warna dengan suatu pereaksi warna. (Kristanti dkk., 2008).
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam
metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa
tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri
khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne, 1987).
Berbagai metode yang dapat digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder yang
terdapat pada suatu ekstrak antara lain:

3.1. Identifikasi senyawa fenolik


Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat
dilakukan dengan pereaksi besi (III) klorida (FeCl3) 1% dalam etanol. Adanya
senyawa fenolik ditunjukkan oleh timbulnya warna hijau, merah ungu, biru atau
hitam yang kuat (Harborne, 1987).

3.2. Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid)


Saponin adalah suatu glikosida yang larut dalam air dan mempunyai
karakteristik dapat membentuk busa apabila dikocok, serta mempunyai
kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang
tinggi. Berdasarkan strukturnya saponin dapat dibedakan menjadi dua macam

Page | 14
yaitu saponin yang mempunyai rangka steroid dan saponin yang mempunyai
rangka triterpenoid. Berdasarkan pada strukturnya saponin akan memberikan
reaksi warna yang karakteristik dengan pereaksi Liebermann-
Buchard (LB)(Harborne, 1987).

3.3.Identifikasi senyawa golongan alkaloid


Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam
tumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid umumnya
merupakan atom nitrogen sekunder ataupun tersier dan kadang terdapat sebaga
i atom nitrogen kuarterner (Harborne, 1987). Salah satu pereaksi untuk
mengidentifikasi adanya alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi
Mayer.

3.4.Identifikasi golongan antraquinon


Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang di dalam tumbuhan biasanya
terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidloksilasi, termitilasi, atau
terkarboksilasi. Antrakuinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau
sebagai C glikosida.
Turunan antrakuinon umumnya larut dalam air panas atau dalam alcohol
encer. Senyawa antrakuinon dapat bereaksi dengan basa memberikan warna
ungu atau hijau (Harborne, 1987).

Page | 15
4. Uji Aktifitas Antioksidan Antimikroba dan Antikanker

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan hasil pertanian dan


tanaman herbal. Sumber daya alam yang dimiliki telah memberikan manfaat dalam
kehidupan sehari-hari disamping sebagai bahan makanan juga dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Penelitian mengenai tanaman – tanaman herbal yang
memiliki aktivitas antibakteri telah dilakukan untuk mengurangi efek samping
penggunaan bahan kimia dalam produk hasil pertanian dan peternakan. Tanaman
herbal tersebut diantaranya kunyit, kunyit putih, temulawak dan temuireng.
Kunyit mengandung senyawa aktif yaitu kurkumin yang berperan sebagai
antitumor, antibakteri dan antioksidan. Kurkumin berwarna kuning alami dan
termasuk kelompok senyawa polifenol yang dapat menyebabkan denaturasi protein
dan merusak membran sel. Kunyit putih merupakan tanaman herbal yang potensial
dan banyak diteliti untuk pengobatan kanker. Temulawak memiliki khasiat sebagai
antiinflamasi, antioksidan dan antitumor. Kurkumin yang terdapat dalam rimpang
temulawak efektif sebagai antibakteri Escherichia coli dengan konsentrasi 100%
dalam uji Kadar Hambat Minimum. Rimpang temuireng merupakan salah satu
tanaman tradisional yang sering digunakan untuk menambah nafsu makan dan
memacu pertumbuhan. Temuireng memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus
subtilis, Staphylococcus epidermidis. Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa.
Berdasarkan latar belakang diatas diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai aktivitas antibakteri dari tanaman herbal tersebut terhadap bakteri dalam
tubuh ternak. Escherichia coli merupakan bakteri terbanyak yang terdapat di
saluran pencernaan ternak terutama unggas dengan jumlah 104 – 105 CFU/ml. E.
coli merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi dalam saluran pencernaan. Pada
beberapa kasus, e. coli adalah bakteri yang paling banyak menimbulkan infeksi
saluran cerna. Tingginya angka kejadian ini disebabkan karena keadaan higienis
makanan, minuman dan air yang dikonsumsi kurang baik, serta dipengaruhi oleh
higienis lingkungan sekitar.

Page | 16
4.1. MATERI DAN METODE
Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian terdiri dari peralatan dan bahan.
Peralatan yang digunakan ialah peralatan uji antibakteri seperti cawan petri, tabung
reaksi, erlenmeyer, inkubator, timbangan ohaus, mikropipet 1 ml, autoklaf,
waterbath dan magnetic stirrer. Bahan yang digunakan adalah akuades, ekstrak
kunyit, kunyit putih, temulawak, temuireng, bakteri Escherichia coli dan media uji
antibakteri Mueller Hinton Agar (MHA).
Metode
Metode penelitian adalah metode laboratorium dengan menggunakan
rancangan acak lengkap yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan sebagai berikut
:
A0 : Akuades
A1 : Antibiotik (tetrachlor)
A2 : Ekstrak kunyit
A3 : Ekstrak kunyit putih
A4 : Ekstrak temulawak
A5 : Ekstrak temuireng

Prosedur uji diameter zona hambat


Persiapan bahan dimulai dengan menyiapkan ekstrak herbal (kunyit, kunyit putih,
temulawak dan temuireng). Prosedur selanjutnya ialah sterilisasi alat dan media
MHA. Alat dan media yang digunakan uji antibakteri disterilisasi menggunakan
autoklaf dengan suhu 121 ºC dalam waktu 30 menit. Selanjutnya uji diameter zona
hambat bakteri Escherichia coli dilakukan menggunakan metode difusi sumur agar.
Langkah berikutnya adalah mengikuti prosedur kerja uji diameter zona hambat dan
dilanjutkan dengan uji KHM.

Page | 17
Prosedur uji KHM
Langkah-langkah uji KHM adalah:
1. Menyiapkan larutan ekstrak sebanyak 1 g kemudian diencerkan dengan aquades
10 ml dan ditambahkan larutan tween 80 sebanyak 100 μL (b/v).
2. Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 7 tabung terdiri dari 6 tabung untuk
perlakuan dan 1 tabung untuk kontrol.
3. Tabung reaksi 1 diisi 1 ml bakteri uji dengan konsentrasi 106bakteri/ml tanpa
pencampuran

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengaruh ekstrak herbal terhadap zona hambat bakteri Escherichia coli
Ekstrak herbal merupakan nutrisi yang diberikan kepada ternak yang berasal dari
bahan – bahan alami dan berfungsi meningkatkan penampilan produksi dan
kesehatan ternak. Ekstrak herbal yang digunakan dalam penelitian ialah kunyit,
kunyit putih, temulawak dan temuireng. Keempat bahan ini digunakan karena
memiliki zat aktif berupa kurkumin yang berfungsi sebagai antibakteri. Antibakteri
merupakan senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup dalam
konsentrasi rendah serta dapat menghambat proses penting didalam suatu
mikroorganisme. Hasil penelitian pengaruh ekstrak herbal terhadap zona hambat
bakteri Escherichia coli dapat

Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa diameter zona hambat terluas adalah
antibiotik tetrachlor (tetrasiklin + eritromisin) dan ekstrak herbal yang terbaik
adalah kunyit. Diamater zona hambat terlihat dari zona bening di sekitar lubang.
Jika semakin luas zona bening maka semakin besar suatu bahan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri. Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak herbal kunyit memiliki
diameter zona hambat tertinggi dibandingkan dengan ektrak kunyit putih,
temulawak dan temuireng. Hal ini menandakan bahwa aktivitas antibakteri kunyit

Page | 18
paling tinggi dibandingkan ekstrak herbal lain meskipun nilainya masih rendah
dibandingkan antibiotik. Uji diameter zona hambat dilakukan dengan metode difusi
sumuran yaitu membuat lubang pada media Muller Hinton Agar yang sudah padat
dan diinokulasi dengan bakteri Escherichia coli. Kemudian lubang diinjeksikan
dengan ekstrak herbal yang diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri
diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang. Davis
and Stout (1971) menyatakan diameter zona bening 10–20 mm memiliki daya
hambat kuat, diameter zona bening 5–10 mm mempunyai daya hambat sedang dan
diameter zona bening <5 mm memiliki daya hambat lemah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak herbal dalam berbagai level
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap diameter zona hambat
bakteri Escherichia coli. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan’s diketahui bahwa
diameter zona hambat ekstrak herbal tertinggi ditunjukkan pada perlakuan A1
(10,97±0,03 mm) dan terendah A0 (0±0 mm).
Menurut hasil penelitian ekstrak herbal yang efektif dalam menghambat bakteri
Escherichia coli ialah kunyit yaitu sebesar 5,64±0,25 mm. Menurut Davis and Stout
(1971), diameter zona bening antara 0–5 mm mempunyai daya hambat sedang. Hal
ini dikarenakan kunyit memiliki senyawa aktif kurkumin yang mempunyai aktivitas
antibakteri berspektrum luas yaitu antibakteri yang aktif terhadap berbagai jenis
bakteri gram positif dan gram negatif, antivirus, dan penginduksi apoptosis sel. Hal
ini menunjukkan bahwa kunyit memiliki potensi yang tinggi sebagai pengganti
antibiotik. Cikrici et al., (2008) menambahkan bahwa aktivitas antibakteri
kurkumin dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli penyebab penyakit
diare akut. Proses penghambatan kurkumin terhadap aktivitas bakteri Escherichia
coli dengan cara menghambat aktivitas enzim siklooksigenase-2 (cox-2) yang
mengubah asam arakhidonat menjadi prostaglandin yang menyebabkan timbulnya
rasa sakit. Kurkumin merupakan senyawa fenolik yang juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mendenaturasi dan merusak membran sel
sehingga proses metabolisme sel akan terganggu.
Menurut Pelczar dan Chan (1988), perbedaan ketebalan dinding sel bakteri non
patogen dan patogen berpengaruh terhadap rekasi yang disebabkan oleh senyawa
fenolik. Dinding sel bakteri non patogen akan mengalami dehidrasi sehingga pori–

Page | 19
pori akan mengecil. Hal ini menyebabkan daya rembes dinding sel dan fungsi
membran menurun, sedangkan pada bakteri patogen lipid akan terekstrasi dari
dinding sel sehingga pori – pori mengembang. Hal ini menyebabkan daya rembes
sel dan fungsi membran meningkat oleh penyerapan yang tidak terkontrol sehingga
merusak komponen dinding selnya.
Gangguan pembentukan dinding sel disebabkan oleh akumulasi komponen
lipofilat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan
komposisi dinding sel. Akumulasi tersebut terjadi karena senyawa antimikroba
dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul
fenol yang terdapat pada minyak thyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi,
lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein dan dapat
melarut baik pada fase
Lipid dari membran bakteri. Reaksi dengan membran sel terjadi karena
komponen bioaktif dapat menganggu dan mempengaruhi integrasi membran
sitoplasma yang mengakibatkan kebocoran intraseluler sehingga menyebabkan lisis
sel, denaturasi protein dan menghambat ikatan ATP ase pada membran sel. Selain
itu, cara yang digunakan adalah dengan menginaktivasi enzim. Mekanisme tersebut
menunjukkan kerja enzim akan menganggu dalam mempertahankan kelangsungan
aktivitas mikroba sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam
jumlah besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang dan aktivitas mikroba
menjadi terhambat. Pertumbuhan bakteri akan terhenti jika kondisi tersebut
berlangsung secara terus menerus. Khunaifi menyatakan bahwa didalam sel
terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan proses-proses
metabolisme. Beberapa zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi
biokimia seperti logam-logam berat, golongan tembaga, perak dan air raksa.
Senyawa logam berat lainnya umumnya efektif sebagai bahan antimikroba pada
konsentrasi yang relatif rendah. Logam–logam tersebut akan mengikat gugus enzim
sulfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein yang terbentuk.
Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme sel.
Meskipun demikian, diameter zona hambat kunyit lebih rendah dibandingkan
dengan zona hambat antibiotik yaitu 10,97±0,03 mm. Hal ini karena antibiotik

Page | 20
berasal dari mikroorganisme atau zat yang dihasilkan secara sintesis kimia.
Antibiotik berasal dari zat sama yang sebagian atau seluruhnya dibuat dengan cara
sintesis kimia dimana dengan konsentrasi rendah mampu menghambat bahkan
membunuh mikroorganisme. Pada uji diameter zona hambat diketahui bahwa
kunyit memiliki diameter zona hambat tertinggi yaitu 5,64±0,25 mm terhadap
bakteri Escherichia coli. Uji KHM bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
minimal suatu bahan yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli seperti yang tercantum pada Tabel 2. Penghambatan
aktivitas bakteri Escherichia coli dilakukan dengan metode dilusi tabung yaitu
senyawa antibakteri diencerkan hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi.
Kemudian masing – masing konsentrasi ditambahkan bakteri Escherichia coli
dalam media nutrient broth. Perlakuan tersebut akan diinkubasi dan diamati ada
atau tidaknya pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan.
Pratiwi (2008) menyatakan bahwa larutan uji senyawa antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan
sebagai KHM atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, ekstrak kunyit dapat menghambat
aktivitas bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi minimum 50% dan
konsentrasi tertinggi 100%. Ekstrak kunyit pada konsentrasi 50% mampu
menghambat aktivitas bakteri Escherichia coli. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
konsentrasi suatu zat antibakteri semakin tinggi daya antibakterinya. Bakteri akan
terbunuh lebih cepat apabila konsentrasi zat antibakteri lebih tinggi. Kurkumin pada
kunyit mempunyai aktivitas antibakteri berspektrum luas yaitu antibakteri yang
aktif terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan gram negatif, antivirus dan
penginduksi apoptosis sel. Pada konsentrasi 50% jumlah bakteri Escherichia coli
mengalami penurunan 0,4 x 107 dan pada konsentrasi minimum 50% zat aktif
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Sedangkan pada
konsentrasi 100% jumlah bakteri Escherichia coli menurun sebanyak 1,5 x 104.

Page | 21
KESIMPULAN
Ekstrak kunyit memiliki diameter zona hambat tertinggi dibandingkan ekstrak
kunyit putih, temulawak dan temuireng yaitu 5,64 mm dengan kadar hambat
minimum 50%.

Page | 22
5.HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Skrening kandungan fitokimia


Skrening kandungan fitokimia dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
kandungan fenolik, flavonoid dan tanin terkondensasi dalam ekstrak metanol (EM),
ekstrak etanol (EE) dan ekatrak aseton (EA) disajikan dalam tabel 1. Dari ketiga
ekstrak kunyit yang diuji, semua ekstrak memiliki kandungan fenolik, flavonoid
dan tannin yang signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa ekstrak kunyit yang
diuji kaya dalam fitokimia fenolik, flavonoid dan tanin. Dari data secara kuantitatif
menunjukkan bahwa kandungan total fenolik, flavonoid dan tanin pada ekstrak
kunyit kelihatan sangat berbeda diantara jenis pelarut
yang digunakan (Tabel 1).

Dari tiga jenis pelarut yang dipilih paling tinggi, kandungan total fenolik ditemukan
pada EM (139,08±0,02 mg/kg) diikuti oleh EA (117,14±0,03 mg/kg) dan EE
(96,67±0,01 mg/kg). Untuk kandungan total flavonoid tertinggi ditemukan pada
ekstrak EM dan EA diikuti oleh EE, kandungannya berturut-turut adalah
16,89±0,01; 14,50±0,01 dan 13,80±0,018. Sebaliknya, kandungan tanin
terkondensasi tertinggi ditemukan pada ekstrak EE dan EA, kandungnya adalah
54,72±0,01 dan 42,44±0,08, selanjutnya yang terendah diperoleh pada EM sebesar
35,94±0,01 mg/kg. Daun kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
kunyit yang sudah layak dipanen. Kandungan total fenolik dan flavonoid dari
ekstrak EM dan EA yang dideteksi memiliki kandungan cukup tinggi dibandingkan
EE sedangkan kandungan total terkondensasi tertinggi ditemukan pada ekstrak EE.

Page | 23
5.2.Aktivitas ekstrak daun kunyit terhadap radikal bebas DPPH
Aktivitas penangkal (scavenging) radikal bebas dari ketiga ekstrak daun
kunyit dievaluasi
dengan pengujian radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Senyawa
radikal DPPH
biasanya digunakan sebagai subtrat untuk mengevaluasi aktivitas antioksidatif dari
antioksidan. Radikal DPPH adalah radikal bebas stabil dan menerima satu elektron
atau hidrogen
menjadi molekul yang stabil (Matthaus, 2002).
Pengujian aktivitas penangkal radikal bebas DPPH secara spektrofotometer
dilakukan dengan mereaksikan ekstrak dengan larutan DPPH. Berkurangnya
absorbansi dari larutan radikal
bebas DPPH dan diikuti perubahan warna dari ungu menjadi kuning. Hal ini dapat
terjadi ketika
radikal bebas DPPH ditangkal oleh antioksidan melalui donor hidrogen ke bentuk
molekul DPPH yang stabil (Juntachote dan Berghofer, 2005).

Hasil uji aktivitas penangkalan radikal bebas DPPH dari ketiga jenis ekstrak daun
kunyit.
Ketiga jenis ekstrak mencapai kemampuan sebagai penangkap radikal bebas di atas
50%,

Page | 24
ekstrak metanol (EM), ekstrak etanol (EE) dan ekstrak aseton (EA) (Gambar 1).
Dari gambar
tersebut diperoleh bahwa ekstrak EM menunjukkan aktivitas paling tinggi dalam
penangkal radikal bebas diikuti EA dan EE pada tingkat konsentrasi yang sama.
Kemampuanpenangkal radikal bebas dari EA berbeda nyata dengan EE (p<0,05).
Adapun kemampuanmenangkal radikal bebas DPPH dari EM, EE dan EA
berturut=turut adalah 76,34; 67,34 dan62,23%. Oleh karena itu, ketiga ekstrak
tersebut memiliki kemampuan tinggi untuk melepaskansatu elektron atau atom
hidrogen kepada radikal difenilpikrilhidrazil (violet) sehingga terbentuksenyawa
non radikal difenilpikrilhidrazin yang berwarna kuning (Molyneux, 2004).
Adapunurutan aktivitas penangkap radikal bebas yang terkuat adalah EM > EA >
EE.

5.3 Efek ekstrak daun kunyit terhadap fotooksidasi asam linoleat


Pengaruh 500 ppm dari ekstrak EM, EE dan EA terhadap angka peroksida
asam linoleat yangdiberikan cahaya sebesar 4000 lux dapat dilihat pada Gambar 2.
Ekstrak EM dan EA mempunyai pengaruh yang paling kuat untuk penstabil
(quencher) oksigen singlet yang diikuti oleh EE selama 5 jam penyinaran cahaya
fluoresen (p<0.05). Eritrosin yang diberi cahaya (kontrol) menunjukkan perubahan
angka peroksida yang terus meningkat selama penyinaran 5 jam. Kemungkinan
dapat dijelaskan bahwa eritrosin yang digunakan sebagai sensitiser dapat bertindak
sebagai inisiator fotooksidasi asam linoleat dan ini dibuktikan dengan naiknya
angka peroksida minyak selama penyinaran 5 jam. Asam linoleat yang diberikan
eritrosin tanpa menggunakan cahaya (TC) tidak menunjukkan perubahan angka
peroksida secara signifikan (p<0,05). Hal ini dapat dijelaskan bahwa tanpa diberi
cahaya walaupun diberikan eritrosin tak mampu menghasilkan oksigen singlet dari
oksigen triplet. Fotosensitiser seperti eritrosin (Sen) dapat menyerap cahaya dan
mentransformasikan menjadi keadaan tereksitasi selanjutnya berubah menjadi
sensitiser pada keadaan triplet (3Sen*) yang kurang stabil. Sensitiser dapat
memindahkan energinya ke oksigen pada keadaan triplet yang lebih stabil. Karena
tingkat energi sensitizer sangat tinggi sehingga dapat mengubah oksigen triplet
menjadi oksigen singlet. Selanjutnya oksigen singlet dapat menyerang ikatan

Page | 25
rangkap yang terdapat dalam asam linoleat. Yang et al. (2002) melaporkan bahwa
eritrosin dapat menurunkan headspace (oksigen triplet) dalam minyak kedele
dengan meningkatnya konsentrasi (0, 5, 20, 100 dan 200 ppm) selama penyinaran 4
jam. Penelitian lain, menunujukkan bahwa pengaruh eritrosin terhadap metil
linoleat bias membentuk hidroperoksida, hidroperoksida ini merupakan produk
utama akibat terjadinya fotooksidasi oleh sensitiser (Pan et al., 2005).

