N21016015
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019-2020
PERAWAT MANAJER
A. Pendahuluan
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang
harus mendapat respons segera dari perawat. Respons dimaksud terutama yang bersifat dedukatif dengan
selalu meningkatkan kemampuan diri dalam hal belajar lebih banyak tentang konsep pengelolaan
pelayanan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah konkrit
tersebut dapat berupa penataan model pemberian asuhan keperawatan, penataan tenaga keparawatan dan
perbaikan sistem pendokumentasian keperawatan.
Manajemen keperawatan saat ini perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan ke depan. Hal ini sangat berkaitan dengan tuntutan profesi maupun tuntutan global tentang
kualitas pelayanan keperawatan, sehingga diperlukan pengelolaan secara profesional, khususnya
kemampuan profesional manajerial perawat dalam melaksanakan peran perawat sebagai manajer.
Sekarang ini, sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan khususnya sistem pelayanan
keperawatan mengalamin perubahan sangat pesat. Perubahan tersebut selain karena semakin
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, juga sebagai dampak dari situasi politik dan
sistem sosial, ekonomi yang sering mengalami perubahan. Dari ketiga aspek perubahan itu berimplikasi
terhadap perubahan sistem pelayanan keperawatan sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga perawat
profesional (Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasi dalam tatanan pelayanan nyata, baik di rumah sakit
maupun di masyarakat, sehingga perawat perlu memahami konsep pengelolaan pelayanan keperawatan,
terutama tentang penerapan peran perawat manajer. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep
perubahan, konsep manajemen keperawatan, penyusunan perencanaan (rencana strategi) dan langkah-
langkah penyelesaian masalah.
B. Tinjaun Pustaka
1. Konsep Manajemen Keperawatan
1) Pengertian
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga
dan masyarakat (Gillies, 1989) yang dikutip Nursalam (2002). Kita ketahu bahwa manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyrakat.
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing – masing
komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan
suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme
umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan
fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan
dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan
kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial,
audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
2) Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan,
pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan
yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan
di berbagai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan
organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian,
supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yg efektif. Komunikasi yang efektif akan
mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat pelaksana
menduduki posisi yg lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan
rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan
standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama –
sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3) Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya
kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem
yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan
keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Selain analisis SWOT tersebut di atas, kepala ruangan juga perlu mengkaji hal-hal berikut :
Mengidentifikasi ratio perawat-pasien
Mengidentifikasi sarana penunjang
Menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat (misalnya metode Tim)
2) Perencanaan
Merencanakan jumlah tenaga dan fasilitas yang dibutuhkan
Membentuk tim & menetapkan ketua timnya serta mengatur penugasan anggota TIM
Membuat rancangan pengembangan SDM secara berkala mencakup pendidikan dan pelatihan
berjenjang
3) Pelaksanaan
Melaksanakan rencana yg telah dibuat dgn menggunakan skala
Prioritasnya
4) Evaluasi
Kepala ruangan melakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
Menilai kemampuan dan pencapaian ketua tim
Memberikan umpan balik terhadap hasil yang dicapainya
Merencanakan tindak lanjut
b. Penjelasan
i. Analisa Kasus
a. Kata Kunci
Ns. Daeng adalah orang baru dengan usia yang masih muda menduduki jabatan dengan pengalaman nol
tahun
b. Masalah
a. Kondisi RS (pekerjaan) tidak sesuai dengan teori yang didapatkan selama pendidikan
Rasio Pasien – Perawat tidak seimbang
Latar belakang pendidikan Kepala Ruangan mayoritas SPK
Sistem pengembangan karir tidak jelas
b. Tidak ada kepercayaan dari bawahan
c. Dampak yang dapat terjadi
a. Hubungan interpersonal tidak harmonis
b. Suasana kerja tidak kondusif
c. Motivasi menurun
d. Kinerja menurun
3) Teori Perubahan
Untuk mendukung penyelesaian masalah pada kasus diatas, maka Ns. Daeng menggunakan pendekatan
teori Lippits dalam melakukan proses perubahan, dimana teori ini mencakup tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan masalah
b. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
c. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
d. Menseleksi tujuan perubahan
e. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
f. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
g. Mengakhiri bantuan
4) Strategi Perubahan
Strategi membuat perubahan meliputi:
a. Memiliki visi yang jelas
b. Menciptakan iklim dan budaya organisasi yang kondusif
c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat, dan berkesinambungan
d. Keterlibatan orang yang tepat
5) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang direncanakan dalam penyelesaian masalah tersebut adalah kombinasi antara
gaya kepemimpinan Otoriter dan Demokratis.
A. Pembahasan
1. Memahami Budaya Organisasi
Banyak pakar mendefinisikan tentang organisasi, yang pada dasarnya hampir sama. Stephen Robbins
yang dikutip Sobirin, A (2009) menyebutkan, organisasi adalah unit sosial yanh sengaja didirikan untuk
jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan
terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur untuk mencapai tujuan bersama. Defenisi
ini menggambarkan adanya dua esensi dasar dari sebuah organisasi, yaitu sekelompok manusia dan tujuan
bersama. Sekelompok manusia dimaksud adalah orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung berperan dalam menjalankan roda organisasi. Sedangkan yang dimaksud tujuan bersama
artinya tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota organisasi tidak berbeda dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh organisasi itu sendiri.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa langkah awal yang dilakukan oleh Ns. Mawar adalah sangat
tepat yaitu memahami budaya organisasi, visi dan misi RS Tipe B, sehingga upaya perubahan yang akan
dilakukan dengan tujuan meningkatkan akreditasi rumah sakit dapat tercapai.
2. Analisis SWOT
Analisa SWOT merupakan salah satu langkah penting dalam merencanakan suatu perubahan. Perubahan
itu sendiri tidak akan terlepas dari sebagai faktor pendukung maupun faktor penghambat. Dengan
mengetahui apa kelemahan kita, kekuatan, peluang, dan ancaman yang kita hadapi, akan sangat
membantu seorang manajer untuk membuat bentuk-bentuk perencanaan yang tepat untuk mencapai
tujuan akhir suatu organisasi.
3. Teori Perubahan
Secara umum, perubahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan terencana dan perubahan tidak
terencana. Perubahan terencana adalah suatu proses dimana adanya pendapat baru yang dikembangkan,
dikomunikasikan kepada semua orang walaupun akhirnya diterima atau ditolak.
Berdasarkan kasus diatas, Ns. Daeng berkeinginan melakukan perubahan terencana dengan menggunakan
pendekatan teori Lippits, dimana teori ini dianggap paling tepat untuk mendukung upaya penyelesaian
masalah yang dihadapi Ns. Daeng. Lippits (1973) yang dikutip Nursalam (2002), mengidentifikasi 7
(tujuh) tahap dalam proses perubahan, antara lain :
a. Tahap 1 : Menentukan masalah
Pada tahap ini setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari
kesimpulan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan.
b. Tahap 2 : Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Semua orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan, dan
dukungan yang akan diberikan. Misalnya peratuarn, kibijakan, budaya organisasi, termasuk struktur
organisasi perlu dikaji.
c. Tahap 3 : Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Yang diperlukan pada tahap ini adalah suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses perubahan.
Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan
dengan selalu mendengar masukan-masukan dari staf serta selalu mencari solusi yang terbaik.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba
Medika, Jakarta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Volume 1.
EGC, Jakarta