Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENANGANAN YANG TEPAT DALAM UPAYA UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI AKADEMIK SISWA SD

Dosen pengampu:

Misbachul Huda S.pd.,M.pd.

Disusun Oleh:

Muhammad Alfan Rizqi 190151007

Wahyu Fiananda 190151011

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Al-Hikmah
Surabaya
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... …..1
1.3 Tujuan......................................................................…………… 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................……………..3
BAB IV PENUTUP................................................................................................. 1 2
4.1 Kesimpulan..................................................................................................... 12
4.2 Saran..................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 13

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan
ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas
motivasi tertentu mangandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi
adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
McClelland menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil
dalam bisnis dan industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu. Ia
menandai tiga motivasi utama, yaitu: penggabungan, kekuatan dan prestasi.
Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk
mencapai hasil terbaik. Motivasi berprestasi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk
menguasai hal-hal yang sulit, menunjukkan kemampuannya pada orang lain dan memeiliki
standar yang tinggi untuk melakukan sesuatu. Karakteristik individu yang punya motivasi
berprestasi, yaitu: Climber (tipe orang yang pantang menyerah), Campers (tipe orang yang
mudah merasa puas dengan apa yang dia miliki selama ini) dan Quitters (tipe orang yang ragu-
ragu, pesimis dan tidak mau mengambil resiko). Faktor-faktor yang mempengaruhi motifasi
berprestasi, yaitu: faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan motivasi berprestasi ?
2. Bagaimana karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi ?
4. Apakah yang dimaksud dengan orientasi tujuan?
5. Apakah yang dimaksud dengan teori harapan?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian motivasi berprestasi.
2. Agar mengetahui karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi.
3. Agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
4. Agar mengetahui pengertian orientasi tujuan.
5. Agar mengetahui pengertian teori harapan.

2
.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi Berprestasi
Istilah Need for achievement pertama kali dipopulerkan oleh Mc Clelland dengan
sebutan n-ach sebagai singkatan dari need for achiement. Mc Clelland menganggap n-ach
sebagai virus mental. Virus mental tersebut merupakan suatu fikiran yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sesuatu dengan baik, lebih cepat lebih efisien dibandingkan dengan apa
yang telah dilakukan sebelumnya. Kalau virus mental tersebut beringkah laku secara giat (
Weiner, 1985:35 ).
Menurut Mc Clelland (1987: 40) pengertian motivasi berprestasi didefinisikan sebagai
usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang
dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri.Senada dengan pendapat di atas,
Santrork (2003: 103) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu
usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan.
Menurut Heckhausen (1967: 54) motif berprestasi diartikan sebagai usaha untuk
meningkatkan atau melakukan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan
suatu ukuran keunggulan tersebut digunakan sebagai pembanding, meskipun dalam usaha
melakukan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan yakni gagal atau berhasil. Selanjutnya ia
menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan motif yang mendorong individu untuk
mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran
keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan digunakan untuk standar keunggulan
prestasi dicapai sendiri sebelumnya dan layak seperti dalam suatu kompetisi.
John Athiknson mengemukakan bahwa motivasi berprestasi seseorang didasarkan atas dual
hal, yaitu adanya tendensi untuk meraih kesuksesan dan tendensi untuk menghidari kegagalan.
Atkinson ( 1957, 1964 ) menyusun sebuah teori motivasi berprestasi yang mencoba
mengkombinasikan kebutuhan , pengharapan dan nilai menjadi kerangka acuan yang
komperatif. Ia mengemukakan bahwa perilaku merupakan sebuah fungsi perkalian dari ketiga
komponen ini, yang ia labelkan sebagai motif, probabilitas keberhasilan dan nilai
insentif, secara berurutan. Lebih jelasnya Atkinson (1958: 34) mengemukakan bahwa
keberhasilan individu untuk mencapai keberhasilan dan memenangkan persaingan berdasarkan
standar keunggulan, sangat terkait dengan tipe kepribadian yang memiliki motif berprestasi
3
lebih tinggi daripada motif untuk menghindari kegagalan begitu pula sebaliknya, apabila motif
menghindari terjadinya kegagalan lebih tinggi daripada motif sukses, maka motivasi berprestasi
seseorang cenderung rendah. Dari urain tersebut dapat dismpulkan bahwa motivasi berprestasi
merupakan suatu dorongan yang sangat berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu
dengan baik, tepat dan efisien guna untuk mencapai kesuksesan atau berhaasil dalam kompetisi
serta menghindari kegagalan.

