Anda di halaman 1dari 3

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa anak-anak merupakan masa yang rentan terhadap serangan penyakit.
Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat terhadap serangan
penyakit. Penyakit yang sering terjadi pada anak salah satunya adalah penyakit
neurologis yaitu encephalitis. Encephalitis adalah infeksi jaringan otak yang mengenai
CNS yang disebabkan oleh virus / mikroorganisme lain yang non purulent (Amin
Huda, 2015). Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan
oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus.
Di Indonesia, Ensefalitis merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan
urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria. Ensefalitis merupakan penyakit menular pada
semua umur dengan proporsi 3,2%. Sedangkan proporsi Ensefalitis merupakan
penyebab kematian bayi pada umur 29 hari-11 bulan dengan urutan ketiga yaitu (9,3%)
setelah diare (31,4%) dan pneumoni (23,8%). Proporsi Ensefalitis penyebab kematian
pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans
Entero Colitis (NEC) yaitu (10,7%) (Djoerban, 2007). Sedangkan data yang diperoleh
penulis selama menjalankan praktek profesi stase anak di ruang Bona 2 RSUD
Dr.Soetomo selama 2 minggu didapatkan 6 dari 18 pasien. Sisanya pasien menderita
sindrom nefrotik, leukemia, anemia gravis, GGK, hipotiroid dan lain-lain. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah SLE merupakan masalah yang banyak dijumpai di ruang
Bona 2 RSUD Dr.Soetomo. Untuk itu memerlukan penanganan yang efektif dan tepat
agar tidak terjadi komplikasi lainnya.
Virus mencapai Central Nervous System melalui darah (hematogen) dan
melalui saraf (neuronal spread). Penyebaran hematogen terjadi karena penyebaran ke
otak secara langsung melalui arteri intraserebral. Penyebaran hematogen tak langsung
dapat juga dijumpai, misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteri
tersebut itu kuman dapat tiba di likuor dan invasi ke dalam otak dapat terjadi melalui
penerobosan dari pia mater. Selain penyebaran secara hematogen, dapat juga terjadi
penyebaran melalui neuron, misalnya pada encephalitis karena herpes simpleks dan
2

rabies. Karena proses replikasi berjalan terus, maka sel tuan rumah dapat dihancurkan.
Dengan demikian partikel-partikel viral tersebar ekstraselular. Setelah proses invasi,
replikasi dan penyebaran virus berhasil, timbullah manifestasi-manifestasi toksemia
yang kemudian disususul oleh manifestasi lokalisatorik. Gejala-gejala toksemia terdiri
dari sakit kepala, demam, dan lemas-letih seluruh tubuh. Sedang manifestasi
lokalisatorik akibat kerusakan susunan saraf pusat berupa gannguan sensorik dan
motorik (gangguan penglihatan, gangguan berbicara,gannguan pendengaran dan
kelemahan anggota gerak), serta gangguan neurologis yakni peningkatan TIK yang
mengakibatkan nyeri kepala, mual dan muntah sehinga terjadi penurunan berat badan
(Amin Huda, 2015). Masalah keperawatan yang dapat muncul akibat penyakit itu
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dalam penatalaksanaan encephalitis dilakukan dengan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat bagi pasien dengan bersihan jalan
nafas tidak efektif adalah memberikan intervensi mandiri perawat adalah monitor
bunyi nafas tambahan, monitor pola nafas, posisikan semi fowler, beri oksigen, beri
minum air hangat. Sedangkan intervensi kolaborasi adalah pemberian obat
bronkodilator.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik pengkajian pada By.R dengan encephalitis di ruang Bona
2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?
2. Bagaimana diagnosa keperawatan pada By.R dengan encephalitis di ruang Bona
2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?
3. Bagaimana intervensi keperawatan pada By.R dengan encephalitis di ruang Bona
2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada By.R dengan encephalitis di ruang
Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?
3

5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada By.R dengan encephalitis di ruang Bona 2


RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan yang baik
dan tepat pada By.R dengan encephalitis melalui pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik pengkajian By.R dengan encephalitis
di ruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
2. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa keperawatan pada By.R dengan
encephalitis di ruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi keperawatan pada By.R dengan
encephalitis di ruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
4. Mahasiswa mampu mengetahui implementasi keperawatan pada By.R dengan
encephalitis di ruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
5. Mahasiswa mampu mengetahui evaluasi keperawatan pada By.R dengan
encephalitis di ruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai