MEKANIKA TANAH I
(HSKK 222)
Asisten Pembimbing:
Dr.Ir. Rustam Effendi, M.A.Sc
NIP. 19620426 199003 1 001
Disusun Oleh:
KELOMPOK 15
Abnu Azhar 1610811210064
Ahmad Naufal Adriannor 1710811210006
Desty Amalia Putri 1710811120011
Muhammad Ikhsan 1710811210032
Ratri Handayanti 1710811120043
Refanti Angelia Simanjuntak 1710811120045
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mekanika tanah merupakan salah satu mata kuliah dalam teknik sipil,
yang terdiri dari pembelajaran teori dan praktikum. Praktikum ini harus di dasari
dengan pemahaman teori yang baik. Salah satu hal yang penting bagi mahasiswa
adalah mampu mengaplikasikan teori yang di dapat didalam kelas dengan
kegiatan praktikum di laboratorium.
Mekanika tanah adalah cabang ilmu geoteknik dalam ilmu teknik sipil.
Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl Van Terzaghi melalui bukunya
“Erdbau Mechanic Auf Bodenphysikalichergrundlage” (mekanika tanah berdasar
sifat-sifat dasar fisik tanah). Pada tahun 1952, buku ini membahas prinsip-prinsip
dasar ilmu mekanika tanah modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu
ini, sehingga terzaghi disebut bapak mekanika tanah.
Salah satu pokok perhatian dalam mekanika tanah adalah kadar air. Dan
untuk memisahkan antara tanah dengan air, digunakan uji kadar air untuk
menghilangkan airnya. Kadar air dinyatakan dalam persen volume yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian kadar air dari sampel
tanah, setelah pembelajaran di dalam kelas secara teori mengenai kadar air, maka
untuk mengetahui cara menentukan kadar air tersebut maka dilakukan
pembelajaran melalui praktikum di laboratorium. Sehingga mahasiswa benar-
benar memahami cara mendapatkan nilai kadar air, bukan hanya melalui teori
dalam kelas tetapi melalui praktium secara langsung.
2
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Pekerjaan Lapangan
a. Sondir
Pemeriksaan sondir bertujuan untuk mengetahui perlawanan
penetrasi konus dan hambatan lekat tanah serta mengetahui
kedalaman tanah.
b. Hand Boring atau Bor Tangan
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperoleh contoh tanah yang
akan di tes.
3
BAB II
PEMERIKSAAN KEKUATAN TANAH
DENGAN ALAT SONDIR
(SNI 2827-2008)
2.1 Tujuan
2.6 Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat
pada setiap kedalaman tanah.
2.7 Untuk menentukan letak kedalaman tanah keras.
dalam kg/cm2 dan hambatan lekat (skin friction) digambar sebagai jumlah
untuk kedalaman yang bersangkutan per keliling, yaitu dalam kg/cm.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap
ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat
adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya
persatuan panjang.
4
Tabel 2.1
5
2.4 Peralatan
a. Sondir ringan (1,5 ton).
b. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam, sesuai
kebutuhan dengan panjang masing-masing 1 meter.
c. Bikonus.
d. Dua buah angker dan ambang besi sebagai pedal.
e. Dua buah manometer pengukur dengan tahanan rnasing-masing 0-50
kg/m2 dan 0-150 kg/m2.
f. Kunci-kunci pipa, alat-alat pembersih, oli, minyak hidrolik (Castrol
/Oli SAE 10).
2.5 ProsedurPercobaan
a. Bersihkan tanah tempat percobaan dari rumput, kayu dan material lain
yang mengganggu lalu datarkan.
b. Tanamkan kedua angker ke dalam tanah secara kuat dengan jarak
kira-kira 1 s/d 1,5 meter satu sama lain, di tempat yang akan
diselidiki. Letakkan mesin sondir dan atur kedudukannya pada pelat
penahan sedemikian rupa sehingga vertikal terhadap tanah.
6
c. Isikan oli SAE 10 ke tabung minyak hidrolik pada mesin sondir
sampai penuh, sehingga bebas dari gelembung udara, baut penutup
tangki minyak hidrolik harus diberi lapisan pengedap (dapat
digunakan TBA).
d. Bikonus dipasang pada ujung pipa sondir, kemudian dihubungkan
dengan mesin sondir.
e. Lakukan penetrasi sondir dengan memutar engkol pemutar sampai
kedalaman 20 m dan titik nol sondir harus diikat terhadap suatu titik
tetap. Karenanya pada pipa sondir terlebih dahulu ditandai setiap 20
m.
f. Dari titik tetap, engkol diputar secara konstan, pada saat ujung konus
turun kedalam tanah kira-kira 4 m (diperkirakan dengan melihat
batang dalam pipa sondir kira-kira 4 m) lakukan pembacaan
manometer. Catat sebagai pembacaan penetrasi konus (qc).
g. Penekanan selanjutnya akan menggerakkan konus beserta selubung
sedalam 8 m, bacalah manometer sebagai hasil dari jumlah
perlawanan (qt) yaitu perlawanan penetrasi konus (qc) dan hambatan
lekat (qt).
h. Turunkan pipa sampai kedalaman berikutnya sesuai dengan yang telah
ditandai pada pipa sondir (biasanya dilakukan setiap kedalaman 20m).
Lakukan pembacaan manometer seperti prosedur percobaan diatas.
i. Percobaan dihentikan sampai ditemukannya lapisan tanah keras
(tekanan manometer tiga kali berturut-turut melebihi 150 kg/cm atau
(kedalaman maksimum 30 m).
7
qt = Bacaan manometer nilai perlawanan total (bacaan
kedua) (kg/cm 2 )
A = Tahap pembacaan (20m).
𝑙𝑢𝑎𝑠𝑗𝑎𝑘𝑒𝑡
B = Faktor alat, atau 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 = 14,5
JJHP = ΣJHP
c. Buat grafik
Perlawanan penetrasi konus (qc) terhadap kedalaman.
Jumlah hambatan lekat (JJHP) terhadap kedalaman.
Kedalaman Cw Tw qc fs cm fs.20 cm Tf Rf
(m) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm) (%)
8
3,60 15 19 15,15 0,27 5,33 152,00 1,76
3,80 15 25 15,15 0,67 13,33 165,33 4,40
4,00 20 25 20,20 0,33 6,67 172,00 1,65
4,20 19 27 19,19 0,53 10,67 182,67 2,78
4,40 13 19 13,13 0,40 8,00 190,67 3,05
4,60 15 20 15,15 0,33 6,67 197,33 2,20
4,80 13 20 13,13 0,47 9,33 206,67 3,55
5,00 15 26 15,15 0,73 14,67 221,33 4,84
5,20 13 22 13,13 0,60 12,00 233,33 4,57
5,40 13 22 13,13 0,60 12,00 245,33 4,57
5,60 15 20 15,15 0,33 6,67 252,00 2,20
5,80 15 25 15,15 0,67 13,33 265,33 4,40
6,00 20 25 20,20 0,33 6,67 272,00 1,65
6,20 20 28 20,20 0,53 10,67 282,67 2,64
6,40 15 25 15,15 0,67 13,33 296,00 4,40
6,60 28 30 28,28 0,13 2,67 298,67 0,47
6,80 15 23 15,15 0,53 10,67 309,33 3,52
7,00 10 20 10,10 0,67 13,33 322,67 6,60
7,20 25 40 25,25 1,00 20,00 342,67 3,96
7,40 12 41 12,12 1,93 38,67 381,33 15,95
7,60 15 31 15,15 1,07 21,33 402,67 7,04
7,80 10 35 10,10 1,67 33,33 436,00 16,50
8,00 15 30 15,15 1,00 20,00 456,00 6,60
8,20 20 30 20,20 0,67 13,33 469,33 3,30
8,40 20 30 20,20 0,67 13,33 482,67 3,30
8,60 13 25 13,13 0,80 16,00 498,67 6,09
8,80 32 40 32,32 0,53 10,67 509,33 1,65
9,00 20 26 20,20 0,40 8,00 517,33 1,98
9,20 15 25 15,15 0,67 13,33 530,67 4,40
9,40 20 31 20,20 0,73 14,67 545,33 3,63
9,60 14 28 14,14 0,93 18,67 564,00 6,60
9,80 20 30 20,20 0,67 13,33 577,33 3,30
10,00 20 50 20,20 2,00 40,00 617,33 9,90
10,20 28 55 28,28 1,80 36,00 653,33 6,36
10,40 45 55 45,45 0,67 13,33 666,67 1,47
10,60 30 55 30,30 1,67 33,33 700,00 5,50
10,80 41 50 41,41 0,60 12,00 712,00 1,45
11,00 60 70 60,61 0,67 13,33 725,33 1,10
11,20 90 100 90,91 0,67 13,33 738,67 0,73
11,40 110 120 111,11 0,67 13,33 752,00 0,60
11,60 110 120 111,11 0,67 13,33 765,33 0,60
9
11,80 100 110 101,01 0,67 13,33 778,67 0,66
12,00 80 120 80,81 2,67 53,33 832,00 3,30
12,20 90 130 90,91 2,67 53,33 885,33 2,93
12,40 115 145 116,16 2,00 40,00 925,33 1,72
12,60 130 150 131,31 1,33 26,67 952,00 1,02
12,80 160 170 161,62 0,67 13,33 965,33 0,41
13,00 160 170 161,62 0,67 13,33 978,67 0,41
13,20 160 170 161,62 0,67 13,33 992,00 0,41
10
2.8 Perhitungan
Misal untuk kedalaman = 0,2 m
Cw = 3 kg/cm2 Kw = 6kg/cm2
Tw = 9 kg/cm2 Api = 10 cm2
Ac = 9,9 cm2 As = 150 cm2
qc = 3 × 10 / 9,9 fs = 6 × 10 / 150
= 3,03cm2 = 0,4kg/cm2
Misal:
Tf = (fs di 0,2 m) × 20 + (fs di 0,4 m) × 20
= 8 +8
= 16kg/cm2
Rf = (0,4 / 3,04) × 100
= 13,2%
11
2.9 Grafik
1.00 1.00 I
2.00 2.00
II
3.00 3.00
5.00 5.00
Kedalaman, m
6.00 6.00 IV
7.00 7.00
V
8.00 8.00
9.00 9.00
VI
10.00 10.00
11.00 11.00
VII
12.00 12.00
13.00 13.00
14.00 14.00
0.0 1000.0 2000.0
Geser Total (Tf) , kg/cm
12
Gambar 2.1 Klasifikasi tanah menurut Hubungan Konus (qc) dengan Grafik
Angka Geseran Total (Rf) menurut dutch friction sleeve
penetrometer.(grafik Searle).
13
2.10 Pembahasan
Pada percobaan ini pembacaan manometer yang menunjukkan
perlawanan penetrasi konus (C) yang mencapai tiga kali pembacaan
manometer dan mendapatkan pembacaan 160 kg/cm3 dengan kedalaman
akhir 13,2 m, karena pembacaan manometer sudah lebih dari 150 kg/cm3,
maka percobaan dihentikan. Jika dipaksakan untuk diteruskan sampai
kedalaman maksimal 30 m, kemungkinan konus akan tertinggal didalam
tanah.
2.11 Kesimpulan
Dari hasil praktikum mekanika tanah dengan menggunakan alat sondir,
dapat kita buat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pekerjaan pemeriksaan kekuatan tanah dengan menggunakan alat
sondir dihentikan pada kedalaman 13,20 m.
2. Pekerjaan dihentikan karena nilai konus mencapai 160 kg/cm3. Jadi
lapisan tanah keras diperkirakan mulai kedalaman 13,20 m.
3. Jumlah hambatan pelekat (JHP) total yaitu pada kedalaman 13,20 m
adalah sebesar 992 Kg/cm.
14
2.12 Gambar Alat
Stang Dalam
13.5 mm.
36.0 mm.
50.5 mm.
Disambung pada
Pipa Sondir
36.0 mm.
4.0 mm.
60.0 30.0 mm.
36.0 mm.
15
Gambar
5.5
Ekstruder
ALAT
SONDIR
16
2.13 Foto
17
BAB III
PENGAMBILAN SAMPLE
DENGAN HANDBORING
6.1 Tujuan
Untuk mengetahui keadaan lapisan tanah dan jenis tanah tiap
kedalaman tertentu secara visual. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
dan terganggu pada kedalaman tertentu untuk penyelidikan lebih lanjut di
laboratorium.
Simbol Deskripsi
Kerikil
Pasir
Lanau
Lempung
Bongkah, kerakal
18
Cangkang
Gambut
Kerikil pasiran
Lempung bongkahan
Lanau lempungan
Pasir kerikilan
Gambar 3.1 Mata Bor Iwan Kecil Gambar 3.2 Spiral dan Helical
dan Besar
19
3.3 Lokasi Pegerjaan Handboring
Lokasi : Lapanga Softball
Hari/Tanggal : Minggu, 04 Maret 2018
Kedalaman Sampel : 1,6 m
No. Titik :1
20
3.4 Peralatan
a. Mata bor (Posthol Auger) dan pipa-pipa bor dengan panjang satu meter
yang dapat disambung satu sama lain.
b. Tabung Silinder (Shelby) untuk pengambilan contoh / sampel dengan
perlengkapannya (Stick Apparatus).
c. Kunci Inggris, kunci pipa dan kunci-kunci bantu lainnya.
d. Hammer dengan massa 5 kg.
e. Perlengkapan lain, seperti:
- stiker label
- formulir profil bor
- lilin
- kantong sample
21
Casing
22
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Boring Log
No. Titik : HB 1
Pengeboran
Kedalaman
(m)
Simbol Jenis Tanah Deskripsi tanah Sample
0,0
0,2
Lepas (jatuh ketika dipegang),
0,4 Pasir
halus berwarna coklat kekuningan
0,6
3,0
3,2 Sampel sampel USD
3,4
23
3.7 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan secara visual di lapangam dapat diketahui bahwa :
Jenis Tanah/Lapisan Tanah
Kedalaman (m)
Handboring Sondir
0,2 – 0,6 Pasir, lepas
0,8 – 1,0 Lanau berpasir, agak kaku
Lempug (tanah liat)
1,2 – 1,8 Lanau berkerikil, agak kaku
gambut, lunak
2 Lanau, agak kaku
2,2 Lanau berpasir, agak kaku
2,4 Lanau + pasir + kerikil, agak kaku
2,6 – 2,8 Lanau berkerikil, kaku
Lempung, keras
3,0 – 3,4 -Sampel-
3,6 – 3,8 Pasir kelanauan, agak lunak
Dari hasil pengambilan sample dengan hand boring dapat diketahui,
bahwa tanah terdiri dari lapisan dengan karakter dan tekstur yang sama
yaitu lanau berpasir.
Drive Head
Palu
Pipa Pemutar
Batang Pemutar
Batang bor
Stick Apparat
Iwan Auger
Tabung Contoh
24
3.9 Foto
25
BAB IV
BERAT ISI
4.1 Tujuan
Untuk mengetahui berat isi tanah (y) dalam keadaan tidak
terganggu (Undisturbed).
4.3 Peralatan
a. Ring silinder dengan berat volume dan volume tertentu
b. Minyak pelumas
c. Pisau perata
d. Neraca O’hauss dengan ketelitian 0,001 gram
e. Ektruder
26
4.4 Prosedur Percobaan
a. Ambil ring silinder, bersihkan bagian dalamnya dan beri minyak
pelumas.
b. Dengan menggunakan ekstruder, tanah undisturbed dikeluarkan dari
tabung sampel dan diisikan ke ring. Kedua permukaanya harus
diratakan dengan pisau.
c. Ring yang berisi tanah undisturbed tersebut ditimbang dan diratakan.
d. Contoh tanah dikeluarkan, kemudian ring ditimbang.
4.7 Kesimpulan
Dari 3 percobaan yang dilakukan maka didapat berat isi tanah
secara berturut-turut adalah 2,07 gr/cm3, 1,98 gr/cm3, dan 1,79 gr/cm3
sehingga berat isi rata-ratanya adalah sebanyak 1,95 gr/cm3.
27
4.8 Foto
28
BAB V
PEMERIKSAAN KADAR AIR
(WATER CONTENT)
5.1. Tujuan
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah.
5.3. Peralatan
a. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110±5)°C
b. Neraca O'hauss / Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
c. Kontainer
d. Pisau perata
f. Ektruder
29
Tabel 5.1 Minumum Size of Moist Soil Samples to Determine Water
Content
Minimum Particle U.S. Sieve Minumum Mass of
Size in the Soil (mm) Number Soil Sample (g)
0.425 40 20
2.0 10 50
4.75 4 100
9.5 3/8 in. 500
19.0 ¾ in. 2500
30
5.6 Data Hasil Pengujian
5.7 Kesimpulan
Dari percobaan maka didapat harga kadar air yang terkandung dalam
tanah adalah 14,15%, 13,91% dan 14,94% sehingga didapat kadar air rata-
rata sebesar 14,34%.
31
5.8 Foto
32
BAB VI
PENGUKURAN BERAT JENIS
(SPECIFIC GRAVITY TEST)
6.1 Tujuan
𝐺𝑠 = 𝛾𝑠/𝛾𝑤
33
Tabel 6.1 Pembagian jenis tanah berdasarkan berat jenis
Tipe Tanah Gs
Sand (pasir) 2,63-2,67
Silkysand (lanau) 2,67-2,70
Inorganic Clay 2,70-2,80
Soil with Mika 2,75-3,00
Gambut <2
Humus Soil 1,37
Gravel > 2,7
6.3 Peralatan
a. Contoh tanah yang sudah di oven di ayak dengan nomor 10 dan tanah
yang lolos di ambil, minimal 30 gram untuk satu piknometer
b. Piknometer di cuci dan dikeringkan, kemudian piknometer dan
tutupnya ditimbang dengan ketelitian 0,01 gr (w)
c. Tanah yang lolos ayakan dimasukkan ke dalam piknometer 1/3 nya,
kemudian bersama piknometer dan tutupnya ditimbang lagi (w2)
d. Kemudian di tambahkan air suling 2/3 nya lalu diguncang supaya
udaranya keluar. Diamkan selama 24 jam.
e. Piknomer dan isinya direbus ±10 menit kemudian didinginkan.
f. Setelah dingin, tambahkan air sampai penuh kemudian diamkan
selama 24 jam. Setelah itu ditimbang.
g. Keluarkan isi piknometer, kemudian isi air sampai penuh dan timbang.
34
6.5 Pengolahan Data
Gs (tᵒ) = (W2-W1)/(W4-W1)-(W3-W2)
35
6.7 Kesimpulan
36
6.8 Foto
37
BAB VII
ANALISA SARINGAN
(GRAINED SIEVE ANALYSIS)
7.1 Tujuan
a. Untuk mengetahui gradasi pembagian butiran dari suatu contoh tanah
berbutiran kasar.
b. Untuk mengklasifikasikan tanah.
c. Untuk mengetahui koefisien keseragaman (Cu) & koefisien gradasi
(Cc).
Untuk tanah yang berbutir kasar seperti kerikil dan pasir, sifatnya
tergantung kepada ukuran butirannya. Karena itu sering dipakai koefisien
bilangan untuk menggambarkan pembagian butirannya. Koefisiennya
adalah sebagai berikut:
38
Tabel 7.1 Klasifikasi tanah berdasarkan sistem Unifed (ASTM (1982))
Simbol
Divisi Utama Kelompo Nama Umum
k
Kerikil bergradasi-baik dan cam-
puran kerikil-pasir, sedikit atau
lebih dari 50% fraksi kasar GW sama
sekali tidak mengandung butiran
kerikil)
Kerikil
(hanya
bersih
lolos ayakan No. 4 halus
Lebih dari 50% butiran tertahan pada ayakan No. 200↑
GP sama
sekali tidak mengandung butiran
halus
Tanah Berbutir Kasar
butiran
Kerikil
(hanya
bersih
butiran
Lanau
halus
Pasir
39
Lanau anorganik, pasir halus sekali,
ML serbuk batuan, pasir halus berlanau
atau berlempung
kurang
50% atau lebih lolos ayakan No. 200
7.3 Peralatan
a. Satu set saringan nomor 4, 10, 20, 40, 60, 100, 200 dan PAN.
b. Sieve shaker, yaitu alat pengguncang saringan mekanis.
c. Oven
d. Neraca Ohauss
e. Sikat dan kuas, membersihkan saringan.
f. Palu karet, untuk memisahkan butiran tanah.
g. Air suling untuk mcncuci tanah diatas saringan no.200.
40
7.4 ProsedurPercobaan
a. Ambil contoh tanah yang telah dikeringkan selama 24 jam sebanyak
300 gram. Kemudian ditimbang dan di rendam selama 24 jam.
b. Setelah direndam, tanah tersebut dicuci diatas saringan nomor 200
sampai air yang keluar dari saringan menjadi bening.
c. Setelah bening, butiran yang tertahan pada saringan nomor 200
dikeringkan kembali dalam oven selama 24 jam.
d. Setelah 24 jam, contoh tanah diayak dengan satu set saringan dengan
menggunakan sieve shaker selama 15 menit.
e. Timbang butiran yang tertahan pada masing-masing saringan.
41
7.6 Data Hasil Percobaan
42
7.7 Grafik
Analisa Saringan
100
90
Persen Lolos (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
4.75 2 0.84 0.42 0.297 0.234 0.177 0.149 0.074
Diameter Lubang ayakan (mm)
7.8 Kesimpulan
Dari percobaan analisa saringan yang dilakukan, didapat hasil sebagai
berikut :
a. Kerikil (diameter >4,75 mm) : 10,7 %
b. Pasir Kasar (diameter 2 – 4,75 mm) : 11,97%
c. Pasir Sedang (diameter 0,42 – 0,84 mm) : 11,17%
d. Pasir Halus (diameter 0,074 – 0,297 mm) : 22,67%
e. Lanau (diameter 0,063 – 0,002 mm) : 15,9%
f. Lempug (diameter <0.002 mm) : 27,59%
Kerikil material yang lolos saringan No.200 kurang dari 50% yaitu
43,50%, maka tanah tersebut dapat digolongkan tanah berbutir kasar (pasir)
sebanyak 45,81%.
43
7.9 Foto
44
BAB VIII
ANALISA HIDROMETER
8.1 Tujuan
Untuk menentukan pembagian butiran tanah yang lolos saringan
nomor 200 dan lengkung gradasinya.
Tabel 8.1 : Harga K Untuk Berbagai Berat Jenis Butiran Tanah Dan
Temperatur
45
Tabel 8.2 : Faktor Koreksi Terhadap Berat Jenis Buatan
2,85 0,96
2,80 0,97
2,75 0,98
2,70 0,99
2,65 1,00
8.3 Peralatan
a. Hidrometer.
b. Gelas ukur kapasitas 100 ml dan 1000 ml.
c. Alat penumbuk
d. Na2S04
e. Stopwatch
f. Water Bath
g. Termometer 0-50° dengan ketelitian 0,5°
h. Saringan no.200 dan PAN
i. Airsuling
46
c. Siapkan gelas ukur dan masukkan tanah tersebut ke dalam gelas ukur
dengan hati-hati.
d. Gelas ukur yang telah berisi tanah tadi, ditambahkan dengan 115 cc air
suling +10 gr Na2 S04 secara perlahan-lahan.
e. Goncang gelas ukur perlahan-lahan jangan sampai tanah dalam gelas
ukur mengalami suspensi. Kemudian didiamkan selama 24 jam.
f. Setelah 24 jam, tambahkan lagi air suling hingga volumenya mencapai
1000 ml.
g. Tutup mulut gelas ukur rapat-rapat dengan telapak tangan, lalu jungkir
balikan gelas ukur dengan hati-hati sampai campuran kelihatan merata,
selama lebih kurang satu menit atau 60 kali bolak- balik.
h. Setelah merata, gerakan tersebut dihentikan, gelas ukur di taruh di
waterbath.
i. Masukkan hidrometer ke dalam gelas ukur secara perlahan-lahan.
Pengamatan dengan hidrometer dimulai setelah hidrometer tenang di
dalam gelas ukur dan pada selang waktu tertentu dilakukan pencatatan
data seperti dalam tabel yang telah tersedia. Setiap setelah pembacaan
hidrometer, amati dan catat temperatur dengan mencelupkan
termometer. Dalam melakukan pengamatan harus hati-hati, jangan
sampai menimbulkan goncangan pada gelas ukur tersebut.
j. Sebagai kalibrasi alat lakukan pencelupan hidrometer ke dalam gelas
ukur yang berisi air biasa.
47
Hitung harga Rh+tm.
Hitung harga N, dengan rumus N = [(Rh+tm) x c x 100%] / Ws.
Hitung harga N' dengan rumus N' = (N x % lolos saringan no. 200) /
l00.
Gambarkan kurva gradasinya.
48
8.7 Grafik
35
30
25
20
15
10
5
0
0.0722 0.0517 0.037 0.0271 0.0173 0.0102 0.0074 0.0053 0.0027 0.0012
Diameter (mm)
80%
70%
Persen Lolos
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
10.0000 2 1.0000 0.5 0.2 0.1000 0.05 0.0100 0.0020.0010
Ukuran Butir (mm)
49
8.8 Kesimpulan
Dari Grain Size Distribution Curve yang dibuat berdasarkan
pemeriksaan ukuran butir tanah dengan hydrometer, diperoleh hasil sebagai
berikut :
a. Kerikil (diameter >4,75 mm) : 10,7 %
b. Pasir Kasar (diameter 2 – 4,75 mm) : 11,97%
c. Pasir Sedang (diameter 0,42 – 0,84 mm) : 11,17%
d. Pasir Halus (diameter 0,074 – 0,297 mm) : 22,67%
e. Lanau (diameter 0,063 – 0,002 mm) : 15,9%
f. Lempug (diameter <0.002 mm) : 27,59%
50
8.9 Foto
51
BAB IX
ATTERBERG LIMIT TEST
Batas-batas atterberg ialah kadar air dimana transisi dari keadaan semi
padat ke keadaan plastis terjadi dimana batas plastis (plastis limit), dan dari
keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit).
9.1.1 Tujuan
Pemeriksaan batas cair bertujuan untuk menentukan kadar air
suatu sampel tanah pada batas cair.
9.1.3 Peralatan
a. Alat uji batas cair standar (Casagrande).
b. Grooving tool (Alat pembuat alur).
c. Container.
d. Palukaret.
e. Saringan nomor40.
f. Plat kaca ukuran 30x30 cm2.
g. Peralatan lainnya untuk pengukuran kadar air (oven, neraca).
h. Air suling dengan tabung airnya.
52
b. Tanah permukaan yang lolos ayakan nomor 40 ditumpuk diatas
plat kaca diberi air sedikit demi sedikit sehingga menjadi
menjadi adonan atau pasta yang lembut.
Tanah Undisturbed dari tabung sampel yang telah berupa
adonan ditumpuk diatas pelat kaca.
c. Adonan dimasukkan ke dalam mangkuk Casagrande
dan ratakan permukaannya.
d. Buat alur ditengah tanah yang telah diratakan tersebut
dengan grooving tool selapis demi selapis (maksimal enam
kali) sehingga tanah menjadi terbelah dua.
e. Putar handle mangkuk casagrande dengan kecepatan konstan
(2 ketuktiap detik) sambil menghitung jum1ah ketukannya dan
perhatikan gerakan adonan tanah pada mangkuk sampai merapat
kira-kira ½ inchi (12,7 mm ≈ 13 mm).
53
g. Diusahakan tidak menambah tanah kering pada tanah yang akan
diuji.
h. Waktu pencampuran tanah 5-20 menit.
i. Apabila adonan merapat sekitar 13 mm sesuai dengan jumlah
ketukan yang diinginkan, contoh tanah diambil dari adonan
dimasukkan ke dalam kontainer.
j. Tentukan kadar airnya.
N 20 2 22 23 24 25 26 27 28 29 30
(N/25)0,12 1
0,974 0,979 0,985 0,99 0,995 1 1,005 1,009 1,014 1,018 1,022
LL=Wn.(N/25)0"12
54
9.1.6 Data Hasil Perhitungan
Hasil yang diperoleh berupa jumlah ketukan dan kadar air
yang bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik.
Jumlah ketukan sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma,
sedang kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa. Tarik
garis lurus melalui titik itu, jika ternyata diperoleh tidak terletak
pada suatu garis lurus maka buatlah garis lurus melalui titik
berat itu, tentukan batas kadar airnya pada jumlah ketukan ke N =
25 kali ketukan.
Nomor Cawan 1 2 3 4
Berat Cawan + Tanah Basah (W2) (gr) 14,70 15,68 17,26 16,85
Berat Cawan + Tanah Kering (W3) (gr) 13,41 14,13 15,70 15,45
Kadar Air 𝜔 = 𝑊𝑤
𝑊𝑠
× 100% (%) 34,86 31,44 26,90 24,78
WL = (%) 29
55
9.1.7 Grafik
38.00%
34.86%
35.00%
32.00% 31.44%
29.00%
26.90%
26.00%
24.78%
y = -0,08ln(x) + 0,543
R² = 0,996
23.00%
10 100
56
9.2 Batas Plastis (Plastis Limit) – ASTMD 424-59
9.2.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu
tanah dalam keadaan batas plastis.
PI= LL-PL
9.2.3 Peralatan
a. Plat kaca 45x45x0.9 cm
b. Palu karet ayakan nomor 40 (0,42mm).
c. Kontainer
d. Rol atau alat pengukur
e. Peralatan pengukuran kadar air (oven dan neraca).
f. Air suling dengan tabung airny
57
2. Tanah permukaan yang lolos dari saringan nomor 40
kemudian diletakkan diatas plat kaca, diberi air, diaduk
sehingga membentuk seperti bola (±8 gram).
- Tanah Undisturbed dari tabung sampel yangtelah berupa
adonan ditumpuk diatas pelat kaca diaduk sehingga
membentuk seperti bola (±8 gram).
3. Setelah itu digulung dengan gulungan 80-90 gulungan
permenit (1 gulungan = 1 kali gulungan ke depan + 1 kali
gulungan kebelakang/keposisi awal)
4. Pada saat diameter gulungan sampai 1/8 inch potong-
potong bagian gulungan menjadi 6 atau 8 bagian.
5. Lalu bagian-bagian tadi disatukan dan dibentuk lagi menjadi
bola (elips) dan kemudian digulung lagi.
6. Proses penggulungan dapat dihentikan pada saat tanah
mengalami retak- retak (bisa jadi sebelum sampai diameter 1/8
inch).
7. Gulungan yang sudah tepat kadar aimya (retak) diambil dan
dimasukkan kedalam kontainer lalu ditimbang.
8. Kemudian masukkan ke dalam oven selama 24 jam.
9. Tentukan kadar aimya.
58
9.2.6 Data Hasil Perhitungan
Hasil
Langkah Pengujian
Perhitungan
1 2
Nomor Cawan
8,95 8,53
Berat Cawan + Tanah Basah (W2) (gr)
𝑊𝑤 15,5 15,93
Kadar Air (𝜔 = × 100%) (%)
𝑊𝑠
9.3.1 Tujuan
Mencari kadar air tanah (w.s), terhadap berat kering tanah
setelah di oven, dimana pengurangan kadar air tidak akan
menyebabkan pengurangan volume massa tanah, tetapi
penambahan kadar air tanah akan menyebabkan penambahan
volume massa tanah.
59
tidak akan menyebabkan perubahan volume. Kadar air dinyatakan
dalam persen, dimana perubahan volume suatu massa tanah
berhenti didefenisikan sebagai batas susut (shrinkage limit).
9.3.3 Peralatan
1. Evaporating disk, porselin
2. Spatula
3. Shrikage disk, datar dari porselin
4. Glass cup, pemukaan rata plat kaca
5. Graduate cylinder 25ml, timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
6. Air raksa
7. Persiapkan tanah yang lolos saringan No.40 sebanyak 30gr
60
cawan penyusut dan lakukan hal yang sarna sampai cawan
penyusut penuh.
3. Setelah diratakan dan dibersihkan, ditimbang dengan segera
Cawan penyusut + Tanah basah = A gram. Pasta tanah
dibiarkan mengering diudara sehingga warna pasta tanah
bembah dari tua menjadi muda. Lalu dimasukkan kedalam
oven sampai kering. Setelah kering lalu timbang Berat cawan
+ Tanah kering = B gram. Timbang berat cawan kosong,
bersih dan kering = C gram.
4. Volume cawan = volume tanah basah, diukur dengan mengisi
penuh cawan penyusut dengan air raksa sampai meluap, buang
kelebihan air raksa dengan menekan kaca kuat-kuat diatas
cawan. Kemudian ukur dengan menggunakan gelas ukur
banyaknya air raksa yang tinggal dalam cawan penyusut
sehingga didapatkan isi tanah basah = V.
5. Volume tanah kering diukur dengan mengluarkan tanah
kering dari cawan penyusut lalu dicelupkan kedalam cawan
gelas yang penuh dengan air raksa. Caranya sebagai berikut:
Cawan gelas diisi penuh dengan air raksa dan kelebihan air
raksa dibuang dengan menekan plat kaca diatas cawan
gelas.
Air raksa yang melekat diluar cawan gelas dibersihkan
dengan benar.
Lctakkan cawan gelas yang berisi air raksa itu kedalam
cawan gelas yang lebih besar.
Letakkan tanah kering diatas air raksa pada cawan gelas.
Tekan dengan hati-hati tanah kering itu kedalam air raksa
dengan menggunakan plat kaca, sampai plat kaca rata
dengan bibir cawan. Perhatikan jangan sampai ada udara
yang terbawa masuk ke dalam air.
Air raksa yang tumpah, diukur volumenya dengan gelas
ukur, sehingga didapat Volume tanah kering = Vs
61
9.3.5 Pengolahan Data
a. KadarAir
W = (Ww/Ws)x100%
Dimana: Ww = (A-B) gram
Ws = (B-C) gram
b. Shrinkage Limit = Wsl = W- (V – VSX)/Ws x 100%
Hasil
Langkah Pengujian
Perhitungan
1 2
Nomor Monel Disk
59,70 61,70
Berat Monel Disk + Tanah Basah (W2) (gr)
54,48 56,38
Berat Monel Disk + Tanah Kering (W3) (gr)
23,86 24,31
Berat Tanah Basah (W = W2 – W1) (gr)
18,64 18,99
Berat Tanah Kering (W = W3 – W1) (gr)
200,8 200,7
Volume Tanah Basah (V) (gr)
Kadar Air (𝜔 =
𝑊𝑤
× 100%) (%) 28,00 28,01
𝑊𝑠
Batas Susut (%) 10,69 11,79
SL = [𝝎 - ((V – Vo) / Ws.𝜸w)] × 100%
Rata-rata SL (%) 11,24
62
9.4 Hasil Percobaan
W> W<
9.5 Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapat PI = 13,3 % dan liquid limit = 29 %.
Data ini menunjukan bahwa tanah dalam kategori CL yaitu tanah
lempung tak organik dengan plastisitas rendah-sedang.
Semakin besar nilai PI, maka liquid index semakin kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah semakin keras dan sebaliknya semakin kecil
nilai PI maka liquid index semakin besar, sehingga tanah semakin lembek.
63
9.6 Foto
64
Gambar 9.7 Gelas Ukur Gambar 9.8 Air Raksa
65
BAB X
KLASIFIKASI TANAH
10.1 Tujuan
Untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan sifat-sifat indeks tanah yang
sederhana seperti distribusi ukuran dan plastisitas. Klasifikasi tersebut disusun
dalam sistem klasifikasi berdasarkan AASHTO dan USCS.
66
Jenis gradasi:
W : well graded (bergradasi baik)
P : poorly graded (bergradasi buruk)
Konsistensi plasititas:
H : high plasticity (plastisitas tinggi)
L : low plasticity (plastisitas rendah)
Sistem Klasifikasi AASHTO dikembangkan pada tahun 1929 dan telah
mengalami berbagai perbaikan seperti yang diajukan oleh Committee on
Classification Of Materials For Subgrade And Granular Type Road Of The
Highway Research Board pada tahun 1945. Sistem klasifikasi AASHTO berguna
untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase)
dan tanah dasar (subgrade). Karena sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan
tersebut, maka penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus dipertimbangkan
terhadap maksud aslinya. Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama
yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang diklasifikasikan ke dalam A-1, A-2,
dan A-3 adalah tanah berbutir di mana 35 % atau kurang dari jumlah butiran tanah
tersebut lolos ayakan No. 200. Tanah di mana lebih dari 35 % butirannya tanah
lolos ayakan No. 200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7.
Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar adalah
lanau dan lempung. Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini dapat
dilihat pada tabel 10.2.
67
10.3 Pengolahan Data
Data :
Saringan % Lolos
No. 10 77,33
No. 4 89,30
N0. 200 43,50
LL = 29%
PL = 15,70%
PI = LL-PL = 29% - 15,70% = 13,3%
68
Urutan Klasifikasi USCS :
Lolos saringan No. 200 = 43,50 % < 50%
“berarti : tanah berbutir kasar”
Lolos saringan No.4 = 89,30% > 50%
“berarti : pasir”
Degan bagan plastisitas & syarat PI untuk LL = 29%, PL = 15,70% maka PI =
13,3% berada diatas garis A & PI > 7%
Klasifikasi akhir : SC (pasir berlempung)
69
Tabel 10.2 Tabel Kalsifikasi Tanah Metode AASHTO
10.4 Kesimpulan
Dari pengklasifikasian tanah meggunakan metode USCS diketahui bahwa
tanah termasuk golongan SC yaitu pasir berlempung. Dan dari
pengklasifikasian tanah menggunakan metode AASHTO diketahui bahwa tanah
termasuk Kelompok Klasifikasi A-6.
70
BAB XI
VANE SHEAR TEST
(UJI TEKAN GESER)
11.1 Tujuan
Percobaan ini untuk menentukan tahanan geser tanah (cu).
11.3 Peralatan
a. Alat Vane Shear Test
b. Stang Puntir
11.4 ProsedurPercobaan
i. Tanah uji disiapkan dalam silinder dan diletakkan tepat berada
dibawah vane.
j. Silinder ditahan dengan penahan yang tersedia agar silinder
tersebut tidak mudah bergerak/berpindah.
k. Stang dipasang sedemikian rupa sehingga stang dapat
terhubung dengan vane dan jarum pada alat pembaca.
l. Vane dibenamkan ke dalam tanah pada silinder sampai +
pertengahan dari tinggi silinder tersebut.
71
m. Putar alat dengan kecepatan konstan sampai terjadi keruntuhan
pada benda uji.
n. Baca besarnya sudut torsi pada alat pembaca.
𝑇
Cu = ℎ 𝐷
𝜋𝐷2( 2 + 6 )
11.6 Kesimpulan
72
11.7 Foto
73
BAB XII
UJI TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSION TEST)
12.1 Tujuan
a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan
bebas (tanpa ada tekanan horizontal-tekanan samping), qu dalam
keadaan asli maupun buatan (remoulded).
b. Menentukan derajat kepadatan tanah atau sensitivity (St).
Sensitifitas Lempung
≈1 Tidak Sensitif
1-2 Sensitifitas Rendah
2-4 Sensitifitas Sedang
4-8 Sensitif
8-16 Sensitifitas Ekstra
>16 Quick
74
Tabel 12.2 Hubungan kuat tekan bebas (qu) tanah lempung dan
konsistensinya
Konsistensi qu (kN/m2)
Lempung keras >400
Lempung sangat kaku 200-400
Lempung kaku 100-200
Lempung sedang 50-100
Lempung lunak 25-50
Lempung sangat lunak <25
12.3 Peralatan
a. Pesawat tekan bebas (Confined Compressive Machine)
b. Ekstruder
c. Alat pencetak sampel berbentuk silinder dengan tinggi dua kali
d. Pisau tipis dan tajam
Percobaan
a. Siapkan pesawat tekan bebas (Unconfined Compression Test).
b. Contoh tanah diletakkan pada pesawat UCST, jalankan.
c. Setiap pembacaan arloji dengan kelipatan 0,70 mm dilakukan
pembacaan pada dial beban.
d. Percobaan dilakukan sampai terjadi keruntuhan pada sampel
remoulded (buatan).
75
12.5 Pengolahan Data
Besarnya regangan aksial dihitung dengan rumus:
𝜀 = ∆𝐿/𝐿𝑜
Dimana: 𝜀 = regangan aksial (%)
1. Tegangan normal:
=
𝑃
𝐴
(kg/cm2)
𝑃 = N × n (0,526 kg)
N = Kalibrasi proving ring
n = Pembacaan dial (arloji tegangan)
2. Sensitivity:
𝑞𝑢(𝑢)
St = 𝑞𝑢 (𝑟)
St = Sensitivity
qu (u) = kuat tekan bebas benda uji undisturbed (kg/cm2)
qu (r) = kuat tekan bebas benda uji remolded (kg/cm2)
76
Contoh perhitungan:
= 0,3416 × 56
= 19,1296 kg
=
P
A
19,1296
= 33,595
= 0,5694 kg/cm2
P = N×n
= 0,3416 × 30
= 10,248 kg
=
P
A
10,248
= 23,39
= 0,4381 kg/cm2
= 1,897
77
12.6 Hasil Percobaan
78
Tabel 12.6 Data Undisturbed
Faktor Luas
P. Ring
Waktu Regangan Koreksi Terkoreksi, Load P Tegangan
ΔL Dial 0,01
(Menit) ε (%) Area Ac=Ao/CF (Kg) σ (kg/cm2)
mm
CF ( 1-ε) (cm2)
0 0 0 1.0000 17.86 0 0 0
0.5 0.39 0.43 0.9957 17.94 1.7 1.19 0.066
79
Tabel 12.5 Data Disturbed
Faktor Luas
P. Ring
Waktu Regangan Koreksi Terkoreksi, Load P Tegangan
ΔL Dial 0,01
(Menit) ε (%) Area Ac=Ao/CF (Kg) σ (kg/cm2)
mm
CF ( 1-ε) (cm2)
0 0 0 1.0000 17.86 0 0 0
80
12.7 Grafik
0.4
0.4
0.3
0.3
0.2
0.2
0.1
6E-16 0.1
0 1 2 3 4 5
-0.1 0
Regangan (%)
12.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kesimpulan kekuatan tekan
bebas untuk contoh tanah yang bersifat kohesif, dalam keadaan asli
(undisturbed) adalah sebesar 0,571 kg/cm2 sedangkan dalam keadaan
terganggu (disturbed) adalah sebesar 0,301 kg/cm2. Sehingga didapat nilai
Sensitivity sebesar 1,9 , hal ini berarti tanah termasuk dalam golongan
tanah dengan Sensitivity rendah dengan kisaran 1-2 .
Terjadi suatu prilaku yang tidak lazim, yaitu nilai kuat tekan bebas
benda uji remolded jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai kuat tekan
bebas benda uji undisturbed. Hal ini dikarenakan pada tanah terdapat
cukup banyak kerikil kecil dan tanah yang dipadatkan di dalam tabung
cetak kurang padat, sehingga banyak ruang kosong yang diisi oleh udara,
oleh karena itulah ketika dilakukan tes kuat tekan, tanah lebih mudah
runtuh dibandingkan dengan tanah yang undisturbed sample.
81
12.9 Foto
82