B. Karakteristi Individu Berprestasi


McClelland (1978: 77) mengemukakan bahwa karakteristik individu yang mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu :
1. Perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan, yaitu keinginan untuk menyelesaikan tugas
dengan hasil yang sebaik-baiknya, agar tujuan yang dicapai dapat berhasil dengan baik dan
memuaskan.

2. Bertangungjawab, yaitu mampu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan


menentukan masa depannya, sehingga apa yang dicita-citakan berhasil tercapai.

3. Evaluatif, yaitu menggunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif
guna mencapai prestasi, kegagalan yang dialami tidak membuatnya putus asa, melainkan
sebagai pelajaran untuk berhasil dalam menwujudkan keinginannya.

4. Mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai dengan batas


kemampuan yang dimilikinya, tidak melewati batas kemampuan yang dimiliki. Sebab dengan
tidak melewati batas prestasi atau keinginan akan mudah terwujud dan diraih.

5. Kreatif dan inovatif, yaitu mampu mencari peluang-peluang dan menggunakan kesempatan
untuk dapat menunjukkan potensinya.Tidak takut untuk menunjukan keahliannya kepada orang
lain dan tidak takut gagal. Mampu menemukan atau membuat peluang-peluang baru yang lebih
dari peluang-peluang sebelumnya.

6. Menyukai tantangan, yaitu senang akan kegiatan-kegiatan yang bersifat prestatif dan
kompetitif. Tidak takut kalah atau gagal dalam menjalankan usahanya untuk mencapai sebuah
keberhasilan.

7. Selalu mengharapkan balikan nyata dapat berupa saran dan kritik terhadap kinerja yang
dilakukan, guna memperbaiki hal-hal yang menjadi factor kegagalan dalam kinerja
sebelumnya.

4
Untuk menumbuhkan motivasi berprestasi maka perlu diciptakan lingkungan yang kondusif
sehingga seseorang dapat menyelesaikan pekerja dengan baik tanpa adanya kendala atau
gangguan yang lainnya.
Menurut French dalam Syaodih (2003) siswa yang termotivasi oleh prestasi akan bertahan
lebih lama pada tugas dibandingkan siswa-siswa yang kurang tinggi dalam motivasi berprestasi,
kendati mereka mengalami kegagalan. Mereka akan menghubungkan kegagalan mereka
dengan kurangnnya usaha, bukannya dengan faktor-faktor eksternal seperti kesukaran tugas,
keberuntungan. Siswa yang termotivasi prestasi menginginkan keberhasilan, dan ketika mereka
gagal akan melipatgandakan usaha mereka sehingga dapat berhasil.
Sedangkan menurut Rohwer dalam Syaodih (2003) mengemukakan dalam dua jenis
motivasi berprestasi yaitu:
a. Motivasi berprestasi ekstrinsik
b. Motivasi berprestasi intrinsik. Motivasi instrinsik berasal dari dalam diri sendiri yaitu
dorongan untuk bertindak efisien dan kebutuhan untuk berprestasi secara baik.

Ciri-cirinya adalah siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha
mencoba setiap tugas yang diberikanmeskipun sulit untuk dikerjakan. Sebaliknya yang
bermotivasi rendah, akan enggan melakukan tugas yang diberikan apabila ia tahu bahwa dirinya
tidak mampu melalukannya, tanpa ada usaha. Bagi siswa yang motivasinya tinggi ada dorongan
ingin tahu.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi


Motivasi berprestasi merupakan suatu proses psikologis yang mempunyai arah dan
tujuan untuk sukses sebagai ukuran terbaik. Sebagai proses psikologis, motivasi berprestasi
dipengaruhi oleh dua faktor (Martianah 1984 : 26).
a. Factor Individu ( intern )

Individu sebagai pribadi mencakup sejumlah aspek yang saling berkaitan. Motivasi
berprestasi sebagai salah satu aspek psikis, dalam prosesnya dipengaruhi oleh faktor individu,
seperti :
1. Kemampuan

Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk bertindak yang dicapai oleh manusia
melalui latihan belajar. Dalam proses motivasi, kemampuan tidak mempengaruhi secara
langsung tetapi lebih mendasari fungsi dan proses motivasi. Individu yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi biasannya juga mempunyai kemampuan tinggi pula.
5
2. Kebutuhan

Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan oleh karena itu timbul
kehendak untuk memenuhi atau mencukupinya. Kehendak itu sendiri adalah tenaga pendorong
untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laku. Ada kebutuhan pada individu menimbulkan
keadaan tak seimbang, rasa ketegangan yang dirasakan sebagai rasa tidak puas dan menuntut
pemuasan. Bila kebutuhan belum terpuaskan maka ketegangan akan tetap timbul. Keadaan
demikian mendorong seseorang untuk mencari pemuasan. Kebutuhan merupakan faktor
penyebab yang mendasari lahirnya perilaku seseorang, atau kebutuhan merupakan suatu
keadaan yang menimbulkan motivasi.

3. Minat

Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu
(Winkel 1984: 30). Seseorang yang berminat akan mendorong dirinya untuk memperhatikan
orang lain, benda-benda, pekerjaan atau kegiatan tertentu. Minat juga menjadi penyebab dari
suatu keaktifan dan basil daripada keikutsertaannya dalam keaktifan tersebut.
4. Harapan / Keyakinan

Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu
dari seseorang/individu yang didasarkan atas pengalaman yang telah lampau; harapan tersebut
cenderung untuk mempengaruhi motif pada seseorang (Moekijat 1984 : 32). Seseorang anak
yang merasa yakin akan sukses dalam ulangan akan lebih terdorong untuk belajar giat, tekun
agar dapat mendapatkan nilai setinggi-tingginya.
b. Factor Lingkungan ( ekstern )

Menurut Mc. Clelland (1987 : 89-90; 128-133) beberapa faktor lingkungan yang dapat
membangkitkan motivasi berprestasi adalah:

ª Adanya norma standar yang harus dicapai

Lingkungan secara tegas menetapkan standar kesuksesan yang harus dicapai dalam
setiap penyelesaian tugas, baik yang berkaitan dengan kemampuan tugas, 7 perbandingan
dengan hasil yang pernah dicapai maupun perbandingan dengan orang lain. Keadaan ini akan
mendorong seseorang untuk berbuat yang sebaikbaiknya.

6
ª Adanya situsi kompetisi

Sebagai konsekuensi adanya standar keunggulan, timbullah situasi kompetisi. Namun


perlu juga dipahami bahwa situasi kompetitif tersebut tidak secara otomatis dapat memacu
motivasi seseorang manakala individu tersebut tidak beradaptasi didalamnya.

ª Jenis tugas dan situasi menantang

Jenis tugas dan situasi yang menantang adalah tugas yang memungkinkan sukses dan
gagalnya seseorang. Setiap individu terancam akan gagal apabila kurang berusaha.

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993: 10), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa, antara lain:
a. Faktor yang berasal dari dalam diri ( intern )

1. Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk
faktor ini ialah pancaindra yang tidak berfungsi sebagaiman mestinya, seperti mengalami sakit
cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang
membawa kelainan tingkah laku.

2. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: faktor
intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat sertas faktor kecakapan
nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. Selain itu ada faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur
kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan
penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik atau psikis.

b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

1. Faktor sosial yang terdiri atas; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, lingkungan kelompok.

2. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

4. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.


