PENDAHULUAN
1
sebagai bahan pemeriksaan. DNA profisling yang banyak dimanfaatkan
sebagai identitas individu ialah Short Tandem Repeat (STR). STR
merupakan suatu daerah yang tidak mengkode yang terdapat pada DNA
inti dan terdiri dari 2-7 urutan nukleotida yang tersusun berulang secara
tandem. Setiap lokus STR memiliki polimorfisme yang berupa perbedaan
jumlah pengulangan pada alel pasangannya dan dengan menggunakan 13-
20 lokus STR identitas seseorang dapat ditentukan. Ukuran fragmen STR
biasanya tidak lebih dari 500 pb, oleh karena itu STR dapat diamplifikasi
dengan menggunakan jumlah DNA templat yang relatif sedikit (~1 ng) dan
juga dapat digunakan untuk menganalisis sampel DNA yang sudah
terdegradasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk lebih mengerti arti identifikasi secara umum.
b. Untuk mengerti peran forensik dalam proses penentuan identitas orang
tua
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah agar:
a. Pengidentifikasian forensik secara analisis DNA dapat dikembangkan
lagi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengulangi non-konsensus, senyawa mengulang atau berulang
komplek
b. Perkembangan multiplex STR
Komunitas forensik telah memilih STR lokus untuk memasukkan ke
dalam reaksi multiplex berdasarkan beberapa fitur termasuk:
- alel diskrit dan dibedakan;
- amplifikasi lokus harus kuat;
- daya tinggi diskriminasi;
- tidak adanya hubungan genetik dengan lokus lainnya yang
dianalisis;
- rendahnya tingkat pembentukan artefak selama amplifikasi.
- kemampuan untuk diperkuat sebagai bagian dari PCR multipleks.
c. Analisis STR
Dalam bidang forensik dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Analisis ayah-anak-ibu (FCM analysis)
Pada analisis ini dilakukan perbandingan alel STR tersangka
ayah(F), anak (C), DAN IBU (M), dicari apakah DNA paternal
anak ada padanannya atau tidak dengan salah satu DNA tersangka
ayah. Adanya kesesuaian pada semua lokus STR yang diperiksa
menunjukkan bahwa ayah adalah AYAH BIOLOGIS dari anak
tersebut. Ketepatan kesimpulan ini dikalkulasi melalui
penghitungan Paternity Indeks (PI) dengan memakai data frekuensi
alel pada populasi yang sama. Paternity Index adalah suatu angka
yang menyatakan BERAPA KALI seorang tersangka ayah lebih
mungkin menjadi ayah biologis dari seorang anak, jika
dibandingkan pria lain yang diambil scara acak dari populasi yang
sama. Semakin tinggi angka PI pada analisis FCM, semakin tinggi
keyakinan kita bahwa tersangka ayah iti memang benar merupakan
ayah si anak. Ditemukannya ketidaksesuaian DNA paternal anak
dengan DNA tersangka ayah pada DUA/LEBIH lokus STR yang
diperiksa mematikan bahwa tersangka ayah adalah BUKAN
4
ayahbiologis dari anak tersebut. Dengan menggunakan ketentuan
tersebut, pada saat ini kasus paternitas dapat dipecahkan secara
akurat.
5
informasi mengenai siapa orang tua biologis dari seorang anak, akan
menunjukan pasangan tersebut sebagai orang pertama yang
(seharusnya) merupakan lingkaran terdalam lingkungan anak tersebut.
Kedua, pengetahuan itu memberikan hak tertentu kepada anak
tersebut, diantaranya hak atas pengasuhan, hak untuk mendapatka
santunan biaya hidup dan hak waris dari orangtuanya. Dalam hal
orang yang bersengketa menganut agama islam, mempelai wanita
(sebagai anak) memiliki hak untuk meminta ayah kandungnya untuk
wali nikahnya. Ketiga, adanya hubungan tersebut memberikan
kewajiban tertentu kepada orangtuanya, diantaranya kewajiban
memberikan asuhan, warisan dan memberikan nafkah serta hak untuk
membawa anak tersebut ke negara tempat orangtuanya berasal.
