Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun tugas
Keperawatan Anak ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam tugas ini
saya membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Meningitis pada Anak”.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan………………………………………………………………………2
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis termasuk ke dalam sepuluh macam penyakit paling
berbahaya di dunia yang sering menyerang anak - anak. Meningitis adalah
infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang menyelimuti otak dan
saraf tulang belakang. Ketika meradang, meninges membengkak karena
infeksi yang terjadi. Setiap tahun, lebih dari 400 juta orang yang tinggal di
26 negara terserang meningitis (Hardiyanti dkk, 2017).
Kasus meningitis paling banyak terjadi di negara-negara Afrika
dengan lebih dari 900.000 kasus dalam rentang tahun 1995-2014. Dari
kasus ini, 10% mengakibatkan kematian, dengan 10-20% mengembangkan
gejala sisa neurologis lain. Perkembangan teknologi dan pengetahuan
dunia kedokteran modern telah menemukan berbagai cara mencegah
terjadinya penyakit, khususnya penemuan teknologi modern vaksinasi.
Meskipun vaksin memiliki efektivitas yang tinggi, tetapi itu tidak 100%
menjamin bahwa seseorang tidak akan terserang suatu penyakit. Penderita
meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga
lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental (Hardiyanti dkk, 2017).
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia.
Data menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di
seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di
negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Pasien yang terlanjur
koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup.
Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang
dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat
melawan bakteri tersebut (Pieter, 2017).
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh
biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada
kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental.
Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin
parah setelah beberapa bulan (Pieter, 2017).
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari kasus meningitis pada anak ?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari kasus meningitis pada anak ?
4
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang
menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Ketika meradang, meninges
membengkak karena infeksi yang terjadi (Hardiyanti dkk, 2017).
Meningitis bakterialis adalah peradangan pada selaput otak (meningens)
yang disebabkan infeksi bakteri, ditandai adanya bakteri penyebab dan
peningkatan sel-sel polimorfonuklear pada analisis cairan serebrospinal (CSS).
Meningitis bakterialis merupakan salah satu infeksi yang paling berbahaya
pada anak karena tingginya kejadian komplikasi akut dan kecacatan
neurologis permanen di kemudian hari (Lilihata dan Handryastuti, 2013).
Meningitis tuberkulosis adalah proses inflamasi di meningens (khususnya
arakhnoid dan plamater) akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosis ekstrapulmonal kelima yang paling sering ditemui
sekaligus yang paling berbahaya, dan kejadian terbanyak ditemukan pada
anak-anak. Bila tidak diobati dengan tepat akan menyebabkan gejala sisa
neurologis permanen, bahkan dapat menyebabkan kematian (Lilihata dan
Handryastuti, 2013).
2.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
Seperti disebutkan di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan
bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis
purulenta dan meningitis serosa. Penyebab utama meningitis pada anak adalah
Haemophilus influenzae tipe B (Hib) dan Streptococcus pneumoniae (invasive
pneumococcal diseases/IPD) (Alam, 2011)
1. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Haemophillus
influenza, Nesseria meningitides (meningococcal), Diplococcus
pneumoniae (pneumococca), Streptococcus grup A, Staphylococcus
5
aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, dan Pseudomonas
aeruginosa. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing
dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil,
monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan
lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam
cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis
menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan
mengalami infark.
2. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus,
seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya
terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak
ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada
seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari
jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang
terlibat.
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan
bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tem pat
terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan
kemudian menyebar ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Virus :
Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
3. Faktor prediposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari wanita.
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan.
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin,
anak yang mendapat obat imunosupresi.
6. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.
6
2.3 Patofisiolgi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan
piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak /
mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan
sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur
seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri)
yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran
darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau
sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan
otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis
merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan
ventrikel.
7
9. Mual muntah
10. Vomiting
11. Demam
12. Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau
hiponatremia
13. Pasien merasa takut dan cemas.
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita meningitis di antaranya
adalah (WHO, 2016):
1. Kejang
2. Hipoglikemia
2.6 Penatalaksanaan
1. Antibiotik
Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.
Ceftriaxone: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12
jam; atau cefotaxime: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam. Pada pengobatan
antibiotik lini kedua berikan kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV)
setiap 6 jam ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6
jam
2. Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama
sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak
ada gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh
pengobatan harus diberikan secara parenteral. Lama pengobatan
seluruhnya 10 hari.
3. Jika tidak ada perbaikan
a. Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi
subdural atau abses serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.
b. Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam,
seperti selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau
osteomielitis.
8
c. Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik
setelah 3–5 hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil
pemeriksaan CSS
4. Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat
ditambahkan. Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen:
a. INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 6–9 bulan
b. Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg) – selama 6-
9 bulan
c. Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2
bulan pertama
d. Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau
Streptomisin: 30-50 mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) – selama 2
bulan
5. Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4
minggu, dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak
memungkinkan dapat diberikan deksametason dengan dosis 0.6
mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu. Tidak ada bukti yang cukup untuk
merekomendasikan penggunaan rutin deksametason pada semua pasien
dengan meningitis bakteri.
2.7 Dampak
Kebutuhan dasar yang mungkin akan terganggu pada anak dengan
meningitis antara lain :
1. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman terganggu karena meningitis dapat membuat
anak mengalami penurunan kesadaran yang berakibat penurunan
respon terhadap rangsangan dari dalam seperti pengeluaran sekresi
trakeobronkial maupun dari luar seperti rangsangan yang berupa
panas, nyeri maupun rangsangan suara. Kondisi ini dapat berakibat
anak berisiko cedera fisik sehingga terganggu rasa amannya.
Sedangkan rasa nyaman mengalami gangguan karena anak mengalami
peningkatan suhu tubuh rata-rata di atas 37,5ºC.
2. Kebutuhan oksigenasi
9
Peningkatan sekresi trakeobronkial dan spasme otot bronkial dapat
menjadi jalan nafas sempit sehingga asupan oksigen mengalami
penurunan. Pada pengkajian ini mungkin ditemukan anak terlihat
pucat sampai kebiruan terutama di jaringan perifer. Anak juga terlihat
frekuensi pernafasan meningkat >30x/menit sebagai kompensasi
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
3. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Anak yang menderita meningitis mengalami peningkatan rangsangan
pengeluaran gastrointestinal karena penekanan pada saraf pusat.
Peningkatan rangsangan ini dapat berakibat mual dan muntah yang
berakibat proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial. Penderita
dapat mengalami defisit cairan tubuh yang dapat dilihat pada
pemantauan balance cairan, yaitu jumlah cairan yang keluar lebih
banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Jumlah muntah mungkin
juga cukup banyak, dapat mencapai kurang lebih 500 cc dalam sehari.
Pada saat kesadaran yang masih baik anak yang sudah dapat berbicara
dengan baik akan mengatakan haus.
10
PATHWAY
Iritasi menigen
Peningkatan suhu 11
tubuh
Perubahan fisiologis intrakranial Nyeri kepala
HIPERTERMI
Perubahan tingkat
kesadaran, perubahan Edema cerebral dan peningkatan Peningkata premeabilitas darah ke
perilaku, disorientasi, TIK otak
fotofobia, peningkatan NYERI AKUT
sekresi ADH Perubahan gastrointestinal Perubahan sistem pernapasan:
Cheyne Stokes
Prosedur invasive
Mual muntah
lumbal pungsi
POLA NAPAS TIDAK
NAUSEA EFEKTIF
Kejang
RESIKO CEDERA
INJURI
12
2.2 Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Meningitis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Kejang dan Sakit kepala
2) Riwayat kesehatan sekarang
13
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji
T (Time) : Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2) Pernah dirawat : Tidak terkaji
3) Alergi : Tidak terkaji
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : Meningitis
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik : Menurunnya nafsu makan, mual dan
muntah, susah untuk menelan.
c. Pola Eliminasi : Terjadi Obstipasi, diare.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Mengalami kelumpuhan dan kelemahan, suli untuk
bergerak.
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
14
f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat : Sulit untuk tidur dan bangun,
mengantuk, sulit beristirahat
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : tidak terkaji
HR : tidak terkaji
RR : 30-40x/mnt (sesuai usia)
Suhu : 38oC – 40oC (sesuai usia)
N : > 140x/mnt (sesuai usia)
TD : Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala dan Wajah : Ubun-ubun besar dan menonjol,
strabismus dan stignasmus, Ptichiae, lesi purpura, pucat,
benjolan lunak
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
2) Mata : Konjungtiva anemis dan fotofobia.
3) Telinga : Fonofobia
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Sianosis , bibir kering dan pecah-pecah
6) Leher : Kaku kuduk
7) Dada/pernapasan : Bentuk simetris, tachipnue, cheyne-stokes,
adanya tarikan otot-otot pernapasan.
8) Jantung : S1-S2
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
15
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : simetris, peristaltik usus menurun.
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Akral dingin
13) Genitalia : Tidak terkaji
14) Integumen : Terdapat ruam, kemerahan, muncul bintik-
bintik.
5. Pemeriksaan penunjang :
a. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
b. Glukosa serum :
c. LDH serum :
d. Sel darah putih :
e. Elektrolit darah :
f. ESR/LED :
g. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine :
h. MRI/ scan CT :
i. Ronsen dada/kepala/ sinus :
6. Penatalaksanaan : Tidak terkaji
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia (D.0130)
2. Nyeri Akut (D.0077)
3. Nausea (D.0076)
4. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
5. Resiko Cedera (D.0136)
16
C. Intervensi Keperawatan
17
3. Proses penyakit (mis. 2. Longgarkan atau lepaskan di produksi oleh proses tubuh
infeksi, kanker) pakaian dan jumlah panas yang hilang
4. Ketidaksesuaian pakaian 3. Berikan cairan oral kelingkungan luar.
dengan suhu lingkungan 4. Ganti linen setiap hari atau lebih 3. Bila tidak segera ditangani,
5. Peningkatan laju sering jika mengalami hipertermia dapat
metabolisme hiperhidrosis(keringat mengakibatkan kerusakan
6. Respon trauma berlebihan) organ penting didalam tubuh
7. Aktivitas berlebiihan 5. Lakukan pendinginan eksternal seperti otak, pada kondisi
8. Penggunaan inkubator (mis. selimut hipotermia atau lanjut tanpa penanganan yang
kompres dingin pada dahi, leher, bauik, hipertermia juga dapat
Gejala dan tanda mayor dada, abdomen, aksila) berujung pada kematian.
Subjektif :
(Tidak tersedia) Edukasi : Terapeutik :
Objektif : 1. Anjurkan tirah baring 1. Lingkungan adalah kombinasi
a. Suhu tubuh diatas nilai antara kondisi fisik yang
normal Kolaborasi : mencakup keadaan sumber
Gejala dan tanda minor 1. Kolaborasi pemberian cairan daya alam
Subjektif : dan elektrolit intravena jika seperti tanah, air, energi
(Tidak tersedia) perlu surya, mineral, serta flora dan
18
Objektif : fauna yang tumbuh di atas
1. Kulit merah tanah maupun di dalam lautan,
2. Kejang dengan kelembagaan yang
3. Takikardi meliputi ciptaan manusia
4. Takipnea seperti keputusan bagaimana
5. Kulit terasa hangat menggunakan lingkungan
fisik tersebut.
2. Untuk membuat pasie merasa
lebih nyaman dan tentram
3. Untuk meningkatkan
kenyamanan pasien
4. Untuk menurunkan suhu
tubuh yang tinggi
Edukasi :
1. Tirah baring adalah perawatan
kedokteran yang melibatkan
berbaringnya pasien di tempat
tidur untuk suatu jangka yang
19
sinambung. Perawatan ini
diperlakukan untuk suatu
penyakit atau kondisi medis
tertentu.
Kolaborasi :
1. Cairan adalah fluida tak
termampatkan yang
menyesuaikan dengan bentuk
wadahnya tetapi
mempertahankan volume
yang (hampir) konstan tidak
tergantung pada tekanan,
sedangkan Elektrolit adalah
suatu zat yang larut atau
terurai ke dalam bentuk ion-
ion dan selanjutnya larutan
menjadi konduktor elektrik,
ion-ion merupakan atom-
20
atom bermuatan elektrik,
intravena adalah metode
pemberian obat melalui
injeksi atau infus melalui
intravena.
2. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri Manajemen nyeri
Kategori: Psikologis Kriteria Hasil : Observasi : Observasi :
Subkategori : Nyeri dan Setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Nyeri merupakan pengalaman
Kenyamanan keperawatan selama 3x24 jam durasi, frekuensi, kualitas, subyektif dan harus
masalah Tingkat nyeri dapat intensitas nyeri dijelaskan oleh pasien.