Hasil uji fotooksidasi yang dilakukan terhadap asam linoleat menggunakan ekstrak
daun kunyit pada beberapa konsentrasi dapat dilihat pada gambar 3. Pada gambar 3
menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun kunyit serta pelarut yang digunakan
dalam ekstraksi sangat berpengaruh pada aktivitas penstabil oksigen singlet
terhadap fotooksidasi asam linoleat.

Page | 26
Pada ekstrak EM dan AE menunjukkan hasil yang sama, dimana semakin
besar konsentrasi maka semakin besar persentase penghambatan oksigen singlet.
Artinya bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula potensi
ekstrak sebagai penstabil oksigen singlet. Sedangkan pada ekstrak EE, persentase
penghambatan pada konsentrasi 1500 ppm menunjukkan angka yang lebih besar.
Hal ini terjadi karena kemungkinan besar pada ekstrak EE terekstraksi komponen
kimia yang bukan berperan sebagai penstabil oksigen singlet seperti klorofil,
minyak atsiri, oleoresin dan lemak. Komponen kimia seperti klorofil mampu
berperan aktif sebagai katalitik untuk menghasilkan oksigen singlet sehingga
mendukung terbentuknya peroksida.

5.4 Efek ekstrak daun kunyit terhadap fotooksidasi protein


Beberapa asam amino seperti metionin, histidin, triptopan, tirosin dan
cystein dalam protein secara khusus rentan terhadap oksidasi oleh oksigen singlet
untuk menghasilkan karbonil (Jung et al., 1998; Min dan Boff, 2002). Penelitian ini
mempelajari efeek fotooksidasi eritrosin dalam protein. Dalam penelitian ini, BSA
digunakan sebagai sumber protein dan oksidasi protein ditentukan dengan
mengukur kandungan protein karbonil. Setelah 4 jam disinari cahaya fluorescent
dalam hadirnya eritrosin, protein karbonil meningkat dari 12,89 μM menjadi 22,73
μM (Gambar 4). Ini mengindikasikan bahwa ini benar-benar terjadi oksidasi protein

Page | 27
selama disinari cahaya fluorescent. Akan tetapi, oksidasi ini tidak signifikan
meningkat dalam kandungan protein karbonil yang teramati dalam sampel tanpa
cahaya setelah 4 jam. Sampel yang diperlakukan dengan 500 ppm ekstrak kunyit
dari EM, EE dan EA berturut-turut adalah 18,43; 20,82 dan 13,82 μM mampu
menurunkan kandungan protein karbonil. Dari data ini menunjukkan bahwa ekstrak
EA lebih kuat
menghambat oksidasi protein daripada EM dan EE setelah 4 jam disinari cahaya
fluoresen.

Dari gambar 4 menunjukkan efek ekstrak daun kunyit dengan beberapa konsentrasi
yaitu500, 1000 dan 1500 ppm terhadap protein karbonil dalam fotooksidasi bovin
serumalbumin (BSA) yang diinduksi oleh eritrosin. Dari ketiga konsentrasi ekstrak
EM dan EE cendrung menunjukkan kemampuan menurunkan kandungprotein
karbonil. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan
semakin kecil perubahan protein karbonil yang terbentuk. Akan tetapi, ekstrak EA
tidakmenunjukkan signifikan perubahan kandungan protein karbonil, ini berarti
bahwa kenaikankonsentrasi EA relatif tidak mempengaruhi pemhambatan oksidasi
protein setelah 4 jam
disinari cahaya fluoresent.

Page | 28
Dari gambar 5, konsentrasi 500, 1000 dan 1500 ppm EM menunjukkan persentase
kenaikanpenghambatan oksidasi protein berturut adalah 18,92; 21,25 dan 39,73%,
sedangkan EEberturut-turut adalah 8 Hasil ini jelas menyimpilkan bahwa ketiga
ekstrak daun kunyit mampu melindungi oksidasi protein yang diinduksi oleh
cahaya dan eritrosin sebagai sensitiser. Ini menarik untuk dicatat bahwa pada
konsentrasi 500 ppm ekstrak EA mampu menurunkan kandungan protein karbonil
besar daripada EM dan EE, sebaliknya pada konsentrasi 1500 ppm EM dan EE
menunjukkan lebih besar penurunan kandungan protein karbonil daripada EA.
Akan tetapi, dari data ini memperlihatkan tidak signifikan berbeda dalam karbonil
antara perlakuan EM dan EE pada konsentrasi 1500 ppm.
Hasil ini jelas menunjukkan bahwa ekstrak daun kunyit sangat efektif
menstabilkan oksigen singlet pada perlakuaan konsentrasi rendah. Ini telah
dilaporkan bahwa oksigen singlet secara ekstrem reaktif dengan komponen biologi
seperti protein, lipida dan DNA. Selain itu, hasil ini pula jelas menyarankan bahwa
aktivitas perlindungan dari ekstrak daun kunyit melawan fotosensitasi eritrosin dan
oksidasi protein adalah setidaktidaknya bagian yang disebabkan dari aktivitas
penstabilan oksigen singlet dalam sistem.
Oksidasi protein yang menyebabkan modifikasi protein termasuk
kehilangan fungsi protein, seperti aktivitas enzim, reseptor dan transport membrane
serta bisa menghasilkan

Page | 29
dalam disfungsi biologi (Davies dan Goldberg, 1987). Dalam studi ini aktivitas
perlindungan dari
ekstrak kunyit terhadap bahaya biologi yang disebabkan oksigen singlet tidak
pernah dilaporkan sebelumnya. Ini diharapkan bahwa efek perlindungan dari
ekstrak kunyit terhadap oksigen singlet yang menyebabkan bahaya biologi seperti
yang disajikan dalam penelitian ini. Pada studi ini, bisa memberi kontribusi pada
efek manfaatnya melawan oksigen singlet yang berdampak pada pathogenesis.

Page | 30
6.KESIMPULAN

Daun kunyit yang diekstraksi dengan pelarut metanol 80%, etanol 80% dan
aseton 80% mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan tannin terkondensasi yang
signifikan. Ekstrak methanol dan aseton dari daun kunyit memiliki kemampuan
yang kuat sebagai penstabil oksigen singlet dan penangkal radikal bebas DPPH
daripada ekstrak etanol. Ketiga ekstrak memiliki aktivitas penstabil oksigen singlet
tergantung pada konsentrasi, semakin besar konsentrasi ketiga ekstrak
menunjukkan aktivitas yang paling kuat.

Page | 31
DAFTAR PUSTAKA

 perkebunan.litbang.pertanian.go.id/Perkebunan_KhasiatKunyit.pdf
 www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kunyit.pdf
 biosains.mipa.uns.ac.id/F/F0302/F030205.pdf
 caramencegah.com/search/khasiat-kunyit-putih-pdf
 repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22027/4/Chapter%20II.pdf
 Ananggia S. A. dan Murnah. 2007. Profil kromatogram dan aktivitas
antibakterial ekstrak etanol rimpang temulawak terhadap pertumbuhan
Escherichia coli in vitro. http://eprints.undip. ac.id/ 22669/1/Sarlin.pdf.
 Bermawie, N. 2006. Mengatasi demam berdarah dengan tanaman obat.
Warta penelitian dan pengem- bangan pertanian
 Cikrici, S., E. Mozioglu, H. Yilmaz. 2008. Biological activity of
curcuminoids from Curcuma longa.
 Joe. 2004. Senyawa kimia yang terdapat pada rempah–rempah. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
 Khunaifi, M. 2010. Uji aktivitas antibakteri daun binahong terhadap bakteri
Staphyococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Fakultas Sanis
dan Teknologi. Univer- sitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Page | 32

Anda mungkin juga menyukai