Kasus paternitas sesungguhnya merupakan sebagian saja dari
kasus sengketa asal-usul. Sengketa asal-usul berdasarkan obyek
sengketanya dapat digolongkan menjadi beberapa jenis kasus, yaitu :
1. Kasus ragu orangtua (disputed parentage): yaitu kasus yang
mencari pembuktian siapa orangtua (ayah dan ibu) dari seorang
anak. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kasus imigrasi
(3-6), kasus pencarian orangtua pada kasus penculikan, bayi
tertukar, kasus terpisahnya keluarga pada masa perang atau
bencana dan kasus identifikasi korban tidak kenal (7).
2. Kasus ragu ayah (disputed paternity): yaitu kasus yang mencari
pembuktian siapa ayah kandung dari seorang anak. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah kasus imigrasi (3-6), kasus
klaim keayahan oleh seorang wanita, kasus perselingkuhan dan
kasus incest (1,2)
3. Kasus ragu ibu (disputed maternity): kasus yang mencari
pembuktian siapa ibu kandung dari seorang anak. Yang
termasuk dalam ini adalah kasus bayi tertukar, kasus
pembunuhan anak sendiri dan kasus aborsi.
4. Kasus ragu kerabat: yaitu kasus yang mencari pembuktian
apakah dua orangtua atau lebih punya hubungan darah
6
(kekerabatan) tertentu. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah pelacakan silsilah keluarga, kasus pencarian keluarga
setelah bencana alam, dsb.
7
Konsultasi awal ini bisa merupakan konsultasi dokter pasien biasa,
tetapi bisa juga dilakukan atas permintaan polisi atau pengadilan jika
kasusnya telah memasuki ranah hukum. Pada kasus yang belum
melibatkan aparat penegak hukum, kepada nasabah dinyatakan apakah
dikemudian hari kasusnya akan direncanakan pada diproses hukum atau
tidak. Jika nasabah memperkirakan akan ada proses hukum dikemudian
hari , seperti untuk pengurusan pencairan, sidang sengketa perwalian anak,
sengketa warisan, dsb. Maka dianjurkan agar kasusnya dilaporkan dulu ke
yang berwajib agar prosesnya menjadi lebih legal. Jika nasabah tidak mau
melibatkan pihak yang berwajib, maka dokter harus memprosesnya sama
seperti jika kasusnya adalah kasus hukum. Pada kenyataannya cukup
banyak kasus dimana nasabah hanya sekedar ingin tahu saja dan sama
sekali tidak berencana melakukan proses hukum, dengan berbagai alasan.
Pada kasus semacam ini, dokter tetap harus memperosesnya secara biasa,
sambil tidak lupa untuk mempersiapkan diri kalau sewaktu-waktu
kasusnya akan melanjut juga ke proses hukum.
Jika pasien ragu-ragu, tidak atau belum memikirkan tindak lanjut atau
tidak siap untuk menghadapi kenyataan, dokter sebaiknya tidak melakukan
pemeriksaan sampai nasabah siap secara mental. Untuk kasus wanita hamil
yang meminta pemeriksaan sebelum kelahiran sebagai dasar untuk
memaksa pria agar mengawininya sebelum kelahiran bayinya, hanya dapat
dilayani untuk yang siap dengan resiko pengambilan sample dan beragam
non Muslim. Pengambilan sampel dari janin, meskipun dilakukan oleh
ahlinya, tetap mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pemeriksaan setelah lahir. Pada nasabah yang Muslim, pemeriksaan DNA
sebelum kelahiran (antenatal) tidak dianjurkan, karena menurut hukum
kekeluargaan islam, wanita yang sedang hamil tidak boleh dikawin
perkawinan baru boleh dilakukan setelah bayinya lahir. Ketentuan ini jelas
tidak memenuhi harapan si wanita, karena biasanya wanita ingin segera
diperiksa dan dipastikan bahwa janinnya adalah anak si pria, kemudian
memaksa pria agar segera mengawininya dan dengan demikian anak
tersebut lahir dengan memiliki ayah (bukan anak haram).
8
Pada kunjungan berikutnya semua pihak yang akan diperiksa datang
menemui dokter, sebisanya dengan di sertai saksi dari kedua belah pihak.
Mula-mula pada semua pihak diterangkan prosedur yang akan dilakukan.
Setelah jelas dan tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, maka pihak-pihak
yang akan diambil sampelnya mendatangi persetujuan ( informed consent
) untuk pengambilan sampel DNA. Untukk nasabah yang masih berumur
dibawah 21 tahun atau belum menikah, persetujuan ditandatangani oleh
orangtua atau walinya.
Sampel yang diambil untuk pemeriksaan DNA adalah darah vena
sebanyak 1-3 cc yang dimasukan dalam tabung steril yang telah dibubuhi
pengawet EDTA, yang berfungsi untuk mencegah pembekuan darah
sekaligus mencegah pemecahan DNA oleh enzin DNAse yang terdapat
didalam darah. Tabung tersebut ditutup rapat-rapat, dikocok, lalu diberi
label. Untuk nasabah anak-anak atau bayi yang sulit atau tidak
memungkinkan diambil darahnya, dilakukan pengambilan sample usapan
selaput lendir mulut bagian dalam, yang diambil dengan 2 ampai 4 kapas
lidi steril. Usapan pipi ini dibiarkan kering dalam temperatur kamar, lalu
disimpan dalam tabung steril tanpa pengawet dengan membuang bagian
ujung dan tengah lidi. Tabung ditutup rapat dan diberi label. Untuk
mencegah terjadinya penyangkalan di kemudian hari, informed consent
ditandatangani juga oleh dua saksi DNA proses pengambilan sample
didokumentasi dengan kamera digital.
Pada saat ini ada pengambilan sampel lain yang lebih praktis, yaitu
dengan menggunakan kartu FTA (FTA card). Kartu FTA adalah suatu
kertas saring Whatman yang telah dibubuhi oleh sejenis senyawa tertentu
sehingga sampel yang ditaruh diatasnya akan diserap dan dipreservasi
DNAnya, selama sekurangnya 20 tahun. Dengan cara ini sampel DNA
cukup diambil dari beberapa tetes darah yang dibercakkan pada kertas
tersebut, lalu dikeringkan. Bentuknya yang berupa kertas memungkinkan
pengumpulan dan penanganan sampel menjadi praktis dan mudah.
Ekstraksi DNA dari kertas FTA prosedurnya juga singkat, mudah dan
cepat sehingga mempercepat analisis DNA yang dilakukan.
9
Sampel yang telah diambil lalu dibawa ke laboratorium DNA
Forensik untuk diproses lebih lanjut. Sampel diekstraksi DNAnya,
dihitung kadarnya lalu diperbanyak dengan proses PCR. DNA hasil
penggandaan oleh proses PCR dianalisis lebih lanjut dengan pemisahakan
fragmen DNA dengan proses elektroforesis gel poli-akrilamid (PAGE)
atau dianalisis dengan elektroforesis kapiler. Jika sample yang digunakan
adalh sample pada kartu FTA, proses penghitungan kandungan DNA tidak
perlu dilakukan karena DNAnya dapat langsung digandakan.
Hasil pemeriksaan DNA pada setiap lokus DNA adalah 2 buah
fragmen DNA pada setiap lokus DNA, dimana satu fragmen berasal dari
ibu (fragmen maternal) dan satunya dari ayah ( fragmen paternal ). Setiap
fragmen DNA tersebut dapat dilihat berupa pita pada PAGE atau berupa
duri (peak) pada elektroforesis kapiler. Notasi fragmen DNA tersebut
dinyatakan berupa angka, yang menyatakan panjang fragmen DNA.
10
komposisi tersebut dapat dinyatakan sebagai eksklusi (2,3,4,5).
Ditemukannya dua eksklusi atau lebih pada panel 10 atau 15 lolus
memastikan bahwa anak tersebut bukan anak dari pria tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Short Tandem Repeats (STR) adalah bagian DNA yang pendek
dan bersifat sangat polimorfik sehingga dijadikan lokus pilihan untuk
penyelesaian kasuk-kasus forensik. Analisis ini dilakukan perbandingan
alel STR tersangka ayah (F), anak (C), DAN IBU (M), dicari apakah
DNA paternal anak ada padanannya atau tidak dengan salah satu DNA
tersangka
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah untuk meningkatkan
pengidentifikasian melalui DNA dengan menyediakan dana dan
prasarana, mengingat betapa tingginya keberhasilan identifikasi dengan
menggunakan metode ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
13