Anda di halaman 1dari 9

STANDAR PENDIDIKAN UNTUK CALON GURU SAINS:

PEDAGOGI MATERI SUBJEK SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN


PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI CALON GURU

Oleh
Rosnita
(PGSD, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Pengetahuan profesional yang penting bagi guru yaitu;


pengetahuan konten materi subjek (konten akademik), pengetahuan konten
pedagogi dan pengetahuan kurikuler. Pengembangan pengetahuan konten
pedagogi sangat penting dikuasai oleh calon guru dan guru. Penguasaan
konten pedagogi merupakan salah satu tuntutan dari standar kompetensi
Guru yang meliputi; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pengetahuan konten
pedagogi merupakan bentuk representasi dari materi subjek yang sangat
berguna, karena banyak mengandung analologi, ilustrasi, contoh,
eksplanasi, dan demonstrasi.

Kata Kunci: standar pendidikan, pedagogi materi subjek, pengetahuan konten

Pendahuluan
Berdasarkan PP Nomor 19 pengetahuan baik yang terkait
Tahun 2005 tentang Standar dengan pengetahuan materi subjek
Nasional Pendidikan yang maupun pengetahuan yang terkait
dinyatakan dalam ayat Pasal 28 ayat dengan pengetahuan konten
(3) bahwa kompetensi sebagai agen pedagogi. Menurut Tobin dan
pembelajaran pada jenjang Garnet ( Gabel 1994) pengetahuan
pendidikan dasar, menengah serta konten akademik yang kuat perlu
pendidikan anak usia dini meliputi; dimiliki guru maupun calon guru
Kompetensi pedagogi, kompetensi dalam upaya memberikan
kepribadian, kompetensi sosial dan pembelajaran kepada siswa. Namun
kompetensi profesional. Keempat pada kenyataannya masih banyak
kompetensi tersebut juga tertuang calon guru dan guru yang lemah
dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 dalam penguasaan pengetahuan
tentang Guru dan Dosen.Sementara konten akademiknya. Ketidak
itu menurut Shulman (1987) tiga mampuan ini khususnya terjadi
dimensi pengetahuan profesional dalam menyatukan struktur
yang penting bagi guru yaitu; pengetahuan yang stabil sesuai
pengetahuan konten materi subjek bidangnya (Lederman Gess-
(konten akademik), pengetahuan Newsome dan Latz dalam SSTP,
konten pedagogi dan pengetahuan 1998).
kurikuler. Di sisi lain, seorang calon
Dari standar kompetensi guru dan guru dituntut mampu
tersebut nampak seorang guru menyampaikan konten materi subjek
dituntut untuk menguasai tersebut kepada siswa sehingga dapat
diterima dan dipahami, untuk itu sebagai dasar untuk membantu siswa
guru juga harus memiliki dalam memahami konsepnya.
pengetahuan mengenai konten Sementara seorang ilmuwan
pedagogi. Seorang guru yang kuat mengorganisasi pengetahuannya dari
dalam pengetahuan konten materi susut pandang penelitian dan
subjeknya namun lemah dalam digunakan sebagai dasar untuk
pengetahuan konten pedagogiknya mengembangkan pengetahuan baru
akan mengakibatkan kesulitan bagi dalam bidangnya (Cocchran dalam
siswa untuk dapat memahami materi Gabel;1994)
subjek yang disampaikan guru. Pengembangan pengetahuan
Sementara apabila guru lemah dalam konten pedagogi dapat dijembatani
pentahuan konten materi subjek oleh pandangan Pedagogi Materi
tetapi kuat dalam pengetahuan Subjek (PMS). Melalui kajian PMS
konten pedagogiknya maka mungkin calon guru dan guru dapat
terjadi ketidak sesuaian antara materi mengembangkan eksplanasi
yang disampaikan guru dengan pedagogi yang diturunkan atau
tuntutan akademik dari struktur direpresentasikan dari eksplanasi
keilmuannya. ilmiah. Berdasarkan latar belakang
Dengan demikian, tersebut maka akan dikaji lebih lanjut
pengetahuan konten akademik dan tentang Pedagogi Materi Subjek
pengetahuan konten pedagogik sebagai sarana pengembangan
keduanya harus dimiliki calon guru pengetahuan konten pedagogi calon
dan guru. Dalam kajian ini akan guru dan guru.
dibahas lebih lanjut tentang
pengembangan pengetahuan konten Pengetahuan Konten Pedagogi
pedagogik calon guru dan guru, sebagai Salah Satu Standar
mengingat pentingnya penguasaan Penyiapan Calon Guru
konten peagogik sebagai salah satu Konsep tentang pengetahuan
tuntutan dari standar kompetensi. konten pedagogi disusun oleh
Pengetahuan konten pedagogi Shulman (1986) yang mencakup ide
tidak sekedar pengetahuan tentang tentang keberhasilan guru dalam
pedagogi seperti yang dipelajari pembelajaran dengan pemahaman
dalam ilmu psikologi, namun konten akademik dan pedagogi
pengetahuan ini menyangkut secara khusus. Pengetahuan konten
bagaimana calon guru dan guru pedagogi merupakan bentuk
mampu melakukan organisasi konten representasi dari materi subjek yang
materi subjek sehingga menjadi sangat berguna, karena banyak
mudah diajarkan dan dapat diterima mengandung analolgi, ilustrasi,
oleh siswa. contoh, eksplanasi dan demonstrasi.
Dalam mengorganisasi Pengetahuan konten pedagogi tidak
pengetahuan terdapat perbedaan hanya sekedar pengetahuan tentang
antara ilmuwan dan seorang guru. konsep-konsep, prinsip, dan topik
Seorang guru sains yang dalam suatu disiplin ilmu namun
berpengalaman akan mengorganisasi juga meliputi bagaimana materi
pengetahuan sains dari sudut subjek tersebut diajarkan.
pandang pengajaran dan digunakan
Berdasarkan dokumen buku teks dan menggunakan
Developing and Suporting Teacher eksplanasi tetapi juga bagaimana
for Elementary School Science guru mengorganisasi pengetahuan-
Education dinyatakan bahwa guru- nya dan bagaimana melakukan
guru perlu mengetahui baik konten interaksi dengan siswa.
sains maupun pedagogi untuk Dari uraian di atas dapat
mengajarkan sains. Shulman lebih dipahami bahwa salah satu
jauh menjelaskan bahwa seorang kemampuan yang dituntut dari calon
guru tidak cukup hanya mengetahui guru dan guru kemampuan untuk
keterampilan generik mengajar yang mengorganisasi struktur pengetahuan
baik akan tetapi masing-masing kontennya dan dapat menintegrasi-
disiplin ilmu memerlukan strategi kan kemampuan tersebut dengan
mengajarnya sendiri. pengetahuan konten pedagogi.
Hal ini didukung pula oleh Lee Shulman pada akhir
hasil penelitian Tamir (dalam tahun 1970 mengembangkan
Gabel,1994) yang menganjurkan ”Pedagogical Content Knowledge”
dalam pengembangan program sebagai respon terhadap permasalah-
pendidikan guru sains hendaknya an dalam pengajaran (Woollard,
menekankan pada pengetahuan 2006). Shulman membagi pengetahu-
materi subjek, pengetahuan pedagogi an menjadi tiga bagian : Pengetahuan
umum dan pengetahuan konten konten materi subjek, Pengetahuan
pedagogi. Penelitian lain melaporkan konten pedagogi, dan pengetahuan
bahwa seorang guru sekolah konten kurikulum. Lebih lanjut para
menengah atas banyak melakukan ahli mulai mengembangkan berbagai
kesalahan dalam mengajar suatu model PCK salah satu nya adalah
topik yang bukan bidangnya dan Model Science For All. Dalam
dapat mengakibatkan terjadinya Model Science For All kedudukan
miskonsepsi (Happs, 1987). PCK dengan komponen lain dalam
Sementara itu Yager dan Penick pembelajaran sains masing-masing
(Gabel, 1994) melaporkan bahwa saling berhubungan.
pengetahuan konten sains yang kuat Pandangan Shulman
tidak selalu berhubungan langsung membantu mendeskripsikan materi
dengan kemampuannya dalam subjek kedalam tiga aspek yaitu
mengkomunikasikan aspek konten, aspek subtansi dan
pemahamannya. aspek sintaktikal. Aspek sintaktikal
Temuan-temuan tersebut adalah perwujudan dari pandangan
memperlihatkan pentingnya pengeta- dasar pengembangan keilmuan
huan konten materi subjek dan dalam wacana membangun
pengetahuan konten Pedagogi. pengetahuan. Dalam Siregar (2000)
Interaksi antara pengetahuan konten aspek sintaktikal dirujuk sebagai
materi subjek dengan pedagogi mendefinisikan, menghubungkan,
nampak dari cara guru menggunakan menguji, dan memproduksi. Ini
representasi dalam memberikan merupakan keterampilan intelektual
penjelasan. Pengetahuan materi yang merupakan tindakan wacana.
subjek tidak hanya mempengaruhi Tindakan wacana diterapkan
bagaimana cara guru memodifikasi
terhadap konten materi subjek untuk proses penalaran yang digunakan
membangun struktur substantif. dalam teori untuk merumuskan
Untuk lebih memahami pertanyaan hubungan antar konstruk
tentang pengetahuan konten dan teori, biasanya melibatkan
pedagogi akan dijembatani oleh oprasional matematis (Introduction).
pandangan Pedagogi materi subjek. (3) Menguji : Proses menghubungan
Pedagogi materi subjek akan konsep teoritis dengan definisi
memberikan acuan teknis tentang oprasional (Transduction). (4)
pelaksanaan analisis wacana Memproduksi: proses untuk
sehingga calon guru dan guru dapat memprediksi teori yang dapat diuji
mengembangkan keterampilan secara empirik biasanya melalui
intelektualnya dalam upaya membe- deduksi (Production).
rikan tindakan wacana terhadap Aspek Subtantif meliputi: (1)
konten materi subjeknya. Konsep Teoritis:rujukan terhadap
proses atau entitas yang merupakan
Pedagogi Materi Subjek ide kunci. (2) Struktur Logika:
1. Peranan Struktur Ilmu dalam Oprasi logika yang menghubungkan
Pengetahuan Konten Pedagogi konsep teoretis dalam persamaan
Shulman (1987) membagi atau pernyataan. (3) Definisi
materi subjek dalam tiga aspek Oprasional: Pernyataan yang
(konten, subtantif dan sintaktikal). merujukkan bagaimana konsep
Pada konteks pedagogi aspek teoretis dihubungkan dengan
sintaktikal diadaptasikan sebagai observasi. (4) Model Teoretis:
uapaya pengukuhan yang gambaran mental, analogi atau
diwujudkan dengan menyusun hubungan matematis yang mudah
konten menjadi bangunan substansi divisualisasi.
berdasarkan hukum, teori, aturan dsb Aspek sintaktikal pada
tanpa suatu keharusan untuk dasarnya adalah keterampilan
memvalidasinya namun upaya intelektual dalam mewujudkan
memvalidasi dapat dilakukan oleh fungsi spesifik dalam menyusun
keterampilan intelektual karena struktur ilmu. Dengan demikian
kebenaran pengetahuan yang berhasil struktur ilmu perlu ditampilkan untuk
di bangun dapat ditentukan oleh memperlihatkan fungsi kendali
keterpaduan konten saat pengetahuan sintaktikal terhadap
mewujudkan substansinya. pengetahuan substantif. Aspek
Hal ini dipetakan oleh Gardner Sintaktikal juga berkaitan dengan
(1975) dalam tahapan tertentu yang tugas merekonstruksi pengetahuan
merujuk kepada struktur dalam bentuk yang lebih sederhana,
keilmuannya, yaitu hubungan aspek karena dalam aspek pedagogi konten
sintaktikal dan aspek subtantif. dikonstruksi menjadi substansi yang
Aspek Sintaktikal meliputi: (1) tetap mengikuti dasar pengembangan
Mendefinisikan : proses menemukan dan dasar validasi materi subjek.