Definisi : teratasi dengan indikator : 2. Identifikasi skala nyeri Identifikasi karakteristik
Pengalaman sensorik atau 1. Keluhan nyeri menurun nyeri dan faktor yang
emosional yang berkaitan dari skala 1(meningkat) Terapeutik : berhubungan merupakan
dengan kerusakan jaringan menjadi skala 4 (cukup 1. Berikan teknik nonfarmakologis suatu hal yang amat penting
aktual atau fungsional, menurun) untuk mengurangi rasa nyeri untuk memilih intervensi
dengan onset mendadak atau 2. Meringis menurun dari (mis. Tens, hipnosis, akupresur, yang cocok dan untuk
lambat dan berintensitas skala 1 (meningkat) terapi musik, biofeedback, mengevaluasi keefektifan dari
ringan hingga berat yang menjadi cukup menurun terapi pijat, aromaterapi, teknik terapi yang diberikan.
berlangsung kurang dari tiga (skala 4) imajinasi terbimbing, kompres 2. Membantu dan
21
bulan. hangat/dingin, terapi bermain). mengidentifikasi skala nyeri
Penyebab : 2. Kontrol lingkungan yang yang dirasakan pasien
1. Agen pencedera memperberat rasa nyeri (mis.
fisiologis(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, Terapeutik :
Inflamasi, iskemnia, kebisingan) 1. Teknik nonfarmakologis
neoplasma) bermangaat untuk
2. Agen pencedera Edukasi : menurunkan rasa nyeri dan
kimiawi (mis. 1. Jelaskan penyebab, periode, dapat mendorong komponen
Terbakar, nahan dan pemicu nyeri psikoemosional dan
kimia iritan) 2. Jelaskan strategi meredakan spiritual.
3. Agen pencedera fisik nyeri 2. Memberikan ketenangan
(mis. Abses, 3. Anjurkan menggunakan kepada pasien sehingga
amputasi, terbakar, analgetik secara tepat nyeri tidak bertambah
terpotong,
mengangkat berat, Kolaborasi : Edukasi :
prosedur oprasi, 1. Kolaborasi pemberian analgetik, 1. Nyeri disebabkan oleh efek
trauma, latihan fisik jika perlu kimiawi atau fisik benda dan
berlebihan) nyeri dapat meningkat akibat
provokasi.
22
2. Menggunakan strategi ini
Gejala dan Tanda Mayor sejalan dengan analgesik dapat
Subjektif : menghasilkan peredaan yang
1. Mengeluh nyeri lebih efektif
Objektif : 3. Analgesik lebih efektif bila
1. Tampak meringis diberikan pada awal siklus nyeri
2. Bersikap
Protektif(mis. Kolaborasi :
Waspada, posisi 1. Analgesik berfungsi untuk
menghindari nyeri) meningkatkan ambang nyeri
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
23
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir
teganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pda diri
sendiri
7. Diaforesis
3. Nausea (D.0076) Tingkat 1 .Menejemen mual Menejemen mual :
Kategori :Psikologi Kriteria hasil: Observasi Observasi
Subkategori : Nyeri dan setelah dilakukan tindakan - identifikasi pengalaman - Mual psikologis terjadi
Kenyamanan keperawatan selama 1x24 jam mual sebelum kemoterapi
Definisi masalah Nausea teratasi Terapeutik mulai secara umum tidak
Perasaan tidak nyaman pada dengan indikator: - berikanmakanan berespon terhadap anti
bagian belakang tenggorak Perasaan ingin muntah dalam jumlah kecil emetik.
atau lambung yang dapat menurun dan menarik Terapeutik
mengakibatkan muntah. Edukasi - Pasien dapat menerima
24
Penyebab - anjurkan istrahat dan tidur makanan yang diberikan
1. Gangguan biokimiawi yang cukup ahli gizi meskipun
(mis.uremia, Kolaborasi makanan sedikit akan
ketoasidosis, diabetik) - pembrian anti emetik, jika tetapi bergizi serta
2. Gangguan pada perlu menarik ketika dilihat.
Esofagus 2.Menejmen Muntah Edukasi
3. Distensi lambung Observasi - Istirahat adalah aktivitas
4. Iritasi lambung - periksa volume muntah dan bukan keadaan tidak
5. Gangguan pankreas Terapeutik melakukan apa-apa.
6. Peregangan kapsul - kontrol faktor lingkungan Sedangkan tidur proses
limpah penyebab muntah (mis. Bau dimana mengembalikan
7. Tumor terlokalisasi tak sedap, suara) energi yang hilang.
(mis. Neuroma Edukasi Kolaborasi
akustik, tumor otak - anjurkan membawa kantong - Pemberian anti emetik
primer atau sekunder, plastik untuk menampung merupakan pemberian
metastatis, tulang muntah obat yang diberikan
didasar tengkorak) Kolaborasi untuk menghilangkan
8. Peningkatan tekanan kolaborasi pemberian anti emetik terjadinya mual.
intraabdominal (mis. jika perlu Menejemen muntah:
25
Keganasan Observasi
intraabdomen) - untuk mengetahui
9. Peningkatan tekanan jumlah, kadar, dari
intrakranial muntah
10. Peningkatan tekanan Terapeutik
intraorbital (mis. - Membantu pasien agar
glaukoma) tidak kekurangan nutrisi
11. Mabuk perjalanan Edukasi
12. Kehamilan - Untuk mencegah tidak
13. Aroma tidak sedap terjadinya refluks muntah
14. Rasa Kolaborasi
makanan/minuman - Untuk meminimalisirr
yang tidak enak terjadinya refluks
15. Stimulus penglihaan
yang tidak
menyenangkan
16. Faktor psikologis
(mis. Kecemasan,
ketakutan, stress)
26
17. Efek agen
farmakologis
18. Efek toksin
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh mual
2. Merasa ingin
muntah
3. Tidak berminat
makan
Objektif
(Tidak tersedia)
Gejala dan Tanda minor
Subjektif
1. Merasa asam dimulut
2. Sensasi panas/dingin
3. Sering menelan
Objektif
1. Saliva meningkat
27
2. Pucat
3. Diaforesis
4. Takikardi
5. Pupil dilatasi
Kondisi klinis terkait
1. Meningitis
2. Labiringitis
3. Uremia
4. Ketoasidosis diabetik
5. Ulkus peptikum
6. Penyakit esofagus
7. Tumor intraabdomen
8. Penyakit meniere
9. Nauroma akustik
10. Tumor otak
11. Kanker
12. Glaukoma
4. Pola Napas Tidak Efektif Pola napas (L. 01004) Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
28
Kategori : Fisiologis keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Pernapasan adalah proses
Subkategori : Respirasi jam maka pola napas tidak kedalaman, usaha napas) menggerakan udara masuk
efektif dapat teratasi dengan 2. Monitor bunyi napas tambahan dan keluar dari paru-paru
Definisi : Inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak indicator : penggunaan otot untuk memfasilitasi
memberikan ventilasi bantu napas (5) Terapeutik : pertukaran gas dengan
adekuat.
kriteria hasil: 1. Pertahankan kepatenan jalan lingkungan internal tubuh,
Penyebab : 1. meningkat napas dengan head-tilt dan terutama dengan
1. Depresi pusat 2.cukup meningkat chin lift memasukkan oksigen dan
pernapasan
3.sedang 2. Posisikan semi-fowler atau mengeluarkan
2. Hambatan upaya
napas (mis. Nyeri saat 4.cukup menurun fowler karbondioksida.
bernapas, kelemahan 5.menurun 3. Berikan oksigen, jika perlu 2. Bunyi napas tambahan
otot pernapasan) adalah suara napas tidak
3. Deformitas dinding
dada normal yang disebabkan
4. Deformitas tulang karena adanya penyempitan
dada jalan napas atau obstruksi
5. Gangguan
neuromuskular
6. Gangguan neurologis Terapeutik :
7. Imaturitas neurologis 1. Kepatenan jalan napas
8. Penurunan energi
adalah mengecek jalan
29
9. Obesitas napas dengan tujuan untuk
10. Posisi tubuh yang menjaga jalan napas agar
menghambat ekspansi
tetap stabil
paru
11. Sindrom 2. Posisi semi-fowler atau
Hipoventilasi fowler adalah posisi 45 dan
12. Kerusakan inervasi
90 derajat yang digunakan
diafragma (kerusakan
saraf C5 keatas) untukmembantu
13. Cedera pada medula pengembangan paru dan
spinalis
mengurangi tekanan dari
14. Efek agen
farmakologis abdomen pada diafragma
15. Kecemasan sehingga mengurangi
terjadinya sesak napas.