7
D. Pengertian Orientasi Tujuan

Penerapan tujuan-tujuan (goals) dapat memperkuat motivasi siswa dalam belajar


(Thrash & Elliot, dalam Santrock, 2002). Teori mengenai goal orientation secara khusus
digunakan untuk menjelaskan proses belajar dari kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis dan
dalam lingkungan sekolah. Konsep utama dari goal orientation ini memusatkan perhatian pada
“tujuan” keterlibatan dalam perilaku berprestasi (Pintrich & Schunk, 1996). Woolfolk (2004)
menjelaskan bahwa orientasi tujuan (Goal orientation) berkenaan dengan alasan individu ingin
mencapai tujuan-tujuan (goals) dan standar yang diterapkan individu dalam mencapai tujuan-
tujuannya (goals). Kartono & Gulo (1992) mendefinisikan Orientasi Tujuan (Goal Orientation)
sebagai tingkah laku yang diarahkan kepada satu tujuan.

Secara umum orientasi tujuan dapat dibedakan menjadi 2 jenis orientasi tujuan.
Terdapat perbedaan istilah dalam menyebutkan kedua jenis orientasi tujuan yang dikemukakan
oleh para ahli. Dweck & Elliot membedakan 2 orientasi tujuan dengan istilah orientasi belajar
(learning orientation) dan orientasi performa (performance orientation). Sedangkan, Ames
menyebut kedua jenis orientasi tujuan dengan istilah orientasi penguasaan (mastery orientation)
dan orientasi perfoma (performance orientation) serta Nicholls menyebut kedua jenis orientasi
tujuan dengan istilah orientasi tugas (task-involved orientation) dan orientasi ego (ego-involved
orientation) (Ames, 1988 & Pintrich & Schunk, 1996). Dikarenakan hubungan konseptual
antara orientasi tugas, belajar, dan penguasaan serta orientasi ego dan performa adalah
konvergen, peneliti menggunakan jenis orientasi tujuan yaitu orientasi Task-involved dan Ego-
involved dari Nicholls (dalam Pintrich & Schunk, 1996; & Woolfolk, 2004).

Berikut ini akan dipaparkan secara rinci mengenai kedua orientasi goal tersebut diatas,
yaitu : 1. Task-involved orientation (Orientasi penguasaan tugas) Nicholls (dalam Slavin, 1994)
mengemukakan bahwa orientasi task-involved adalah orientasi motivasional yang dimiliki
siswa yang menekankan pada mendapatkan pengetahuan dan peningkatan atau perbaikan diri
sebagai hal yang utama. Lebih lanjut, Nicholls (dalam Slavin, 1994; & Pintrich & Schunk,
1996) mengemukakan bahwa seorang siswa dikatakan memiliki orientasi task- involved bila
keterlibatan siswa pada suatu aktivitas atau tugas ditujukan untuk meningkatkan kualitas atau
kemampuan diri. Siswa yang memiliki kecenderungan task-involved lebih terdorong oleh
motivasi instrinsik dalam melakukan sesuatu. Siswa dengan orientasi task-involved tidak
merasa terancam dengan kegagalan dalam memperoleh nilai yang baik pada suatu tugas
dikarenakan siswa dengan orientasi task-involved ini memfokuskan diri pada usaha mereka
dalam menyelesaikan suatu tugas (Nicholls, dalam Woolfolk, 2004). Selain itu, siswa yang
memiliki orientasi task-involved lebih memperhatikan penguasaan tugas, dan tidak peduli
8
apakah kinerjanya lebih baik atau tidak dibandingkan dengan siswa lain (Nicholls & Miller
dalam Woolfolk, 2004). Siswa dengan orientasi task-invoved lebih memikirkan cara-cara
menyelesaikan tugas, menggunakan strategi belajar, serta tidak segan untuk bertanya dan
meminta bantuan bila membutuhkan (Butle & Neuman, Midgley, Young dalam woolfolk,
2004). Mereka selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi tugas-
tugas baru dan bersikap lebih mandiri dalam usaha memahami serta menguasai tugasnya
(Dweck & Legget dalam Pintrich & Schunk, 1996). Dalam kaitannya dengan proses belajar,
siswa yang berorientasi task-involved menganggap bahwa proses belajar itu sendiri merupakan
sesuatu yang penting. Bagi siswa dengan orientasi task-involved, belajar merupakan suatu hasil
yang diinginkan dan semuanya itu sangat tergantung pada usaha secara keseluruhan.

Selain itu, mereka mengacu pada diri sendiri, memfokuskan pada perkembangan
keahlian dan kemampuan yang berhubungan dengan tugas dan kinerja masa lalu yang dapat
membantunya mengembangkan perilaku berprestasi yang lebih sesuai, seperti mengembangkan
pilihan untuk tantangan yang lebih baik, anggapan positif mengenai usaha dan tekun serta gigih
dalam menghadapi kegagalan (Elliot & Dweck dalam Pintrich & Schunk, 1996). 2. Ego-
involved Orientation (Orientasi ego) Nicholls (dalam Slavin, 1994) mengemukakan bahwa
orientasi ego-involved adalah orientasi motivasional yang dimiliki siswa yang menekankan
pada pengakuan dan penghargaan dari orang lain, serta memperoleh nilai yang baik sebagai hal
utama. Lebih lanjut, Nicholls (dalam Ames & Archer, 1988) menjelaskan bahwa siswa yang
berorientasi ego-involved adalah mereka yang selalu berusaha untuk memperoleh penilaian
yang positif dan menghindari penilaian negatif mengenai kompetensi mereka. Mereka lebih
memperhatikan penilaian orang lain seperti ingin terlihat pandai, menghindari tampak tidak
kompeten, menonjolkan kemampuan melalui keberhasilannya, mengungguli performa orang
lain, atau menunjukkan kemampuan dengan sukses tanpa usaha (Ames & Archer, 1988).

Selain itu, siswa dengan orientasi task-involved sangat menekankan pentingnya


kemampuan (ability), sehingga bagi siswa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai hasil
akhir yang diinginkan (Nicholls dalam Pintrich & Schunk, 1996). Stipek (dalam Woolfolk,
2004) mengemukakan perilaku siswa yang mengindikasikan siswa yang memiliki ego-involved
sebagai berikut : a. Menggunakan jalan pintas untuk menyelesaikan tugas (berusaha
menyelesaikan tugas tanpa melalui proses yang seharusnya dapat membuat siswa benar-benar
menguasai materi yang dipelajari. b. Melakukan kecurangan, seperti mencontek dan meniru
tugas atau pekerjaan siswa lain c. Mencari perhatian dengan memperlihatkan performa yang
baik)

9
E. Pengertian teori harapan

Teori harapan merupakan teori yang paling baik dipandang


menjelaskan motivasi seseorang dalam kehidupan organisasinya, walaupun teori motivasi
memiliki kelemahan dan kelebihan. Kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara
tertentu bergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu
hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan.

Teori ini memiliki 3 variabel yang mendukungnya daya tarik, hubungan antara prestasi kerja
dengan imbalan serta hubungan antara usaha dan prestasi kerja. Daya tarik yaitu sepenting apa
hasil atau imbalan yang diperoleh dalam penyelesaian tugasnya. Artinya, sejauh mana hasil
yang diperoleh dalam bentuk imbalan memainkan peranan dalam pemuasan kebutuhannya.
Prestasi kerja dan imbalan yaitu tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara
pencapaian tingkat prestasi kerjanya dengan pencapaian hasil tertentu. Sedangkan usaha dan
prestasi kerja ialah persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu akan
menjurus kepada prestasi kerja.

Teori harapan berkata apabila seseorang memiliki keinginan untuk menghasilkan sesuatu pada
waktu tertentu tergantung pada tujuan khusus orang yang bersangkutan dan pada persepsi orang
tersebut tentang nilai suatu prestasi. Model ekspetasi mendefinisikan bahwa motivasi adalah
hasil dari seberapa besar hasrat seseorang terhadap sesuatu dan seberapa besar kemungkinannya
dia akan berhasil memperoleh keinginan itu.

Modifikasi perilaku adalah perilaku yang bergantung pada apa konskuensinya yang terjadi pada
kegiatan demi kegiatan sehingga diperoleh pendekatan yang bervariasi seperti dorongan
positif/negative dan pembentukan prosedur yang dapat menstimulasi.

Teori harapan menunjukan hal – hal sebagai berikut :

1. Kuatnya motivasi seseorang berprestasi yang tergantung pada pandangannya mengenai


seberapa kuat keyakinan dalam dirinya bahwa yang diusahakannya akan dicapai.
2. Jika tujuan tercapai apakah akan diperoleh imbalan yang memuaskan tujuan dan
kepentingannya.

10
Kata kunci dari teori harapan ini adalah pemahaman tujuan individual dan kaitan antara usaha
dan prestasi kerja, antara prestasi kerja dan imbalan serta antara imbalan dan pencapaian tujuan.
Menurut teori ini, hanya karena dapat dipahami kebutuhan apa yang ingin dipuaskan oleh
seseorang tidak menjamin bahwa orang yang bersangkutan mempunyai persepsi bahwa prestasi
kerja yang tinggi berakibat pada pemuasan berbagai kebutuhannya.

Daya tarik teori harapan ini terdapat dalam empat hal :

1. Teori ini menekankan imbalan. Menurut teori ini terdapat keyakinan bahwa imbalan
yang diberikan oleh organisasi sejajar dengan apa yang diinginkan oleh pekerja. Dapat
dikatakan bahwa teori harapan adalah suatu bentuk hedonisme yang kalkulatif dan
psikologis dalam mana motif akhir dari setiap tindakan manusia adalah maksimalisasi
kesenangan dan atau minimalisasi penderitaan.
2. Para manajer harus memperhitungkan daya tarik imbalan yang memerlukan
pemahaman dan pengetahuan tentang nilai apa yang diberikan oleh pekerja pada
imbalan yang diterimanya.
3. Teori harapan menekankan perilaku yang diharapkan dari para pekerja. Artinya teori ini
menekankan pentingnya keyakinan dalam diri pekerja tentang apa yang diharapkan oleh
perusahaan dari dirinya dan bahwa prestasi kerjanya dinilai.
4. Teori ini menyangkut harapan yaitu tidak menekankan apa yang realistik dan rasional
namun yang ditekankan adalah harapan pekerja mengenai prestasi kerja, imbalan dan
hasil pemuasan tujuan individu akan menentukan tingkat usahanya bukan hasil itu
sendiri.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk
mencapai hasil terbaik. Motivasi berprestasi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk
menguasai hal-hal yang sulit, menunjukkan kemampuannya pada orang lain dan memeiliki
standar yang tinggi untuk melakukan sesuatu. Karakteristik individu yang punya motivasi
berprestasi, yaitu: Climber (tipe orang yang pantang menyerah), Campers (tipe orang yang
mudah merasa puas dengan apa yang dia miliki selama ini) dan Quitters (tipe orang yang ragu-
ragu, pesimis dan tidak mau mengambil resiko). Faktor-faktor yang mempengaruhi motifasi
berprestasi, yaitu: faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan.
B. Saran
1. Hendaknya semua orang menyadari akan pentingnya motivasi berprespasi supaya mampu
merubah hidupnya agar menjadi lebih baik dan lebih layak.
2. Jangan putus asa sebelum impian kita capai.
3. Perlunya motivasi belajar agar dapat meraih kehidupan yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Teori Motivasi & Pengukurannya, ( Jakarta: Bumi Aksara,
2016 )

McClelland, D.C., The Achieving Society, ( New Jersey: Van Nostrand Reinhold, 1961
).

Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Teori Motivasi & Pengukurannya, ( Jakarta: Bumi Aksara,
2016 ), hal.1

McClelland, D.C., The Achieving Society, ( New Jersey: Van Nostrand Reinhold, 1961
).

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-harapan-expectancy-
theory/9037/2

http://perilakuorganisasi.com/teori-harapan.html

13

Anda mungkin juga menyukai