konsep teoritis yang baru, atau Struktur ilmu memegang
meminjam konsep yang sudah ada peranan penting dalam tugas
untuk mengembangkan teori baru eksplanasi pedagogi, karena struktur
(Abduction). (2) Menghubungkan: ilmu memberikan kejelasan posisi
materi subjek yang merupakan hasil guru harus memilih materi yang akan
perumusan kurikulum dan sebagai disampaikan, keterampilan intelek-
wakil setia disiplin keilmuwan. tual yang harus dimiliki adalah
Berdasarkan pandangan analisis membandingkan dan menganalisis.
wacana pembedaan aspek subtantif c. Directing, dalam hal ini guru
dan aspek sintaktikal diperlukan meminta siswa untuk menyajikan
untuk memudahkan oprasionalisasi semua konsep yang ada berdasarkan
definisi keterampilan intelektual struktur logikanya. Siswa
menurut tindakan-tindakan kognitif diikutsertakan dalam menilai,
yang diterapkan terhadap materi memberikan persetujuan , serta
subjek. Lebih lanjut Siregar (1995) membuat keputusan berdasarkan
menjelaskan hubungan timbal balik materi subjek yang tersedia. Siswa
antara materi subjek dengan analisis dihadapkan pula pada persoalan yang
wacana bersifat mutualistik. Dengan nyata sedangkan guru berperan
menerapkan analisis wacana sebagai pembimbing. Ketermpilan
terhadap struktur ilmu, maka intelektual yang harus dimiliki
interaksi antara fungsi substantif adalah mengembangkan eksplanasi,
dengan fungsi sintaktikal menjadi dan pemecahan masalah.
lebih transparan. Sedangkan Dalam proses belajar mengajar
penerapan struktur ilmu terhadap upaya membangun pengetahuan
analisis wacana menyebabkan disini merupakan wacana yang
analisis tindakan verbal menjadi berupa keterampilan intelektual guru
lebih spesifik eksplisit. dan siswa serta logika internal dari
materi subjek. Keterampilan
2. Proses Belajar Mengajar intelektual siswa akan nampak dari
sebagai Fenomena Wacana bagaimana ia merespon eksplanasi
Proses belajar mengajar pedagogi guru, dan seharusnya guru
merupakan suatu fungsi wacana. harus tanggap terhadap respon yang
Dalam hal ini struktur wacana kelas diberikan oleh siswa.
adalah kumpulan kegiatan yang Keseluruhan dari komponen
berlangsung sesuai dengan tujuan PBM memiliki hak prerogratif yang
yang telah ditetapkan oleh guru saling mendukung menurut
sebagai kendali sentral. Pada fungsinya terutama dalam tugas
hakekatnya fungsi wacana dapat membangun pengetahuan. Hak
dikelompokkan dalam beberapa prerogratif guru adalah mengendali-
bentuk yang meliputi: kan wacana dengan tugas tertentu
a. Informing, Materi subjek disajikan yang perlu didefinisikan berdasarkan
secara lengkap sehingga siswa hanya pedagogi materi subjek. Hak tersebut
menerima, keterampilan intelektual memberikan kesempatan untuk
yang harus dimiliki adalah membuat mengorganisasi PBM menurut dasar
deskripsi, memberikan definisi, dan epistomologinya materi subjek.
memberikan contoh. Sementara itu hak prerogratif siswa
b. Eliciting, merupakan penyajian adalah bertanya dan bekerja sama
materi subjek yang lebih mendalam dengan guru. Hak prerogratif materi
dari pada informing, untuk dapat subjek adalah sebagai narasumber
mengembangkan materi subjeknya sesuai dengan fungsinya sebagi
acuan nilaikebenaran yang kepada pembelajar. Materi yang
dikembangkan oleh guru dan siswa disampaikan adalah materi subjek.
(Siregar,1999). Materi subjek ini merupakan hasil
abstraksi dari eksplanasi ilmiah yang
3. Pemetaan Hubungan Eksplanasi dihasilkan dari suatu kegitatan ilmiah
Ilmiah dan Eksplanasi (Siregar, 1994).
Pedagogi Pada dasarnya materi subjek
Eksplanasi merupakan produk dalam memerankan komponen
dari penerapan komponen eksplanan eksplanandum merujuk pada
terhadap eksplanan yang lain yakni fenomena ilmiah atau teori atau
eksplanandum secara deduktif dan hukum MIPA, walaupun ada
eksplisist berdasarkan hukum dan perbedaan fungsi eksplanasi.
teori (Siregar dkk, 1995). Dalam Perbedaan yang cukup mendasar
pengembangan ilmu, fenomena alam adalah beralihnya fungsi teori hukum
memerankan fungsi eksplanandum menjadi komponen eksplanandum
sedangkan fungsi eksplanan bersama-sama dengan gejala ilmiah.
diperankan oleh teori, hukum , Kemudian sebagai fungsi wacana
aksiona dan lain sebagainya. Dalam eksplanasi pedagogi tidak perlu
konteks pembelajaran fungsi tergantung eksplanasi ilmiah,
eksplanandum diperankan oleh sehingga dalam eksplanasi pedagogi
materi subjek dan fungsi eksplanan ini peran eksplanan dapat diambil
diperankan oleh pedagogi materi alih oleh struktur wacana sebagai
subjek. Sehingga dengan adanya kegiatan untuk memperoleh
identifikasi fungsi sintaktikaldan pengetahuan.
fungsi substantif sebagai fenomena Ditinjau dari fungsinya
analisis wacana memungkinkan eksplanasi pedagogi ini merupakan
deskriptif transformasi eksplanasi sistem ekspalnasi ilmiah. Dalam
ilmiah menjadi eksplanasi pedagogi. Pengertian fungsi eksplanasi
Menurut Martin (1990, dalam pedagogi akan mengorganisasi
Siregar dkk, 1995) perbedaaan fungsi hukum dan teori ke dalam suatu
substantif dan fungsi sintaktik eksplanan untujk maksud
disebabkan khalayak sasaran antara memecahkan masalah. Siregar dkk
keduanya berbeda. Khalayak sasaran (1995) menjelaskan pula bahwa
eksplanasi ilmiah adalah para pakar, pengorganisasian tersebut diperankan
sedangkan khalayak sasaran oleh analisis wacana pemecahan
eksplanasi pedagogi adalah peserta masalah menurut dimensi elaborasi
didik. dan progesi.
Berdasarkan proses yang Eksplanasi ilmiah dalam bentuk
menghasilkannya, dapat dibedakan mikro merupakan hasil produksi
antara eksplanasi dengan eksplanasi oprasi fungsi sintaktikal terhadap
pedagogi. Eksplanasi ilmiah fungsi substantif dari suatu
dihasilkan dari kegiatan penelitian pengetahuan untuk membentuk
terhadap suatu permasalahan, berbagai pernyataan. Fungsi
sedangkan eksplanasi pedagogi sintaktikal dijalankan sesuai dengan
dihasilkan dari kegiatan wacana hukum dan teori yang berlakupada
sebagai tugas penyampaian materi sustu disiplin ilmu, sedangkan fungsi
substantif merupakan konten dari dengan latar belakang peserta didik.
disiplin ilmu. Kriteri ini dapat dibagi menjadi
Hasil dari pengembangan teori beberapa kriteria; kriteri intelligible
dan hukum dalam eksplanasi ilmiah (dipahami sebagai suatu prosedur),
digabungkan membentuk Plausible(dipahami sebab
pernyataan-pernyataan ilmiah untuk berhubungan dengan pengalaman),
konsumsi para pakar. Untuk bahan Furitful (dipahami sebab dapat
pengejaran, eksplanasi ilmiah ini digunakan). Dengan demikian
perlu ditransformasikan dalam kriteria accessinble merujuk pada
bentuk materi subjek dengan transformasi materi subjek menurut
memperhatikan sifat teacheble dan kriteria psikologi belajar.
accessible. Semua transformasi matei
Analisis wacana berperan subjek berlangsung dengan
merekonstruksi kembali langkah- mempertimbangkan kondisi siswa
langah analisis pakar sebelum sebagai khalayak sasaran yang
merumuskan penelitiannya sebagai memerlukan diversifikasi keilmuan
suatu produk eksplanasi ilmiah). pada tingkat bawah. Proses tersebut
Dalam penerapan eksplanasi pada juga memerlukan pengetahuan dasar
pengajaran perlu diperhatikan cara lain yang sudah diidentifikasi
merumuskan pedagogi materi subjek Shulman. Secara khusus transformasi
menjadi suatu representasi materi subjek dapat dielaborasi
pengetahuan agar pengajar dapat menggunakan pedagogi umum untuk
menyampaikan materi subjek yang kriteria teachable dan accessible
disebut debagai wakil setia. menggunakan psikologi belajar.
Masalahnya adalah kesesuaian Menurut Siregar (1994) rumusan
eksplanasi pedagogi dan eksplanasi eksplanasi pedagogi diturunkan dari
ilmiah hanya dapat dilakukan melalui model representasi teks. Penurunan
struktur bawah dari masing-masing eksplanasi peadgogi dari representasi
bentuk eksplanasi. teks dilakukan dengan menerapkan
Seandainya diasumsikan bahwa dasar analisis berdasarkan kriteria
tugas mengajar adalah fungsi wacana ketetapan dan kejelasan struktur
maka kriteria teachable perlu materi subjek.
mengacu pada bentuk pengajaran Kriteria kejelasan adalah
materi subjek yang disesuaikan kejelasan hubungan antar unit-unit
dengan kondisi peserta didik. Bentuk teks dan dica[pai melalui pentahapna
itu dapat berupa kejelasan struktur tindakan wacana dari dimensi
wacana yang digunakan dalam elaborasi. Sedangkan kriteria
bentuk materi subjek. Jadi teachable ketetapan adalah terkendalinya
berhubungan dengan tugas ketetapan struktur mari materi subjek
memanipulasi materi subjek agar yang dicapai dengan pengembangan
sesuai dengan variasi kemampuan dimensi progresi.
intelektual siswa. Lebih jauh Van Dijk dan
Untuk Kriteria accessible Kinntsch (1983) menyatakan bahwa
ditandai dengan kemampuan guru representasi teks merupakan hasil
dalam menampilan berbagai abstraksi dari pengorganisasian unit-
abstraksi pengalaman yang sesuai unit wacana yakni proposisi, hal ini
disebabkan keterkaitan antara dan guru, adalah penting penguasaan
wacana dengan materi subjek tidak sebagai salah satu tuntutan dari
dapat dipisahkan. Proposisi dapat standar kompetensi.
disamakan dengan gagasan yang Pengetahuan konten pedagogi
selalu terdiri dari dua usur yaitu tidak sekadar pengetahuan tentang
hubungan dan argumen (Dahar pedagogi seperti yang dipelajari
R.W,1996). Dalam proposisi dalam ilmu psikologi, namun
hubungan berperan sebgai penjelasan pengetahuan ini menyangkut
dari argumen , oleh karenanya bagaimana calon guru dan guru
hubungan ini dapat berupa kata sifat, mampu melakukan organisasi konten
kata kerja maupun kata keterangan. materi subjek sehingga menjadi
Dengan demikian hubungan mudah diajarkan dan dapat diterima
mempunyai makna yang lebih sempit oleh siswa.
dari argumen, akan tetapi hubungan Dalam mengorganisasi
membatasi argumen. pengetahuan terdapat perbedaan
Semenara itu menurut Siregar antara ilmuwan dan seorang guru.
(1998) proposisi merupakan Seorang guru sains yang
pernyataan pengukuhan mengenai berpengalaman akan mengorganisasi
antar hubungan konsep. Model pengetahuan sains dari sudut
representasi tersebut dikembangkan pandang pengajaran dan digunakan
dengan mengidentifikasi garis sebagai dasar untuk membantu siswa
penghubung antar proposisi. dalam memahami konsepnya.
