Anda di halaman 1dari 28

Tugas Sosiologi Ekonomi

Pembangunan Modal Sosial

Dosen Pengampu
Drs. Amru Nasution, M.Kes.

Disusun Oleh
ANDRYAN CHAN IMMANUEL SIMBOLON (180522027)
STEVANI TRINITATI SINTAMARITO. S (180522039)

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
ABSTRAK

Kata Kunci : Modal Sosial, Pembangunan Modal Sosial


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 1

1.3. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1. Pengertian dan Konsep Modal Sosial 2

2.1.1. Pengertian Modal Sosial 2

2.1.2. Konsep Modal Sosial 4

2.1.2.1. Kepercayaan (Trust) 4

2.1.2.2. Jaringan Sosial (Social Networks) 6

2.1.2.3. Norma 8

2.2. Unsur dan Komponen Modal Sosial sertaJenis Modal Sosial 9

2.2.1. Unsur Modal Sosial 9

2.2.2. Jenis Modal Sosial 12

2.3. Peran Modal Sosial 13

2.4. Implikasi Modal Sosial Dalam Pembangunan 13

2.4.1. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan

Pembangunan Manusia 15

2.4.2. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan

Pembangunan Sosial 16

2.4.3. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan

Pembangunan Ekonomi 17

ii
2.4.4. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan

Pembangunan Politik 18

2.5. Tantangan Pembangunan Modal Sosial 19

BAB III PENUTUP 20

3.1. Kesimpulan 20

3.2. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terminologi modal sosial [atau lebih dikenal dengan: social capital]


digunakan secara berbeda-beda tergantung dari lingkup studi. Dalam
perspektif ilmu politik, sosiologi dan antropologi umumnya pengertian modal
sosial merujuk pada norma-norma, jejaring dan organisasi-organisasi melalui
mana masyarakat memperoleh akses terhadap kekuasaan dan berbagai
sumberdaya, yang merupakan peralatan yang memungkinkan pengambilan
keputusan dan penyusunan kebijakan. Bagi kalangan ekonom, terutama pada
tingkatan mikro-ekonomi, modal sosial dipandang terutama dalam arti
kemampuannya untuk memperbaiki berfungsinya pasar. Sedangkan pada aras
makro-ekonomi, para ekonom mempertimbangkan modal sosial terkait
dengan bagaimana institusi-institusi, kerangka kerja berdasarkan tata aturan,
dan peran pemerintah dalam organisasi produksi mempengaruhi penampilan
makro-ekonomi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memutuskan untuk
menulis makalah dengan judul “Pembangunan Modal Sosial”.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan konsep modal sosial?
2. Bagaimana unsur dan komponen modal sosial serta jenis modal sosial?
3. Bagaimana peran modal sosial?
4. Bagaimana implikasi modal sosial dalam pembangunan?
5. Bagaimana tantangan pembangunan modal sosial?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan konsep modal sosial.
2. Menguraikan unsur dan komponen modal sosial serta jenis modal sosial.
3. Menguraikan peran modal sosial.
4. Menguraikan implikasi modal sosial dalam pembangunan.
5. Menguraikan tantangan pembangunan modal sosial.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Konsep Modal Sosial


Banyak ahli yang sudah mengemukakan definisi dari modal sosial.
Keragaman dari definisi tersebut disebabkan oleh riset yang mereka lakukan
berbeda-beda mengenai modal sosial. Perbedaan dari riset inilah yang
menyebabkan banyaknya keberagaman dari defisini modal sosial. Adler danKwon
(2002) juga menyebutkan bahwa modal sosial memiliki banyak definisi, hal ini
bergantung pada fokus pada substansi, sumber, atau efekdari modal sosial
tersebut. Modal sosial adalah teori yang kompleks dengan banyak dimensi, jenis,
tingkat dan faktor penentu dan meskipun penulis yang berbeda mengidentifikasi
dimensi yang berbeda dari modal sosial semua penulistampaknya setuju bahwa
modal sosial adalah multi-dimensi.

2.1.1. Pengertian Modal Sosial

Menurut Bourdieu (Jenkins, 2004) modal sosial adalah sekumpulan


sumberdaya aktual atau potensial yang terkait dengan pemilikan suatu
jejaring yang tahan lama dari hubungan-hubungan yang sudah
terlembagakan yang berawal dari pengenalan dan pengakuan yang
saling menguntungkan.

Sedangkan bagi Coleman (1990) modal sosial dilihat berdasarkan


fungsinya, yang bukan merupakan entitas tunggal tetapi terdiri dari
berbagai entitas yang berbeda-beda, dengan dua karakteristik umum,
yakni: (1) semuanya terdiri-dari atas beberapa aspek dari struktur sosial,
dan (2) entitas-entitas tersebut memfasilitasi tindakan individu-
individu yang ada dalam struktur tersebut. Seperti bentuk modal lainnya,
modal sosial bersifat produktif, yang memungkinkan pencapaian
beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya. Seperti
modal fisik dan modal manusia, modal sosial tidak sepenuhnya dapat

2
ditukar, tetapi dapat ditukar terkait dengan aktivitas-aktivitas tertentu.
Bentuk modal tertentu yang bernilai untuk memudahkan beberapa
tindakan bisa jadi tidak berguna atau merugikan orang lain. Tidak seperti
modal lainnya, modal sosial melekat pada struktur relasi di antara orang
dan kalangan orang.

Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial adalah suatu


kumpulan dari asosiasi-asosiasi yang bersifat horisontal di antara
orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap produktivitas dari
masyarakat setempat. Asosiasi-asosiasi yang dimaksud, termasuk
jejaring dari pertalian warga masyarakat (civic engagement) dan norma-
norma sosial. Asumsi yang mendasari konsep Putnam adalah: (1) jejaring
dan norma-norma yang secara empiris saling terkait; dan (2) jejaring
dan norma-norma dimaksud mempunyai konsekuensi-konsekuensi
ekonomi yang penting. Oleh sebab itu, ciri kunci dari modal sosial
sebagaimana definisi Putnam adalah modal sosial memfasilitasi
koordinasi dan kerja sama bagi keuntungan bersama (timbal balik) dari
para anggota suatu asosiasi.

Menurut Portes (1998) modal sosial adalah kemampuan dari


para aktor untuk menjamin manfaat dengan bertumpu pada
keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur-struktur sosial lain.
Sedangkan menurut Woolcock (1998) modal sosial adalah derajat kohesi
sosial yang ada dalam komunitas. Ia mengacu pada proses-proses antar
orang yang membangun jejaring, norma-norma, dan social trust, dan
memperlancar koordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan.

Kemudian Lang & Hornburg (1998) berpendapat bahwa modal


sosial umumnya merujuk pada ketersediaan rasa saling percaya di dalam
masyarakat (stocks of sosial trust), norma-norma, dan jejaring yang dapat
dimanfaatkan masyarakat dalam rangka menyelesaikan persoalan-
persoalan bersama. Fukuyama (1995) mengkonsepsikan modal sosial
sebagai suatu norma informal yang mendorong kerjasama yang saling
menguntungkan.

3
Dari pandangan beberapa ahli tentang konsepsi modal sosial di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah : (1)
sekumpulan sumberdaya aktual dan potensial; (2) entitasnya terdiri-dari
atas beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitas-entitas tersebut
memfasilitasi tindakan individu-individu yang ada dalam struktur
tersebut; (3) asosiasi-asosiasi yang bersifat horisontal; (3) kemampuan
aktor untuk menjamin manfaat; (4) informasi; (5) norma-norma; (6) nilai-
nilai; (7) resiprositas; (8) kerjasama; (9) jejaring.

2.1.2. Konsep Modal Sosial

Menurut Robert MZ Lawang yang menjadi konsep inti dari modal


sosial ada 3 yaitu : 1. Kepercayaan/Trust (kejujuran, kewajaran, sikap
egaliter, toleransi, dan kemurahan hati) 2. Jaringan Sosial/Social Networks
(parisipasi, resiprositas, solidaritas, kerjasama) 3. Norma (nilai-nilai
bersama, norma dan sanksi, aturan-aturan). Konsep inti modal sosial di
atas berikut aspek-aspeknya pada hakikatnya adalah elemen-elemen
seharusnya ada dalam kehidupan sebuah kelompok sosial, baik itu
komunitas, masyarakat atau yang lainnya, karena konsep dari modal sosial
ini merupakan perekat yang memberikan tatanan dan makna pada
kehidupan sosial. Konsep modal sosial juga sangat kompleksitas, yang
dapat dirumuskan berdasarkan titik pandang dari para ahli yang
bersangkutan. Sehingga modal sosial merupakan sumberdaya berupa
jaringan kerja yang memiliki penegtahuan tentang nilai, norma, dan
struktur sosial atau kelembagaan yang memiliki semangat kerjasama,
kejujuran/kepercayaan, berbuat kebaikan, sebagai pengetahuan bersikap,
bertindak, dan berprilaku yang akan memberikan implikasi positif kepada
produktivitas (output) dan hasil (outcome).

2.1.2.1. Kepercayaan (Trust)


Kepercayaan adalah salah satu unsur penting dalam modal
sosial yang merupakan tali pengikat antara satu sama lain sehingga
tercipta suatu dukungan yang solid dan tahan lama. Inti

4
kepercayaan antar manusia menurut Lawang (dalam Damsar,2009)
ada tiga hal yang saling terkait, yaitu :

1. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih. Termasuk


dalam hubungan ini adalah institusi, yang dalam
pengertian ini diwakili oleh seseorang. Seseorang
percaya kepada insitusi tertentu untuk kepentingannya,
karena orang didalam institusi itu bertindak.
2. Harapan yang terkandung dalam hubungan itu, yang
jika direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau
kedua belah pihak.
3. Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan
harapan itu bisa terwujud.

Dengan ketiga dasar ini, kepercayaan yang dimaksudkan


disini akan menunjuk pada hubungan antar dua pihak atau lebih
yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau
kedua belah pihak.

Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama


bagi seseorang untuk meyerahkan sesuatu kepada orang lain.
Dalam pandangan Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling
mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat
tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan
kontribusi pada peningkatan modal sosial.

Robert D Putnam dalam Hasbullah (2006:11)


mendefinisikan trustatau rasa saling percaya (mempercayai) adalah
salah satu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam
hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin
bahwa yang lain akan melakukan sesuatu yang diharapkan dan
akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling
mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan
diri dan kelompoknya.

5
Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat
memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas.
Selain itu dengan rasa saling percaya antara mereka yang
bekerjasama, semakin berkurang resiko yang ditangung dan
semakin kurang pula biaya (uang atau sosial) yang dikeluarkan.

Adanya kepercayaan yang terjalin memudahkan hubungan


saling kerjasama dan saling menguntungkan (mutual benefit),
sehingga mendorong timbulnya hubungan resiprosikal atau timbal
balik dari pihak yang terkait. Fungsi kepercayaan menurut simmel
dapat disimak dari pernyataan bahwa “tanpa adanya rasa saling
percaya yang merata antara satu orang dengan orang lainnya,
masyarakat itu sendiri akan disintegratif dan kepercayaan itu
merupakan “salah satu kekuatan sintetik yang paling penting dalam
masyarakat”. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa kepercayaan itu
menjadi basis bagi tindakan individu (Simmel dalam Mollering,
ibid, dalam Lawang, 2004 ).

Simmel menempatkan penjelasan tentang kepercayaan


dalam hubungannya dengan pertukaran sosial. Hubungan
kerjasama tersebut akan menyebabkan social kapital yang sangat
kuat dan bertahan lama. Suatu kelompok yang memiliki modal
sosial yang tinggi akan membuka kemungkinan untuk
menyelesaikan permasalahan dengan lebih mudah. Hal ini dimulai
dengan adanya rasa percaya yang terjalin antar kelompok atau
masyarakat.Dengan adanya kepercayaan (Trust) yang dimiliki oleh
setiap individu akan memberikan kontribusi yang sangat baik
untuk perkembangan organisasinya.

2.1.2.2. Jaringan Sosial (Social Networks)


Jaringan dan fungsinya terhadap pencapaian suatu tujuan
tidak terlepas dari kepercayaan. Melalui jaringan orang saling tahu,
saling meginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dalam
melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Jaringan adalah

6
sumber pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam
pembentukan kepercayaan strategik. Media yang paling ampuh
untuk membuka jaringan adalah pergaulan dalam pengertian umum
dengan membuka diri lewat media cetak atau elektronik dalam
pengertian terbatas seperti pergaulan.

Jejaring sosial adalah suatu struktursosial yang dibentuk


dari simpul-simpul (atau yang umumnya adalah individu atau
organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik
seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lainlain. Analisis
jaringan jejaring sosial memandang hubungan sosial sebagai
simpul dan ikatan”. Simpul adalah aktor individu di dalam
jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut.
Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam
berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan
jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari
keluaraga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam
menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi,
serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai
tujuannya. (http://www.scribd.com/doc/78363152/penagaruh-
jejaring-sosial-pelajar, diakses tanggal 10 januari 2015).

Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan


jejaring sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul
yang dikaji. Jaringan tersebut juga dapat digunakan untuk
menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering
digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan
simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya.

Bagi seorang sosiolog studi tentang jaringan sosial telah


dikenal sejak 1960-an, yang dihubungkan dengan bagaimana
individu terkait antara satu dengan yang lainnya, dan bagaimana
ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh
sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberikan

7
tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Powel dan Smith-Doer
1994; 365, dalam Damsar).

Pada konsep jaringan ini terdapat unsur kerja yang melalui


media hubungan sosial menjadi kerja sama. Hubungan-hubungan
yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun bentuk informal.
Hubungan sosial adalah gambaran atau cermin dari kerjasama dan
koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif
dan bersifat resiprosikal (Damsar,2002:157). Melalui jaringan
sosial ini, individu akan ikut serta dalam tindakan resiprositas dan
melalui hubungan ini diperoleh keuntungan yang saling
memberikan apa yang dibutuhkan satu sama lain.

Pada dasarnya jaringan sosial terbentuk karena adanya rasa


saling percaya, saling tahu, saling menginformasikan, saling
mengingatkan ataupun mengatasi sesuatu. Pada intinya jaringan
dan hubungan sosial ini sangat berarti bagi setiap

individu ataupun kelompok organisasi. Karena dari sudut pandang


sosiologi, dapat dikatakan bahwa kita, Paling tidak sebagian,
didefinisikan oleh siapa yang kita kenal. Secara lebih luas, ikatan-
ikatan di antara manusia juga menjadi blok bangunan utama dari
bangunan sosial yang lebih besar.

2.1.2.3. Norma
Pada suatu entitas sosial tertentu norma tidak dapat
dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Jika struktur jaringan itu
terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang,
sifat norma kurang lebih sebagai berikut : Norma itu muncul dari
pertukaran yang saling menguntungkan, (Blau 1963, Fukuyama
1999 dalam Lawang, 2004). Artinya, jika didalam pertukaran itu
keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran
sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Jika dalam pertukaran
pertama keduanya saling menguntungkan, akan muncul pertukaran

8
yang kedua, dengan harapan akan memperoleh keuntungan pula
(Homans 1974, dalam Lawang, 2004). Dari beberapa kali
pertukaran prinsip saling menguntungkan dipegang teguh, oleh
karena itu muncul norma dalam bentuk kewajiban sosial, yang
intinya membuat kedua belah pihak merasa diuntungkan melalui
pertukaran itu, dengan cara demikian hubungan pertukaran itu
diperoleh.

Norma yang tercipta diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh


individu pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma sosial
akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentukperilaku
yang tumbuh dalam masyarakat Norma ini biasanya
terinstusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat
mencegah individu berbuat sesuatu yang meyimpang dari
kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Norma dalam hal ini
memang tidak tertulis namun dipahami oleh setiap anggota
masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan

dalam konteks hubungan sosial. Konfigurasi norma yang tumbuh di


tengah masyarakat akan menentukan apakah norma tersebut akan
memperkuat kerekatan hubungan antar individu dan memberikan
dampak positif bagi perkembangan masyarakat tersebut.

2.2. Unsur dan Komponen Modal Sosial sertaJenis Modal Sosial

2.2.1. Unsur Modal Sosial

Hasbulah dalam Supono (2011) menjelaskan bahwa unsur-unsur


pokok dalam modal sosial meliputi beberapa hal diantaranya:

1. Partisipasi dalam Suatu Jaringan


Kelompok yang terbentuk atas dasar persamaan pandangan dan
orientasi serta tujuan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih
modern akan memiliki tingkat partisipasi anggota yang lebih baik dan
rentang jaringan yang lebih luas.

9
2. Resiprocity
Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu
kelompok selalu mewarnai modal sosial. Seorang individu atau bahkan
lebih dari suatu kelompok memiliki semangat membantu yang lain
tanpa mengharapkan imbalan seketika. Ini didasari oleh adanya nuansa
altruism (semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan
orang lain).
3. Trust
Trust atau rasa percaya merupakan suatu bentuk rasa ingin untuk
mengambil risiko dalam hubungan sosial yang didasari oleh rasa
percaya bahwa orang lain akan melakukan sesuatu sesuai yang
diharapkan dan akan bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling
mendukung dan tidakmerugikan diri dan kelompoknya.
4. Norma Sosial
Adalah aturan-aturan yang dibuat dengan harapan bisa ditaati dan
diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu kelompok sosial tertentu.
Contohnya adalah cara menghormati perbedaan pendapat, cara hidup
sehat, dll.
5. Nilai
Suatu ide yang ada sejak terdahulu yang diyakini kebenarannya
dan dirasa penting oleh sekelompok masyarakat. Contohnya: kerja
keras, kompetisi, harmoni, dll.
6. Tindakan yang Proaktif
Tindakan proaktif merupakan kemauan yang kuat dari anggota
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.
Contohnya: kerja bakti memberishkan lingkungan, ronda, dll.

Sedangkan menurut Coleman (1990) terdapat enam unsur yang


membentuk modal sosial, yaitu:

1. Obligations and Expectations (kewajiban dan harapan)

Sebuah sistem sosial yang sangat bergantung pada tindakan


timbal balikmenciptakan kewajiban dan harapan pada bagian dari

10
anggota. Setiap kebaikan diharapkan akan dikembalikan, dan mereka
yang dapat memberikan bantuan diharapkan untuk melakukannya
ketika diminta. Bentuk pertukaran menimbulkan modal sosial untuk
anggota kelompok yang telah melakukan banyak kebaikan tanpa
mengumpulkan bantuan timbal balik sebagai balasannya. Kebaikan
yang tak terbalaskan menciptakan kewajiban yang memungkinkan
anggota memberikankebaikan untuk meminta bantuan dari orang-
orang yang diwajibkan untuk dia. Kewajiban yang belum dibayar
tersebut diperoleh dalambentuk modal sosial yang dapat anggota
gunakan.

2. Information Potential (informasi potensial)

Dengan berinteraksi dengan anggota yang terinformasi, orang


dapat meningkatkan pengetahuan mereka tanpa harus memperoleh
informasi secara langsung, apakah dengan membaca koran atau
dengan menafsirkan temuan penelitian. Seorang anggota juga dapat
menjadi mengetahui rahasia informasi khusus seperti peluang bisnis
yang tidak diketahui melalui pertukaran informasi informal. Informasi
yang berguna dapat menjadi dorongan seseorang untuk bertindak lebih
jauh pada tujuannya dan dapat menjadi komoditas yang
menguntungkan.

3. Norms And Effective Sanctions (norma dan sanksi efektif)

Dalam sistem sosial, norma-norma dapat mendukung dan


memberikan imbalan untuk perilaku tertentu. Norma-norma yang
mendorong tunduknya kepentingan pribadi dengan kebutuhan
masyarakat adalah bentuk sangat kuat modal sosial.

4. Authority Relations (otoritas terkait)

Dalam kelompok yang telah terorganisir untuk mengatasi


masalah tertentu, seorang pemimpin sering dipilih dan diberikan hak
untuk membuat keputusan dan berbicara untuk kelompok.

11
5. Appropriable Social Organizations (organisasi sosial sepadan)
Organisasi sosial biasanya diciptakan untuk mengatasi masalah
tertentu, dan setelah masalah itu teratasi, organisasi sering terus ada
melalui pendefinisian kembali tujuannya. Dengan demikian, sebuah
organisasi yang dikembangkan untuk satu tujuan dapat disesuaikan
untuk tujuan lain. Ini merupakan salah satu bentuk modal sosial yang
bisa digunakan.
6. Intentional Organizations (organisasi yang disengaja)
Bentuk modal sosial ini terjadi ketika individu bergabung bersama-
sama untuk menciptakan sebuah organisasi yang akan menguntungkan
mereka secara langsung. Bentuk modal sosial memajukan kepentingan
orang-orang yang berinvestasi di dalamnya langsung dan organisasi
sosial yangdapat disesuaikan untuk tujuan lain.

2.2.2. Jenis Modal Sosial

Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu


sebagai berikut:

1. Social bounding (perekat sosial).


Social bounding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik adanya
ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem
kemasyarakatan. Social bounding umumnya dalam bentuk nilai,
kultur, persepsi, dan tradisi atau adat-istiadat.
2. Social bridging (jembatan sosial).
Social bridging merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai
reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Social
bridging bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang
ada di sekitarnya, sehingga mereka memutuskan untuk membangun
kekuatan dari kelemahan.
3. Social linking (hubungan/jaringan sosial).
Merupakan hubungan sosial yang dikarakteristikkan dengan adanya
hubungan di antara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status

12
sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya: Hubungan antara elite
politik dengan masyarakat umum.

2.3. Peran Modal Sosial

2.4. Implikasi Modal Sosial Dalam Pembangunan


Terdapat bukti yang terus berkembang bahwa modal sosial
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap hasil-hasil pembangunan,
termasuk pertumbuhan, keadilan, dan pengentasan kemiskinan
(Grootaert, 1996). Berbagai asosiasi dan institusi menyediakan suatu
kerangka kerja informal untuk berbagi informasi (sharing
information), mongkoordinasikan aktivitas-aktivitas (coordinating
activities), dan membuat keputusan-keputusan bersama (making
collective decision).

(1) Sharing information : Institusi-institusi formal dan informal


dapat membantu mencegah kegagalan pasar terkait dengan
ketidakcukupan dan ketidaktepatan informasi. Para agen pelaku ekonomi
sering membuat keputusan-keputusan yang tidak efisien karena
kekurangan informasi yang diperlukan, atau karena salah satu agen
memperoleh keuntungan dengan cara menyampaikan informasi yang
tidak tepat kepada yang lainnya. Dalam kondisi yang lain, keputusan-
keputusan yang optimal mungkin sulit dilakukan karena ketidakpastian
dan respons dari para agen lainnya terhadap ketidakpastian yang
dimaksud. Dalam konteks ini institusi-institusi dapat membantu
menyebarluaskan informasi yang cukup dan tepat, yang memungkinkan
para pelaku pasar untuk membuat keputusan-keputusan yang cocok
dan efisien. Ketidakpastian dalam pasar modal, dapat diminimalisasi
pula melalui ketentuan hukum dan berfungsinya sistem peradilan
dengan baik, sehingga dapat mendukung atau memperkuat hubungan-
hubungan kontaktual yang terjadi dalam pasar.

13
(2) Coordinating activities. Perilaku yang tidak terkoordinasi
atau petualangan yang dilakukan oleh para agen ekonomi, dapat pula
menyebabkan kegagalan pasar. Merujuk pada pengalaman proyek-
proyek, tampaknya perilaku dimaksud muncul sebagai akibat kurangnya
kekuatan institusi sosial baik formal maupun informal dalam rangka
mengatur kesepakatan secara adil. Institusi-institusi dimaksud dapat
mengurangi perilaku petualangan melalui pengembangan kerangka kerja
dalam mana para individu dapat saling berinteraksi sehingga
memperkuat rasa saling percaya di antara para anggota.

(3) Making collective decisions. Pembuatan keputusan bersama


adalah kondisi yang diperlukan bagi penyediaan barang-barang publik
dan pengelolaan eksternalitas pasar. Tidak berbeda dengan pemerintah,
asosiasi-asosiasi lokal dan yang bersifat sukarela pun tidak selalu
efektif dalam memaksimalkan kemampuan untuk membuat keputusan –
keputusan bersama. Dalam konteks ini, asosiasi – asosiasi tersebut tidak
semata-mata tergantung dari bagaimana mereka mengatasi persoalan
information-sharing, tetapi juga pada derajat keadilan yang tersedia.
Institusi – institusi lokal umumnya lebih efektif dalam memperkuat
kesepakatan bersama dan tindakan kerja sama bilamana aset-aset
didistribusikan secara relatif adil dan keuntungan dapat dibagi secara
merata. Dengan demikian pada aras lokal, efisiensi dan keadilan berjalan
seiring. Pembagian menyediakan suatu insentif untuk memperbaiki
koordinasi dalam pengelolaan barang-barang publik, sehingga
menambah produkstivitas bagi setiap orang. Selain ekonomi mikro,
pasar juga dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi makro dan politik
ekonomi. Akan tetapi, lingkungan makro dapat pula merusak pengaruh
dari modal sosial pada aras lokal. Ketika pemerintahan dan sistem
peradilan berfungsi dengan baik, dan terdapat kebebasan berekspresi,
maka institusi-institusi lokal akan berkembang pesat dan melengkapi
fungsi-fungsi dari institusi-institusi makro. Sebaliknya, ketika tidak
berfungsi dengan baik, institusi-institusi lokal akan mencoba untuk
menggantikan ketidakberdayaan dimaksud. Dengan demikian, apa

14
yang diperlukan adalah pandangan yang seimbang terhadap peran dari
pusat (negara) dan institusi – institusi pada aras lokal.

Dalam banyak hal ketiga konsep yang dikatakan oleh Grootaert


(1996) tadi sangat mendukung proses pembangunan sebuah negara.
Norma-norma sosial dapat bekerja untuk mengurangi biaya transaksi
melalui peningkatan harapan-harapan, aturan-aturan informal dan
pemahaman bersama yang memungkinkan orang untuk melakukan
interaksi sosial dan bisnis secara efisien. Jejaring yang telah berkembang
baik juga bisa mengurangi biaya transaksi. Dalam politik, jejaring yang
diciptakan lewat trust dari seseorang kandidat selama menjadi anggota
masyarakat akan mengurangi biaya kampanye dibandingkan kandidat
yang baru ingin mengangkat elektabilitasnya.

Bertambahnya bentuk-bentuk modal sosial tertentu tampaknya


menambah kecepatan penyebaran ide-ide, pengetahuan dan informasi
ke seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, semakin erat hubungan-
hubungan di dalam masyarakat, semakin mudah bagi orang untuk
meneruskan informasi dan semakin banyak yang akan memperoleh
informasi. Pada lain pihak, beberapa elemen atau manifestasi dari modal
sosial terkait dengan kuatnya dinamika kelompok-kelompok masyarakat,
yang secara potensial dapat mengurangi aliran informasi ke dalam suatu
kelompok dan merintangi terjadinya inovasi-inovasi pembangunan. Hal
ini memengaruhi perbedaan pengaruh antara bridging dan bonding
social capital. Bridging social capital mencakup keterkaitan lintas
kelompok dengan ciri yang berbeda-beda, sedangkan bonding social
capital menunjukkan keterkaitan antara orang dengan karakteristik yang
sama.

2.4.1. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan Pembangunan Manusia

Putnam dalam Hasbullah (2006) menyatakan bahwa bangsa yang


memiliki modal sosial tinggi cenderung lebih efisien dan efektif dalam
menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan dan memajukan

15
kehidupan rakyatnya. Modal sosial dapat meningkatkan kesadaran
individu tentang banyaknya peluang yang dapat dikembangkan untuk
kepentingan masyarakat. Dalam konteks pembangunan manusia, modal
sosial mempunyai pengaruh yang besar sebab beberapa dimensi
pembangunan manusia sangat dipengaruhi oleh modal sosial antara
lain, kemampuan untuk menyelesaikan kompleksitas berbagai
permasalahan bersama, mendorong perubahan yang cepat di dalam
masyarakat, menumbuhkan kesadaran kolektif untuk memperbaiki kualitas
hidup dan mencari peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan.
Hal ini terbangun oleh adanya rasa saling mempercayai, kohesifitas,
tindakan proaktif, dan hubungan internal-eksternal dalam membangun
jaringan sosial didukung oleh semangat kebajikan untuk saling
menguntungkan sebagai refleksi kekuatan masyarakat. Situasi ini akan
memperbesar kemungkinan percepatan perkembangan individu dan
kelompok dalam masyarakat tersebut. Bagaimanapun juga kualitas
individu akan mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat itu
berarti pembangunan manusia paralel dengan pembangunan sosial.

2.4.2. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan Pembangunan Sosial

Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka


kemungkinan menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih
mudah. Dengan saling percaya, toleransi, dan kerjasama mereka dapat
membangun jaringan baik di dalam kelompok masyarakatnya maupun
dengan kelompok masyarakat lainnya. Pada masyarakat tradisional,
diketahui memiliki asosiasi-asosiasi informal yang umumnya kuat dan
memiliki nilai-nilai, norma, dan etika kolektif sebagai sebuah komunitas
yang saling berhubungan. Hal ini merupakan modal sosial yang dapat
mendorong munculnya organisasi-organisasi modern dengan prinsip
keterbukaan, dan jaringan-jaringan informal dalam masyarakat yang
secara mandiri dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan
dengan tujuan peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup bersama
dalam kerangka pembangunan masyarakat.

16
Berkembangnya modal sosial di tengah masyarakat akan
menciptakan suatu situasi masyarakat yang toleran, dan merangsang
tumbuhnya empati dan simpati terhadap kelompok masyarakat di luar
kelompoknya. Hasbullah (2006) memaparkan mengenai jaringan-
jaringan yang memperkuat modal sosial akan memudahkan saluran
informasi dan ide dari luar yang merangsang perkembangan kelompok
masyarakat. Hasilnya adalah lahirnya masyarakat peduli pada berbagai
aspek dan dimensi aktifitas kehidupan, masyarakat yang saling memberi
perhatian dan saling percaya. Situasi yang mendorong kehidupan
bermasyarakat yang damai, bersahabat, dan tenteram.

2.4.3. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan Pembangunan Ekonomi

Modal sosial sangat tinggi pengaruhnya terhadap perkembangan


dan kemajuan berbagai sektor ekonomi. Fukuyama (1999) menunjukkan
hasil-hasil studi di berbagai negara yang menunjukkan bahwa modal
sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor
ekonomi karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan kerekatan
hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku
ekonomi. Hasbullah (2006) memberikan contoh perkembangan ekonomi
yang sangat tinggi di Asia Timur yang dijalankan pelaku ekonomi Cina.
Usahanya memiliki tingkat kohesifitas yang tinggi karena dilakukan
dengan koneksi-koneksi kekeluargaan dan kesukuan, dan pola ini
mendorong pembentukan jaringan rasa percaya (networks of trust) yang
dibangun melewati batas-batas keluarga, suku, agama, dan negara.

Budaya gotong-royong, tolong menolong, saling mengingatkan


antar individu dalam entitas masyarakat desa merefleksikan semangat
saling memberi (reciprocity), saling percaya (trust), dan adanya
jaringan-jaringan sosial (social networking). Pembangunan industri
pada masyarakat dengan modal sosial tinggi akan cepat berkembang
karena modal sosial akan menghasilkan energi kolektif yang
memungkinkan berkembangnya jiwa dan semangat kewirausahaan di
tengah masyarakat yang pada gilirannya akan menumbuhkembangkan

17
dunia usaha. Investor asing akan tertarik untuk menanamkan modal usaha
pada masyarakat yang menjunjung nilai kejujuran, kepercayaan, terbuka
dan memiliki tingkat empati yang tinggi. Modal sosial, berpengaruh kuat
pada perkembangan sektor ekonomi lainnya seperti perdagangan, jasa,
konstruksi, pariwisata dan lainnya.

Putnam (2000) menjelaskan mengenai modal sosial dan


institusi-institusi demokrasi di wilayah Italia yang berbeda sejak tahun
1970-an. Putnam menemukan bahwa partisipasi warga terkait dengan
kinerja pemerintah regional. Kemudian Putnam menemukan gabungan
indikator tentang modal sosial di Amerika Serikat yang mempunyai
korelasi negatif dengan data tentang penghindaran pajak di seluruh
Amerika, yaitu pemenuhan kewajiban pajak tinggi di negara-negara
bagian yang mempunyai modal sosial tinggi. Selanjutnya setelah
melakukan kontrol terhadap perbedaan-perbedaan antar negara bagian
dalam modal sosial. Terlihat pendapatan perkapita, ketidaksamaan
pendapatan, komposisi ras, urbanisasi dan tingkat pendidikan, modal
sosial merupakan satu-satunya faktor yang ditemukan terkait dengan
keberhasilan pemenuhan pajak yang diperkirakan.

2.4.4. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan Pembangunan Politik

Modal Sosial yang tinggi, menurut Putnam (2002) membawa


dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam berbagai
bentuknya. Akibat positif yang dihasilkan adalah pemerintah akan
memilki akuntabilitas yang lebih kuat (Hasbullah, 2006). Tingginya
modal sosial akan mendorong efektifitas pemerintahan, beragam
determinan memungkinkan negara berfungsi secara lebih efektif dan
memiliki legitimasi. Modal sosial tinggi yang dimiliki masyarakat
lebih dapat memfasilitasi hubungan antara negara dan rakyat.
Hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan
menjamin stabilitas politik negara. Di tingkat lokal, modal sosial
dapat menjembatani hubungan pemerintah daerah dan masyarakat dalam
menyebarkan informasi dan mengimplementasikan program-program

18
pembangunan. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah,
keterbukaan pemerintah pada masyarakat, adanya komitmen dan
keinginan yang kuat antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk
membangun, serta adanya partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan akan mendorong terciptanya pembangunan sistem
pemerintahan yang baik dimana akuntabilitas dan transparansi
pemerintahan berimbang dengan akses dan kontrol masyarakat
terhadap pemerintahan. Hal ini juga dapat mendorong demokrasi tumbuh
dari bawah dan memungkinkan pembangunan politik tidak hanya pada
aras pusat tapi juga aras lokal.

Di samping itu, negara melalui sistem pemerintahan yang baik


dapat mendorong menguatnya modal sosial yang mendukung
berkembangnya kepercayaan, nilai-nilai, dan norma yang baik dengan
menciptakan situasi yang kondusif dalam mempererat jaring- jaring
sosial di dalam masyarakat dan merangsang tumbuhnya sikap proaktif
masyarakat dalam pembangunan. Sebagai contoh, Rice (Putnam, 1993)
dalam survei terhadap 114 komunitas di IOWA, Amerika, menemukan
beberapa elemen atau indikator dari modal sosial: interpersonal trust,
pertalian warga, jejaring dan kesamaan politik. Secara positif dan
signifikan berkorelasi dengan dua kinerja pemerintah (ketanggapan
dan efektivitas). Hubungan tampak setelah melakukan analisis regresi
digunakan untuk mengontrol pendapatan, penyebaran pendapatan,
penyebaran usia dan homogenitas ras.

2.5. Tantangan Pembangunan Modal Sosial

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan tentang Pembangunan
Modal Sosial, simpulan pembahasan ini sesuai dengan tujuan dari penulisan
makalah, yaitu:
1. Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang
sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam
masyarakat. Oleh karena itu modal sosial diyakini sebagai salah satu
komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide,
saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai
kemajuan bersama, khususnya pembangunan. Konsep inti dari modal
sosial adalah kepercayaan/trust (kejujuran, kewajaran, sikap egaliter,
toleransi, dan kemurahan hati), jaringan sosial/social networks (parisipasi,
resiprositas, solidaritas, kerjasama), dan norma (nilai-nilai bersama, norma
dan sanksi, aturan-aturan).
2. Unsur modal sosial menurut Hasbulah dalam Supono adalah partisipasi
dalam suatu jaringan, resiprocity, trust, norma sosial, nilai, dan tindakan
yang proaktif. Jenis-jenis modal sosial menurut Woolcock adalah social
bounding (perekat sosial), social bridging (jembatan sosial), dan social
linking (hubungan/jaringan sosial).
3. Peran modal sosial
4. Implikasai modal sosial berpengaruh terhadap pembangunan manusia,
sosial, ekonomi, dan plitik
5. Tantangan pembangunan modal sosial

3.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan tentang Pembangunan Modal
Sosial, penulis memberikan beberapa saran, yaitu:

20
DAFTAR PUSTAKA

Haridison Anyualatha. 2013. Modal Sosial dalam Pembangunan [Jurnal].


Palangka Raya (ID): Universitas Palangka Raya. ResearchGate[Internet].
Tersedia:
https://www.researchgate.net/publication/320431406_Modal_Sosial_dalam_P
embangunan. (diakses 04 Januari 2020).
Riadi Muchlisin. 2018. Pengertian, Komponen, Fungsi dan Jenis Modal Sosial.
Tersedia: https://www.bunehaba.com/contoh-daftar-pustaka/. (diakses 04
Januari 2020).
Sari Rahmatika.2018. Social Capital/ Modal Sosial [Makalah]. Bandung (ID):
Politeknik Negeri Bandung.
Universitas Sumatera Utara. Bab II Tinjauan Pustaka. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63458/Chapter%20II.
pdf?sequence=4. /. (diakses 04 Januari 2020).

iv

Anda mungkin juga menyukai