Anda di halaman 1dari 7

Tegangan Permukaan dan Viskositas

Tegangan permukaan merupakan perbandingan antara gaya yang bekerja


sepanjang permukaan fluida dengan panjang permukaan fluida atau besar kerja
yang dilakukan untuk memperluas permukaan sebesar satu satuan luas. Fenomena
tegangan permukaan dapat dilihat pada kasus berikut ini. Sebuah cincin dimana
didalamnya ada benang membentuk kalung. Cimcin dicelupkan dalam air sabun
sehingga luasan permukaan didalam cincin dan benang terbentuk sebuah selaput
tipis. Jika selaput tipis dalam benang dipecahkan (ditusuk) maka benang
membentuk sebuah lingkaran akibat gaya-gaya radial yang membuat permukaan
tegang.
Peralatan disamping dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan. Untuk
kondisi diam/setimbang, berat total dari kawat dan beban sama dengan gaya
yang membentuk tegangan permukaan sehingga rumus tegangan permukaannya :

Selama selaput tipis bersuhu tetap maka besar tegangan permukaan juga tetap.
Semakin tinggi suhu selaput maka tegangan permukaan semakin kecil.
Jika diperhatikan dalam system berupa bejana terisi fluida akan terbentuk
tiga batas permukaan, antara lain : Fluida dengan dinding bejana (padat-cair),
fluida dengan udara (cair-gas), dan dinding bejana dengan udara (padat-gas).
Batas-batas permukaan tersebut akan membentuk selaput tipis dengan ketebalan
tertentu dan masing-masing memiliki ketebalan permukaan. Variasi ketiga harga
tegangan permukaan menyebabkan suatu jenis fluida tertentu dikatakan membasahi
dinding atau sebaliknya. Untuk pembahasan fenomena ini, kemudian
diperkenalkan suatu besaran fisika yang disebut kontak, yang didefinisikan sebagai
sudut yang dibentuk oleh selaput tipis padat-cair dengan selaput tipis cait-gas.
Gambar dibawah ini diperoleh dari bejana berbahan paraffin (lilin) berisi air
biasa. Jika gaya Tarik menarik antara dinding bejana dengan selaput tipis (gaya
adhesi) per satuan panjang selaput tipis dinyatakan dengan A, atas keadaan system
yang setimbang maka kita dapat menerapkan hukum I Newton, yaitu resultan
gaya dalam komponen x sama dengan nol dan resultan gaya dalam komponen
y juga sama dengan nol atau dapat ditulis dalam bentuk :
Σ𝐹𝑋 = 0 atau –A+ 𝛾𝐶𝐺 Sin(180° - 𝜃) = 0
Σ𝐹𝑦 = 0 atau 𝛾𝑃𝐺 + 𝛾𝐶𝐺 Cos(180° - 𝜃) 𝛾𝑃𝐶 = 0
Berdasarkan persamaan diatas, selanjutnya kita dapat menghitung besar gaya
adhesi dan sudut kontak, asalkan setiap tegangan permukaan untuk ketiga selaput
tipis diketahui. Sudut kontak antara suatu jenis fluida dengan dinding bahan
tertentu dapat diperbesar atau diperkecil dengan cara menambahkan zat pengotor
atau zat pencemar berupa bahan-bahan kimia. Misalkan zat pembasah detergen
dapat merubah dari sudut kontak diatas 90° menjadi dibawah 90°.
Dominasi diantara ketiga jenis tegangan permukaan tersebut dimiliki oleh
tegangan permukaan cair-gas. Dampak dari jenis tegangan permukaan ini dapat
dilihat pada fluida-fluida yang menempati suatu bejana berbentuk pipa kapiler,
yaitu permukaan fluida dapat bergerak naik atau turun sampai kedudukan tertentu
sampai terjadi keadaan setimbang. Ketinggian atau kedalaman permukaan fluida
dalam pipa kapiler dapat dirumuskan sebagai berikut.
Pertimbangkan pipa kapiler dengan jejari r berisi suatu fluida dan fluida dalam
kondisi membasahi dinding, sehingga sudut kontak lebih kecil dari 90°. Tinjauan
pada elemen lapisan tipis yang terbentuk antara fluida dan gas memperlihatkan
bahwa pada lapisan tersebut bekerja dua gaya, yaitu gaya total ke atas bersumber
dari tegangan permukaan cair-gas dan gaya ke bawah dengan berat elemen
selaput tipis. Untuk keadaan setimbang berlaku bahwa kedua gaya tersebut
seimbang, sehingga ketinggian permukaan fluida dalam pipa kapiler dapat
dituliskan persamaan berbentuk :

Tingkat kekentalan suatu fluida dapat dipahami dengan mempertimbangkan


suatu fluida berada di antara dua dinding, di mana salah satu dinding bergerak
relative terhadap dinding lainnya. Dalam system ada dua gaya sama besar namun
berlawanan arah, berupa satu gaya menggerakkan dinding dan gaya kedua
mempertahankan kedudukan dinding lainnya. Partikel-partikel fluida yang
menempel bergerak akan bergerak dengan kecepatan dinding, namun partikel-
partikel fluida yang menempel dengan dinding diam akan memiliki kecepatan
nol. Partikel-partikel fluida yang berada diantara kedua dinding akan memiliki
kecepatan gerak bervariasi dari tertinggi sampai nol. Ini terjadi karena ada factor
tingkat kekentalan (viskositas) fluida sehingga antar lapisan fluida/partikel ada
gaya gesekan, partikel yang cepat digesek oleh partikel yang lebih lambat. Jika
gaya-gaya yang bekerja pada kedua dinding adalah F dan luas kedua permukaan
A maka tegangan geser yang bekerja pada fluida ditulis
𝐹
𝜎=
𝐴
Observasi terhadap elemen volume tertentu dalam selang waktu tertentu
menunjukkan bahwa laju perubahan regangan yang dialami dapat dirumuskan
sebagai berikut :
𝑑𝜀 𝑣
=𝐿
𝑑𝑡

Dimana v adalah kecepatan tangensial dari dinding bergerak dan L adalah ukuran
transversal dari fluida yang mengalir. Perbandingan antara tegangan geser dengan
laju perubahan regangan disebut dengan viskositas fluida bersangkutan dan
diberikan symbol Ƞ.
𝐹𝐿
Ƞ=𝑣𝐴

Dalam system satuan CGS, viskositas suatu fluida dinyatakan sebagai poise
atau dyne.sekon.𝑐𝑚−2. Khusus untuk viskositas minyak pelumas dinyatakan
dengan skala sembarang yang ditetapkan oleh Society of Automotive Engineers
(SAE). Secara umum viskositas fluida turun dengan meningkatnya suhu,
namun untuk gas berbeda. Misalnya pelumas pada suhu 130℉ dengan SAE
10, SAE 20, dan SAE 30, masing-masing memiliki viskositas antara 160-230
cp, 230-300 cp dan 360-430 cp.
Secara factual, profil garis arus untuk aliran fluida dalam pipa
dibedakan dalam tiga kategori, antara lain :
1. Profil aliran datar. Partikel-partikel yang berada dalam sayatan
penampang melintang pipa memiliki kecepatan sama.
2. Profil aliran laminar. Partikel-partikel fluida yang menempel dengan
dinding dalam keadaan diam, namun semakin mendekati sumbu tengan
pipa, partikel melaju semakin cepat. Kecepatan terbesar dimiliki oleh
partikel yang berada pada sumbu tengah pipa.
3. Profil aliran turbulen. Profil jenis ini dimiliki oleh partikel-partikel
fluida yang memiliki kecepatan diluar kategori profil aliran laminar.
Dalam aliran jenis ini terdapat pusaran-pusaran, vortex dan hambatan
total aliran melebihi aliran laminar.
Suatu jenis aliran termasuk kategori aliran laminar atau turbulen, dapat ditentukan
dari nilai bilangan Reynold dari fluida bersangkutan.
𝜌𝑣𝐷
𝑅ɴ =
Ƞ
Dimana 𝑅ɴ adalah bilangan Reynold, 𝜌 adalah massa jenis fluida , v adalah laju
aliran fluida, D adalah diameter pipa dan Ƞ adalah viskositas fluida. Tiga kategori
aliran berdasarkan pengelompokkan bilangan Reynold adalah umtuk nilai 0 ≤
𝑅ɴ ≤ 2000 termasuk kategori aliran laminar, untuk 2000≤ 𝑅ɴ ≤ 3000 termasuk
daerah transisi dari perubahan laminar ke turbulen dan untuk 3000≤ 𝑅ɴ termasuk
aliran turbulen.
Bentuk persamaan Bernoulli untuk aliran fluida kental mirip dengan aliran
fluida tak kental, dimana perbedaannya ada pada pengaruh gesekan yang timbul
akibat aliran.
𝐿𝑣 2
P₁=𝜌𝑔ℎ₁+1⁄2 𝜌𝑣₁2 = P₂+ 𝜌𝑔ℎ₂ +1⁄2 𝜌𝑣₂2 + f 𝐷 2𝑔

Dimana f merupakan factor gesekan yang tergantung pada harga bilangan Reynold
64
(𝑅ɴ) v adalah kecepatan rerata (v₁+v₂)/2, L adalah panjang pipa dan D adalah
diameter pipa. Fluida mengalir dari titik referensi 1 ke titik referensi 2.
Gerak benda padat dalam fluida juga berhubungan dengan tingkat
kekentalan jenis fluida bersangkutan. Fluida yang sangat kental akan
memperlambat laju gerak benda, unruk gerak bola pejal dalam fluida kental
mengalami gaya gesekan sebesar :
F=6𝜋. Ƞ. 𝑟. 𝑣
Dimana Ƞ adalah viskositas fluida, r adalah jari-jari bola, v adalah laju relatif
bola terhadap fluida.
Contoh Soal :
Dengan kecepatan berapa sebuah bola baja yang radiusnya 1 mm jatuh ke dalam
sebuah tangki yang berisi gliserin pada saat percepatannya ¼ dari percepatan
gerak jatuh bebas? Berapakah kecepatan akhir bola itu? Rapat massa baja 8,5
g/𝑐𝑚3 dan gliserin 1,32 g/𝑐𝑚3 .
Penyelesaian :
Pada keadaan awal, bola diam lalu bola bergerak dipercepat sampai batas
kecepatan tertentu, bola akan bergerak dengan kecepatan tetap. Percepatan nol
terjadi ketika resultan gaya yang bekerja pada bola adalah nol, yaitu gaya berat
bola adalah sama dengan gaya apung ditambah gaya gesekan oleh kekentalan
gliserin. Untuk gaya dipercepat dimana kecepatan benda berubah dari nol sampai
harga tertentu, dan percepatan bola sama dengan nol maka pada keadaan ini
dapat diterapkan Hukum I Newton dan menghasilkan
w-𝐹𝐴 – F = 0
2 𝑅2
𝑣𝑇 = 9 (𝜌𝐵 - 𝜌𝐺 )
Ƞ

Untuk gliserin, pada suhu 20℃ mempunyai viskositas 0,83 𝑁𝑠𝑚−2 . Nilai
percepatan gravitasi, g yang digunakan adalah 9.8 𝑚/𝑠 2 . Satuan-satuan dari jari-
jari bola dan massa jenis dari bola baja dan gliserin diubah ke SI.
Substitusi besaran-besaran yang ada dapat untuk menentukan kecepatan akhir
(percepatan nol) sebesar 1,9× 10−2 m/s. Sedang kecepatan bola pada saat
percepatan sama dengan 0,25 percepatan gravitasi diperoleh sebagai berikut :
2 𝑔𝑅 2 3
m.a-m.g=4⁄3 𝜋𝜌𝐺 𝑅 3 g=6𝜋Ƞ𝑅. 𝑣 atau v = 9 (𝜌𝐺 - 4 𝜌𝐵 ) = -0,0133 m/s.
Ƞ

Tanda negatif berarti bola baja dalam gliserin tidak mungkin memiliki percepatan
sampai 25% dari percepatan gravitasi.
Contoh soal 2 :
Tangki paling kiri memiliki penampang lintang sangat besar dan terbuka ke atas
dan berisi zat cair dengan tinggi 40 cm. Penampang lintang pipa horizontal yang
keluar dari tangki besar itu 1 𝑐𝑚2 (ab) dan 0,5 𝑐𝑚2 untuk (cd) dan 0,2 𝑐𝑚2
untuk pipa e.
Jika zat cair itu diasumsikan encer, berapakah :
a. Debit air yang keluar melalui pipa pada setiap penampang melintang
tersebut dan
b. Tinggi zat cair pada setiap pipa
Jika zat cair memiliki viskositas 0,5 poise, rapat massa 0,8 gr/𝑐𝑚3 dan tinggi
permukaan dalam tangki yang besar sedemikian rupa, sehingga kecepatan arus
volume sama seperti dalam pertanyaan (a) diatas dan jarak antara pipa di c dan
pipa di d adalah 20 cm, berapakah :
a. Perbedaan tinggi zat cair antara kolom pipa c dan pipa d
b. Kecepatan aliran pada sumbu pipa-pipa yang berdiameter besar, sedang,
dan kecil
Penyelesaian :
Untuk asumsi fluida encer maka kecepatan arus air dilubang keluar tangki dapat
dihitung dengan menerapkan langsung Teorema Toricelli dan diperoleh hasil
sebagai berikut :
v = √2𝑔ℎ = 2,8 m/s
Debit air yang keluar melalui setiap penampang melintang pipa adalah sama
besar, yaitu hasil kali kecepatan dan teorema Toricell dikalikan dengan luas
penampang pipa tempat air keluar. Hasilnya adalah :
Q = Av = 0,2× 10−4 × 2,8 = 5,6× 10−5 𝑚3 /s
Oleh karena pipa ab berhubungan dengan penampang pipa besar maka kecepatan
aliran dianggap nol. Sedang kecepatan arus air di pipa cd dapat dihitung dengan
menerapkan persamaan kontinuitas. Untuk di pipa e, laju aliran sama dengan laju
aliran yang diperoleh dari teorema Toricelli.
𝑄
𝑣𝑐𝑑 = 𝐴 = 1,12 m/s

Akibat adanya perbedaan laju aliran untuk penampang berbeda maka tinggi
permukaan air di setiap pipa berbeda. Pada saat ketinggian air di pipa terbesar
40 cm, maka tinggi permukaan air di pipa ujung kanan nol dan pipa cd dapat
dihitung sebagai berikut :
𝜌𝑔𝑦𝑎𝑏 = 𝜌𝑔𝑦𝑐𝑑 + ½𝜌𝑣𝑐𝑑 2 = ½𝜌𝑣𝑒 2
𝑦𝑐𝑑 = 33,73 cm
Jika viskositas fluida dipertimbangkan maka dalam alira fluida ini berlaku
persamaan Bernoulli berbentuk :
𝐿 𝑣2
𝑃1 + 𝜌𝑔ℎ1 + ½𝜌𝑣1 2 = 𝑃2 + 𝜌𝑔ℎ2 + ½𝜌𝑣2 2 + f 𝐷 2𝑔

Oleh karena pipa-pipa semua terbuka maka pengaruh tekanan dapat diabaikan,
sehingga bentuk persamaan Bernoulli untuk tiga titik referensi (ab, cd dan e)
menjadi :
𝐿 𝑣𝑐𝑑 2 𝐿 𝑣𝑒 2
𝜌𝑔ℎ𝑎𝑏 = 𝜌𝑔ℎ𝑐𝑑 + ½𝜌𝑣𝑐𝑑 2 + f 𝐷𝑐𝑑 = ½𝜌𝑣𝑒 2 + 𝐷𝑒
𝑐𝑑 2𝑔 𝑒 2𝑔

Anda mungkin juga menyukai