Identifikasi garis penghubung perlu Sementara seorang ilmuwan
dilakukan karena merupakan mengorganisasi pengetahuannya dari
tindakan wacana guru terhadap susut pandang penelitian dan
materi subjek juga terhadap siswa, digunakan sebagai dasar untuk
tindakan wacana tersebut disenut mengembangkan pengetahuan baru
tindakan global atau tindakan makro. dalam bidangnya (Cocchran dalam
Tindakan ini merupakan sarana Gabel;1994).
untuk untuk mengaplikasikan kriteria Program pendidikan guru
accesible dan teachable yang sains hendaknya menekankan
berfungsi sebagai wacana karena penguasaan pada pengetahuan materi
diterapkan kepada siswa dan materi subjek, pengetahuan pedagogi umum
subjek (Siregar dkk , 1995). dan pengetahuan konten pedagogi.
Salah satu kemampuan yang dituntut
Penutup dari calon guru adalah kemampuan
Pengetahuan konten pedagogi untuk mengorganisasi struktur
merupakan bentuk representasi dari pengetahuan kontennya dan dapat
materi subjek yang sangat berguna, menintegrasikan kemampuan
karena banyak mengandung analolgi, tersebut dengan pengetahuan konten
ilustrasi, contoh, eksplanasi dan pedagogi.
demonstrasi. Pengetahuan konten Pengembangan pengetahuan
akademik dan pengetahuan konten konten pedagogik dapat dijembatani
pedagogik keduanya harus dimiliki oleh pandangan Pedagogi Materi
calon guru dan guru. Pengetahuan Subjek (PMS). Melalui kajian PMS
konten pedagogik bagi calon guru calon guru dan guru dapat
mengembangkan eksplanasi pedago- Bandung, Bandung: FPMIPA
gik yang diturunkan atau IKIP Bandung.
direpresentasikan dari eksplanasi Siregar, N. , Nuryani, R., Eddy M.H.
ilmiah. 1995. Studi Penerapan Pedagogi
Materi Subjek dalam Penulisan
Daftar Pustaka Buku teks MIPA Untuk
Dahar,R.W. 1996. Teori-teori mengembangkan Keterampilan
Belajar. Jakarta: Erlangga. Intelektual Mahasiswa FPMIPA
Gardner, P.L. 1994. Science and IKIP Bandung, Penelitian IKIP
Structure of Knowledge. Dalam Bandung, tidak diterbitkan.
P.L. Gardner (ED.) The Structure Siregar, N. 1998. Penelitian Kelas:
of Science Education. Hawthorn: Teori, Metodologi, dan Analisis.
Longman Australian PTY. Bandung: IKIP Bandung Press.
Gabel. 1994. Hand Book of Research Siregar, N. 1999. Penerapan
on Science Teaching Learning: A Pedagogi Materi Subjek dalam
Proyek of the National Sience Mengajarkan Thermodinamika
Teacher Assosiation. New York: Untuk Menanggulangi
Macmillan Publishing Company. Kesalahan-kesalahan Mahasiswa.
National Research Council. 1996. Proyek PGSM. Penelitian
National Science Educational Peningkatan Kualitas Pembela-
Standards. Washington, DC: jaran. Lembaga Penelitian IKIP
National Academyc Press. Bandung.
National Science Teachers Siregar, N. 2000. Peranan Struktur
Association in Collaboration with Ilmu dan Pengembangan
the Association for Education of Kurikulum. Makalah.
Teacher in Science. 1998. Disampaikan pada Lolakarya
Standards for Science Teacher Penyusunan Proposal Hibah
Preparation. Penelitian /Pembelajaran Due
Van Dijk, T. And Kintsch,W. 1983. Like. FPMIPA UPI.
Strategies of Discourse Woollard, J. 2004. Pedagogic
Comprehension. New York: Metaphor and Teaching:
Akademic Pres Pedagogical Content Knowledge
Shulman. 1987. Knowledge and - a l review. On line,
Teaching Foundation of The New Tersedia://http//pedagogical
Reform, Harvard Educational content knowledge. htm.
Review,1, 1-22. (07/08/2006).
Siregar, N. , Nuryani, R., Eddy M.H.
1994. Buku Panduan Analisis
dan Penulisan Buku Teks MIPA

Anda mungkin juga menyukai