Anda di halaman 1dari 3

2.

6 Keseimbangan Agroekosistem

Agroekosistem adalah bagian dari toposekuen atau katena lahan yang merupakan gabungan
dari berbagai relief makro secara berurutan dari pantai sampai ke puncak gunung, atau dikenali
sebagai perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi yaug diukur secara vertikal disebut
topografi. Relief makro tersebut dapat dibedakan menjadi dataran rendah, pegunungan rendah,
pegunungan menengah dan pegunungan tinggi Rusna (2008).

Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, jika komponen-komponen ekosistem dalam


jumlah yang berimbang. Diantara komponen-komponen ekosistem terjadi interaksi, saling
membutuhkan dan saling memberikan apa yang menjadi kebutuhannya. Keseimbangan
tersebut harus tetap terjaga sehingga akan menjadi keberlanjutan dan aliran energi dalam
ekosistem akan tetap terjaga.

Karakteristik esensial yang terdapat dari suatu agroekosistem terdiri dari empat sifat
utaman yaitu produktivitas (productivity), kestabilan(stability), keberlanjutan (sustainability)
dan kemerataan (equitability) (Hairiah,2004).

2.6.1 Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting (INP) merupakan salah suatu indeks yang dihitung berdasarkan
jumlah yang didapatkan untuk menentukan tingkat dominasi jenis dalam suatu komunitas
tumbuhan. Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting pada pohon dan anakan vegetasi dapat
diperoleh dari penjumlahan Frekuensi relatif, Kerapatan relatif, dan Penutupan relatif suatu
vegetasi yang dinyatakan dalam persen (%)(Indriyanto, 2006). Indeks Nilai Penting (INP)
menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta peranannya dalam komunitas, dimana
nilai penting pada vegetasi tingkat pohon, tiang dan pancang didapat dari hasil penjumlahan
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).

INP = KR + FR + DR

Indeks Nilai Penting (INP) adalah penjumlahan nilai relatif (RDi), frekuensi relatif (RFi) dan
penutupan relatif (RCi) dari mangrove (Bengen, 2000).

INP = RDi +RFi + RCi


2.6.2 Prinsip Ekologi

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan


lingkungannya, hubungan yang dilakukan oleh setiap organisme merupakan interaksi yang
komplek karena banyak melibatkan komponen lingkungan (Madiong, 2012). Ekologi dikenal
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah tanaman, sedangkan
lingkungannya dapat berupa air, tanah, unsur hara,dan lain-lain. Kata ekologi sendiri berasal
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikosdan logos. Oikosartinya rumah atau tempat
tinggal, sedangkan logosartinya ilmu atau pengetahuan. Maka, dapat disimpulkan bahwa
ekologi artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya.
Nurinda (2006) dalam jurnalnya menuliskan bahwa ekologi juga memiliki prinsip-prinsip
yang dikemukakan oleh (Reijntes et al., 1992), yaitu:

1.Meningkatkan daur ulang biomasa dan optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan alur
hara dan nutrisi. Prinsip ini dapat dilakukan dengan melaku-kan rotasi dengan tanaman-
tanaman pupuk hijau sehingga akan terjadi keseimbangan ekosistem.

2.Memantapkan kondisi tanah untuk per-tumbuhan tanaman dengan mengelola bahan


organik dan meningkatkan biota tanah. Pemberian biomassa pada lahan akan menambah
bahan organik yang selanjutnya akan meningkatkan biota tanah yang berguna dalam
peningkatan kesuburan tanah.

3.Meminimalkan kehilangan karena keter-batasan ketersediaan air melalui pengelolaan air.


Air dibutuhkan tanaman untuk dapat berproduksi optimal, sehingga ketersediaan-nya pada
waktu dan jumlah yang cukup, sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan. Pengelolaan
air dapat dilakukan dengan teknik-teknik pengawetan air tanah.

4.Meningkatkan keragaman spesies dan genetik dalam agroekosistem, sehingga terdapat


interaksi alami yang mengun-tungkan dan sinergi dari komponen-kom-ponen agroekosistem
melalui keragaman hayati.

5. Meningkatkan interaksi biologis yang menguntungkan dn sinergis antara komponen dalam


keanekaragaman hayati pertanian sehingga memicu proses dan jasa ekologis. Peningkatan
interaksi biologis akan menyebabkan keseimbangan ekosistem yang dikarenakan adanya
interaksi sesame makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Rusna, I Wayan,2008. Karakteristik Zone Agroekosistem dan Kesesuaian Lahan di Lereng


Selatan Gunung Batukaru Kabupaten Tabanan dalam Jurnal Media Bumi Lestari Volume : 8
No. 1 February 2008. http://ejournal.unud.ac.id/abstr ak/karakteristiklkp.pdf

Hairiah, Kurniatun, dkk. 2004. Ketebalan Seresah sebagai Indikator Daerah Aliran
Sungai (DAS) Sehat. FP-UB. Malang
Indriyanto.2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. 138 hal.

Bengen, D.G. 2002. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove (Pedoman Teknis).
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut -IPB.Bogor

Madiong, Baso. 2012. HUKUM KEHUTANAN: Studi Penerapan Prinsip Hukum


Pengolahan Hutan Berkelanjutan. Makasar: Celebes Media Perkasa.

Nurinda. 2006. Pengelolahan Agroekosistem dalam Ppengendalian Hama. Malang: Balai


Penelitian Tembakau dan Serat. Vol 5 No. 2:78-85.

Anda mungkin juga menyukai