Disusun Oleh:
Kelas : 2D1
Kelompok :4
Kementrian Perindustrian RI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
POLITEKNIK AKA Bogor 2015
Page | 1
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………1
1.TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...….2
1.1.Taksonomi kunyit…………………………………………………………...2
1.2.Manfaat kunyit……………………………………………………………….4
2.TEKNIK MASERASI………………………………………………………..10
3.SKRINING FITOKIMIA…………………………………………………….13
6.KESIMPULAN………………………………………………………………30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..……31
Page | 2
1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Taksonomi
Indonesia kaya akan herba obat. Salah satu yang populer digunakan
masyarakat kita adalah kunyit atau biasa juga dikenal dengan nama kunir. Herba
yang satu ini biasa digunakan dalam dunia pengobatan dan juga kuliner. Tanaman
multiguna ini memang penting. Kunyitdikenal
dengannamalatinCurcumadomesticaval. Namadaerahuntukkunyit
yaitukunir,koneng,konengtemen(Sunda),kunyit (Aceh),kuning(Gayo),kuning,unik
(Batak),kunyit(Melayu),cahang(Dayak), kunyit, janar (Banjar), kunir, kunir betis,
temu kuning (Jawa), konye, temu koneng (Madura), kunyik (Sasak), huni (Bima),
unyi (Bugis), kumino, unin,
unine,uninum(Ambon),rame,kandeifu,nikwai,mingguai,jaw (Irian),kunyir
(Lampung),kunidi(SulawesiUtara)
GambarAkardanSerbukAkarKunyit
Tabel TaksonomiTanamanKunyit
Kerajaan Plantae
Divisi Spermatophyta
SubDivisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Zingiberales
Familia Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies CurcumadomesticaVal
Page | 3
1.1.1 MorfologiTanaman
Secara umum, kunyit memiliki ciri-ciri antara lain memiliki cabang dengan
ketinggian antara 10 sampai 100 cm. Tanaman kunyitadalah
tanamanberumurpanjangdengan daunbesar berbentukelips,3-
8buah,panjangsampai 85cm,lebarsampai 25cm,pangkal
daunmeruncing,berwarnahijauseragam.Batangsemuberwarnahijau atau agak
keunguan,tinggisampai1,60meter. Bagian batangnya tidak berupa batang
berkambium melainkan batang semu yang tegak dan cenderung bulat. Batang
tersebut membentuk rimpang, berwarna hijau bercampur kuning dan tersusun
atas pelepah-pelepah daun dengan tekstur yang lunak.
Sementara itu bagian daun memiliki bentuk yang lanset atau bulat telur. Ukuran
panjangnya bisa mencapai 40 cm. Sementara itu lebarnya antara 8 sampai 12,5 cm.
Daun tersebut merupakan daun tunggal dengan tulang menyirip dan warna hijau
yang cenderung pucat. Dari klasifikasi kunyit di atas, kita juga bisa mengetahui
bahwa bunga pda kunyit merupakan jenis bunga majemuk dengan rambut juga sisik
yang terletak di pucuk batang semunya.
Page | 4
1.1.2. EkologidanPenyebaran
Di beberapanegarascpertidi Madagaskar,Cina,India,danYunani,
kunyit sering digunakansebagaiantiparasit, anti-infeksi, antiperiodik,
astringen, diuretik, perangsang, dan tonik. Selainitujuga sebagai
obatluka,sakit perut,penyakithati,dan gangguan salurankencing
Daun kunyit merupakan bumbu dapur yang diambil dari daun tumbuhan
kunyit. Bumbu ini banyak digunakan dalam beberapa jenis masakan Indonesia,
terutama di dapur Sumatera. Kegunaannya adalah memberi rasa gurih dengan
Page | 5
aroma khas yang lembut. Cara penggunaannya dalam masakan adalah dengan
mencampurkan daun kunyit segar ke dalam masakan, baik yang masih utuh
maupun diiris tipis terlebih dahulu. Beberapa masakan yang sering menggunakan
daun kunyit adalah aneka gulai, aneka kalio, rendang, dan sebagainya.
Page | 6
1.2.5. Menyembuhkan Penyakit
Page | 7
1.2.7. Membersihkan kulit wajah, membuat lebih bersinar dan cerah
Kunyit didalam jamu atau bahan lulur dipakai oleh beberapa wanita untuk
mencerahkan warna kulit dan membuatnya lebih sehat, halus serta mulus.
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah sebagai
berikut:
Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung 3-5% kurkumin dan dua senyawa
derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksi kurkumin dan
bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid.
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10%
dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat-zat bermanfaat lainnya seperti
minyak atsiri yang terdiri dari Keton,
Page | 8
sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,Zingiberen25%, felandren , sabinen , borneol
dan sineil. Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak1-
3%, Karbohidrat sebanyak3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan
garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.
1.3.4. Antioksidan
Page | 9
1.3.5. Antitumordan antikanker
Page | 10
2.TEKNIK MASERASI
2.1.Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya adalah
“merendam”. Maserasi merupakan proses ekstraksi paling tepat dimana obat yang
sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan terlarul di
dalamnya (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang paling
sederhana yang dilakukan dengan meredam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya, dimana
cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel (Sudjadi, 2008).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin. Pada teknik maserasi, cairan penyari akan masuk kedalam
sel melalui dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan didalam sel dan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah melalui
proses difusi. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan didalam sel dan diluar sel. Selama proses maserasi, dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. (Gandjar dan Rohman, 2007)
Kecuali dinyatakan lain, maserasi dilakukan sebagai berikut: sepuluh bagian
simpilisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan di
dalam bejana, lalu dituangi 75 bagian penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut
diserkai, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Lalu maserat dipindah dalam bejana tertutup dan dibiarkan di
tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, maserat disaring. Kemudian
maserat disuling atau diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500
hingga konsistensi yang dikehendaki. Maserat dipanasi pada suhu 900 untuk
mengendapkan protein agar sediaan tahan lama (Anief, 1997).
Keuntungan dari metode ini yaitu unit alat yang dipakai sederhana, (hanya
dibutuhkan bejana perendam), biaya operasionalnya relatif rendah. prosesnya relatif
Page | 11
hemat penyari, tanpa pemanasan. Kelemahan dari metode ini yaitu proses
penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar
50% saja, prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari (Kusmardiyani dan Nawawi,
1992).
Page | 12
Metode Pemisahan Sederhana
Page | 13
3.SKRINING FITOKIMIA
Page | 14
yaitu saponin yang mempunyai rangka steroid dan saponin yang mempunyai
rangka triterpenoid. Berdasarkan pada strukturnya saponin akan memberikan
reaksi warna yang karakteristik dengan pereaksi Liebermann-
Buchard (LB)(Harborne, 1987).
Page | 15
4. Uji Aktifitas Antioksidan Antimikroba dan Antikanker
Page | 16
4.1. MATERI DAN METODE
Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian terdiri dari peralatan dan bahan.
Peralatan yang digunakan ialah peralatan uji antibakteri seperti cawan petri, tabung
reaksi, erlenmeyer, inkubator, timbangan ohaus, mikropipet 1 ml, autoklaf,
waterbath dan magnetic stirrer. Bahan yang digunakan adalah akuades, ekstrak
kunyit, kunyit putih, temulawak, temuireng, bakteri Escherichia coli dan media uji
antibakteri Mueller Hinton Agar (MHA).
Metode
Metode penelitian adalah metode laboratorium dengan menggunakan
rancangan acak lengkap yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan sebagai berikut
:
A0 : Akuades
A1 : Antibiotik (tetrachlor)
A2 : Ekstrak kunyit
A3 : Ekstrak kunyit putih
A4 : Ekstrak temulawak
A5 : Ekstrak temuireng
Page | 17
Prosedur uji KHM
Langkah-langkah uji KHM adalah:
1. Menyiapkan larutan ekstrak sebanyak 1 g kemudian diencerkan dengan aquades
10 ml dan ditambahkan larutan tween 80 sebanyak 100 μL (b/v).
2. Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 7 tabung terdiri dari 6 tabung untuk
perlakuan dan 1 tabung untuk kontrol.
3. Tabung reaksi 1 diisi 1 ml bakteri uji dengan konsentrasi 106bakteri/ml tanpa
pencampuran
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa diameter zona hambat terluas adalah
antibiotik tetrachlor (tetrasiklin + eritromisin) dan ekstrak herbal yang terbaik
adalah kunyit. Diamater zona hambat terlihat dari zona bening di sekitar lubang.
Jika semakin luas zona bening maka semakin besar suatu bahan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri. Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak herbal kunyit memiliki
diameter zona hambat tertinggi dibandingkan dengan ektrak kunyit putih,
temulawak dan temuireng. Hal ini menandakan bahwa aktivitas antibakteri kunyit
Page | 18
paling tinggi dibandingkan ekstrak herbal lain meskipun nilainya masih rendah
dibandingkan antibiotik. Uji diameter zona hambat dilakukan dengan metode difusi
sumuran yaitu membuat lubang pada media Muller Hinton Agar yang sudah padat
dan diinokulasi dengan bakteri Escherichia coli. Kemudian lubang diinjeksikan
dengan ekstrak herbal yang diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri
diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang. Davis
and Stout (1971) menyatakan diameter zona bening 10–20 mm memiliki daya
hambat kuat, diameter zona bening 5–10 mm mempunyai daya hambat sedang dan
diameter zona bening <5 mm memiliki daya hambat lemah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak herbal dalam berbagai level
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap diameter zona hambat
bakteri Escherichia coli. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan’s diketahui bahwa
diameter zona hambat ekstrak herbal tertinggi ditunjukkan pada perlakuan A1
(10,97±0,03 mm) dan terendah A0 (0±0 mm).
Menurut hasil penelitian ekstrak herbal yang efektif dalam menghambat bakteri
Escherichia coli ialah kunyit yaitu sebesar 5,64±0,25 mm. Menurut Davis and Stout
(1971), diameter zona bening antara 0–5 mm mempunyai daya hambat sedang. Hal
ini dikarenakan kunyit memiliki senyawa aktif kurkumin yang mempunyai aktivitas
antibakteri berspektrum luas yaitu antibakteri yang aktif terhadap berbagai jenis
bakteri gram positif dan gram negatif, antivirus, dan penginduksi apoptosis sel. Hal
ini menunjukkan bahwa kunyit memiliki potensi yang tinggi sebagai pengganti
antibiotik. Cikrici et al., (2008) menambahkan bahwa aktivitas antibakteri
kurkumin dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli penyebab penyakit
diare akut. Proses penghambatan kurkumin terhadap aktivitas bakteri Escherichia
coli dengan cara menghambat aktivitas enzim siklooksigenase-2 (cox-2) yang
mengubah asam arakhidonat menjadi prostaglandin yang menyebabkan timbulnya
rasa sakit. Kurkumin merupakan senyawa fenolik yang juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mendenaturasi dan merusak membran sel
sehingga proses metabolisme sel akan terganggu.
Menurut Pelczar dan Chan (1988), perbedaan ketebalan dinding sel bakteri non
patogen dan patogen berpengaruh terhadap rekasi yang disebabkan oleh senyawa
fenolik. Dinding sel bakteri non patogen akan mengalami dehidrasi sehingga pori–
Page | 19
pori akan mengecil. Hal ini menyebabkan daya rembes dinding sel dan fungsi
membran menurun, sedangkan pada bakteri patogen lipid akan terekstrasi dari
dinding sel sehingga pori – pori mengembang. Hal ini menyebabkan daya rembes
sel dan fungsi membran meningkat oleh penyerapan yang tidak terkontrol sehingga
merusak komponen dinding selnya.
Gangguan pembentukan dinding sel disebabkan oleh akumulasi komponen
lipofilat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan
komposisi dinding sel. Akumulasi tersebut terjadi karena senyawa antimikroba
dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul
fenol yang terdapat pada minyak thyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi,
lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein dan dapat
melarut baik pada fase
Lipid dari membran bakteri. Reaksi dengan membran sel terjadi karena
komponen bioaktif dapat menganggu dan mempengaruhi integrasi membran
sitoplasma yang mengakibatkan kebocoran intraseluler sehingga menyebabkan lisis
sel, denaturasi protein dan menghambat ikatan ATP ase pada membran sel. Selain
itu, cara yang digunakan adalah dengan menginaktivasi enzim. Mekanisme tersebut
menunjukkan kerja enzim akan menganggu dalam mempertahankan kelangsungan
aktivitas mikroba sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam
jumlah besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang dan aktivitas mikroba
menjadi terhambat. Pertumbuhan bakteri akan terhenti jika kondisi tersebut
berlangsung secara terus menerus. Khunaifi menyatakan bahwa didalam sel
terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan proses-proses
metabolisme. Beberapa zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi
biokimia seperti logam-logam berat, golongan tembaga, perak dan air raksa.
Senyawa logam berat lainnya umumnya efektif sebagai bahan antimikroba pada
konsentrasi yang relatif rendah. Logam–logam tersebut akan mengikat gugus enzim
sulfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein yang terbentuk.
Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme sel.
Meskipun demikian, diameter zona hambat kunyit lebih rendah dibandingkan
dengan zona hambat antibiotik yaitu 10,97±0,03 mm. Hal ini karena antibiotik
Page | 20
berasal dari mikroorganisme atau zat yang dihasilkan secara sintesis kimia.
Antibiotik berasal dari zat sama yang sebagian atau seluruhnya dibuat dengan cara
sintesis kimia dimana dengan konsentrasi rendah mampu menghambat bahkan
membunuh mikroorganisme. Pada uji diameter zona hambat diketahui bahwa
kunyit memiliki diameter zona hambat tertinggi yaitu 5,64±0,25 mm terhadap
bakteri Escherichia coli. Uji KHM bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
minimal suatu bahan yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli seperti yang tercantum pada Tabel 2. Penghambatan
aktivitas bakteri Escherichia coli dilakukan dengan metode dilusi tabung yaitu
senyawa antibakteri diencerkan hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi.
Kemudian masing – masing konsentrasi ditambahkan bakteri Escherichia coli
dalam media nutrient broth. Perlakuan tersebut akan diinkubasi dan diamati ada
atau tidaknya pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan.
Pratiwi (2008) menyatakan bahwa larutan uji senyawa antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan
sebagai KHM atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, ekstrak kunyit dapat menghambat
aktivitas bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi minimum 50% dan
konsentrasi tertinggi 100%. Ekstrak kunyit pada konsentrasi 50% mampu
menghambat aktivitas bakteri Escherichia coli. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
konsentrasi suatu zat antibakteri semakin tinggi daya antibakterinya. Bakteri akan
terbunuh lebih cepat apabila konsentrasi zat antibakteri lebih tinggi. Kurkumin pada
kunyit mempunyai aktivitas antibakteri berspektrum luas yaitu antibakteri yang
aktif terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan gram negatif, antivirus dan
penginduksi apoptosis sel. Pada konsentrasi 50% jumlah bakteri Escherichia coli
mengalami penurunan 0,4 x 107 dan pada konsentrasi minimum 50% zat aktif
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Sedangkan pada
konsentrasi 100% jumlah bakteri Escherichia coli menurun sebanyak 1,5 x 104.
Page | 21
KESIMPULAN
Ekstrak kunyit memiliki diameter zona hambat tertinggi dibandingkan ekstrak
kunyit putih, temulawak dan temuireng yaitu 5,64 mm dengan kadar hambat
minimum 50%.
Page | 22
5.HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari tiga jenis pelarut yang dipilih paling tinggi, kandungan total fenolik ditemukan
pada EM (139,08±0,02 mg/kg) diikuti oleh EA (117,14±0,03 mg/kg) dan EE
(96,67±0,01 mg/kg). Untuk kandungan total flavonoid tertinggi ditemukan pada
ekstrak EM dan EA diikuti oleh EE, kandungannya berturut-turut adalah
16,89±0,01; 14,50±0,01 dan 13,80±0,018. Sebaliknya, kandungan tanin
terkondensasi tertinggi ditemukan pada ekstrak EE dan EA, kandungnya adalah
54,72±0,01 dan 42,44±0,08, selanjutnya yang terendah diperoleh pada EM sebesar
35,94±0,01 mg/kg. Daun kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
kunyit yang sudah layak dipanen. Kandungan total fenolik dan flavonoid dari
ekstrak EM dan EA yang dideteksi memiliki kandungan cukup tinggi dibandingkan
EE sedangkan kandungan total terkondensasi tertinggi ditemukan pada ekstrak EE.
Page | 23
5.2.Aktivitas ekstrak daun kunyit terhadap radikal bebas DPPH
Aktivitas penangkal (scavenging) radikal bebas dari ketiga ekstrak daun
kunyit dievaluasi
dengan pengujian radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Senyawa
radikal DPPH
biasanya digunakan sebagai subtrat untuk mengevaluasi aktivitas antioksidatif dari
antioksidan. Radikal DPPH adalah radikal bebas stabil dan menerima satu elektron
atau hidrogen
menjadi molekul yang stabil (Matthaus, 2002).
Pengujian aktivitas penangkal radikal bebas DPPH secara spektrofotometer
dilakukan dengan mereaksikan ekstrak dengan larutan DPPH. Berkurangnya
absorbansi dari larutan radikal
bebas DPPH dan diikuti perubahan warna dari ungu menjadi kuning. Hal ini dapat
terjadi ketika
radikal bebas DPPH ditangkal oleh antioksidan melalui donor hidrogen ke bentuk
molekul DPPH yang stabil (Juntachote dan Berghofer, 2005).
Hasil uji aktivitas penangkalan radikal bebas DPPH dari ketiga jenis ekstrak daun
kunyit.
Ketiga jenis ekstrak mencapai kemampuan sebagai penangkap radikal bebas di atas
50%,
Page | 24
ekstrak metanol (EM), ekstrak etanol (EE) dan ekstrak aseton (EA) (Gambar 1).
Dari gambar
tersebut diperoleh bahwa ekstrak EM menunjukkan aktivitas paling tinggi dalam
penangkal radikal bebas diikuti EA dan EE pada tingkat konsentrasi yang sama.
Kemampuanpenangkal radikal bebas dari EA berbeda nyata dengan EE (p<0,05).
Adapun kemampuanmenangkal radikal bebas DPPH dari EM, EE dan EA
berturut=turut adalah 76,34; 67,34 dan62,23%. Oleh karena itu, ketiga ekstrak
tersebut memiliki kemampuan tinggi untuk melepaskansatu elektron atau atom
hidrogen kepada radikal difenilpikrilhidrazil (violet) sehingga terbentuksenyawa
non radikal difenilpikrilhidrazin yang berwarna kuning (Molyneux, 2004).
Adapunurutan aktivitas penangkap radikal bebas yang terkuat adalah EM > EA >
EE.
Page | 25
rangkap yang terdapat dalam asam linoleat. Yang et al. (2002) melaporkan bahwa
eritrosin dapat menurunkan headspace (oksigen triplet) dalam minyak kedele
dengan meningkatnya konsentrasi (0, 5, 20, 100 dan 200 ppm) selama penyinaran 4
jam. Penelitian lain, menunujukkan bahwa pengaruh eritrosin terhadap metil
linoleat bias membentuk hidroperoksida, hidroperoksida ini merupakan produk
utama akibat terjadinya fotooksidasi oleh sensitiser (Pan et al., 2005).
Hasil uji fotooksidasi yang dilakukan terhadap asam linoleat menggunakan ekstrak
daun kunyit pada beberapa konsentrasi dapat dilihat pada gambar 3. Pada gambar 3
menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun kunyit serta pelarut yang digunakan
dalam ekstraksi sangat berpengaruh pada aktivitas penstabil oksigen singlet
terhadap fotooksidasi asam linoleat.
Page | 26
Pada ekstrak EM dan AE menunjukkan hasil yang sama, dimana semakin
besar konsentrasi maka semakin besar persentase penghambatan oksigen singlet.
Artinya bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula potensi
ekstrak sebagai penstabil oksigen singlet. Sedangkan pada ekstrak EE, persentase
penghambatan pada konsentrasi 1500 ppm menunjukkan angka yang lebih besar.
Hal ini terjadi karena kemungkinan besar pada ekstrak EE terekstraksi komponen
kimia yang bukan berperan sebagai penstabil oksigen singlet seperti klorofil,
minyak atsiri, oleoresin dan lemak. Komponen kimia seperti klorofil mampu
berperan aktif sebagai katalitik untuk menghasilkan oksigen singlet sehingga
mendukung terbentuknya peroksida.
Page | 27
selama disinari cahaya fluorescent. Akan tetapi, oksidasi ini tidak signifikan
meningkat dalam kandungan protein karbonil yang teramati dalam sampel tanpa
cahaya setelah 4 jam. Sampel yang diperlakukan dengan 500 ppm ekstrak kunyit
dari EM, EE dan EA berturut-turut adalah 18,43; 20,82 dan 13,82 μM mampu
menurunkan kandungan protein karbonil. Dari data ini menunjukkan bahwa ekstrak
EA lebih kuat
menghambat oksidasi protein daripada EM dan EE setelah 4 jam disinari cahaya
fluoresen.
Dari gambar 4 menunjukkan efek ekstrak daun kunyit dengan beberapa konsentrasi
yaitu500, 1000 dan 1500 ppm terhadap protein karbonil dalam fotooksidasi bovin
serumalbumin (BSA) yang diinduksi oleh eritrosin. Dari ketiga konsentrasi ekstrak
EM dan EE cendrung menunjukkan kemampuan menurunkan kandungprotein
karbonil. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan
semakin kecil perubahan protein karbonil yang terbentuk. Akan tetapi, ekstrak EA
tidakmenunjukkan signifikan perubahan kandungan protein karbonil, ini berarti
bahwa kenaikankonsentrasi EA relatif tidak mempengaruhi pemhambatan oksidasi
protein setelah 4 jam
disinari cahaya fluoresent.
Page | 28
Dari gambar 5, konsentrasi 500, 1000 dan 1500 ppm EM menunjukkan persentase
kenaikanpenghambatan oksidasi protein berturut adalah 18,92; 21,25 dan 39,73%,
sedangkan EEberturut-turut adalah 8 Hasil ini jelas menyimpilkan bahwa ketiga
ekstrak daun kunyit mampu melindungi oksidasi protein yang diinduksi oleh
cahaya dan eritrosin sebagai sensitiser. Ini menarik untuk dicatat bahwa pada
konsentrasi 500 ppm ekstrak EA mampu menurunkan kandungan protein karbonil
besar daripada EM dan EE, sebaliknya pada konsentrasi 1500 ppm EM dan EE
menunjukkan lebih besar penurunan kandungan protein karbonil daripada EA.
Akan tetapi, dari data ini memperlihatkan tidak signifikan berbeda dalam karbonil
antara perlakuan EM dan EE pada konsentrasi 1500 ppm.
Hasil ini jelas menunjukkan bahwa ekstrak daun kunyit sangat efektif
menstabilkan oksigen singlet pada perlakuaan konsentrasi rendah. Ini telah
dilaporkan bahwa oksigen singlet secara ekstrem reaktif dengan komponen biologi
seperti protein, lipida dan DNA. Selain itu, hasil ini pula jelas menyarankan bahwa
aktivitas perlindungan dari ekstrak daun kunyit melawan fotosensitasi eritrosin dan
oksidasi protein adalah setidaktidaknya bagian yang disebabkan dari aktivitas
penstabilan oksigen singlet dalam sistem.
Oksidasi protein yang menyebabkan modifikasi protein termasuk
kehilangan fungsi protein, seperti aktivitas enzim, reseptor dan transport membrane
serta bisa menghasilkan
Page | 29
dalam disfungsi biologi (Davies dan Goldberg, 1987). Dalam studi ini aktivitas
perlindungan dari
ekstrak kunyit terhadap bahaya biologi yang disebabkan oksigen singlet tidak
pernah dilaporkan sebelumnya. Ini diharapkan bahwa efek perlindungan dari
ekstrak kunyit terhadap oksigen singlet yang menyebabkan bahaya biologi seperti
yang disajikan dalam penelitian ini. Pada studi ini, bisa memberi kontribusi pada
efek manfaatnya melawan oksigen singlet yang berdampak pada pathogenesis.
Page | 30
6.KESIMPULAN
Daun kunyit yang diekstraksi dengan pelarut metanol 80%, etanol 80% dan
aseton 80% mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan tannin terkondensasi yang
signifikan. Ekstrak methanol dan aseton dari daun kunyit memiliki kemampuan
yang kuat sebagai penstabil oksigen singlet dan penangkal radikal bebas DPPH
daripada ekstrak etanol. Ketiga ekstrak memiliki aktivitas penstabil oksigen singlet
tergantung pada konsentrasi, semakin besar konsentrasi ketiga ekstrak
menunjukkan aktivitas yang paling kuat.
Page | 31
DAFTAR PUSTAKA
perkebunan.litbang.pertanian.go.id/Perkebunan_KhasiatKunyit.pdf
www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kunyit.pdf
biosains.mipa.uns.ac.id/F/F0302/F030205.pdf
caramencegah.com/search/khasiat-kunyit-putih-pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22027/4/Chapter%20II.pdf
Ananggia S. A. dan Murnah. 2007. Profil kromatogram dan aktivitas
antibakterial ekstrak etanol rimpang temulawak terhadap pertumbuhan
Escherichia coli in vitro. http://eprints.undip. ac.id/ 22669/1/Sarlin.pdf.
Bermawie, N. 2006. Mengatasi demam berdarah dengan tanaman obat.
Warta penelitian dan pengem- bangan pertanian
Cikrici, S., E. Mozioglu, H. Yilmaz. 2008. Biological activity of
curcuminoids from Curcuma longa.
Joe. 2004. Senyawa kimia yang terdapat pada rempah–rempah. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Khunaifi, M. 2010. Uji aktivitas antibakteri daun binahong terhadap bakteri
Staphyococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Fakultas Sanis
dan Teknologi. Univer- sitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Page | 32