Anda di halaman 1dari 3

Dalam kajian Islam, kita menemukan setidaknya dua kategori non-Muslim dalam

Islam, yaitu kafir harbi dan kafir dzimmi atau sering disebut ahli dzimmah. Kafir harbi merujuk
pada non-Muslim yang memusuhi umat Islam dan berusaha menghalangi dakwah Islam.
Sementara kafir dzimmi adalah non-Muslim yang hidup damai dan bergaul bahu-membahu
dengan umat Islam. Ciri kafir dzimmi disinggung dalam Tafsir Al-Qasimi berikut ini:
‫أظهرنا بين الذين الذمة أهل وأما‬، ‫وسالمنا لنا الجزية بأداء رضي ممن‬، ‫وقضائنا ألحكامنا واستكان‬، ‫اآلية؛ تشملهم ال فأولئك‬
‫ذكرناه الذي بالمعنى لنا بمحادّين ليسوا ألنهم‬
Artinya, “Adapun ahlud dzimmah yang ada di tengah masyarakat kita, termasuk mereka yang
rela membayar retribusi kepada kita, hidup damai dengan kita, dan tunduk pada regulasi dan
putusan pemerintah kita, maka mereka itu tidak tercakup dalam ayat ini karena mereka tidak
melakukan perlawanan terhadap kita sebagai makna yang kami jelaskan,” (Lihat M Jamaluddin
Al-Qasimi, Tafsirul Qasimi atau Mahasinut Ta‘wil, [tanpa catatan kota dan tahun], cetakan
pertama, juz XVI, halaman 5731).
Non-Muslim yang masuk dalam kategori ahli dzimmah memiliki hak dan kewajiban
yang sama dengan warga negara lain. Kita sebagai Muslim boleh berinteraksi dan harus bergaul
secara baik dengan mereka sebagai keterangan Tafsir Al-Qasimi berikut ini:
‫لنا ما لهم كان ولذا‬، ‫علينا ما وعليهم‬، ‫ومشاركتهم منهم التزوج وجاز‬، ‫معهم واالتجار‬، ‫مرضاهم وعيادة‬. ‫صلى النبي عاد فقد‬
‫يهوديا وسلم عليه هللا‬، ‫البخاري رواه كما فأسلم اإلسالم عليه وعرض‬
Artinya, “Karena itu mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kita. Kita boleh
menikahi perempuan mereka, berkumpul, bertransaksi, dan menjenguk orang sakit dari
kalangan mereka. Rasulullah SAW pernah menjenguk seorang Yahudi dan juga pernah
mengajaknya memeluk Islam dan yang bersangkutan menerimanya sebagaimana riwayat
Bukhari,” (Lihat M Jamaluddin Al-Qasimi, Tafsirul Qasimi atau Mahasinut Ta‘wil, [tanpa
catatan kota dan tahun], cetakan pertama, juz XVI, halaman 5731).
Syekh M Jamaluddin Al-Qasimi dalam tafsirnya menambahkan bahwa kebijakan dan
regulasi pemerintah wajib melindungi dan mengakomodasi kepentingan mereka. Pemerintah
memiliki kewajiban yang sama dengan umat Islam terkait perlakuan terhadap non-Muslim.
‫أذاهم من والمنع حفظهم اإلمام وعلى‬، ‫أسراهم واستنقاذ‬، ‫اإلسالم أحكام عليهم جرت ألنه‬، ‫عهدهم وتأبد‬، ‫ذلك فلزمه‬، ‫لزم كما‬
‫المسلمين‬، ‫شرحه " و " اإلقناع " في كما‬
Artinya, “Pemerintah wajib melindungi mereka, menghalangi pihak yang ingin menyakiti
mereka, dan menyelematkan tawanan mereka. Pasalnya, hukum yang berlaku di kalangan
Islam berlaku juga pada mereka dan kontrak politik mereka bersifat langgeng. Ini lazim
mengikat pemerintah sebagaimana juga umat Islam seperti tercantum pada Iqna‘ dan syarah-
nya,” (Lihat M Jamaluddin Al-Qasimi, Tafsirul Qasimi atau Mahasinut Ta‘wil, [tanpa catatan
kota dan tahun], cetakan pertama, juz XVI, halaman 5731). Dalam konteks Indonesia dengan
masyarakat yang beragama, toleransi terhadap perbedaan agama, suku, golongan, sangat
diperlukan untuk menjaga keharmonisan sosial.
Perkara-Perkara Yang Tidak Diperbolehkan dalam Non Islam :
1. Tidak boleh mengikuti agamanya, mencakup semua ritual dan
kepercayaannya
2. Tidak boleh membantu non Muslim menghancurkan atau merendahkan
Islam
3. Tidak boleh tasyabbuh bil kuffar, meniru kebiasaan yang menjadi ciri khas
kaum non-Muslim.
4. Tidak boleh menghadiri atau merayakan perayaan kaum non-Muslim
5. Tidak boleh menjadikannya teman dekat, pemimpin dan orang
kepercayaan
6. Tidak boleh seorang Muslimah menjadikan lelaki non Muslim sebagai
suami
7. Tidak boleh pergi ke negeri non Muslim tanpa kebutuhan
8. Tidak boleh memuliakan non Muslim
9. Tidak boleh memakan sembelihan non Muslim yang selain Ahlul Kitab
(Yahudi dan Nasrani).
10.Tidak boleh terlebih dahulu memberikan salam
11.Tidak boleh memintakan ampunan bagi non Muslim yang sudah
meninggal
12.Tidak boleh dimakamkan bersama dengan kaum Muslimin
13.Tidak boleh menjadikannya saudara atau menyebutnya sebagai saudara
14.Tidak boleh menzaliminya
15.Tidak boleh menyakitinya atau menganggu orang kafir yang dijamin
keamanannya oleh kaum Muslimin, yang sedang dalam perjanjian damai,
atau kafir dzimmi
Perkara-Perkara Yang Dibolehkan dalam Non Islam :
1. Boleh bermuamalah atau bergaul dengannya secara umum
2. Boleh berjual-beli atau menggunakan produk buatan non Muslim
3. Boleh berbuat ihsan (baik) dengannya secara umum (memberi hadiah, memberi
bantuan, berkata sopan, bersikap ramah,dll.
4. Boleh menjenguk ketika sakit
5. Boleh menyambung silahturahim dengan kerabat yang non Muslim
6. Boleh memakan makanan non daging sembelihan hasil olahan non Muslim, baik Ahlul
Kitab atau bukan selama tidak ada zat haram didalamnya.
7. Boleh seorang lelaki Muslim menikahi wanita Ahlul Kitab
8. Boleh bersentuhan kulit kecuali terhadap lawan jenis

Bagaimanakah akhlak Nabi terhadap non Muslim?


A. Menolong non Muslim yang lemah
Adalah termasuk kisah yang amat masyhur bahwa nabi adalah yang paling perhatian
terhadap kondisi pengemis tua dari bangsa Yahudi yang menetap disalah satu sudut
pasar di Madinah.
B. Tidak membalas kejahilannya
Ketika masih di Makkah setiap hendak ke Ka’bah dalam perjalanannya Nabi selalu
mendapat perlakuan jahil/ buruk dari seorang Yahudi yang itu dilakukan hampir setiap
kali Nabi melintas.
Terhadap perlakuan buruk itu Nabi tidak membalas, beliau tetap tidak
menghiraukannya. Hingga tiba suatu hari dimana mestinya beliau mendapat perlakuan
buruk(diludahi seorang Yahudi) ternyata saat itu tidak. Bukannya senang, Nabi pun
mencari tahu kemana gerangan si Yahudi. Setelah mendapat kabar bahwa Yahudi sakit,
Nabi pun menjenguknya. Dan luar biasa kaget si Yahudi bahwa Nabi Muhammad orang
yang selama ini diperlakukan buruk, justru menjadi yang pertama menjenguknya kala
ia sakit.
C. Memberikan perlindungan dan pemahaman Islam jika meminta
Allah Ta’ala memerintahkan Nabi untuk memberikan perlindungan kepada orang kafir
yang meminta perlindungan kepada beliau.
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum
yang tidak mengetahui.” (QS: At-Taubah [9]: 6).
Beberapa perkara yang termasuk disyari’atkan bagi seorang muslim
dalam berinteraksi dengan non muslim, diantaranya adalah :
1. Berdakwah ilallah, yaitu seorang muslim mengajak non muslim untuk menyembah
Allah dan menjelaskan kepadanya hakekat Islam, jika memang hal itu memungkinkan
baginya dan ia memang memiliki ilmu (tentangnya).
2. Jika orang non muslim tersebut adalah seorang kafir dzimmi atau musta’min atau
mu’ahad maka seorang muslim tidak boleh menzhaliminya, (baik) tidak
(menzhaliminya) pada hartanya misalnya dengan tidak mencuri, tidak berkhianat dan
tidak menipunya.
3. Seorang muslim tidak dilarang berinteraksi dengan non muslim dalam masalah jual
beli, sewa menyewa dan semisalnya.Tela ada sebuah riwayat yang shalih dari
Rasulullah ‘alaihish shalaatu was salaam bahwa beliau pernah membeli (sesuatu) dari
orang-orang kafir para penyembah berhala dan juga pernah membeli (sesuatu) dari
orang yahudi. Sedangkan ini adalah suatu bentuk muamalah (interksi).
4. (Adapun) tentang masalah salam, tidak boleh memulai mengucapkan salam
kepadanya, hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Janganlah kalian memulai mengucapkan salam kepada kaum yahudi dan nashara
(kristen)” (Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya).

Anda mungkin juga menyukai