Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

KOMUNIKASI PADA LANSIA

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Shintia Gita Rohayati (1714201016)


2. Erinada Niditya P (1714201028)
3. Tasya F P (1714201029)
4. Amelia Putryanti S (1714201039)
5. Putri Andini (1714201014)
6. Amelia Aghni J (1714201006)

SEMESTER 6 KELAS A

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul komunikasi terapeutik pada lansia ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
keperawatan gerontik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
komunikasi terapeutik pada lansia bagi para pembaca dan juga bagi kelompok.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 26 Februari 2020

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir
bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan.
Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru
dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai
untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan
dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana
dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart,
2001: 188).
Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung konstan
dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu, proporsi
populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda. Pertumbuhan jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Jumlah lansia
yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37
persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat
empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Terdapat banyak bukti bahwa
kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan
biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural
dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien
lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta
empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional,
sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007).
Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan untuk mengerti apa
yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan.
Hal ini sangat mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan.
oleh karena itu, perawat perlu menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nugroho,
2008)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi terapeutik ?
2. Bagaimana tahap komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada lansia ?
4. Apa saja factor-faktor yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan komunikasi terapeutik
pada lansia ?
5. Apa saja lingkungan yang baik pada komunikasi terapeutik dengan lansia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa
keperawatan dapat menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia. Sehingga kita dapat
mengaplikasikannya dalam praktik klinik ataupun di dunia kerja nanti.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian komunikasi terapeutik
b. Mahasiswa dapat menyebutkan tahapan komunikasi terapeutik
c. Mahasiswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada lansia
d. Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada
pelaksanaan komunikasi terapeutik pada lansia
e. Mahasiswa dapat mengetahui lingkungan yang baik pada komunikasi
terapeutik dengan lansia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik (Stuart
dan Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam
situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu
juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

B. Tahapan Komunikasi Terapeutik


Hubungan terapeutik memiliki tahapan yang meliputi tahap pra-interaksi, pengenalan,
tahap kerja dan terminal.
1. Tahap I ( pra-interaksi)
Pada tahap ini perawat sudah memiliki beberapa informasi tentang klien lansia, seperti
nama, alamat, umur, jenis kelamin, riwayat kesehatan, dan lain-lain. Pertemuan pertama
dengan lansia dapat membuat cemas perawat yang belum mempunyai
pengalaman. Ada baiknya apabila perawat menyadari perasaan ini.
2. Tahap II (pengenalan)
Perawat dan klien lansia saling mengenal dan mencoba menumbuhkan rasa percaya
satu sama lain. Pada tahap pertemuan ini perawat mengusahakan untuk membuat klien
lansia merasa nyaman dengan beberapa interaksi sosial seperti membicarakan tentang
cuaca. Ada kemungkinan perawat melihat sikap penolakan dari lansia. Hal ini mungkin
karena lansia belum siap untuk mengungkapkan dan menghadapi masalahnya, ada rasa
malu untuk mengakui bahwa lansia memerlukan bantuan, tidak siap mengubah pola
tingkah laku yang menyebabkan masalah kesehatannya, dan lain sebagainya.
Kadang-kadang klien lansia juga ingin menguji ketulusan perawat yang
membantunya. Di sini perawat perlu menunjukkan sikap ketulusan dan kepedulian.
Sebenarnya sikap perawat sangat menentukan apakah hubungannya dengan klien lansia
terapeutis atau tidak.
Tahap pengenalan ini mempunyai tujuan menumbuhkan rasa percaya klien lansia
kepada perawat :
a. Lansia dapat melihat perawat sebagai seorang professional yang mampu
membantunya.
b. Lansia dapat melihat perawat sebagai individu yang jujur, terbuka, dan peduli lansia.
c. Lansia percaya bahwa perawat akan menghargai kerahasiaan hubungan mereka, nilai,
keyakinan, sosio-kulutralnya.
d. Lansia merasa aman dan nyaman dalam mengungkapkan perasaanya.
3. Tahap III (kerja)
Pada tahap ini perawat dank lien lansia menemukan, menghargai dan menerima
keunikannya masing-masing. Rasa peduli dan empati juga akan timbul. Perawat
membantu klien lansia melihat secara mendalam perasaannya agar lansia dapat
memperoleh “insight” tentang masalahnya.
Dengan memeriksa secara mendalam tentang perasaannya, komunikasi dapat
diperlancar apabila perawat menunjukkan:
a. Empati
Perawat akan mampu berempati dengan klien lansia bila mereka “merasakan”
apa yang dialami lansia. Semua teknik komunikasi yang dipakai akan terjadi kaku,
tidak spontan dan tidak genume, tetapi “ sharing” tentang kesulitan klien lansia akan
membuat perawat menjadi spontan dan tulus meresponnya dan sikap ini dapat
dirasakan oleh lansia.
b. Menghargai
Perawat perlu memiliki keyakinan tentang martabat setiap manusia, bahwa
manusia pada dasarnya adalah baik,ia adalah ciptaan Tuhan, dan cenderung menjadi
manusia patut dihargai dan dicintai tanpa memperhatikan perbuatannya melainkan
dirinya. Keyakinan ini akan membantu perawat menerima, mencintai dan
menghargai lansia tanpa syarat.
c. Genuiness
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan disebut genuiness bila :
1) Tidak bersembunyi dalam peran, status, tingkat pendidikannya, dan
sebagainya.
2) Bersikap spontan
3) Tidak defensif, menerima, dan menanggapi kritikan dari lansia tanpa membalas
atau mencari alasan untuk membernarkan diri.
4) Konsisten dengan ekspresi wajah, nada suara, dan sikap tubuh sesuai dengan
apa yang dirasakannya.
5) Mampu membuka diri dan membagi pengalaman bila perlu.
d. Konkret/ specific
Perawat perlu terampil dalam member pertanyaan terbuka. Melalui pertanyaan
terbuka, perawat dapat membantu lansia yang cenderung berbicara secara umum
menjadi lebih konkret dan spesifik.
e. Konfrontasi
Konfirmasi bila perlu dipakai dengan hati-hati dan penuh pengertoan. Konfrontasi
akan lebih mudah diterima lansia bila ia merasa bahwa ia dihargai dan diterima oleh
perawat. Dengan konfrontasi, perawat menunjukkan kepada lansia ketidakcocokkan
antara pikiran, kata-kata atau perbuatannya. Ketidakcocokan ini akan menghambat
pemeriksaaan dan penyadaran diri. Penyangkalan terhadap perasaan dapat membuat
lansia tidak mampu mengatur tingkah lakunya.
4. Tahap IV (terminal)
Tahap ini dapat disertai bermacam-macam perasaan. Mungkin lansia merasa
kehilangan sesuatu, measa bimbang tentang kemampuannya tanpa bantuan dari perawat,
merasa ditinggalkan, dan lain sebagainya. Pada tahap ini, perawat perlu mengungkapkan
kesediannya membantu bila diperlukan agar klien lansia merasa aman.

C. Teknik Komunikasi Terapeutik pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti.
Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat
membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien
lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya
perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau
klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa
yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti
bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan
maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia
senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya
sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil
maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien
karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan
lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya
yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan
yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai
dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi
berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan
petugas kesehatan.

D. Faktor – factor yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan komunikasi terapeutik pada
lansia
1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak” “ibu” kecuali apabila sebelumnya
pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektik Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
5. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat
yang sederhana.
6. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien. Hindari kata-kata medis yang tidak
dimengerti pasien. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
7. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
8. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang
cukup saat berinteraksi.
9. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
10. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

E. Lingkungan yang baik pada komunikasi terapeutik dengan lansia


1. Tempat saat berinteraksi dengan lansia diharuskan tidak tempat baru yang asing bagi
lansia
2. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin
3. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitive terhadap
suara yang berfekuensi tinggi / perubahan kemampuan penglihatan
4. Menghindari lingkungan yang beresiko menyebabkan lansia jatuh
5. Usahakan saat berinteraksi dengan lansia, cari lingkungan yang bebas kendaraan / bebas
dari polusi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada
terhadap perubahan fisik psikologi, emosi, dan social yang mempengaruhi pola
komunikasi. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga menghalangi proses
pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran terhadap suara. Komunikasi yang biasa
dilakukan lansia bukan hanya sebatas tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman, tetapi juga hubungan intim yang terapeutik. Teknik komunikasi yang baik akan
memperbaiki outcome pasien lanjut usia dan caregiver-nya. Bukti mengindikasikan
bahwa outcome perawatan kesehatan untuk orang tua tidak hanya tergantung pada
perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan perawatan yang
diciptakan melalui komunikasi yang efektif.
B. Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan. Besar harapan kami
kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Stanley,
Mickey. 2006.

Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients and
their physicians. Clin Geriatr Med

William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the physician-
older patient relationship: effective communication with vulnerable older patients. Clin Interv
Aging

Kushariyadi. 2010. Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta : Salemba Medika
Indrawati. 2003. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC

Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai