Anda di halaman 1dari 18

i

LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
TAHUN 2020

Disusun Oleh :
WURI HANDAYANI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE


TAHUN 2020

Laporan ini telah disetujui untuk dipertanggung jawabkan dihadapan pembimbing


materi dan kepala ruangan
Program Studi Ners (Profesi) Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

Tangerang, Februari 2020

Pembimbing Materi Pembimbing Lapangan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
1. Definisi
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak.
Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam
tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma)(Lynda
Juall Carpenito, 1995).
Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang
terganggu.
2. Etiologi
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke antara lain :
a. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :

1. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.

 Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan


kepingan thrombus (embolus)
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
3. Arteritis( radang pada arteri )
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
1. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease.(RHD)
2. Myokard infark
3. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
4. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
c. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesaran darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.

3. Manifestasi Klinis
Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya
a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (Hemiparase atauhemiplegia)
b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya
hemiparase) yang timbul mendadak.
c. Tonus otot lemah/ kaku
d. Menurun atau hilangnya rasa
e. Gangguan lapang pandang
f. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
g. Disartria (bicara pelo atau cadel)
h. Gangguan persepsi
i. Gangguan status mental
j. Vertigo , mual, muntah atau nyeri kepala
4. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.serta edema
dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau
kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema
pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya
tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan meyebabkan perdarahan cerebral,
jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan
oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah..
Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya
cardiac arrest.
5. Klasifikasi
Menurut muttaqin 2008 stroke dapat di klasifikasikan menurut patologi dan
gejala kliniknya:
a. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahansubarachnoid.
disebabkan oleh pecahnyapembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu.biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif
namun bisa terjadi saat istirahat.Kesdaran pasien menurun.
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lamaberistirahat , baru bangun tiduratau di pagi hari.
tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema skunder, kesadaran
umumnya baik.
6. Pemeriksaan penunjang
a. T scan, yang merupakan pemeriksaan yang paling cepat dan paling
efektif, untuk menentukan lokasi perdarahan otak yang terjadi.

b. MRI scan, yang dapat membantu dalam memberikan informasi


mengenai aliran darah ke otak.

c. Angiografi otak, yang dapat dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan,


untuk mengetahui perkembangan perdarahan yang terjadi.

d. Pemeriksaan cairan serebrospinal, yang dilakukan dengan mengambil


cairan dari area otak dan tulang belakang, dapat dilakukan jika hasil CT
scan atau MRI belum cukup untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan
ini sangat jarang dilakukan..
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan)
4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
5) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan
obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun
pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya
terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi,
antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
 Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
 Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
 Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
2. Pemeriksaan integumen
 Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping
itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
 Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
 Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala : bentuk normocephalik
 Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
 Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central.
(2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu
sisi tubuh.
(3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf
Misbach, 1999)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intracerebral.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori,
penurunan penglihatan
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah otak
5. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (
RENCANA KEPERAWATAN

naannn No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan 1.Anjurkan kepada 1.Untuk mencegah
perfusi jaringan tindakan klien untuk bed rest perdarahan ulang
otak yang keperawatan selama total 2.Mengetahui setiap
berhubungan 3x24 jam perfusi 2.Observasi dan catat perubahan yang terjadi
dengan jaringan otak dapat tanda-tanda vital dan pada klien secara dini
perdarahan tercapai secara kelain tekanan dan untuk penetapan
intra cerebral optimal intrakranial tiap dua tindakan yang tepat
Kriteria Hasil: jam 3.Mengurangi tekanan
1. Klien tidak gelisah 3.Berikan posisi arteri dengan
2.Tidak ada keluhan kepala lebih tinggi 15- meningkatkan
nyeri kepala, mual, 30 dengan letak drainage vena dan
kejang. jantung (beri bantal memperbaiki sirkulasi
3.GCS 456 tipis) serebral
4.Pupil isokor, reflek 4.Anjurkan klien 4.Batuk dan mengejan
cahaya (+) untuk menghindari dapat meningkatkan
4.Tanda-tanda vital batuk dan mengejan tekanan intra kranial
normal (nadi : 60- berlebihan dan potensial terjadi
100 kali permenit, 5.Ciptakan lingkungan perdarahan ulang
suhu: 36-36,7 C, yang tenang dan batasi 5.Rangsangan
pernafasan 16-20 kali pengunjung aktivitas yang
permenit 6.Kolaborasi dengan meningkat dapat
tim dokter dalam meningkatkan
pemberian obat kenaikan TIK.
neuroprotektor Istirahat total dan
ketenagngan mingkin
diperlukan untuk
pencegahan terhadap
perdarahan dalam
kasus stroke
hemoragik /
perdarahan lainnya
6. Memperbaiki sel
yang masih viabel

2 Gangguan Setelah dilakukan 1.Ubah posisi klien 1.Menurunkan resiko


mobilitas fisik tindakan perawatan tiap 2 jam terjadinnya iskemia
berhubungan selama 3x24 jam 2.Ajarkan klien untuk jaringan akibat
dengan klien mampu melakukan latihan sirkulasi darah yang
hemiparese/he melaksanakan gerak aktif pada jelek pada daerah yang
miplegia aktivitas fisik sesuai ekstrimitas yang tidak tertekan.
dengan sakit 2. Gerakan aktif
kemampuannya 3.Lakukan gerak pasif memberikan massa,
Kriteria Hasil : pada ekstrimitas yang tonus dan kekuatan
1.Tidak terjadi sakit otot serta memperbaiki
kontraktur sendi 4.Berikan papan kaki fungsi jantung dan
2.bertabahnya pada ekstrimitas dalam pernapasan
kekuatan otot posisifungsionalnya 3.Otot volunter akan
3.Klien 5.Tinggikan kepala kehilangan tonus dan
menunjukkan dan tangan kekuatannya bila tidak
tindakan untuk 6.Kolaborasi dengan dilatih untuk
meningkatkan ahli fisioterapi untuk digerakkan
mobilitas latihan fisik klien 4.Mencegah
kontraktur dan
memfasilitasi
kegunaanya jika
berfungsi kembali
5.Menaikan aliran
balik vena dan
membantu mencegah
terbentuknya edema
6.Program yang
khusus dapat
dikembangkan untuk
menemukan
kebutuhan yang berarti
/ menjaga kekurangan
tersebut dalam
keseimbangan,
koordinasi dan
kekuatan
3 Gangguan Setelah dilakukan 1.Tentukan kondisi 1.Untuk mengetahui
persepsi tindakan perawatan patologis klien tipe dan lokasi yang
sensori selama 3x24 jam 2.Kaji gangguan mengalami gangguan,
berhubungan persepsi sensorik penglihatan terhadap sebagai penetapan
dengan meningkat secara perubahan persepsi rencana tindakan.
penurunan optimal 3.Latih klien untuk 2.Untuk mempelajari
sensori Kriteria Hasil : melihat suatu obyek kendala yang
penurunan 1.Adanya perubahan dengan telaten dan berhubungan dengan
penglihatan kemampuan yang seksama disorientasi klien
nyata 4.Observasi respon 3.Agar klien tidak
2.Tidak terjadi perilaku klien, seperti kebingungan dan lebih
disorientasi waktu, menangis, bahagia, konsentrasi
tempat, orang bermusuhan, 4. Untuk mengetahui
halusinasi setiap saat keadaan emosi klien
5. Berbicaralah dengan 5.Untuk memfokuskan
klien secara tenang perhatian klien,
dan gunakan kalimat sehingga setiap
pendek masalah dapat
dimengerti.

4 Gangguan Setelah dilakukan 1.Berikan metode 1.Memenuhi


komunikasi tindakan perawatan alternatif komunikasi, kebutuhan komunikasi
verbal yang selama 3x24 jam misal dengan bahasa sesuai dengan
berhubungan proses komunikasi isarat. kemampuan klien
dengan klien dapat berfungsi 2.Antisipasi setiap 2.Mencegah rasa putus
penurunan secara optimal kebutuhan klien saat asa dan
sirkulasi darah Kriteria Hasil: berkomunikasi ketergantungan pada
otak 1.Terciptanya suatu 3.Bicaralah dengan orang lain
komunikasi dimana klien secara pelan dan 3.Mengurangi
kebutuhan klien gunakan pertanyaan kecemasan dan
dapat dipenuhi yang jawabannya “ya” kebingungan pada saat
2.Klien mampu atau “tidak” komunikasi
merespon setiap 4.Hargai kemampuan 4..Memberi semangat
berkomunikasi klien dalam pada klien agar lebih
secara verbal berkomunikasi sering melakukan
maupun isarat 5.Kolaborasi dengan komunikasi
fisioterapis untuk 5.Melatih klien belajar
latihan wicara bicara secara mandiri
dengan baik dan benar

5 Resiko Setelah dilakukan 1.Anjurkan untuk 1.Meningkatkan aliran


gangguan tindakan perawatan melakukan latihan darah kesemua daerah
integritas kulit luka selama 3x24 ROM (range of 2. Menghindari
berhubungan jam klien mampu motion) dan mobilisasi tekanan dan
dengan tirah mempertahankan jika mungkin meningkatkan aliran
baring lama keutuhan kulit 2.Rubah posisi tiap 2 darah
Kriteria Hasil: jam 3.Menghindari
1.Klien mau 3.Gunakan bantal air tekanan berlebih pada
berpartisipasi atau pengganjal yang daerah yang menonjol
terhadap pencegahan lunak di bawah 4.Menghindari
luka daerah-daerah yang kerusakan-kerusakan
2.Klien mengetahui menonjol kapiler-kapiler
penyebab dan cara 4.Lakukan massage 5.Hangat dan
pencegahan luka pada daerah yang pelunakan adalah
3.Tidak ada tanda- menonjol yang baru tanda kerusakan
tanda kemerahan mengalami tekanan jaringan
atau luka pada waktu berubah 6.Mempertahankan
posisi keutuhan kulit
5.Observasi terhadap
eritema dan kepucatan
dan palpasi area
sekitar terhadap
kehangatan dan
pelunakan jaringan
tiap merubah posisi
6.Jaga kebersihan kulit
dan seminimal
mungkin hindari
trauma, panas terhadap
kulit
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta.
2. Doengoes M. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan “Pedoman untuk
perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
3. Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan.Jakarta:Salemba Medika
4. Santosa, Budi.2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-
2006, Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai