Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“ PERAWAT MANAGER KEPERAWATAN ”

KATON ABDUL VARID

N21016015

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019-2020
PERAWAT MANAJER

A. Pendahuluan
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang
harus mendapat respons segera dari perawat. Respons dimaksud terutama yang bersifat dedukatif dengan
selalu meningkatkan kemampuan diri dalam hal belajar lebih banyak tentang konsep pengelolaan
pelayanan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah konkrit
tersebut dapat berupa penataan model pemberian asuhan keperawatan, penataan tenaga keparawatan dan
perbaikan sistem pendokumentasian keperawatan.
Manajemen keperawatan saat ini perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan ke depan. Hal ini sangat berkaitan dengan tuntutan profesi maupun tuntutan global tentang
kualitas pelayanan keperawatan, sehingga diperlukan pengelolaan secara profesional, khususnya
kemampuan profesional manajerial perawat dalam melaksanakan peran perawat sebagai manajer.
Sekarang ini, sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan khususnya sistem pelayanan
keperawatan mengalamin perubahan sangat pesat. Perubahan tersebut selain karena semakin
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, juga sebagai dampak dari situasi politik dan
sistem sosial, ekonomi yang sering mengalami perubahan. Dari ketiga aspek perubahan itu berimplikasi
terhadap perubahan sistem pelayanan keperawatan sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga perawat
profesional (Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasi dalam tatanan pelayanan nyata, baik di rumah sakit
maupun di masyarakat, sehingga perawat perlu memahami konsep pengelolaan pelayanan keperawatan,
terutama tentang penerapan peran perawat manajer. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep
perubahan, konsep manajemen keperawatan, penyusunan perencanaan (rencana strategi) dan langkah-
langkah penyelesaian masalah.

B. Tinjaun Pustaka
1. Konsep Manajemen Keperawatan
1) Pengertian
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga
dan masyarakat (Gillies, 1989) yang dikutip Nursalam (2002). Kita ketahu bahwa manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyrakat.
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing – masing
komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan
suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme
umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan
fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan
dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan
kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial,
audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
2) Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan,
pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.

b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan
yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan
di berbagai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan
organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian,
supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yg efektif. Komunikasi yang efektif akan
mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat pelaksana
menduduki posisi yg lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan
rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan
standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama –
sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3) Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya
kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem
yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan
keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.

2. Peran Perawat Manajer


Peran manajer di lingkungan perawatan kesehatan pada saat ini mengalami perubahan yang berarti,
dimana organisasi perawat kesehatan ini melakukan desentralisasi fungsi manajemen dan
pengorganisasian tiap unit oleh seorang manajer perawatan. Adapun beberapa tanggung jawab yang
diberikan kepada perawat manajer ( Potter & Perry, 2005), antara lain tanggung jawab untuk :
1) Mempekerjakan, mengembangkan dan mengevaluasi stafnya.
2) Pengembangan anggaran tahunan unit yang dipimpinnya dan memegang kewenangan untuk mengatur
unit sesuai dana tersebut.
3) Memantau kualitas perawatan, menghadapai masalah tenaga kerjanya, dan melakukan hal-hal tersebut
dengan biaya yang efektif.
Selanjutnya Potter & Perry (2005), menyatakan bahwa yang harus dilakukan perawat profesional dalam
perannya sebagai manajer asuhan keperawatan adalah :
1) Perencanaan / penetapan tujuan
Membantu pasien dan keluarga dalam merumuskan gambaran mereka tentang kesehatan setelah kembali
dari perawatan di rumah sakit
2) Pengajaran/orientasi
Memahami informasi untuk mendorong fungsi & kesehatan pasien / keluarga
3) Koordinasi dengan pelayanan
Membantu keluarga dalam pemanfatan pelayanan pendukung (pemuka agama, perawatan di rumah) dan
penjadwalan perawatan pasien.
4) Pengembangan sistem pendukung
Menekankan pada pasien dan keluarga untuk memikirkan tanggung jawab yang lebih besar dalam
mempertahankan kesehatannya
5) Perwalian kelompok atau profesi kerja
Aktif berpartisipasi dalam tugas kelompok atau berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat

3. Kompetensi Perawat Manajer


Menurut Potter & Perry (2005), menyebutkan ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang
Manajer Keperawatan dalam meningkatakan keefektifan kerjanya :
1) Kepemimpinan
 Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan perubahan
 Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab
 Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
 Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
 Melibatkan staf dalam pengembangan organisasi
 Fleksibilitas dalam pelaksanaan peraturan
2) Pengambilan keputusan dan perencanaan
 Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
 Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan
 Mengantisipasi perencanaan perubahan anggaran
 Memberikan pedoman tentang keputusan organisasi
 Menginterpretasi perubahan ekonomi staf
3) Hubungan / Komunikasi
 Empati, mendengar dan tanggap pernyataan staf
 Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi
 Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi
 Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam organisasi
4) Anggaran
 Mengontrol budget
 Menginterpretasi penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
 Merencanakan angaran tahunan ( 5 tahun )
 Mengkonsultasikan tentang masalah keuangan
5) Pengembangan
 Mengembangkan tim kerja yang efektif
 Mengembangkan hubungan profesional antar staf
 Memberikan umpan balik yang positif
 Menggunakan sistem pemberian penghargaan yang baik
6) Personaliti
 Mengambil keputusan yang tepat
 Mengelola stress individu
 Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
7) Negosiasi
 Mengidentifikasi dan mengelola konflik
 Memfasilitasi perubahan
 Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staf, kelompok, dan organisasi lain
 Menklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
 Menjadi mediator bila terjadi konflik antara staf atau kelompok

4. Prose Manajemen Keperawatan


Menurut Nursalam (2002), proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling menunjang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari :
pengumpulan data, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1) Pengumpulan data (Pengkajian)
Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien,
tetapi juga mengenai tenaga keperawatan, administrasi & keuangan yang mempengaruhi fungsi organisasi
keperawatan secara keseluruhan. Perawat manajer yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain, sehingga harus bertindak secara
terencana dan efektif, serta mampu menjalankan pekerjaan bersama dengan staf perawatnya.
2) Perencanaan
Perencanaan dimaksud adalah menyusun rencana strategi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini mencakup :
 Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
 Menegakkan tujuan
 Mengalokasikan anggaran belanja
 Memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan
 Membuat pola struktur organisasi
3) Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka pada tahap pelaksanaan
dalam proses manajemen adalah bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
4) Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan
evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai tujuan
organisasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor penghambat maupun faktor pendukung dalam
pelaksanaanya.

5. MPKP dengan Metode TIM

C. Tinjauan Kasus dan Pembahasan


1. Gambaran Kasus
Di sebuah ruang rawat inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Tipe B, dengan kepala ruangan lulusan S1
Ners. Kepala ruangan tersebut ingin mencoba metode pemberian asuhan keperawatan professional yang
beliau ketahui. Di ruangan itu dengan kapasitas tempat tidur 26 dan memiliki tenaga perawat dengan
kualifikasi pendidikan sebagai berikut : lulusan DIII Keperawatan 4 orang dan lulusan SPK 7 orang, yang
rata-rata pengalaman kerja diatas 5 tahun. Selain itu juga terdapat 1 orang tenaga gizi, dan 1 orang tenaga
farmasi. Kepala ruangan ingin menerapkan metode pemberian asuhan keperawatan yang sesuai di
ruangan tersebut, yaitu metode TIM.
2. Pembahasan
a. Langkah-langkah penyelesaian masalah
1) Pengkajian
Analisis SWOT dari kasus :
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (peluang) Threath (ancaman)
 Pendidikan Karu (S1 Ners)
 Pengalaman kerja perawat (diatas 5 tahun)
 RS sebagai lahan praktik MAKP oleh mahasiswa keperawatan  Pendidikan staf perawat
 Kurangnya pengetahuan staf perawat
 Keterbatasan tenaga perawat
 Tidak ada tenaga administrasi
Perencanaan Pengembangan SDM
 Motivasi kerja menurun
 Kinerja staf menurun

Selain analisis SWOT tersebut di atas, kepala ruangan juga perlu mengkaji hal-hal berikut :
 Mengidentifikasi ratio perawat-pasien
 Mengidentifikasi sarana penunjang
 Menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat (misalnya metode Tim)
2) Perencanaan
 Merencanakan jumlah tenaga dan fasilitas yang dibutuhkan
 Membentuk tim & menetapkan ketua timnya serta mengatur penugasan anggota TIM
 Membuat rancangan pengembangan SDM secara berkala mencakup pendidikan dan pelatihan
berjenjang
3) Pelaksanaan
Melaksanakan rencana yg telah dibuat dgn menggunakan skala
Prioritasnya

4) Evaluasi
Kepala ruangan melakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
 Menilai kemampuan dan pencapaian ketua tim
 Memberikan umpan balik terhadap hasil yang dicapainya
 Merencanakan tindak lanjut
b. Penjelasan

D. Kesimpulan dan Saran

i. Analisa Kasus
a. Kata Kunci
Ns. Daeng adalah orang baru dengan usia yang masih muda menduduki jabatan dengan pengalaman nol
tahun
b. Masalah
a. Kondisi RS (pekerjaan) tidak sesuai dengan teori yang didapatkan selama pendidikan
 Rasio Pasien – Perawat tidak seimbang
 Latar belakang pendidikan Kepala Ruangan mayoritas SPK
 Sistem pengembangan karir tidak jelas
b. Tidak ada kepercayaan dari bawahan
c. Dampak yang dapat terjadi
a. Hubungan interpersonal tidak harmonis
b. Suasana kerja tidak kondusif
c. Motivasi menurun
d. Kinerja menurun

ii. Cara Penyelesaian Masalah


Dalam upaya penyelesaian maslah tersebut diatas, Ns. Mawar melakukan langkah-langkah mencakup
memahami budaya organisasi, analisa SWOT, teori proses perubahan, strategi perubahan, dan gaya
kepemimpinan yang akan digunakan.
1) Memahami Budaya
Langkah awal yang dilakukan oleh Ns. Daeng adalah memahami budaya organisasi, apa misi dan visi RS
.

2) Analisis SWOT dari kasus Ns. Daeng :


Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (peluang) Threath (ancaman)
 Pendidikan
 Pengetahuan
 Kemampuan menganalisis
 Konsultan(Ns. Melati) yang berpengalaman
 Legitimasi dari pimpinan  Pengalaman bekerja di RS yang kurang
 Kurangnya dukungan bawahan
 Keterbatasan waktu Status RS yang akan berubah dari tipe C menjadi tipe B
 Motivasi kerja menurun
 Kinerja staf menurun

3) Teori Perubahan
Untuk mendukung penyelesaian masalah pada kasus diatas, maka Ns. Daeng menggunakan pendekatan
teori Lippits dalam melakukan proses perubahan, dimana teori ini mencakup tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan masalah
b. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
c. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
d. Menseleksi tujuan perubahan
e. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
f. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
g. Mengakhiri bantuan

4) Strategi Perubahan
Strategi membuat perubahan meliputi:
a. Memiliki visi yang jelas
b. Menciptakan iklim dan budaya organisasi yang kondusif
c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat, dan berkesinambungan
d. Keterlibatan orang yang tepat

5) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang direncanakan dalam penyelesaian masalah tersebut adalah kombinasi antara
gaya kepemimpinan Otoriter dan Demokratis.

A. Pembahasan
1. Memahami Budaya Organisasi
Banyak pakar mendefinisikan tentang organisasi, yang pada dasarnya hampir sama. Stephen Robbins
yang dikutip Sobirin, A (2009) menyebutkan, organisasi adalah unit sosial yanh sengaja didirikan untuk
jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan
terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur untuk mencapai tujuan bersama. Defenisi
ini menggambarkan adanya dua esensi dasar dari sebuah organisasi, yaitu sekelompok manusia dan tujuan
bersama. Sekelompok manusia dimaksud adalah orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung berperan dalam menjalankan roda organisasi. Sedangkan yang dimaksud tujuan bersama
artinya tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota organisasi tidak berbeda dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh organisasi itu sendiri.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa langkah awal yang dilakukan oleh Ns. Mawar adalah sangat
tepat yaitu memahami budaya organisasi, visi dan misi RS Tipe B, sehingga upaya perubahan yang akan
dilakukan dengan tujuan meningkatkan akreditasi rumah sakit dapat tercapai.

2. Analisis SWOT
Analisa SWOT merupakan salah satu langkah penting dalam merencanakan suatu perubahan. Perubahan
itu sendiri tidak akan terlepas dari sebagai faktor pendukung maupun faktor penghambat. Dengan
mengetahui apa kelemahan kita, kekuatan, peluang, dan ancaman yang kita hadapi, akan sangat
membantu seorang manajer untuk membuat bentuk-bentuk perencanaan yang tepat untuk mencapai
tujuan akhir suatu organisasi.
3. Teori Perubahan
Secara umum, perubahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan terencana dan perubahan tidak
terencana. Perubahan terencana adalah suatu proses dimana adanya pendapat baru yang dikembangkan,
dikomunikasikan kepada semua orang walaupun akhirnya diterima atau ditolak.
Berdasarkan kasus diatas, Ns. Daeng berkeinginan melakukan perubahan terencana dengan menggunakan
pendekatan teori Lippits, dimana teori ini dianggap paling tepat untuk mendukung upaya penyelesaian
masalah yang dihadapi Ns. Daeng. Lippits (1973) yang dikutip Nursalam (2002), mengidentifikasi 7
(tujuh) tahap dalam proses perubahan, antara lain :
a. Tahap 1 : Menentukan masalah
Pada tahap ini setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari
kesimpulan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan.
b. Tahap 2 : Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Semua orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan, dan
dukungan yang akan diberikan. Misalnya peratuarn, kibijakan, budaya organisasi, termasuk struktur
organisasi perlu dikaji.
c. Tahap 3 : Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Yang diperlukan pada tahap ini adalah suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses perubahan.
Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan
dengan selalu mendengar masukan-masukan dari staf serta selalu mencari solusi yang terbaik.

d. Tahap 4 : Menseleksi tujuan perubahan


Pada tahap ini, perubahan sudah harus disusun dalam bentuk kegiatan secara operasional, terorganisir dan
berurutan, kepada siapa perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan.
Untuk itu harus ada target waktu dan perlunya ujicoba sebelum menentukan efektifis perubahan.
e. Tahap 5 : Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
Perlu adanya pemilihan seorang pemimpin atau manajer yang ahli dan sesuai dalam bidangnya, sehingga
dapat memberikan masukan dan solusi terbaik dalam perubahan
f. Tahap 6 : Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Harus pertahankan perubahan yang sudah dilaksanakan dengan komitmen, komunikasi terbuka, dan terus
diinformasikan agar setiap pertanyaan dan permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang tepat bagi
kedua belah pihak.
g. Tahap 7 : Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, harus selalu diikuti perencanaan yang berkelanjutan dari seorang
manajer, dan dilaksanakan secara bertahap agar meningkatkan tanggung jawab setiap individu yang
terlibat serta dapat mempertahankan perubahan yang telah terjadi.

4. Pemilihan Gaya Kepemimpinan


Ns. Daeng memilih kombinasi gaya kepemimpinan Otoriter dan Demokratis dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Yang menjadi dasar pertimbangan untuk mengkombinasi kedua gaya
kepemimpinan ini adalah agar secara fleksibel Ns. Daeng dapat melakukan upaya-upaya perubahan
dengan meminimalkan kemungkinan dampak negatif yang terjadi.
Gaya Kepemimipinan Otoriter, dimana secara konseptual telah dijelaskan bahwa gaya ini pemimpin
berorientasi pada tugas yang harus segera diselesaikan, menggunakan posisi dan power dalam memimpin.
Dengan demikian gaya kepemimpinan otoriter dipandang tepat digunakan Ns. Daeng, dengan alasan
bahwa berbagai kegiatan harus segera dilakukan untuk memperoleh akreditasi B pada rumah sakit
tersebut. Untuk mencapai harapan tersebut harus didukung oleh semua pihak termasuk kepala-kepala
ruangan dan staf perawat yang ada. Sementar itu, ada sebagian perawat tidak percaya dan menganggap
Ns. Daeng tidak memiliki kemampuan dalam memimpin, maka disinilah otoriter dapat berlaku melalui
posisi dan power yang dimilikinya.
Selanjutnya gaya kepemimpinan Demokratis yang menjelaskan bagimana pemimpin menghargai sifat dan
kemampuan tiap staf, menggunakan pribadi dan posisi untuk mendorong munculnya ide dari staf serta
memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Oleh karena itu mereka didorong untuk membuat
rencana, melaksanakan dan melakukan pengontrolan sesuai dengan yang disepakati. Gaya kepemimpinan
Demokratis dapat dipakai Ns. Daeng pada kondisi-kondisi yang memungkinakan, misalnya melakukan
pertemuan dengan para kepala ruangan untuk menggali ide-ide dan kemampuan yang dimiliki untuk
mendorong upaya-upaya perubahan terutama untuk meningkatkan akreditasi rumah sakit. Dengan
melibatkan Ns. Melati sebagai konsultan, menunjukkan bahwa Ns. Mawar mamanfaatkan kemampuan
dan potensi yang dimiliki orang lain dalam mencapai tujuan organisasinya. Gaya kepemimpinan
demokratis ini dikombinasikan juga dengan gaya kepemimpinan Supportive dimana Ns. Daeng berusaha
melakukan pendekatan dengan bawahan.
Dari kombinasi kedua gaya tersebut dengan harapan dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
penuh keakraban serta meningkatkan motivasi kerja, namum masih ada staf atau bawahan yang tetap
tidak memberi dukungan demi kepentingan organisasi seperti tidak hadir dalam pertemuan tanpa alasan
yang dibenarkan, maka gaya kepemimpinan otoriter dapat diterapkan dalam bentuk pemberian sanksi.
Sanksi dimaksud dilakukan secara bertahap, mulai dari teguran lisan, teguran tertulis hingga sanksi
administrasi sesuai ketentuan yang berlaku.
B. Kesimpulan
Teori tentang kepemimpinan terus berkembang dan berevolusi sesuai dengan perkembangan zaman. Teori
kepemimpinan dimulai dari the Great Man theory dan berevolusi sampai dengan teori kepemimpinan
transformasional. Mulai dari pembahasan tentang sifat-sifat atau karakteristik khas seorang pemimpin
sampai dengan situasi-situasi yang dihadapi oleh pemimpin.
Pembahasan studi kasus mengambil contoh gaya kepemimpinan Ns. Mawar (kejadian di RS. tsb), yang
mempunyai pengalaman sangat minim tetapi memiliki pengetahuan yang tinggi dengan latar belakang
pendidikan sarjana keperawatan dan tidak diragukan dalam bidangnya untuk mengemban tugasnya
sebagai Kepala Bidan Keperawatan. Dia juga mempunyai kualitas kepemimpinan yang baik dan telah
mampu menerapkan kombinasi tipe kepemimpinan yang bersifat ‘otokratik’ dan ‘demokratik’ pada saat
yang bersamaan.
Pada akhirnya, jika Ns. Daeng mampu mempertahankan kombinasi gaya kepemimpinan tersebut, maka
sangat mungkin kepercayaan dan pengakuan para bawahan (staf perawat) akan semakin baik. Integritas
yang tinggi dan etika yang baik yang dimilikinya menjadi kekuatan utama, sehingga dukungan
terhadapnya tetap tinggi bahkan menjadi motivator terhadap kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba
Medika, Jakarta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Volume 1.
EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai