Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

SKABIES

Disusun oleh:
Fawzia Devi Fitriani
1102013110

Pembimbing:
dr. Shinta Maulinda, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG
PERIODE 02 JULI 2018 – 04 AGUSTUS 2018
PENDAHULUAN

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi pada
lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.
Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau
penderita yang bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung
misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Diagnosis ditegakkan jika
ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :

1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada
malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian
tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-
abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul dan vesikel.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan
stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar umbilikus,
genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak
tangan dan telapak kaki.

Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan
masyarakat padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.

LAPORAN KASUS

2
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 14 Tahun
Alamat : Desa Cintamekar, Kec Serang Panjang
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Tanggal pemeriksaan : 02 Juli 2018

II. ANAMNESA

Autoanamnesa pasien pada tanggal 02 Juli 2018

Keluhan Utama: Bruntus – bruntus merah kehitaman pada sela jari tangan, punggung
tangan, kaki dan perut disertai rasa gatal.

Riwayat Penyakit Sekarang

An.H ditemani oleh ibunya datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Subang
pada tanggal 02 Juli 2018 dengan keluhan bruntus – bruntus berwarna merah kehitaman pada
sela jari tangan, punggung tangan, kedua kaki dan perut yang disertai rasa gatal. Keluhan ini
dirasakan sejak 3 bulan sebelum pasien berobat ke poli, awalnya bruntus kemerahan sebesar
ujung jarum pentul dirasakan muncul pertama kali pada sela jari tangan kemudian semakin
banyak dan menyebar ke punggung tangan, kaki dan perut.

Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan menyebabkan
pasien sering terbangun hampir setiap malam. Pasien tinggal di pesantren, dan berbagi kamar
dengan 25 orang teman-temannya yang juga mengalami keluhan yang sama. Saat liburan
lebaran pasien pulang ke rumah dan setiap malam tidur bersama ibu serta ayahnya yang saat
ini juga mengeluhkan keluhan serupa. Sebelumnya pasien belum pernah berobat ke dokter
untuk mengobati keluhannya.

Pasien mengaku tidak di gigit serangga, tidak mengalami bersin-bersin pada pagi hari,
tidak sering mengalami mata gatal, tidak memiliki asma, dan menjaga kebersihan pribadi

3
dengan baik dengan cara mandi 2 x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2 x dalam sehari
termasuk pakaian dalam dan menggunakan handuk sendiri.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu dan Ayah pasien mengalami keluhan yang sama.

Riwayat asma, alergi makanan, obat-obatan dan debu disangkal.

III. STATUS GENERALIS


Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
 Tekanan darah : 120/80
 Nadi : 80 x/menit, regular
 Suhu : 36,5oC
 Pernafasan : 20x/menit
Berat badan : 53 kg
Kesan gizi : Gizi baik
Kepala : Rambut hitam, tidak ada kelainan kulit kepala
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, alis
mata hitam.

Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit

Hidung : Normal, deviasi (-), 4acula (-)

Mulut : Bibir tidak pucat

Thorax

 Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris


 Palpasi : Tidak dilakukan
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi
o Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
o Jantung: Bunyi jantung I-II 4acula4, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : Datar, tidak terdapat kelainan kulit
 Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Tidak dilakukan

4
Genitalia : Tidak diperiksa

Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis


Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi : Regional
Lokasi : interdigitalis bilateral, dorsum manus bilateral, ekstremitas
bawah, abdomen
Sifat lesi : multiple, diskret, sebagian milier sebagian lentikuler, batas tegas,
kering
Efloresensi : primer : papul, makula hiperpigmentasi, makula eritema
: sekunder : erosi

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Tidak dilakukan.
 Usulan pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. Satu tetes minyak mineral
diletakkan pada pisau skapel steril, kemudian dilakukan pengerokan
pada 5-6 lesi yang dicurigai, hasil kerokan dan minyak diletakkan pada
gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup, selanjutnya di periksa di
bawah mikroskop.
2. Pemeriksaan burrow ink test. Dengan mengoleskan tinta ke permukaan
kulit yang terdapat lesi, tinta akan terabsorpsi dan kemudian akan terliat
terowongan atau kanalikuli.

VI. RESUME

An.H ditemani oleh ibunya datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Subang
pada tanggal 02 Juli 2018 dengan keluhan bruntus – bruntus merah kehitaman pada sela
jari tangan, punggung tangan, kaki dan perut yang disertai gatal. Keluhan ini dirasakan
sejak 3 bulan sebelum pasien berobat ke poli, awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung
jarum pentul dirasakan berawal dari sela jari tangan kemudian semakin banyak dan
menyebar ke punggung tangan, kaki, dan perut. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat

5
terutama pada malam hari. Pasien tinggal di pesantren, dan teman-temannya juga
mengalami keluhan yang sama, serta orang tua pasien mengalami keluhan serupa.

Pasien mengatakan tidak digigit oleh serangga, tidak mengalami bersin-bersin pada
pagi hari, tidak sering mengalami mata gatal, tidak memiliki asma, dan menjaga
kebersihan pribadi dengan baik.

Berdasarkan status dermatologikus, distribusi regional, at regio interdigitalis


bilateral, dorsum manus, ekstremitas bawah, dan abdomen. Sifat lesi multiple, diskret,
ukuran sebagian milier sebagian lentikuler, batas tegas, kering. Efloresensi primer
terdapat papul, makula hiperpigmentasi, makula eritema dan sekunder terdapat erosi.
VII. DIAGNOSIS BANDING
 Skabies
 Insect bite
 Dermatitis atopik
 Pedikulosis korporis
VIII. DIAGNOSIS KERJA
 Skabies

IX. RENCANA PENATALAKSANAAN


 Umum
Edukasi :
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit pasien.
b. Menjaga kebersihan badan pasien dan keluarga
c. Seluruh pakaian dirumah dicuci dengan menggunakan air panas
d. Kasur, bantal, sprei, karpet dan benda-benda lain yang tidak bisa di cuci dapat
dijemur.
e. Rutin melakukan pengobatan

 Khusus
Terapi topikal
- Permetrin 5% krim 30 gram 1x saat malam.
Terapi sistemik
- Cetirizine 1x5mg/hari

X. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad functionam : ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam

XI. FOTO KASUS

6
7
PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemerksaan yang


dilakukan. Dari anamnesis didapatkan bruntus – bruntus merah kehitaman yang gatal timbul
pada sela kedua tangan, punggung tangan, kaki, perut. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat
terutama pada malam hari. Pasien tinggal di pesantren dan satu kamar dengan 25 orang
temannya dan di rumah dengan orang tuanya yang mengalami keluhan yang sama. Pasien
dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada
bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis
dapat ditegakkan. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :

5. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada
malam hari
6. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian
tetangga yang berdekatan
7. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-
abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul dan vesikel.
8. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya orang di sekitar
pasien yang mengalami keluhan yang sama.

Pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada regio interdigitallis manus


bilateral, dorsum manus, ekstremitas bawah dan abdomen.. Lesi multiple, diskret, sebagian
milier, sebagian lentikuler, batas tegas, kering. Efloresensi papul, makula hiperpigmentasi,
makula eritema dan erosi. Pada pasien ini sesuai dengan tempat predileksi skabies.

Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu insect bite karena keluhan yang
dirasakan serupa yaitu bruntus kemerahan disertai rasa gatal, namun dapat disingkirkan
karena pada insect bite rasa gatal timbul seketika setelah gigitan terjadi, rasa gatal tidak
spesifik dirasakan pada mala hari, dan pada pasien ini tidak didapatkan riwayat digigit
serangga, yang di dapatkan dari hasil anamnesis.

8
Dapat didiagnosis banding dengan dermatitis atopik karena tempat predileksinya mirip
yaitu pada DA fase remaja tempat predileksi mengenai kedua telapak tangan, jari-jari,
pergelangan tangan. Namun dapat disingkirkan karena pada DA tidak akan ditemukan
kanalikuli, dan pada anamnesa tidak didapatkan adanya anggota keluarga yang mengalami
keluhan yang sama.

Sedangkan pada pedikulosis korporis kelainan kulitnya berupa papul milier disertai
bekas garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien dan disebabkan oleh higiene yang buruk
karena jarang mandi dan jarang mengganti atau mencuci pakaian, namun pada pasien ini
dapat disingkirkan dari anamnesis.

Penatalaksanaan pada kasus scabies dapat dilakukan baik dengan non- medikamentosa
dan medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa yaitu dengan memberikan eduksai
seperti Rajin melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus diobati, menjaga kebersihan
pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan menggunakan air hangat, kasur,
bantal, dan benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur, kontrol seminggu lagi
untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit .

Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat
secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 % krim dioleskan
ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu. Pada teori yang
telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik diberikan pada anak-anak berupa
permetrin 5 % mengingat efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah .
Serta penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan midah di apotek. Dan obat
sistemik yang diberikan certirizine 5mg yang diminum 1 kali sehari.

Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati dengan
benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya.
Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan
yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka
Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host
definitive dari Sarcoptes scabiei.

Anda mungkin juga menyukai