PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM: 108114143
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
bimbing
W
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. r angsat..?.:.. .12::.?:. ..ry.Y. . ..
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Oleh:
Andika Pradana Putra
NIM : 108114143
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Semua yang kutulis disini merupakan inspirasi yang diberikan oleh Tuhan Yesus,
Ayah, Ibu, Adik dan orang – orang disekitarku. Kalian lah motivasi terbesarku
dalam mengerjakan apa yang harus ku kerjakan disini.
Selain itu karya kecilku yang jauh dari sempurna ini mungkin akan menjadi
bagian dari pengabdian ku kepada “Almamaterku”
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
IW
(Andika Pradana Putra)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta:
Nama : Andika Pradana Putra
NIM : 108114t43
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma, Yo gyakarta, kary a ilmiah say a y ang berj udul :
"Profil Pelayanan Informasi Obat yang Diterima dan Kepatuhan Pasien Asma
Berdasarkan Persepsi Pasien di Kabupaten Sleman'o
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian, saya memberikan hak
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan,
rw
Andika Pradana Putra
VI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
yang berjudul "Profil Pelayanan Informasi Obat yang Diterima dan Kepatuhan
sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung
baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
2. Ibu Dita Maria Virgini4 S.Farm., M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Rita Suhadi, Msi.,
3. Ayah dan Ibu tersayang atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan
4. Adikku tersayang Kristanti Dwi Putri atas doa, dukungan, semangat bagi
vlt
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
menyelesaikan skripsi.
7. Sahabatku Aii, Anwar, Suryo, Tian, Lili, Ines, Reza, Dedo, Yoga, Anggi,
Raisa, Zhe, Rani, Reynold, Briyan, terimakasih untuk tawa dan semangatnya
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
juga dengan tugas akhir ini yang belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis
berharap sernoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama demi
Penulis
vill
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... iv
PRAKATA………………………………………………………………… vii
INTISARI………………………………………………………………….. xvi
ABSTRACT……………………………………………………………….. xvii
BAB I PENGANTAR
1. Perumusan Masalah…………………………………………… 4
2. Keaslian Penelitian……………………………………………. 4
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 6
A. Asma ............................................................................................... 7
1. Definisi………………………………………………………... 7
2. Etiologi………………………………………………………... 8
3. Patiofisiologi…………………………………………………... 8
4. Faktor Risiko………………………………………………….. 9
6. Klasifikasi……………………………………………………… 10
1. Definisi………………………………………………………... 11
2. Tujuan………………………………………………………… 12
3. Kegiatan .................................................................................... 12
1. Definisi………………………………………………………... 15
D. Keterangan Empiris…...…………………………………………… 16
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Definisi Operasional........................................................................ 17
G. Instrumen Penelitian........................................................................ 20
K. Keterbatasan Penelitian…………………………………………… 23
1. Umur…………………………………………………………... 27
2. Jenis Kelamin………………………………………………….. 27
3. Tingkat Pendidikan…………………………………………….. 28
4. Pekerjaan……………………………………………………….. 28
5. Tingkat Pendapatan…………………………………………….. 29
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 60
B. Saran………………………………………………………………… 60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 62
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 66
BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………….. 89
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
asma……………………………………………………………… ............ 33
asma………………………………………………………………………… 34
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Undang – undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 4 menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kesehatan, pasal 5 ayat 2 juga dinyatakan setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman bermutu dan terjangkau
(Presiden RI, 2009). Oleh karena itu, setiap tenaga kesehatan khususnya apoteker,
“berorientasi kepada produk atau obat” ke “berorientasi kepada pasien” yang mengacu
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (DepKes
RI, 2007).
penyempitan saluran napas yang bisa kembali secara spontan atau jika mengkonsumsi
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
obat yang tepat (DepKes RI, 2007). Menurut data studi Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia, asma menduduki urutan kelima dari
asma mengganggu kualitas hidup. Dari 3.207 kasus yang diteliti, dampak asma yang
berolahraga sebesar 52,7%, aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karir 37,9%, aktivitas
sosial 38%, cara hidup 37,1% dan pekerjaan rumah tangga 32,6%, absen dari sekolah
maupun pekerjaan dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa seperti gejala
batuk, termasuk gejala batuk dalam sebulan terakhir pada 44-51%, bahkan 28,3%
penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu (Sundaru,
2004). Hal ini membutuhkan pelayanan pengobatan asma yang rasional dan sesuai
mengenai pharmaceutical care untuk penyakit asma. Pada standar ini terdapat
penjelasan tentang beberapa hal yang seharusnya diterima oleh pasien asma saat
berkaitan dengan informasi frekuensi pemakaian obat, jalur atau rute pemberian obat,
timbulnya kekambuhan, cara pencegahan, dan apa saja yang harus dihindari pada saat
menjalani pengobatan. Diharapkan dengan adanya pedoman ini pasien lebih banyak
Pelayanan informasi yang jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana, dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional
oleh pasien. Penyerahan obat kepada pasien harus disertai dengan pemberian informasi
secara lisan dan tulisan. Informasi lisan sekurang-kurangnya terdiri dari: informasi
frekuensi, cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
efek samping obat, aktifitas, dan makanan serta minuman yang harus dihindari selama
terapi. Informasi tulisan dalam bentuk label/etiket meliputi nama, aturan pakai, cara
menjaga dan selalu mengikuti dosis serta saran atau anjuran dari tenaga kesehatan
dalam upaya menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Sikap patuh untuk
mengikuti suatu terapi yang diberikan akan akan muncul jika ada sebuah pemahaman
dan kejelasan tentang bagaimana obat itu digunakan (Genaro, 2000). Menurut
kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang yang patuh dalam menggunakan obat
(WHO, 2003).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Pelayanan informasi obat yang merupakan salah satu komponen penting dalam
pelayanan kefarmasian. Untuk para pasien penyakit asma yang biasanya adalah pasien-
pasien rawat jalan maka informasi tentang obat yang diberikan haruslah selengkap-
lengkapnya dan juga memenuhi harapan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
Hal ini penting untuk pasien asma yang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu
yang panjang sehingga kepatuhan dalam pengobatan menjadi prioritas. Para pasien
asma rawat jalan tidak berada dalam lingkungan yang terkendali seperti halnya
penderita rawat inap dan pasien harus bertanggung jawab terhadap kesehatannya
sendiri. Melihat hal-hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai profil pelayanan informasi obat yang diterima pasien dan kepatuhan pasien
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apa aktivitas pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma di
Kabupaten Sleman?
2. Keaslian Penelitian
kepatuhan pasien asma dalam pengobatan di Kabupaten Sleman ini belum pernah
a. Nugraha (2002) mengenai “Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada
Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Tahun 2006”
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli – Bali Tahun 2005”
Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
2004”
Istimewa Yogyakarta
adalah mengevaluasi resep yang diberikan kepada pasien dan permasalahan dalam
swamedikasi penyakit asma. Penelitian yang pernah dilakukan dengan tema pelayanan
informasi obat adalah tentang profil pelayanan informasi obat oleh apoteker dan
penyakit batuk. Karena itu bisa dikatakan penelitian tentang profil pelayanan informasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
obat yang diterima dan kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien di
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
informasi obat yang diterima dan kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien
di Kabupaten Sleman.
2. Tujuan Khusus
Kabupaten Sleman.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Asma
1. Definisi
dipicu oleh berbagai sebab. Peristiwa ini meneyebebkan gejala seperti napa tertahan,
mengi, batuk dan dada terasa sesak, masing-masing dari ringan sampai yang
mengancam kehidupan. Banyak elemen sel dan seluler yang berperan dalam asma,
termasuk sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epithelia (William
2005).
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
2. Etiologi
lingkungan yang ikut berperan di dalam menyebabkan terjadinya asma. Faktor pemicu
terjadinya asma, yaitu atopi (hipersensitivitas), zat alergen, misalnya asap, debu, bulu
olahraga, kelelahan dan stress, lingkungan cuaca dingin, infeksi bakteri dan virus pada
3. Patofisiologi
hiperesponsive bronchial (BHR). Perubahan yang lama dengan hipertropi otot polos
dan peningkatan sel goblet menyumbang menetapnya kerusakan saluran napas yang
dihubungkan dengan pengurangan diameter saluran napas yang merupakan hasil dari
inflamasi dimana ukuran diameter jalan napas menyempit secara kronis akibat edema
dan tidak stabil. Selama serangan pasien mengalami mengi dan kesulitan bernapas
kemotaxin). Inflamasi terjadi apabila timbul respons berlebihan pada saluran napas
diakibatkan oleh respon alergi, iritan, infeksi virus dan beban fisik. Hal tersebut juga
4. Faktor risiko
dan faktor lingkungan. Faktor pejamu tersebut yaitu predisposisi genetik asma, alergi,
dengan kecenderungan /predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma dan yang
untuk berkembang menjadi asma yaitu alergen di dalam maupun di luar ruangan,
seperti mite domestik, alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga,
sensitisasi (bahan) lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara di luar maupun di dalam
gejala asma menetap yaitu alergen di dalam maupun di luar ruangan, polusi udara di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
obatan, seperti asetil salisilat, ekspresi emosi yang berlebihan, asap rokok, iritan antara
untuk setiap induvidu. Tanda tersebut dapat meliputi bersin-bersin, perubahan suasana
hati, pilek, gatal-gatal pada tenggorakan, merasa capai, dan susah tidur. Gejala asma
memberikan suatu indikasi bahwa serangan asma sedang terjadi, gejala yang paling
umum penderita mengalami mengi, batuk-batuk, napas pendek dan dada terasa sesak
(Hadibroto, 2005).
6. Klasifikasi
keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi
1. Definisi
informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
2. Tujuan
3. Kegiatan
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
e. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
lainnya
b. Tempat
c. Tenaga
d. Perlengkapan
informasi terutama untuk masalah terkait dengan obat asma, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik juga merasa perlu untuk membuat buku saku Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Asma. Berikut adalah beberapa informasi yang dapat disampaikan
oleh apoteker untuk pasien penyakit asma yang berpedoman pada Pharmaceutical
3. Bagaimana mengenali serangan asma dan tingkat keparahannya; serta hal-hal yang
diperlukan
6. Pengobatan asma sangat individualis dan tergantung pada tingkat keparahan asma.
Secara garis besar pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
7. Ada bermacam-macam obat asma dengan indikasi dan cara pemberian yang
bervariatif. Pemberian obat asma dapat dilakukan secara oral, parenteral dan
digunakan, efek samping apa yang mungkin dialami oleh pasien serta cara
mencegah atau meminimalkan efek samping tersebut, Apabila ada keluhan pasien
10. Apakah obat-obat asma aman untuk diberikan kepada wanita hamil dan apakah
11. Bagaimana cara penyimpanan obat asma dan bagaimana cara mengetahui jumlah
12. Pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang dan kepatuhan dalam berobat
C. Kepatuhan Pasien
1. Definisi
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
Dalam upaya peningkatan kepatuhan pasien, salah satu faktor utama yang
mendukung kepatuhan pasien adalah Komunikasi (DepKes RI, 2007). Sehingga hal
yang harus diperhatikan yaitu edukasi dan mendapatkan persetujuan pasien untuk
tersebut dan manfaat yang dapat dirasakan pasien, tindak lanjut (follow-up) (DepKes
RI, 2007). Pada setiap kunjungan pasien, mengecek kembali apakah pasien sudah
gejala dan fungsi paru-paru untuk memastikan apakah kesehatan pasien, menetapkan
informasi yang tepat dan mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga tentang bagaiman
cara penggunaan obat asma, identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau yang
konkret, menanyakan kembali tentang rencana penanganan yang disetujui bersama dan
yang akan dilakukan, pada setiap kunjungan, keluarga pasien diajak untuk ikut bersama
kepercayaan, budaya dan status sosio ekonomi yang dapat berefek terhadap
kepatuhan pasien dalam pengobatan asma jangka panjang akan lebih baik apabila
D. Keterangan Empiris
pelayanan informasi obat dan kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien di
Kabupaten Sleman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
diterima dan kepatuhan pasien asma dalam pengobatan di Kabupaten Sleman ini
penelitian yang dilakukan untuk menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik
sehingga dapat lebih mudah untuk disimpulkan dan dipahami yang dilakukan untuk
lintang) karena akan menggambarkan suatu kejadian pada suatu fenomena atau situasi
B. Variabel Penelitian
17
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
C. Definisi Operasional
1. Profil pelayanan informasi obat yang diterima pasien adalah persepsi pasien atau
keluarga yang merawat pasien mengenai informasi obat yang diperoleh berkaitan
dengan cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Item -
kuesioner.
2. Kepatuhan pasien adalah perilaku pasien asma dalam mengikuti dan menaati
3. Pasien asma yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah orang yang menderita
penyakit asma.
terhadap responden yang ditemui di kampus III Universitas Sanata Dharma, apotek
Kimia Farma jalan Laksda Adi Sucipto, gereja Maria Asumpta Babarsari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
E. Subyek Penelitian
1. Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah pasien asma yang sudah didiagnosis
dokter mengalami asma yang pernah berkunjung ke apotek untuk membeli obat
maupun berobat.
2. Kriteria eksklusi subyek penelitian ini adalah pasien yang pertama kali mengalami
gejala asma dan belum didiagnosis dokter, karena pasien yang pertama kali
sampling yaitu mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan
sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan. Cara
petugas di apotek-apotek dan bila ada pasien asma datang berobat atau membeli obat
Sampel juga diambil dari masyarakat yang ada di sekitar peneliti, hal ini
apotek. Pada awalnya perekrutan responden hanya dilakukan oleh satu orang peneliti
dan berfokus pada responden yang pernah berobat di apotek, namun dikarenakan
peneliti lain yang satu proyek dengan peneliti tidak memperoleh pasien di rumah sakit,
masyarakat adalah dengan cara bertanya kepada orang di masyarakat yang dikenal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
peneliti apakah mengetahui adanya pasien asma kemudian peneliti menemui calon
responden dan menanyakan apakah benar calon responden tersebut mengidap asma,
bila benar maka calon resonden akan menjadi responden penelitian dan dimintai tolong
G. Instrumen Penelitian
diberikan kepada responden. Kuesoner ini adalah daftar tertulis pertanyaan dan sudah
pasien asma dan gambaran kepatuhan pasien dalam pengobatan pengambilan datanya
dipertimbangkan apakah harus dijawab dengan jawaban yang penjang lebar atau yang
singkat. Hanya perlu dijawab berdasarkan jawaban yang ada (Moleong, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
1. Studi Pendahuluan/orientasi
2. Pengurusan Perizinan
sendiri.
3. Pembuatan Kuesioner
Pharmaceutical Care asma (Depkes RI, 2007). Total pertanyaan dalam kuesioner
kepatuhan.
4. Pengujian Kuesioner
kesulitan dalam mengartikan pertanyaan dalam kuesioner. Uji pemahaman bahasa ini
berfungsi untuk mengetahui apakah bahasa penyusun dalam menulis pertanyaan dan
pernyataan dalam kuesioner sudah bisa dipahami oleh responden (Azwar, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Responden yang digunakan dalam uji ini sebanyak 6 orang. Keberhasilan dari uji
pemahaman bahasa ini dapat dilihat dari responden yang bisa menjawab atau mengisi
Prosedur validitas isi kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis
judgement. Professional judgement pada penelitian ini adalah seorang apoteker yang
dianggap memahami isi dari kuesioner. Pertanyaan dan pernyataan yang telah
pernyataan yang berkualitas untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian (Azwar,
2007).
kuesioner saat itu juga, tetapi ada juga responden yang menginginkan kuesioner dibawa
Data tentang kecukupan informasi obat yang diterima pasien asma dan
kepatuhan pasien dalam pengobatan dianalisis secara deskriptif berupa frekuensi dan
informasi obat yang diterima pasien di coding berdasarkan jawaban selalu = 1, kadang-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
menunjukkan kepatuhan pasien masing – masing item dirata - rata, sehingga diperoleh
J. Etika Penelitian
menolak untuk dijadikan subyek uji maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
menghormati hak – hak subyek. Pada penelitian ini, lembar persetujuan diberikan
sebelum pasien dijadikan sebagai responden. Jika pasien setuju maka pasien diminta
untuk mengisi kuesioner untuk diisi. Peneliti tidak mencantumkan nama responden
K. Keterbatasan Penelitian
peneliti, dimana responden yang paling dicari yaitu pasien yang datang ke apotek
untuk berobat jumlahnya sangat sedikit bahkan hampir tidak ada. Karena itu
mereka mengisi sendiri karena itu tidak bisa dilakukan cross check untuk
3. Informasi yang diberikan oleh responden dapat bias karena bersifat memorial.
4. Penarikan kesimpulan patuh dan tidak patuh dipengaruhi bias dari peneliti.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
informasi obat dan kepatuhan pasien dalam pengobatan di kabupaten Sleman dengan
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, bentuk promosi dan edukasi, konseling,
kegiatan monitoring dan evaluasi, serta pelayanan residensial (home care). Penelitian
ini meneliti secara khusus membahas mengenai pelayanan informasi obat karena
kegiatan ini merupakan salah satu kunci keberhasilan pengobatan pada pasien.
A. Karakteristik Responden
25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
2. Jenis Kelamin
Laki – laki 22 29
Perempuan 9 71
3. Tingkat Pendidikan
SMA 22 71
Diploma 1 3
Strata 1 8 26
4. Pekerjaan
Mahasiswa 19 61
PNS 2 7
Swasta 7 23
Honorer 1 3
Ibu Rumah Tangga 1 3
Pensiunan 1 3
5. Tingkat Pendapatan
Tidak mengisi 5 16
< Rp. 1.125.000/bulan 18 58
Antara Rp. 1.125.000- 5 16
2.000.000/bulan
> Rp. 2.000.000- 2 7
3.000.000/bulan
>Rp. 3.000.000/bulan 1 3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
1. Umur
diawali pada umur remaja dan mencapai puncak pada umur 30 tahun (Azwar, 2007).
Pada umur tersebut seseorang mampu berpikir hipotetik dan dapat menguji secara
responden berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 23%, responden berumur 20-30 tahun
sebanyak 55%, responden berumur 31-40 tahun sebanyak 6% dan responden berumur
Umur sebagian besar responden yaitu 20-30 tahun sebanyak 55%, dimana pada
intelegensi sehingga mampu berpikir kritis dalam menerima informasi yang diberikan
2. Jenis Kelamin
responden berjenis kelamin Perempuan sebanyak 71%. Dari data yang diperoleh
berjenis kelamin perempuan. Hal ini tidak bisa menjadi acuan bahwa penyakit asma
3. Tingkat Pendidikan
tingkat daya tangkap responden terhadap informasi, pengetahuan, sikap dan minat
tidak mutlak. Persentase responden lulusan SMA sebanyak 71%, responden lulusan
diploma sebanyak 3% dan responden lulusan strata 1sebanyak 26%. Responden dalam
4. Pekerjaan
hal ini adalah perilaku dalam kepatuhan pengobatan. Orang yang mempunyai
pekerjaan yang baik misalnya instansi pemerintah atau di bidang kesehatan akan
menpunyai perhatian yang lebih baik terhadap kondisi kesehatannya bila dibandingkan
dengan orang yang bekerja sebagai buruh maupun pekerajaan kasar lainnya. Hal ini
memiliki pekerjaan yang baik akan lebih mudah memilih pengobatan yang lebih baik,
61%, responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 7%, responden dengan pekerjaan
swasta sebanyak 23%, responden dengan pekerjaan honorer 3%, responden dengan
pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 3%, responden dengan pekerjaan pensiunan 3%.
mahasiswa/mahasiswi. Hal ini dapat menjadi acuan bahwa sebagian besar responden
5. Tingkat Pendapatan
masyarakat dengan pendapatan tinggi akan sangat mudah untuk mengakses semua
bahkan dengan menggunakan obat buatan sendiri ketimbang pergi ke apotek ataupun
rumah sakit. Hal ini malahan dapat membahayakan kesehatan karena tidak mendapat
bulanan.
Pelayanan informasi obat merupakan salah satu tugas kefarmasian sesuai yang
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional (Presiden RI, 2009). Pasien penyakit asma persisten
tentang obat yang dia gunakan. Berikut adalah gambaran Pelayanan Informasi Obat
Fungsi dari pemberian informasi ini yaitu agar pasien mengetahui darimana
asalnya pasien bisa mendapatkan penyakit asma, apa saja gejala-gejala yang dialami
jika terjadi serangan asma, dan faktor-faktor pencetus serangan asma. Ada tiga
Tabel III. Hasil penelitian informasi tentang mengenali sejarah penyakit , gejala-
gejala dan faktor-faktor pencetus asma
Pertanyaan di Hasil (%)
Kuesioner Selalu Kadang-kadang Tidak Pernah
Pertanyaan No 1 54,8 38,7 6,5
Pertanyaan No 2 67,7 22,6 9,7
Pertanyaan No 9 41,9 51,6 6,5
misalnya saja faktor keturunan. Dari hasil penelitian diperoleh pasien yang selalu
sebanyak 38,7%, yang tidak pernah menerima informasi sebanyak 6,5 %. Para ahli
asma mempercayai bahwa asma berhubungan erat dengan keturunan, yaitu bila salah
satu atau kedua orang tua memiliki asma, sang anak pun kemungkinan akan menderita
asma. Factor keturunan ini pun bukan dari orang tua sang anak secara langsung, tetapi
melalui kakek atau nenek yang menderita asma. Sang cucu pun kemungkinan akan
memiliki resiko penyakit asma (Graha, 2008). Ini menunjukkan pentingnya informasi
tentang sejarah asma diberikan agar nantinya pasien yang memiliki resiko asma tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
kaget bila nantinya mengalami asma dan dapat bersiap diri terlebih dahulu serta dapat
pencetus ini misalnya saja debu, serbuk sari bunga, asap rokok, udara dingin, olahraga
saat suhu dingin, obat (aspirin), virus influenza. . Dari hasil penelitian didapatkan hasil
pasien yang selalu menerima informasi ini sebanyak 67,7 %, yang kadang-kadang
sebanyak 22,6 % dan yang tidak pernah mendapatkan informasi sebanyak 9,7 %. Di
masyarakat banyak juga terjadi asma pada anak yang orang tuanya tidak mengidap
asma. Menurut penelitian 70 – 80% asma kambuh karena reaksi atas reaksi alergi yang
dimilikinya (Graha, 2008). Menurut penelitian Herdi (2011) sebanyak 62,5% pasien
asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa debu, berdasarkan
penelitian Purnomo (2008) didapatkan pasien asma yang memiliki faktor pencetus
berupa debu sebanyak 96,2%. Chiang, Wu, Wu, Yan, Perng (2005) melaporkan
sebanyak 75,2% pasien asma memiliki faktor pencetus berupa latihan fisik. Menurut
penelitian Purnomo (2008) didapatkan pasien asma yang memiliki faktor pencetus
berupa perubahan cuaca (pada saat musim hujan) sebanyak 61,5%. Berdasarkan data –
data yang ada dapat diketahui pentingnya informasi tentang faktor pencetus asma
diberikan agar pasien dapat menghindari faktor pencetus asma yang dapat
60.00% 56.61%
48.39%
50.00% 45.16%
40.00%
30.00%
22.50%
20.00% 16.13%
9.68%
10.00% 6.45%
0.00%
Debu Asap Udara Virus Serbuk Obat Olahraga
Rokok Dingin Influenza Sari
Informasi tentang faktor pencetus asma yang paling banyak diterima oleh
responden adalah debu sebesar 56,61 %. Hal ini sesuai dengan penelitian Herdi (2011)
sebanyak 62,5% pasien asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa
debu, berdasarkan penelitian Purnomo (2008) didapatkan pasien asma yang memiliki
yang mungkin terjadi misalnya, mengi pada saat menghirup nafas, dada terasa sesak
yang berulang, nafas tersengal-sengal, nafas tidak beraturan di siang hari. Dari hasil
penelitian diperoleh hasil pasien yang selalu menerima informasi ini sebanyak 41,9 %,
sebanyak 6,5 %. Begitu bahayanya gejala asma, gejala asma dapat mengantarkan
penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting sekali penyakit ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
(Sundaru, 2004), karena itu informasi ini penting diberikan kepada pasien agar pasien
60.00% 54.84%
48.38%
50.00%
41.94%
40.00%
30.00%
20.00%
6.45%
10.00%
0.00%
Dada terasa Mengi saat Nafas tersengal - Nafas tidak
sesak menarik nafas sengal beraturan
asma, gejala asma bersifat episodik, seringkali reversible dengan/ atau tanpa
pengobatan. Gejala awal berupa batuk pada malam/dini hari, sesak napas, napas
berbunyi yang terdengar pada saat pasien menghembuskan napasnya, rasa sesak didada
dan dahak sulit keluar (DepKes RI, 2007). Informasi mengenai gejala awal seperti dada
terasa sesak memperoleh frekuensi yang paling tinggi diterima (54,8 %) karena gejala
Informasi ini berguna agar pasien tahu pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk mengontrol asma pasien. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya
pasien yang tidak pernah menerima informasi sebanyak 12,9 %. Terdapat bukti
penelitian bahwa pasien asma yang melakukan pemeriksaan secara teratur akan
mengalami serangan asma yang lebih jarang dan dapat menikmati hidup dengan
kualitas yang lebih baik (Murphy, 2007), karena itu informasi tentang pemeriksaan
penunjang ini penting untuk diberikan kepada pasien agar pasien dapat mengontrol
32.26%
35.00%
30.00%
25.00% 19.35%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Pemeriksaan dengan Pemeriksaan
Spirometer gangguan jalan nafas
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung
kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-
3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai
Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter) adalah alat yang paling sederhana
untuk memeriksa gangguan sumbatan jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah
dibawa. Dengan PEF meter fungsi paru yang dapat diukur adalah arus puncak ekspirasi
(APE) (DepKes RI, 2007). Cara pemeriksaan APE dengan PEF meter adalah penuntun
meteran dikembalikan ke posisi angka 0. Pasien diminta untuk menghirup napas dalam,
kemudian diinstruksikan untuk menghembuskan napas dengan sangat keras dan cepat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
ke bagian mulut alat tersebut, sehingga penuntun meteran akan bergeser ke angka
tertentu. Angka tersebut adalah nilai APE yang dinyatakan dalam liter/menit.
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi. (DepKes RI,
2007).
fisik pasien seperti apakah tejadi keadaan napas menjadi lebih cepat dan dangkal dan
terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya
tidak lagi terdengar bunyi mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas) sehingga
pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan spirometri atau peak expiratory flow
merupakan serangan asma dan bagaimana tingkat keparahannya serta mengetahui hal-
hal yang dapat dilakukan jika terjadi serangan. Ada tiga pertanyaan yang diberikan
kepada pasien.
hasil penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 29
asma yang dialami. Contohnya, adanya gejala sesak nafas, batuk, mengeluarkan bunyi
saat menghembuskan nafas (mengi), dada terasa sesak saat bernafas yang muncul
setiap hari, aktivitas fisik terbatas sebagai pertanda asma yang dialami sudah cukup
berat. Dari hasil penelitian diperoleh, pasien yang selalu menerima informasi sebanyak
60.00% 54.84%
51.61%
50.00% 45.16%
40.00%
29.03%
30.00%
19.35%
20.00%
10.00%
0.00%
Sesak Batuk Mengi Dada Aktifitas
nafas terasa fisik
sesak terbatas
Serangan asma dapat menyebabkan sesak nafas dan nafas tidak beraturan
sehingga informasi seperti mencoba menarik napas dengan pelan, mencari obat yang
keparahan penyakit harus diberikan untuk mengetahui seberapa berat asma yang
dialami oleh penderita untuk menentukan penatalaksanaan terapi yang akan diberikan
oleh apoteker.
Pertanyaan ketiga tentang hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi serangan
asma, contohnya, jangan panik, mencoba bernafas dengan pelan, mencari obat untuk
digunakan, mencari pertolongan untuk segera dibawa ke dokter. Dari hasil penelitian
diperoleh, pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 45,2 %, pasien yang
48.39% 48.39%
50.00%
35.48%
40.00%
30.00% 19.35%
20.00%
10.00%
0.00%
Bernafas Mencari Jangan Segera ke
dengan obat untuk panik dokter
pelan digunakan
Serangan asma dapat menyebabkan sesak nafas dan nafas tidak beraturan
sehingga informasi seperti mencoba menarik napas dengan pelan, mencari obat yang
terjadinya serangan asma (Mangunegoro, 2004). Karena itu informasi terkait cara
penanganan awal ketika terjadi serangan asma mandiri (self care) merupakan hal yang
penting untuk disampaikan oleh apoteker kepada penderita asma sehingga pada saat
Menurut Sundaru (2004) Begitu bahayanya gejala asma, gejala asma dapat
penderitanya dan menurut Murphy (2007) Terdapat bukti penelitian bahwa pasien
asma yang melakukan pemeriksaan secara teratur akan mengalami serangan asma yang
lebih jarang dan dapat menikmati hidup dengan kualitas yang lebih baik, menunjukkan
bahwa ketiga informasi ini penting diberikan kepada pasien dapat melakukan
Tabel VI. Hasil penelitian informasi tentang upaya pencegahan serangan pada
pasien asma
Pertanyaan di Hasil (%)
Kuesioner Selalu Kadang-kadang Tidak Pernah
Pertanyaan No 5 32,3 41,9 12,9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
penyakit asma yang dideritanya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pasien yang
selalu menerima informasi tentang upaya pencegahan serangan pada pasien asma
berolahraga sebesar 52,7%, aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karir 37,9%, aktivitas
sosial 38%, cara hidup 37,1% dan pekerjaan rumah tangga 32,6% (Sundaru, 2004).
Absen dari sekolah maupun pekerjaan dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang
dewasa seperti gejala batuk, termasuk gejala batuk dalam sebulan terakhir pada 44-
51%, bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam
seminggu (Sundaru, 2004), karena itu informasi ini penting untuk diberikan agar pasien
dapat mencegah terjadinya serangan asma misalnya saja dengan menghindari factor
Tabel VII. Hasil penelitian informasi tentang hubungan asma dengan merokok
Pertanyaan di Hasil (%)
Kuesioner Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
Pertanyaan No 8 41,9 48,4 9,7
Informasi ini berguna agar pasien mengetahui bahwa zat-zat yang terkandung
pada rokok dapat menyebabkan terjadinya serangan asma. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima informasi tentang hubungan asma
%, tidak pernah menerima informasi sebanyak 9,7 %. Menurut Penelitian Chiang, Wu,
Wu, Yan, Perng (2005) di kota Taipei didapatkan sebanyak 52,7% pasien asma
memiliki faktor pencetus berupa asap rokok (polusi udara). Berdasarkan penelitian
Purnomo (2008) di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Kudus ditemukan sebanyak 88,5%
pasien asma memiliki faktor pencetus berupa asap rokok. Penelitian Hendri (2011)
52,0% pasien asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa asap rokok.
Rokok merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya asma, karena itu informasi ini
penting untuk diberikan agar pasien dapat menghindari faktor pencetus asmanya agar
Informasi ini berguna agar pasien mengatahui bahwa pengobatan asma antara
satu pasien dan pasien lainnya tidaklah sama. Ada dua pertanyaan yang diberikan.
simptomatik). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan
aliran udara (airflow limitation) ireversibel, mencegah kematian karena asma (DepKes
RI, 2007). Dilihat dari tujuan penatalaksanaan asma, maka informasi ini penting untuk
diberikan agar pasien mengatahui bahwa pengobatan asma bila terjadi serangan
mendadak dapat langsung meminum obat yang diberikan agar gejala yang timbul tidak
secara rutin untuk mencegah terjadinya serangan asma. Diperoleh, pasien yang selalu
asma yang diberikan oleh DepKes RI , maka agar kualitas hidup pasien membaik, dapat
melakukan kegiatan dengan normal selain itu bahwa pengobatan asma merupakan
pengobatan jangka panjang, maka informasi ini penting untuk diberikan agar pasien
yang bervariatif
Informasi ini berguna agar pasien mengetahui macam-macam nama obat yang
penggunaan obat) dan cara pemberian obat yang berbeda-beda untuk setiap jenisnya.
Ada tiga pertanyaan yang diberikan kepada pasien untuk mengetahui gambaran
dan kegunaannya, misalnya obat teofilin untuk mengobati gejala atau pencegahan asma
yang diderita pasien. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa pasien yang sealu menerima
Pertanyaan kedua tentang informasi cara atau rute pemberian obat asma,
contohnya melalui atau diminum dan melalui inhaler atau dihirup. Dari penelitian
diperoleh hasil bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 61,3 %,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
penggunaan obat dalam bentuk inhaler. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang
pernah sebanyak 16,1 %, tidak mengisi sebanyak 19,4 %. Pasien yang tidak mengisi
Pasien asma yang kemungkinan adalah orang – orang awam yang tidak
mengerti dalam hal obat – obatan, maka tugas apoteker lah untuk memberikan
informasi kepada pasien bagaimana kegunaan dari obat yang mereka terima, cara
pharmaceutical care dari DepKes RI salah satu peran apoteker dalam penetalaksanaan
asma adalah memberikan informasi serta edukasi dalam pengobatannya (DepKes RI,
2007). Maka dari itu informasi ini penting untuk diberikan kepada pasien asma.
mungkin dialami oleh pasien serta cara mencegah atau meminimalkan efek
samping tersebut
Informasi ini berguna agar pasien tahu kapan obat asma yang diberikan
digunakan, efek samping yang mungkin timbul saat penggunaan obat agar pasien tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
kaget bila terjadi efek samping dan bagaimana cara mencegah ataupun meminimalkan
efek samping tersebut dan apabila ada keluhan dalam penggunaan obat, pasien segera
diminum pada pagi hari atau malam hari dan berapa kali harus meminum obat dalam
sehari. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima informasi
Pertanyaan kedua tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi keluhan
setelah menggunakan obat asma. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu
sebanyak 25,8 %.
Pertanyaan ketiga tentang efek samping yang mungkin timbul dan bagaimana
cara untuk mencegah serta menguragi efek samping tersebut. Dari penelitian diperoleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
hasil bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 32,3 %, kadang-kadang
32,3 %, tidak pernah sebanyak 32,3 % dan tidak mengisi sebanyak 3,2 %. Kemungkina
pasien yang tidak mengisi ini dikarenakan pasien tidak pernah mengalami efek
informasi dan edukasi dalam penggunaan obat asma serta membantu pasien dalam
menyelesaikan masalah yang timbul dalam pengobatan asma, dalam hal ini adalah efek
samping obat yang mungkin terjadi (DepKes RI, 2007). Karena itu, informasi ini
Tabel XI. Hasil penelitian informasi tentang mengingatkan pasien untuk kumur-
kumur dengan air
Pertanyaan di Hasil (%)
Kuesioner Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Tidak mengisi
Pertanyaan No 22,6 22,6 38,7 16,1
18
menerima informasi agar mengingatkan pasien untuk kumur-kumur dengan air setelah
kadang 22,6 %, tidak pernah 38,7 %, dan tidak mengisi sebanyak 16,1 %. Pasien yang
tidak mengisi ini dikarenakan pasien tidak pernah menerima obat inhaler. Menurut
pharmaceutical care asma informasi ini berguna agar pasien kumur-kumur dengan air
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
serta absorpsi sistemik dari kortikosteroid (DepKes RI, 2007), hal ini dilakukan agar
pasien tidak mengalami masalah baru terkait dengan pengobatannya dan juga seusuai
dengan tujuan penatalaksanaan asma yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien. Maka
10. Informasi tentang obat-obat asma yang aman untuk diberikan kepada wanita
hamil dan apakah wanita dengan pengobatan asma dapat terus menyusui
bayinya
Informasi ini berguna untuk pasien yang sedang hamil agar mengetahui obat
kehamilannya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang sedang hamil sebanyak 1
serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol dapat menyebabkan hipoksemia ibu
sehingga berefek pada janin (Nelson and Piercy, 2001). Asma pada kehamilan
berdampak penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan persalinan. Dampak yang
terjadi dapat berupa kelahiran prematur, usia kehamilan muda, hipertensi pada
kehamilan (Liu et al, 2000, cit Subijanto, 2008). Maka dari itu, merupakan tugas
seorang apoteker untuk memberikan informasi kepada ibu hamil bahwa obat yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
terkontrol dan karena itu informasi ini penting untuk diberikan kepada pasien.
11. Informasi tentang bagaimana cara penyimpanan obat asma dan bagaimana
Informasi ini berguna agar pasien dapat menyimpan obat dengan benar
sehingga tidak terjadi kerusakan pada obat yang dapat menurunkan efektivitas obat dan
juga mengetahui cara untuk melihat jumlah obat yang tersisa dalam aeroso inhaler
sehingga pasien dapat melakukan pengisian ulang sebelum obat benar-benar habis
sehingga saat dibutuhkan saat terjadi serangan asma obat sealu tersedia pada inhaler.
Ada dua pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui hal-hal tengtang informasi
tersebut.
Tabel XII. Hasil penelitian informasi tentang bagaimana cara penyimpanan dan
cara mengetahui jumlah obat yang tersisa
Pertanyaan di Hasil (%)
Kuesioner Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Tidak Mengisi
Pertanyaan No 32,3 45,2 19,4 -
21
Pertanyaan No 12,9 38,7 35,5 12,9
22
sebanyak 45,2 %, tidak pernah 19,4 % dan juga ada pasien yang tidak mengisi sebanyak
3,2 %, kemungkinan pasien tidak ingat untuk mengisi atau tidak pernah menerima
salah satu tugas pelayanan apoteker adalah memberikan informasi tentang cara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
penyimpanan obat agar obat yang diberikan stabilitasnya tetap terjaga sehingga efek
farmakologis yang didapat benar – benar maksimal (DepKes RI, 2004), karena itu
Pertanyaan kedua tentang cara mengetahui sisa obat yang ada pada inhaler.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak
12,9 %, kadang-kadang 38,7 %, tidak pernah 35,5 %, dan tidak mengisi 12,9 %, hal ini
Pada pharmaceutical care asma, salah satu informasi yang dapat diberikan
kepada pasien adalah bagaimana cara mengetahui sisa obat yang ada pada inhaler untuk
pasien yang menggunakan obat dengan inhaler (DepKes RI, 2007). Hal ini
dimaksudkan agar pasien dapat mengetahui sisa obat yang ada pada inhaler sehingga
obat selalu tersedia pada inhaler dan apabila terjadi serangan asma pasien dapat
12. Informasi bahwa pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang dan
Informasi ini berguna agar pasien memiliki kesadaran untuk patuh dalam
panjang. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima infromasi
tentang bahwa pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang dan kepatuhan
%, tidak pernah 22,6 %. Menurut pharmaceutical care asma tujuan utama dari
agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan untuk itu asma pasien harus terkontrol maka dari itu kepatuhan pasien
dalam pengobatan sangat diharapkan (DepKes RI, 2007), inilah yang menyebabkan
pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang. Karena itu informasi ini penting
Dari keseluruhan data informasi obat yang diterima oleh pasien diperoleh
jumlah jawaban selalu sebanyak 32,1 %, kadang-kadang sebanyak 38,2 %, tidak pernah
sebanyak 18,6% dan tidak diisi 6,8 %. Masih ada pasien yang tidak menerima informasi
yang mereka perlukan dari apoteker yaitu sebanyak 18,6 %, menurut Sihombing (2007)
ada beberapa alasan apoteker tidak memberikan informasi kepada pasien yaitu, tidak
dianggap sudah tahu dari kemasan/brosur, pasien tidak aktif bertanya dan pasien
80.00%
71%
67.70%
70.00%
61.30%
60.00% 54.80% 54.80%
50.00% 45.20%
41.90%
41.90%
40.00% 35.50%
32.30% 32.30% 32.30%
32.30%
29% 29%29%
25.80%
30.00% 22.60% 22.60% 22.60%
20.00% 12.90%
10.00%
0.00%
diterima oleh pasien adalah aturan pemakaian obat sebanyak 71 % dan yang paling
rendah adalah informasi mengenai obat yang tersisa dalam inhaler sebanyak 12,9 %.
Bedasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan informasi obat yang
diterima pasien belum terlaksana dengan baik sesuai dengan standar yang berlaku,
karena masih banyak persentase pelayanan informasi obat yang diterima pasien masih
memberikan informasi kepada pasien yaitu, tidak sempat karena banyaknya pembeli,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
kemasan/brosur, pasien tidak aktif bertanya dan pasien tergesa-gesa dan tidak mau
dijelaskan. Pasien belum mengetahui hak – hak yang seharusnya mereka peroleh dari
yang diberikan.
diberikan. Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley,2007). Obat
yang diberikan harus digunakan sesuai aturan pakai karena bila tidak, maka dapat
menyebabkan gejala asma yang dialami akan semakin parah dan tidak membaik. Dari
penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menggunakan obat sesuai aturan pakai
serangan asma. Gangguan tidur penyakit asma paling banyak dialami saat malam hari,
hal ini dapat mengindikasikan bahwa pasien tidak patuh dalam pengobatannya atau
juga merupakan efek samping dari pengobatan (Harrison, 2000). Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa pasien yang selalu mengalami gangguan tidur sebanyak 16,1 %,
kadang-kadang sebanyak 45,2 %, tidak pernah sebanyak 38,7 %, yang berarti sebanyak
Pertanyaan ketiga mengenai adanya gejala asma yang dirasakan saat bangun
di pagi maupun siang hari. Gangguan tidur penyakit asma juga dapat terjadi pada pagi
maupun siang hari jika penyakit asmanya tidak terkontrol, hal ini dapat
mengindikasikan bahwa pasien tidak patuh dalam pengobatannya atau juga merupakan
efek samping dari pengobatan (Harrison, 2000). Dari hasil penelitian diperoleh pasien
pernah sebanyak 38,7 %, yang berarti sebanyak 38,7 % responden yang patuh terhadap
pengobatannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
dialami karena serangan asma. Menurut pharmaceutical care asma tujuan utama dari
agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan untuk itu asma pasien harus terkontrol maka dari itu kepatuhan pasien
dalam pengobatan sangat diharapkan (DepKes RI, 2007). Dari penelitian diperoleh
bahwa pasien yang menjawab selalu sebanyak 19,4 %, kadang-kadang sebanyak 25,8
%, tidak pernah sebanyak 54,8 %, yang berarti sebanyak 54,8 % responden yang patuh
terhadap pengobatannya.
Pertanyaan kelima tentang keluhan sesak nafas dan batuk yang dialami karena
asma. Menurut Chabra (2008) menyatakan bahwa pasien dengan derajat asma yang
semakin berat maka semakin rendah tingkat kontrol asma pada pasien tersebut. Apabila
penderita mengalami sesak nafas, dada terasa sesak, batuk dan aktivitasnya menurun
maka tingkat keparahan penyakitnya semakin berat. Dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa derajat asma yang berat merupakan faktor yang berhubungan dengan buruknya
kontrol pasien terhadap penyakit asma yang dideritanya. Disebutkan bahwa pasien
dengan tingkat kontrol yang buruk, derajat asma yang berat, biasanya mempunyai
asmanya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu mengalami keluhan
sebanyak 22,6 %, kadang-kadang 38,7 %, tidak pernah 38,7 %, yang berarti sebanyak
seperti tidak bisa tidur sama sekali dan sesak nafas secara mendadak. Sama seperti
pertanyaan kelima, pasien dengan tingkat kontrol yang buruk, derajat asma yang berat,
memperparah gejala asmanya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selau
dari pengobatan penyakit asma, sehingga penyakit asma yang diderita bisa terkontrol
(DepKes RI, 2007). Biasanya pasien baru melakukan kontrol apabila asma yang
pengobatan, hal ini dapat mengindikasikan pasien tidak patuh dalam pengobatannya.
Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu melakukannya 16,1 %, kadang-
kadang 29 %, tidak pernah 54,8 %, yang berarti sebanyak 54,8 % responden yang patuh
terhadap pengobatannya.
sakit atau apotek akibat kesalahan dalam menggunakan obat. Kesalahan penggunaan
obat dapat menjadi indikasi ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan. Dari penelitian
diperoleh bahwa pasien yang menjawab selalu sebanyak 6,5 %, kadang-kadang 9,7 %,
tidak pernah 80,6 %, tidak diisi 3,2 %, yang berarti sebanyak 80,6 % responden yang
saat pengobatan. Penambahan atau penggantian obat dapat disebabkan karena tidak
terkontrolnya asma yang diderita pasien, hal ini dapat menjadi indikasi tidak patuhnya
pasien dalam pengobatan. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang menjawab
selalu sebanyak 6,5 %, kadang-kadang 19,4 %, tidak pernah 71 %, tidak diisi 3,2 %,
biaya pengobatan, sikap apatis pasien, dan ketidakpercayaan pasien akan efektivitas
obat. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja disebabkan karena pasien lupa minum obat,
ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan, kesalahan dalam hal pembacaan etiket. Pada
Untuk melihat bagaimana kepatuhan pasien dapat dilihat dari berapa persen
pasien yang tidak pernah mengalami gejala asma dan berapa persen yang selalu minum
obat sesuai aturan pakai. Dari hasil penelitian diperoleh hasil kepatuhan pasien yaitu
59,86 %, bila dilihat dari penelitian Scaffer et al (2004) Promoting adherence: effects
asma adalah 80 %, bisa dikatakan jika pasien belum memenuhi minimal kepatuhan
menjalani pengobatannya, maka tidak dapat memastikan hal-hal apa saja yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
mempengaruhi kepatuhan pasien. Tetapi bila dilihat dari beberapa alasan apoteker
tidak memberikan informasi obat seperti menurut Sihombing (2007) beberapa alasan
apoteker tidak memberikan informasi kepada pasien yaitu, tidak sempat karena
banyaknya pembeli, kurangnya pengetahuan yang dimiliki, pasien dianggap sudah tahu
dari kemasan/brosur, pasien tidak aktif bertanya dan pasien tergesa-gesa dan tidak mau
dijelaskan, hal ini dapat menyebabkan salah paham dengan informasi yang diberikan.
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan padanya. Ley dan Spelman (1967) menemukan bahwa lebih dari 60% yang
diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang
diberikan pada mereka (Ester, 2000). Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh
penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yang harus diingat
menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh
dengan orang yang gagal (Ester, 2000). Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-
memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih
memusatkan perhatian pada dirinya sendiri (Ester, 2000). Ciri - ciri kepribadian yang
disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh (drop out)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
dari program pengobatan (Ester, 2000). Hal ini dapat menyebabkan tingkat kepatuhan
BAB V
A. Kesimpulan
1. Dari penelitian ini, pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma
80 %.
B. Saran
1. Apoteker perlu lebih aktif lagi menyampaikan informasi tentang obat asma kepada
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek penelitian apoteker untuk
3. Untuk penelitian selanjutnya perlu membatasi kapan terakhir subyek uji berobat
untuk menghindari terjadinya bias pada data dan menggunakan responden yang
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S., 2007, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Chabra SK., 2008, Assessment of Control in Asthma: The New Focus in Management,
The Indian Journal of Chest Diseases & Allied Sciences, pp. 50: 109-15.
DepKes RI, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma, Departeman Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Ester, Monica, 2000, Psikologi Kesehatan, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Gay, L.R. dan Diehl, P.L., 1992 , Research Methods for Business and Management,
MacMillan Publishing Company, New York
Genaro, A.R., 2000. Remington (ed) The Science and Practice of Pharmacy 20th
edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins Co Walter Kluwers Company
Graha, 2008, Terapi untuk Anak Asma, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Harrison, 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 1, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Herdi, 2011, Gambaran Faktor Pencetus Serangan Asma Pada Pasien Asma Di
Poliklinik Paru Dan Bangsal Paru Rsu Dr. Soedarso Pontianak, Skripsi,
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak
Kelly, H.W.,Sorkness,A.C., 2005, Asthma : in Dipiro, Joseph, T.D., Robert L., Gary
R.M., Barbara, G.W.,L., Michael, P.,(Ed), Pharmacotherapy a
pathophysiologic Approach, Book One, Appleton and Lange, Stamford
Connecticut, pp. 503
Mangunnegoro, H., Widjaja, A., Sutoyo, D.K., Yunus, F., Pradjnaparamita, Suryanto,
E., et al, 2004, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia,
edisi I, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 97-102.
Nugraha, 2002, Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Pediatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Rachmanti, I.D., 2000, Pola Pemilihan dan Penggunaan Produk Obat Batuk pada
Kalangan Pegawai Negeri di Sejumlah Kantor Kecamatan Kabupaten Klaten,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sastrawan, I.G.P., Suryana, K., dan Ngurah Rai I.B., 2008, Prevalensi Asma
Bronkial Atopi pada Pelajar di Desa Tenganan, Jurnal Penyakit Dalam
Volume 9, Nomor 1, Januari 2008
Scaffer, S.D., et al, 2004, Promotion Adherence : Effect of The Theory Based Atshma
Corelation, Clinical Nursing Research, pp. 69
Sihombing, R., 2007, Gambaran Pelayanan Obat oleh Apoteker kepada Pengunjung di
25 Apotek di Kota Yogyakarta periode Juli – September 2004, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Siregar, Charles J.P., 2003, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 165-168
Subijanto, A.,A, 2008, Keanekaragaman genetik HLA-DR dan variasi kerentanan terhadap
penyakit asma; tinjauan khusus pada asma dalam Kehamilan, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Wibowo, 2003, Kajian Profil Peresepan Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli – Bali Tahun 2005, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Widi, R.K., 2009, Asas Metodelogi Penelitian, Surabaya, Graha Ilmu, pp. 205–215
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
Informasi Obat 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
INformasi Obat 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
INformasi Obat 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 21
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Informasi Obat 22
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
BIOGRAFI PENULIS