Gejala dan Tanda Mayor
3. Oksigen adalah komponen
Subjektif :
vital dari proses respirasi,
1. Dispnea
Objektif : yang dapat menyebabkan
1. Penggunaan otot beberapa organism akan
bantu pernapasan
mati bila tidak
2. Fase ekspirasi
memanjang mendapatkannya dalama
3. Pola napas abnormal beberapa menit atau bahkan
30
(mis. Takipnea, detik.
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stokes)
Objektif :
31
8. Ekskursi dada
berubah
5. Resiko Cedera (D.0136) Tingkat Cedera (L. 14136) Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Subkategori : Keamanan keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lingkungan yang 1. Untuk mengetahui
dan Proteksi jam maka resiko cedera berpotensi menyebabkan keadaan di lingkungan
dengan indicator cedera sekitar yang dapat
Definisi : Beresiko : Ketegangan otot (4) 2. Identifikasi obat yang menyebabkan terjadinya
mengalami bahaya atau kriteria hasil: berpotensi menyebabkan cedera pada anak
kerusakan fisik yang 1. meningkat cedera 2. Untuk mengetahui obat-
menyebabkan seseorang 2.cukup meningkat obatan yang dapat
tidak lagi sepenuhnya sehat 3.sedang Terapeutik : menyebabkan cedera
atau dalam kondisi baik. 4.cukup menurun 1. Pertahankan posisi tempat sehingga memudahkan
5.menurun tidur pada posisi terendah saat orang tua/perawat untuk
Faktor Risiko digunakan membedakan obat yang
Eksternal : 2. Gunakan pengaman tempat akan diberikan pada anak
1. Terpapar pathogen tidur sesuai dengan kebijakan
2. Terpapar zat kimia fasilitas pelayanan kesehatan Terapeutik :
toksik 3. Diskusikan mengenai latihan 1. Untuk memudahkan anak
32
3. Terpapar agen dan terapi fisik yang naik ke tempat tidur
nosokomial diperlukan 2. Untuk menghindari anak
4. Ketidakamanan 4. Diskusikan mengenai alat agar tidak terjatuh
transportasi bantu mibilitas yang sesuai 3. Untuk mengurangi
ketegangan otot yang
Internal : Edukasi : disrasakan anak
1. Ketidaknormalan profil 1. anjurkan berganti posisi secara 4. Untuk memudahkan anak
darah perlahan dan duduk selama dalam melakukan aktivitas
2. Perubahan orientasi beberapa menit sebelum
afektif berdiri Edukasi :
3. Perunahan sensasi 1. Untuk menghilangkan rasa
4. Disfungsi autoimun pusing dan sakit kepala
5. Disfungsi biokimia anak saat ingin bangun
6. Hipoksia jaringan dari tempat tidur
7. Kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi
psikomotor
33
10. Perubahan fungsi
kognitif.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Meningitis bakterialis adalah peradangan pada selaput otak (meningens)
yang disebabkan infeksi bakteri, ditandai adanya bakteri penyebab dan
peningkatan sel-sel polimorfonuklear pada analisis cairan serebrospinal (CSS).
Meningitis bakterialis merupakan salah satu infeksi yang paling berbahaya
pada anak karena tingginya kejadian komplikasi akut dan kecacatan permanen
di kemudian hari.
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
Tanda dan gejala yang biasanya dirasakan oleh pengidap meningitis pada
awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku
serta gejala lainnya.
3.2 Saran
Sebagai bagian dari dunia kesehatan agar lebih bisa meningkatkan
pengetahuan tentang meningitis dan problem solving yang efektif dan juga
sebaiknya kita memberikan informasi atau health education mengenai
meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
35
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Anggraini. 2011. Kejadian Meningitis Bakterial pada Anak usia 6-18 bulan
yang Menderita Kejang Demam Pertama. Bandung: Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Hardiyanti, M. P., Isnanto, R. R., & Windasari, I. P. (2017). Aplikasi Sistem
Pakar Berbasis Mobile Untuk Diagnosis Dini Meningitis. Jurnal Teknologi
Dan Sistem Komputer, 5(2), 83.
Lilihata, G., dan Handryastuti, S. 2013. Kejang Demam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Pieter, Herri Zan. 2017. Dasar-dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta: Kencana
Suririnah, 2013. Buku Pintar Mengasah Batita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tim Pokja. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia
World Health Organization. 2016. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit (Bahasa Indonesia). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
36