Anda di halaman 1dari 8

PENGAUDITAN 2

“Ujian Tengah Semester”

Oleh :

Nama : Ni Made Sukmawati

Nim : 1702622010283

Kelas : Akuntansi C Malam

Prodi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Mahasaraswati Denpasar

2019
1. Auditor harus memahami bagaimana kecenderungan kelima kategori prosedur pengendalian
dalam operasi transaksi siklus pengeluaran. Kelima kategori tersebut antara lain :

a. Adanya otorisasi yang memadai.

b. Adanya pemisahan tugas.

c. Adanya dokumen dan catatan akuntansi.

d. Adanya akses kearah pengendalian.

e. Pengecekan yang dilakukan oleh personel yang independen.

Auditor harus melakukan evaluasi apakah prosedur pengendalian dalam perusahaan


benar – benar telah berjalan dengan baik. Prosedur pengendalian yang tidak memenuhi kelima
kriteria tersebut mempunyai kecenderungan resiko audit yang tinggi.

Kecurangan dalam pembuatan daftar gaji menjadi perhatian auditor. Kecurangan


semacam ini timbul dari adanya pegawai fiktif yang dimasukkan dalam daftar gaji, dan
kemungkinan kesalahan yang disengaja dalam menyusun klasifikasi daftar gaji. Ini berarti ada
karyawan yang dihitung dengan tarif yang lebih tinggi. Disamping adanya kecurangan tersebut,
akuntan harus memperhatikan ketelitian perhitungan sejak perhitungan waktu hadir, insentif
sampai dengan pembuatan daftar gaji dan pembuatan slip gaji.

Berbagai aspek resiko diatas akan mempengaruhi strategi audit siklus penggajian dan
personalia, oleh karena itu hal – hal yang harus dipertimbangkan adalah :

a. Resiko audit yang utama timbul dari pemrosesan transaksi penggajian.

b. Perusahaan pada umumnya memperluas cakupan pengendalian intern untuk transaksi


penggajian.

c. Saldo hutang gaji pada akhir tahun kadang kala tidak material.

Pada saat audit di perusahaan yang bisa dikatakan ada hubungannya dengan manufaktur
seperti perkebunan dan pabrik rokok, biasanya auditor melakukan auditnya dengan berbagai cara
salah satunya adalah “surprise payroll payoff” atau pembayaran gaji mendadak yang tiba – tiba.
Auditor melakukan hal seperti ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya pembayaran upah
pada pegawai yang tidak masuk atau pegawai fiktif. Ini merupakan prosedur dimana masing –
masing pegawai harus menerima dan menandatangani ceknya atau slip pemberitahuan lama kerja
dan hasil ( mengacu pada pegawai perkebunan dan pabrik rokok ) di depan penyelia dana
auditor. Pembayaran gaji secara tiba – tiba seringkali mahal dan dalam beberapa kasus bahkan
menyebabkan masalah dengan serikat pekerja, tetapi hal tersebut hanya satu – satunya cara untuk
mendeteksi kecurangan ( Fraud ). Dengan begitu auditor lebih cepat mengetahui ada tidaknya
kecurangan yang terjadi pada sistem penggajian dan pengupahan.

2. Saya sebagai auditor menyikapi situasi tersebut yaitu dengan merekomendasikan pembagian
tugas harus mempertimbangkan biaya dan manfaat pengendalian , jika seorang karyawan dapat
merangkap 2 pekerjaan sekaligus, maka akan lebih efisien dan seharusnya pembagian tugas
cukup melihat 4 pedoman , yaitu :

a. Pemisahan pencatatan (akuntansi) dan pemegang fisik aktiva (custody).

b. Pemisahan otorisasi transaksi dan pemegang fisik aktiva.

c. Pemisahan tanggungjawab operasional dan tanggungjawab pembukuan.

d. Pemisahan tugas PDE.

a. Pemisahan pencatatan (akuntansi) dan pemegang fisik aktiva (custody):

• Alasan untuk tidak mengijinkan staf yang kadang-kadang atau permanen memegang aktiva
(custody) untuk mencatat adalah untuk melindungi perusahaan

dari penggelapan.

• Kalau seseorang menjalankan kedua fungsi tersebut, ada risiko

yang besar orang tersebut mengeluarkan aktiva untuk kepentingan pribadi dan menyesuaikan
catatan untuk menghilangkan tanggungjawab.

• Kalau staf kasir menerima uang tunai dan bertanggungjawab dalam pencatatan
data untuk penerimaan kas dan penjualan, ada kemungkinan kasir menerima uang dari pelanggan
dan menyesuaikan akun pelanggan dengan tidak mencatat penjualan atau dengan mencatat ke
sebelah kredit ke perkiraan fiktif.

• Contoh lain tidak memadainya pemisahan fungsi custodian mencakup distribusi pembayaran
gaji oleh petugas penyiapan data gaji dan pengelolaan catatan persediaan oleh petugas gudang.

b. Pemisahan otorisasi transaksi dan pemegang fisik aktiva:

• Pemisahan ini diperlukan untuk mencegah orang yang menyetujui transaksi, memiliki kendali
atas aktifa tersebut.

• Contoh 1 : orang yang sama seharusnya tidak diizinkan menyetujui faktur pembelian dan juga
menandatangani pembayaran tagihan.

• Contoh 2 : wewenang untuk menambah pegawai baru atu untuk memberhentikan

pegawai seharusnya tidak dilakukan oleh orang yang bertanggungjawab atas pembayaran gaji.

• Otorisasi transaksi dan penanganan aktiva oleh orang yang sama meningkatkan

kemungkinan penggelapan dalam organisasi.

c. Pemisahan tanggungjawab operasional dari tanggungjawab pembukuan:

• Kalau dalam tiap departmen atau divisi dalam organisasi bertanggungjawab untuk membuat
catatan dan laporan bagiannya, ada kecenderungan hasilnya memihak (bias) untuk memperbaiki
kinerja yang dilaporkan.

• Untuk menjamin agar informasi tidak memihak, pembukuan biasanya ada di departemen
tersendiri dibawah kontroller.

d. Pemisahan tugas dalam PDE (Pemrosesan Data Elektronik)

Catatan :
a. Secara alamiah, luas pemisahan tugas sangat tergantung kepada ukuran organisasi. Pada
banyak perusahaan kecil adalah tidak praktis untuk memisahkan tugas seluas yang dianjutkan di
atas

b. Struktur organisasi suatu perusahaan harus menyediakan pemisahan tugas yang memadai,
meskipun tetap tidak mendorong efisiensi operasi dan komunikasi yang efektif. Pemisahan tugas
sangat bervariasi di berbagai organisasi, tetapi 4 yang menjadi kepentingan khusus (auditor)
adalah sebagai berikut :

• Fungsi akuntansi dipisahkan di bawah controller, yang tidak memiliki

tanggungjawab custodi dan operasi.

• Pemegang uang tunai, mencakup penerimaan dan pengeluaran, adalah tanggungjawab treasury.

• Auditor intern melapor langsung ke presiden direktur atau dewan komisaris.

• Pemisahan tugas dalam PDE adalah memadai dengan mempertimbangkan

ukuran organisasi.

3. Pemahaman Struktur Pengendalian Intern diperlukan baik dengan strategi Primarily


Substantive Approach maupun Lower Assesed Level Of Control Risk. Pemahaman terhadap
Struktur Pengendalian Intern klien dilakukan dengan melaksanakan penelaahan pengalaman
terdahulu dengan klien, wawancara dengan pihak manajemen dan personel yang terkait, inspeksi
data – data manual, dan observasi aktivitas dan kegiatan dalam siklus pendapatan. Pemahaman
Struktur Pengendalian Intern dapat didokumentasi dengan berbagai metode : kuesioner,
flowchart dan narasi deskriptif.

Auditor juga perlu memahami metode pengendalian manajemen yang meliputi ada
tidaknya forecast penjualan, anggaran penjualan dan penilaian kinerja, dan anggaran kas. Auditor
perlu memperhatikan ada tidaknya sistem pengendalian manajemen yang menggunakan
anggaran sebagai alat pemotivasi dan penilai kinerja manajemen. Penaksiran risiko ini perlu
dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi – kondisi yang berpengaruh pada risiko yang ada
yaitu :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi terutama kaitannya dengan transaksi siklus pendapatan.

b. Muculnya personel baru yang mempunyai kecenderungan berbeda pemahaman terhadap


pengendalian intern perusahaan.

c. Menerapkan sistem informasi yang baru yang berpengaruh terhadap pengendalian intern
perusahaan.

d. Pertumbuhan yang pesat terkait dengan operasional perusahaan yang semakin meluas yang
pada akhirnya akan meningkatkan risiko yang ada.

e. Restrukturisasi korporat, terkadang bisa memunculkan risiko misalnya dikarenakan adanya


pengurangan staf.

Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima untuk masing – masing asersi. Dalam pelaksanaan pengujian substantif piutang dagang,
auditor terutama mengandalkan bukti yang diperoleh melalui konfirmasi yang diperoleh
langsung dari pelanggan, dan menelaah dokumentasi yang dilakukan dalam organisasi klien.
Prosedur yang digunakan untuk memverifikasi keakuratan dalam neraca saldo dan menentukan
kesesuaian dengan jumlah yang ada di dalam buku besar berkaitan erat dengan keakuratan
matematis dan klerikal komponen asersi penilaian dan alokasi yaitu prosedur inisial.
Penghitungan kembali data – data keuangan klien biasanya dilakukan untuk menentukan
keakuratan matematis.

4. Cara saya sebagai auditor untuk memeriksa atau mengecek kebenaran item akun asset tetap
yang digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit di bank yaitu terlebih dahulu kita
harus memahami apa itu vouching. Vouching adalah hal inti dalam audit yang mengacu pada
inspeksi bukti dokumenter oleh auditor untuk mendukung dan memperkuat transaksi. Vouching
melibatkan verifikasi transaksi yang dicatat dalam pembukuan dengan memeriksa otorisasinya
dan bukti dokumen yang menjadi dasar sebuah entri dibuat. Hal ini juga termasuk
mengkonfirmasikan dan memeriksa apakah jumlah yang telah dinyatakan dalam voucher
tersebut diposting ke rekening yang tepat yang akan mengungkapkan sifat transaksi ketika itu
dimasukkan dalam laporan akhir.
Vouching dapat dianggap sebagai esensi atau hal yang paling penting dari audit, karena
keberhasilan suatu audit tergantung pada akurasi vouching yang dilakukan. Tujuan utama dari
vouching adalah untuk menemukan bahwa transaksi yang dicatat dalam pembukuan dicatat
dengan benar dan mereka berada diurutan yang tepat dan diotorisasi dengan benar.

Prosedur audit pemeriksaan asset tetap yang dapat dilakukan yaitu :

a. Pelajari dan evaluasi internal control atas asset tetap. Dalam hal ini biasanya auditor
menggunakan Internal Control Questionnaires ( ICQ ).

b. Minta kepada klien Top Schedule serta Supporting Schedule asset tetap, yang berisikan : saldo
awal, penambahan serta pengurangan – pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga
perolehan maupun akumulasi penyusutannya.

c. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub –
Ledger, saldo awal dengan Working Paper tahun lalu.

d. Vouched penambahan serta pengurangan asset tetap. Untuk penambahan asset tetap, selain
diperhatikan otorisasi dan kelengkapan supporting document, harus dilihat apakah penambahan
tersebut sudah tercantum di anggaran. Untuk pengurangan asset tetap harus diperiksa Journal
Entry nya.

e. Periksa fisik dari aset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam keadaan baik atau
sudah rusak.

f. Pemeriksaan bukti pemilikan asset tetap. Contoh dalam hal ini harus dicocokkan nomor mesin,
chasis, dan nomor polisi kendaraan yang tercantum di BPKB dan STNK dengan yang terdapat
di kendaraan. Perhatikan juga apakah surat – surat tanah, gedung, kendaraan atas nama
perusahaan.

g. Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta Depreciation Polici – nya konsisten dengan
tahun sebelumnya ( misal perhitungan menggunakan Straigh Line Method ).

h. Analisis perkiraan repair dan maintenance. Harus diperhatikan kemungkinan klien untuk
memperkecil laba dengan mencatat Capital Expenditure sebagai Revenue Expenditure.
i. Periksa kecukupan Insurance Coverage, dalam artian jangan sampai terlalu kecil atau terlalu
besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran, ganti rugi perusahaan asuransi
tidak mencukupi untuk membeli asset tetap ( misalkan gedung atau mesin ) yang baru sehingga
mengganggu kegiatan operasi perusahaan tentang penilaian cukup tidaknya Insurance Coverage
tersebut adalah atas dasar jumlah yang mendekati harga pasar.

j. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan asset tetap.

k. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk memeriksa
apakah ada asset yang dijadikan jaminan atau tidak.

l. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual
asset tetap.

m. Untuk Construction In Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction In
Progress yang harus ditransfer ke asset tetap.

n. Jika ada asset yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan periksa apakah
Accounting Treatment – nya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.

o. Periksa apakah ada asset tetap yang dijaminkan.

p. Periksa penyajian asset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS, baik di posisi keuangan, di laba rugi, dicatatan atas laporan keuangan maupun
di lampiran asset tetap.

Anda mungkin juga menyukai