Anda di halaman 1dari 5

ESAI

“Esensi Pengolahan Kotoran Sapi Menjadi Eco-Friendly Fashion Untuk


Kurangi Green House Effect”

Oleh :

Nama : Durrotun Nashecha Masyitoh fajrin

No. Absen : 08

Kelas : XI MIPA 9

SMA NEGERI 1 PONOROGO


Esensi Pengolahan Kotoran Sapi Menjadi Eco-Friendly Fashion Untuk
Kurangi Green House Effect

Isu tentang efek rumah kaca atau juga dikenal dengan green house
effect sekarang telah menjadi pembicaraan yang tidak asing dalam
masyarakat.Pada dasarnya green house effect merupakan fenomena alam
yang wajar terjadi, namun yang menjadi permasalahan adalah fenomena ini
berjalan terlalu cepat. Yang dapat mengakibatkan berbagai kerusakan di
permukaan bumi, khususnya dapat merusak selimut atmosfer. Hal ini dapat
mengancam kehidupan manusia, dan merusak ekosistem juga merusak
keseimbangan lingkungan. Global warming menjadi salah satu faktor kuat
dalam meningkatnya efek rumah kaca, yang membuat eksistensi manusia
diasumsikan sebagai latar belakang permasalahan yang ada. Penebangan
pohon, polusi, sampah atau limbah, bahkan kekurangan energi adalah bentuk
nyata permasalahan yang melanda sekarang ini. Namun tidak selalu manusia
menjadi faktor meningkatnya green house efect, ternyata hewan juga dapat
menjadi salah satu penyebab dalam memperparah green house effect.
Banyak faktor penyebab global warming khususnya green house effect,
salah satunya adalah pada sektor peternakan, khususnya perternakan sapi.
Sapi termasuk hewan mamalia dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae.
Sapi dipelihara untuk diambil susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Tapi
ternyata kotoran sapi menjadi salah satu penyebab green house effect. Green
house effect sendiri disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas karbon
dioksida (CO2) , belerang dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), dan senyawa
organik seperti metana (CH4) dan klorofluorkarbon (CFC). Selama ini ternyata
sapi merupakan salah satu hewan ternak penyumbang terbesar gas metana.
Sistem pencernaan sapi yang sangat lambat menjadi alasan mengapa hewan
ternak tersebut menghasilkan banyak gas metana. Gas metana sendiri
mengandung emisi green house effect 23 kali lebih ganas daripada dengan gas
CO2, sehingga sangat berbahaya. Dan juga menyumbang lebih dari 30% total
emisi penyebab green house effect, menurut penelitian seorang peneliti yang
berasal dari Argentina.
Untuk menanggulangi hal tersebut tentu banyak pihak yang mencoba
untuk berinovasi agar dapat mengurangi atau memperlambat peningkatan
green house effect. Beberapa contoh inovasi tersebut adalah mengubah
kotoran sapi menjadi biogas, energi listrik, pupuk atau kompos, dan ada juga
yang mengubahnya menjadi gerabah seperti batu bata, genteng, dan
kerajinan keramik lain. Namun tidak pernah terpikirkan untuk mengubah
kotoran sapi menjadi produk fashion. Terobosan ini salah satu hal yang baru
untuk mendaur uang kotoran sapi dan mengelolanya menjadi kebutuhan
sandang alias pakaian untuk dipakai. Hal ini memang terdengar tidak masuk
akal dan tidak mungkin, namun pemanfaatan teknologi yang sudah semakin
pesat sekarang dari waktu ke waktu, tidak memungkiri bahwa hal ini bisa
terjadi.

Berlandaskan dari kepedulian lingkungan dan untuk memerangi global


warming juga green house effect. Eco-friendly fashion dari kotoran sapi ini
tentu ramah lingkungan, namun proses pembuatannya terbilang rumit.
Semua pakaian tentu terbuat dari serat-serat benang yang dilihat dari
teksturnya berbeda dengan kotoran sapi.

Untuk langkah awal adalah memisahkan kotoran sapi antara kotoran


yang kering dengan kotoran yang basah. Lalu di kelola dengan bahan kimia
seperti asam khusus dan mengubah kotoran sapi tersebut menjadi suatu
selulosa (serat) yang nantinya bisa menjadi yang di sebut “mestic”. Nantinya
tidak ada kotoran sapi yang terbuang, semua komponen dalam kotoran
tersebut di gunakan dalam proses pengelolaan. Asam khusus yang digunakan
untuk campuran kotoran kering terbuat dari kotoran sapi yang basah. Untuk
masalah bau selama pengelolaan bau akan berangsur-angsur menghilang
sehingga serat atau benang “mestic” tidak berbau kurang sedap.

Selama proses pembuatannya, gas metana atau CH4 yang menjadi


masalah pokok sebagai polutan terbesar dalam green house effect tersebut
juga ikut tereduksi. Jika benang-benang “mestic” jadi, maka diproses menjadi
kain-kain yang akan dipotong dijait untuk menjadi pakain. Lalu langkah
selanjutnya memberi kan pewarna, desain, atau motif pada kain agar lebih
menarik. Jika kain-kain sudah jadi, maka proses dilanjutkan menjadi pakaian-
pakaian yang telah didesain.

Dengan begini eco-friendly fashion menjadi produk yang membantu


pengurangan meningkatnya green house effect, dan tentunya membantu
manusia untuk menyelamatkan atmosfer khususnya lapisan ozon agar tetap
bertahan dan melindungi kehidupan dibawahnya.

Anda mungkin juga menyukai